Está en la página 1de 26

Review UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan daerah memasuki era baru ketika UU no 32 tahun 2004


digantikan dengan UU no 23 tahun 2014. Era baru penyelenggaraan pemerintahan daerah
dapat kita lihat dari perbedaan yuridis maupun filosofis. Perbedaan yuridis tertuang dalam
bentuk pasal-pasal yang mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam UU sebelumnya.
Sedangkan perbedaan filosofis terlihat dari makna dan orientasi yang secara tersurat
terkandung dalam pasal-pasal yang sebelumnya tak diatur dalam UU sebelumnya.
Perbedaan secara yuridis, sangat terlihat dengan tidak adanya pasal-pasal yang mengatur
tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Perihal pemilihan daerah telah diatur
dalam UU no 22 tahun 2014. Adapun alasan utama yang tecantum dalam naskah akademik
RUU Pilkada dimaksudkan untuk agar UU baik tentang Pemda maupu Pilkada dapat berjalan
secara maksimal sesuai dengan isu sentralnya masing-masing. Selain itu, dalam pemisahan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pilkada dimaksudkan untuk mempertegas posisi
dan perbedaan Gubernur dan Walikota/Bupati.
Hal ini dikarenakan Gubernur yang dipilih melalui mekanisme pemilihan langsung. Namun,
secara sepihak dikooptasi dengan menempatkan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Dalam perspektif akademis posisi Gubernur dapat dikategorikan sebagai unit antara. Ciri
khas dari unit antara dalam penyelenggaraan pemerintahannya bersinggungan dengan
kegiatan dekonsentrasi daripada desentralisasi. Dengan demikian, Gubernur yang dipilih
langsung oleh rakyat, kewewenangannya terkebiri karena status gandanya yang juga
sebagai wakil pemerintah pusat. Berbeda dengan Walikota dan Bupati yang sama-sama
dipilih oleh rakyat tapi statusnya sebagai daerah otonom yang mengedepankan prinsip atau
azas desentralisasi. Disinilah urgensi pemisahan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pemilihan pilkada mejadi dua UU yang berbeda.
Perbedaan selanjutnya perihal pembagian urusan pemerintahan. Pada UU sebelumnya urusan
pemerintahan dibagi atas Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (dapat
dilimpahkan sebagian urusannya kepada perangkat Pemerintah Pusat atau wakil Pemerintah
Pusat di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah) dan Urusan pemerintah
daerah dibagi atas urusan wajib dan pilihan. Namun, di UU no 23 tahun 2014, urusan
1

pemerintahan dibagi atas Urusan Absolut yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
Urusan pemerintahan kongkruen yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam naskah akademik RUU Pemda tahun 2011 dijelaskan bahwasanya mengacu kepada
ketiga kriteria tersebut, pembagian urusan pemerintahan menjadi sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk membuat pengaturan dalam bentuk
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang dijadikan acuan bagi
pemerintahan

daerah

provinsi,

kabupaten/kota

untuk

melaksanakan

urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut; berwenang melakukan


monitoring, evaluasi dan supervise terhadap pemerintahan daerah, dan berwenang
untuk melakukan urusan pemerintahan yang berskala nasional (lintas provinsi) atau
internasional (lintas negara).
2. Pemerintahan daerah provinsi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan yang berskala provinsi (lintas kabupaten/kota) berdasarkan
NSPK yang ditetapkan Pemerintah Pusat.
3. Pemerintahan daerah kabupaten/kota berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan yang berskala kabupaten/kota berdasarkan NSPK yang
ditetapkan Pemerintah Pusat.
Selain itu Pemerintah Pusat diwajibkan menyelesaikan penetapan NSPK tersebut dalam
waktu dua tahun dan apabila dalam waktu dua tahun Pemerintah Pusat belum juga
menetapkan NSPK untuk dijadikan acuan bagi pemerintahan daerah untuk melaksanakan
urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah, maka pemerintahan daerah dapat
menetapkan peraturan daerah (perda) untuk melaksanakan urusan yang menjadi
kewenangannya. Fungsi lainnya dari NSPK adalah mengatur hubungan antar tingkatan dan
susunan pemerintahan yaitu antara pusat dan daerah dan antar pemerintahan daerah dalam
pelaksanaan suatu urusan (naskah akademik RUU Pemda hal 8-9, 2011).
Adapun yang menjadi titik permasalahan dalam pembagian urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah yang terlalu banyak (31 buah urusan yang menajdi urusan pemerintahan
yang didesentralisasikan). Selain itu, pemerintah daerah dari Provinsi hingga Desa juga
dibebankan untuk melaksanakan urusan Pemerintah Pusat berdasarkan azas tugas
pembantuan.
2

Dengan besarnya urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah,
kebutuhan akan aparatur yang melaksanakan urusan wajib tersebut semakin membesar.
Aparatur daerah yang gemuk ini, tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar pula
sehingga terjadi overcost terhadap pembiayaan aparatur. Kondisi ini berdampak tidak
maksimalnya penyelenggaran program di daerah khususnya pada aspek pengadaan sarana
dan prasarana yang diperuntukkan bagi masyarakat.
Selain itu, efek samping dari gemuknya aparatur di daerah, dan diparah dengan alur birokrasi
yang kacau, telah melahirkan birokrasi yang tidak efektif dan efisien. dalam New Public
Management (NPM), yang sekarang ini menjadi gerakan pembaharuan administrasi publik di
negara maju dan berkembang, desentralisasi telah menjadi satu nilai penting dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang efisien, efektif, responsif, dan akuntabel.
Maka dari itu, dalam UU no 23 tahun 2014, Urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dibedakan atas dua jenis. Termaktub dalam Pasal 9 (1) Urusan
Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan
urusan pemerintahan umum, ; (2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat, ; (3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota, ; (4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah, ; (5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden
sebagai kepala pemerintahan.
Urusan pemerintah absolut sebagaimana dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1, terdiri atas Politik
LN, Hankam, yustisi, moneter dan fiskal serta agama. Namun, Pemerintah Pusat dalam
melimpahkan kewenangannya kepada instansi vertikal dan wakil pemerintah pusat di daerah
yakni Gubernur yang berdasarkan asas dekonsentrasi. Dengan demikian, urusan pemerintah
absolut memang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan tak berkaitan dengan pemerintah
kota dan kabupaten yang mengedepankan azas desentralisasi serta bukan perwakilan
pemerintah pusat.
Selain itu, untuk memaksimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah baik Gubernur
selaku wakil Pemerintah Pusat dan pemerintah kota serta kabupaten, telah dibedakan menjadi
dua jenis urusan konkuren yakni urusan pemerintah wajib dan urusan pilihan. Untuk urusan
wajib pun dibagi dua lagi yakni urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib ini pun, secara yuridis diatur
3

dengan menggunakan skala prioritas bahwa urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar diprioritaskan pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat 1.
Adanya penyertaan skala prioritas dalam penyelenggaraan urusan wajib yang berkaitan
dengan pelayanan dasar agar dimaksudkan otonomi luas bukan lagi diartikan semua urusan
harus dilembagakan. Akan tetapi fungsinya tetap menjadi domain kewenangan daerah namun
tidak harus dilembagakan tersendiri karena akan memicu bengkaknya overhead cost.
Diperlukan pemikiran untuk menerapkan kelembagaan yang right sizing yang bercirikan
ramping struktur namun kaya fungsi.
Pembagian wilayah kerja antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota pun dijelaskan secara spesifik dalam UU ini seperti yang termaktub dalam
pasal 13 ayat 2, 3 dan 4. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan wewenangnya masing-masing serta meningkatkan tingkat
akuntabilias dan efisiensi dalam mengukur keberbehasilan. Selain itu, pembagian wilayah
kerja ini juga ditujukan untuk memudahkan jalur birokrasi yang kelak akan mempermudah
pemerintah baik pusat maupun daerah dalam melayani masyarakat.
Dalam urusan pemerintahan umum, juga diatur secara spesifik yang meliputi 7 bidang utama
dan termasuk bidang yang bukan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi
Vertikal. Urusan pemerintahan umum ini dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di
wilayah kerjanya masing-masing. Yang patut dicatat disini adalah penggunaan APBN dalam
penyelenggaraan pemerintahan umum. Hal in dimaksudkan agar APBD di masing-masing
pemerintah daerah dapat digunakan untuk melaksanakan urusan konkuren yang pelayanan
dasar. Disinilah terlihat komitmen Pemerintah Pusat, untuk menghindari beban berlebih yang
harus ditanggung APBD dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Sinergi penyelenggaraan urusan pemerintahan antara kementerian dengan pemerintahan
daerah, Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri Dalam Negeri untuk bertindak
selaku kordinator dari kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang sebagian
urusannya diserahkan ke daerah (Naskah Akademik RUU Pemda, hal 77, 2011). Kementerian
yang kewenangannya diserahkan kepada daerah berkewajiban untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan yang bersifat teknis kepada pemerintahan daerah, sedangkan Kementerian
Dalam Negeri melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme
tersebut diharapkan mampu menciptakan harmonisasi dan sinergi antara Pemerintah Pusat
dengan pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan secara
keseluruhan.
4

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut, untuk kelancaran kordinasi


dengan seluruh pimpinan instansi pemerintahan di daerah, dapat dibentuk Forum Koordinasi
Pimpinan Pemerintahan di Daerah dan kepala daerah selaku kepala pemerintahan daerah
bertindak sebagai koordinatornya sebagaimana diatur dalam pasal 26. Karena urusan
pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang tidak di desentralisasikan, maka
biaya penyelenggaraan urusan pemerintahan umum tersebut di daerah menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat.
Sebagai Negara yang bercirikan kepulauan, dalam UU ini juga mengakomodasi daerah yang
bercirikan kepulauan dan diatur dalam Bab V tentang Kewenangan Daerah Provinsi Di Laut
dan Daerah Provinsi yang Bercirikan Kepulauan. Realitas daerah yang memiliki ciri khas
kepulauan adalah tidak meratanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
penyelenggaraan pemerintahan sehingga pembangunan dan penciptaan kesejahteraan bagi
masyarakat yang hidup di daerah kepulauan masih jauh dari harapan. Maka dari itu,
pemerintah daerah yang bercirikan kepulauan haruslah memiliki model pembangunan yang
berbeda dengan pada umumnya, model pelayanan administrasi/pelayanan publik yang
berbasis kepulauan, dan meningkatkan intensitas pembangunan sarana-prasarana yang
mengedepankan pendekatan prosperity dan security secara linier.
Dalam UU no 23 tahun 2014, daerah yang bercirikan kepulauan diberikan semacam insentif
dan perlakuan secara khusus seperti yang tercantum dalam pasal 28 hingga 30. Ini merupakan
bentuk komitmen yang ditunjukkan Pemerintah Pusat dalam membangun daerah bercirikan
kepulauan. Tentunya, dalam pelaksanaannya komitmen ini haruslah dijalankan secara
konsekuen dan perlu diberikan pengawasan yang ketat agar permasalahan yang dihadapi
masyakarat yang tinggal di daerah kepulauan dalam selesaikan.
Undang-Undang ini juga menjelaskan bahwasanya Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat,
diatur lebih spesifik seperti yang diatur dalam pasal 91-93. Adapun tugas tersebut melakukan
pembinaan

dan

pengawasan

terhadap

penyelenggaraan

Tugas

Pembantuan

di

Kabupaten/Kota, melakukan monev dan supervisi, melakukan evaluasi APBD dan lain-lain,
dapat membatalkan Perda dan memberikan persetujuan terhadap Raperda Kabupaten/Kota,
serta dapat memberikan sanksi kepada Bupati/Walikota.
Gubernur memegang dua peran yaitu sebagai kepala daerah otonom provinsi dan sebagai
wakil Pemerintah Pusat di daerah. Sebagai kepala daerah provinsi, gubernur memegang
kewenangan memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi sesuai dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi. Sedangkan sebagai wakil Pemerintah
Pusat di daerah, gubernur menjalankan peran Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan
5

pengawasan terhadap pemerintahan daerah kabupaten/kota. Dalam konteks melaksanakan


peran sebagai wakil Pemerintah Pusat, hubungan gubernur dengan pemerintahan daerah
kabupaten/kota bersifat hirarkhis (Naskah Akademik RUU Pemda, hal 85, 2011).
Dengan luas dan besarnya kewenangan Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, diharapkan
dapat meminimalisir kekuasaan Raja-Raja Kecil yang menerapkan oligarki politik. Upaya
ini ditujukan agar penyelenggaraan pemerintahan jauh lebih bersih, akuntabel, efektif-efisien,
dan mampu memberikan pelayanan publik bagi masyarakat.
Semangat dari UU no 23 Tahun 2014 ini adalah memaksimalkan peranan pemerintah daerah
yang mampu melaksanakan kewenangannya yang berorientasi pelayanan dasar bukan
kekuasaan semata. Dengan kondisi tersebut, mau tidak mau, peran serta masyakarat dalam
hal pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pelayanan publik.
Bentuk manifestasi dari semangat pembaharuan secara yuridis termaktub dalam BAB XIII
tentang Pelayanan Publik. Dalam bab ini dibahas tentang upaya pemerintah daerah dalam
memenuhi kebutuhan masyakarat sebagai bentuk pelayanan publik. Dengan demikian,
masyarakat mampu memberikan feedback terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah daerah. Maka dari itu, dalam UU ini juga diatur tentang Partisipasi Masyarakat di
Bab XV.
Partisipasi masyarakat ditujukan untuk mendorong dan meningkatkan tingkat kesadaran
masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanaan publik yang diberikan oleh pemerintah
daerah. Hal ini tentunya akan menjadi katalisator bagi pemerintah daerah untuk memberikan
pelayanan publik yang terbaik. Keberadaan UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah ini harapannya mampu memperbaiki sstem penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Selain itu, perubahan orientasi dari kekuasaan semata menjadi pelayanan publik seharusnya
mampu mendorong adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah
daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
6

Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis.
Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk
provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota
disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan
kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan
keterangan

pertanggungjawaban

kepada

DPRD,

serta

menginformasikan

laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.


Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah pusat di
wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata
pemerintahan kabupaten dan kota.Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat
sebagaimana dimaksud, Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, peran
pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom yaitu untuk
melakukan:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewewenang
pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada
daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa
serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah
pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian
7

urusan tersebut didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar
pelaksanaan Otonomi Daerah.

Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan

pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan
Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.
1. pendidikan
2. kesehatan
3. pekerjaan umum dan penataan ruang
4. perumahan rakyat dan kawasan permukiman
5. ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
6. sosial
Urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.
1. tenaga kerja
2. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
3. pangan
4. pertanahan
5. lingkungan hidup
6. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
7. pemberdayaan masyarakat dan desa
8. pengendalian penduduk dan keluarga berencana
9. perhubungan
10. komunikasi dan informatika
11. koperasi, usaha kecil dan menengah
8

12. penanaman modal


13. kepemudaan dan olah raga
14. statistik
15. persandian
16. kebudayaan
17. perpustakaan
18. kearsipan
Urusan pilihan adalah sebagai berikut
1. kelautan dan perikanan
2. pariwisata
3. pertanian
4. kehutanan
5. energi dan sumber daya mineral
6. perdagangan
7. perindustrian
8. transmigrasi
Untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan serta program dan kegiatan pemerintah,
Kepada Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh perangkat daerah.
Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan organisasi atau
lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah dibentuk oleh masingmasing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah.
Dasar utama penyusunan organisasi perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti setiap penanganan urusan pemerintahan
9

harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri. Pembentukan perangkat daerah semata-mata


didasarkan pada pertimbangan rasional untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangandaerah secara efektif dan efisien. Urusan wajib dan urusan pilihan dapat
dilihat disini.
Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur organisasi pada Satuan
KerjaPerangkat Daerah (SKPD) saat ini dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi
serta kebutuhan obyektif dan kondisi lingkungan strategis daerah. Kerangka regulasi yang
dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan terhadap
PeraturanPemerintah sebelumnya. Selain PP No. 41/2007, penataan kelembagaan perangkat
daerah juga memperhatikan peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan
program penataan organisasi.
Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah perangkat daerah
provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai
berikut.
Perangkat Daerah Provinsi : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan
Badan.
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat,
Dinas dan Badan.
Pembentukan organisais perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan diklasifikasikan
berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja yang sedang) dan Tipe C
(beban kerja yang kecil). Penentuan beban kerja bagi Dinas didasarkan pada jumlah
penduduk,

luas

wilayah, besaran

masing-masing

Urusan

Pemerintahan

yang

menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan
Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan
untuk Urusan Pemerintahan Pilihan. Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan
pada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas.
Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuikan dengan perumpunan dan
klasifikasi yang telah ditentukan. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas
terdiri dari:
1. bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;
2. bidang kesehatan;
3. bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
4. bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
10

5. bidang kependudukan dan catatan sipil;


6. bidang kebudayaan dan pariwisata;
7. bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata
ruang;
8. bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah,
industri dan perdagangan;
9. bidang pelayanan pertanahan;
10. bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,
kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
11. bidang pertambangan dan energi; dan
12. bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.
Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit,
terdiri dari:
1. bidang perencanaan pembangunan dan statistik;
2. bidang penelitian dan pengembangan;
3. bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
4. bidang lingkungan hidup;
5. bidang ketahanan pangan;
6. bidang penanaman modal;
7. bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;
8. bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
9. bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
10. bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
11. bidang pengawasan; dan
11

12. bidang pelayanan kesehatan.


Dengan adanya Presiden dan Wakil Presiden yang baru dan dengan Penetapan Numenklatur
Kementerian baru maka Kementerian Dalam Negeri akan melakukan pembahasan untuk
melakukan perubahan pada PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah sehingga dimungkinkan akan berubahnya pedoman dan perumpunan urusan.
Selain perangkat daerah diatas Gubernur/ Bupati/Walikota dapat membentuk unit pelayanan
terpadu untuk meningkatkan dan keterpaduan pelayanan masyarakat di bidang perizinan yang
bersifat lintas sektor. Unit pelayanan terpadu tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur
perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi perizinan.
Bbentuk organisasi perangkat daerah provinsi terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD,

Inspektorat,

Dinas

dan

Badan.

Sedangkan

organisasi

perangkat

daerah

kabupaten/kota terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan
dan kecamatan. Berikut perincian dari masing-masing bentuk organisasi perangkat daerah.
Sekretariat Daerah (disingkat setda) adalah unsur pembantu pimpinan pemerintah
daerah dan dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah dan dibantu oleh beberapa Asisten (5
Asisten bagi Pemerintah Provinsi, 3 Asisten bagi Pemerintah Kabupaten/Kota). Sekretariat
Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyusunan kebijakan dan
pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan
administratif pemerintah daerah.
Sekretariat DPRD (disingkat setwan) dipimpin oleh seorang sekretaris yang memiliki
tugas menyelenggarakan

administrasi

kesekretariatan,

keuangan,

pelaksanaan

tugas

mendukung

dan

menyelenggarakan

fungsi

DPRD,

administrasi

menyediakan

dan

mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan kebutuhan.
Inspektorat dipimpin oleh seorang Inspektur. Inspektorat mempunyai tugas membantu
kepala daerah membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

12

Dinas

dipimpin

oleh

daerah melaksanakan

seorang

Urusan

kepala

dinas

Pemerintahan

dengan tugas

yang

membantu

menjadi kewenangan

kepala
Daerah

dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah. Dinas Daerah
menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya,
pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas
sesuai denganlingkup tugasnya. Dinas Daerah Provinsi sebanyak-banyaknya terdiri atas 10
Dinas sedangkan Dinas Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 Dinas.
Pada dinas provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah
(UPTD) untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau
beberapa Kabupaten atau kecamatan.
Badan

termasuk dalam Lembaga Teknis Daerah (LTD) yang dibentuk untuk

melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah


meliputi: perencanaan, keuangan, kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh
Badan daerah adalah: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan
Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah.
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten atau
kota yang dipimpin oleh seorang Camat. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahankelurahan. Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi Penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan. Organisasi
kecamatan dipimpin oleh (1) satu camat, 1 (satu) sekretaris (kecamatan), paling banyak 5
(lima) seksi yang masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) kepala seksi, dan sekretariat
membawahkan paling banyak 3 (tiga) sub bagian yang masing-masing dikepalai oleh 1 (satu)
kepala sub bagian.
Berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
sebuah Pemerintah Daerah memiliki seorang Kepala Daerah yang dibantu oleh seorang Wakil
Kepala Daerah. Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Gubernur, Kepala Daerah untuk
Kabupaten disebut dengan Bupati, dan Kepala Daerah untuk Kota disebut Walikota. Masa
Jabatan Kepala daerah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Berikut

13

dijelaskan Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah berdasarkan UU 23 Tahun 2014.
Tugas Kepala Daerah adalah sebagai berikut :
1. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD;
2. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
3. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda
tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan
menetapkan RKPD;
4. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda
tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan
menetapkan RKPD;
5. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
6. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan
7. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas kepala daerah memiliki beberapa kewenang. Namun kewenangan
serta tugas dilarang dilaksanakan jika Kepala Daerah sedang menjalani masa tahanan. Selama
menjalani masa tahanan, tugas dan wewenangan dilaksanakan oleh Wakil Kepala Daerah.
Apabila kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara dan tidak
ada wakil kepala daerah, sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari kepala daerah.
Berikut kewenangan Kepala Daerah :
1. mengajukan rancangan Perda;
2. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
3. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

14

4. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh
Daerah dan/atau masyarakat;
5. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Wakil kepala daerah mempunyai tugas :
1. membantu kepala daerah dalam
1. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah
2. mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan
dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan
3. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur
4. memantau

dan

mengevaluasi

penyelenggaraan

pemerintahan

yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa


bagi wakil bupati/wali kota
2. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan
Pemerintahan Daerah;
3. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani
masa tahanan atau berhalangan sementara; dan
4. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. wakil kepala daerah melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang
diberikan oleh kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah;

Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi :

15

1. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan;
3. mengembangkan kehidupan demokrasi;
4. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah;
5. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
6. melaksanakan program strategis nasional; dan
7. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua
Perangkat Daerah.
Selainnya kewajiban diatas kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang akan dibahas pada tulisan selanjutnya.
Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, kepala daerah
dan wakil kepala daerah mempunyai hak protokoler dan hak keuangan. Hak keuangan
meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lain. Kepala daerah dan/atau wakil
kepala daerah yang dikenai sanksi pemberhentian sementara tidak mendapatkan hak
protokoler serta hanya diberikan hak keuangan berupa gaji pokok, tunjangan anak, dan
tunjangan istri/suami.
Dalam rangka menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan dan
kemandirian dalam mengatur urusan pemerintahan daerah. Masing-masing daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berhak untuk
membuat kebijakan baik dalam rangka peningkatan pelayanan maupun dalam rangka
meningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah. Salah satu unsur penting
dalam implementasi proses tersebut adalah melalui pembentukan peraturan daerah.

16

Peraturan Daerah atau yang sering disingkat dengan Perda merupakan instrumen yang
strategis dalam mencapai tujuan desentralisasi. Peranan perda dalam otonomi daerah
meliputi:
1. Perda sebagai instrumen kebijakan dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas
dan bertanggungjawab.
2. Perda merupakan pelaksana peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
3. Penangkap dan penyalur aspirasi masyarakat daerah.
4. Sebagai alat transformasi perubahan daerah.
5. Harmonisator berbagai kepentingan.
Peraturan Daerah yang disebut dengan Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota adalah
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Jenis peraturan daerah termasuk kedalam jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan yang termuat dalam UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Baca juga : Sistem Pemerintahan.
Peraturan Daerah terdiri atas:

Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah


Provinsi dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut.


Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan
persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak
subordinat terhadap Peraturan Daerah Provinsi.

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Perda memiliki muatan
materi sebagai berikut.

penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan;

penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

17

Penyusunan perda mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan,


dan pengundangan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang
selanjutnya akan dibahas pada posting selanjutnya. Namun dalam pembentukannya,
peraturan daerah perlu memperhatikan beberapa asas berikut ini.

Muatan peraturan daerah mengcover hal ikhwal kekinian dan visioner ke depan (asas
positivisme dan perspektif);

Memperhatikan asas lex specialis derogat legi generalis (debijzondere wet gaat
voor de algemene wet), yakni ketentuan yang bersifat khusus menyampingkan
ketentuan yang bersifat umum.

Memperhatikan asas lex superior derogat legi inferiori (de hogere wet gaat voor de
lagere wet), yakni ketentuan yang lebih tinggi derajatnya menyampingkan ketentuan
yang lebih rendah.

Memperhatikan asas lex posterior derogate legi priori (de laterewet gaat voor de
eerdere), yakni ketentuan yang kemudian menyampingkan ketentuan terdahulu. Baca
juga : Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Dalam UU Pemerintahan Daerah, peraturan daerah dapat memuat ketentuan mengenai


pembebanan biaya paksaan penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada
pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu Perda dapat
memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Selain sanksi diatas, Perda dapat memuat ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan pada
keadaan semula dan sanksi administratif. Sanksi administratif tersebut berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian tetap kegiatan;
e. pencabutan sementara izin;
f. pencabutan tetap izin;

18

g. denda administratif; dan/atau


h. sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3 urusan
yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan
umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan
Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan.

Untuk urusan konkuren atau


urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
semua Daerah. Sedangkan Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
Urusan Pemerintahan Wajib

19

Urusan pemerintah wajib yang diselenggaraan oleh pemerintah daerah terbagi menjadi
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Berikut pembagian urusan wajib.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta
Daerah kabupaten/kota sebagaimana disebutkan diatas didasarkan pada prinsip akuntabilitas,
efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Berikut kriteria-kriteria
urusan pemerintahan pusat, daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi
atau lintas negara;
20

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila


dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau

Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.


Menurut UU Pemerintahan Daerah, Organisasi Perangkat Daerah Provinsi terdiri dari
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan dam Lembaga Lain.
Ketentuan mengenai pembentukan Dinas dan Badan Daerah pada pemerintah provinsi ini
sesuai dengan Draft PP tentang Organisasi Perangkat Daerah berdasar pada UU 23
Tahun 2014 yang dikelurkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Ketentuan pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah Provinsi dimaksud adalah sebagai berikut.
Jumlah perangkat daerah ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik daerah atau yang
disebut dengan variabel faktor umum yang terdiri dari variabel jumlah penduduk, luas
wilayah, jumlah APBD dan jumlah wilayah bawahan. Sedangkan kriteria variabel faktor
teknis meliputi unsur-unsur substansi masing-masing urusan, ketersediaan SDM, sarana
prasarana penunjang tugas, luas cakupan tugas dan beban kerja.
Berdasarkan kedua varibel tersebut maka dapat ditentukan jumlah perangkat daerah yang
dapat dibentuk. Pembagian jumlah perangkat daerah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel kurang dari 400 yang terdiri dari :
o

sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten

sekretariat DPRD

inspektorat

dinas paling banyak 20

badan paling banyak 4

2. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel antara 400 sampai dengan 700 yang
terdiri dari :
21

sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten

sekretariat DPRD

inspektorat

dinas paling banyak 25

badan paling banyak 5

3. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel lebih dari 700 yang terdiri dari :
o

sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 asisten

sekretariat DPRD

inspektorat

dinas paling banyak 30

badan paling banyak 6

Rancangan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi


Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur. Sekretaris Daerah memiliki tugas membantu Gubernur
dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas
perangkat daerah serta pelayanan administratif.
Sekretariat Daerah terdiri dari paling banyak 4 asisten dan paling banyak 12 biro dengan
masing-masing biro terdiri dari paling banyak 4 bagian, dan masing-masing bagian terdiri
dari paling banyak 3 subbagian.
Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh sekretaris
SPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan

22

bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Sekretariat DPRD paling banyak terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian terdiri dari
paling banyak 3 subbagian.
Inspektorat
Inspektorat Daerah merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dipimpin oleh inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari
sekretaris daerah

Dinas Daerah
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah. Dinas Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit
Pelaksana Teknis Dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kabupaten/kota.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Gubernur setelah
mendapat persetujuan dari Menteri Dalam Negeri.
Dinas Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :
o

dinas tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar (dengan total skor variabel lebih
dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 7 bidang. Sekretariat terdiri dari
3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

dinas tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah dengan beban kerja yang sedang (dengan total skor variabel 601
sampai dengan 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 5 bidang. Sekretariat
terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 seksi.
23

dinas tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil (dengan total skor variabel kurang
dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari
3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 seksi.

Unit Pembantu Teknis Dinas terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional.

Dinas yang melaksanakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar
ditetapkan dengan tipe A dan tidak digabungkan dengan urusan pemerintahan lainnya.

Penentuan jumlah bidang harus berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

Dinas Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan. Penjelasan terkait urusan pemerintahan dapat dilihat pada artikel Pembagian Urusan
Pemerintahan Daerah UU No. 23/2014
Badan Daerah
Badan Daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah. Badan Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Badan untuk
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kabupaten/kota. Pembentukan Unit Pelaksana
Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Gubernur.
Urusan penunjang pemerintah meliputi perencanaan; keuangan; kepegawaian; pendidikan
dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Badan Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :
o

badan tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar
(dengan total skor variabel lebih dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak
5 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari
paling banyak 3 subbidang atau jabatan fungsional.
24

badan tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang sedang
(dengan total skor variabel 601 sampai dengan 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan
paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing
bidang terdiri dari paling banyak 2 subbidang atau jabatan fungsional.

badan tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil
(dengan total skor variabel kurang dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling
banyak 2 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 2 seksi.

Unit Pembantu Teknis Badan terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional.

Lembaga Lain
Lembaga lain merupakan pembentukan lembaga tertentu berdasarkan perintah peraturan
perundang-undangan. Lembaga tersebut dijadikan bagian dari Perangkat Daerah yang ada
setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara.
Ketentuan dalam penggabungan 2 (dua) urusan pemerintahan dan fungsi-fungsi tertentu
sebagai berikut.
o

Penggabungan 2 urusan pemerintahan hanya dapat dilakukan apabila nilai variabel


faktor umum dan faktor teknis kurang dari 600;

Penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan faktor
teknis antara 500 sampai dengan 600 dibentuk dinas/badan tipe B;

penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan faktor
teknis kurang dari 500 dibentuk dinas/badan tipe C.

25

26

También podría gustarte