Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
The correlation between Pregnancy For Passive Smokers WithWeight New borns
in RSD. Kalisat, Jember 2013.
Sutrisno, Jamhariyah, Syiska Atik Maryanti
Abstract
Number of cigarette producens in Jember district increased the number of active smokers
and passive smokers in Jember district. Cigarette smoke inhaled by pregnant women
increases the risk of LBW. The research haims to determine the relationship of passive
smoking pregnant women with weight new borns. Research design using a correlation study
with cross sectional approach, the entire population of mothers giving birth at RSD. Kalisat
in April-May 2013 obtained 148 respondents, the data collection technique using saturated
sampling, data collection using a questionnaire, and data analysis using chi square then
contingency coefficient. The results showed the majority of pregnant women as passive
smokers and 66.2% of babies born with low birth weight 29%. Based on chi square test
value 2 hitung > of 2 tabel, so Ho is rejected and the coefficient of contingency means
weak but definite. There is a weak but definite relationship between the pregnant woman as
a passive smokers with LBW in RSD. Kalisat, meaning that the longer the exposure of
pregnant women smoke cigarettes everyday will be more at risk for low birth weight babies.
Pregnant women are expected to be able to keep her pregnancy from cigarette smoke that
are around.
Keywords: passive smokers, pregnant women and low birth weight
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Susenas (Survei
Sosial Ekonomi Nasional), penduduk
Indonesia usia dewasa yang mempunyai
kebiasaan merokok sebanyak 31,6%.
Dengan besarnya jumlah dan tingginya
prosentase penduduk yang mempunyai
kebiasaan merokok, Indonesia merupakan
konsumen rokok tertinggi kelima di dunia
dengan jumlah rokok yang dikonsumsi
(dibakar) pada tahun 2002 sebanyak 182
milyar batang rokok setiap tahunnya.
Di Indonesia, sekitar 65,6 juta
wanita dan 43 juta anak-anak terpapar asap
rokok atau menjadi perokok pasif.
Soewarno Kosen mengungkapkan bahwa
banyak warga Indonesia terpapar asap
rokok karena 91,8% perokok merokok di
rumah. Asap rokok yang terhirup oleh ibu
hamil
dapat
meningkatkan
risiko
terjadinya abortus, solusio plasenta,
plasenta previa, insufisiensi plasenta,
kelahiran prematur, kecacatan pada janin,
dan BBLR. Hal ini dapat meningkatkan
kematian neonatus dan sindroma kematian
bayi mendadak (Prawirohardjo, 2009).
Bayi dikatakan BBLR jika bayi baru lahir
berat badannya < 2500 gram.
Profil Kesehatan Indonesia 2006
(2008, dalam Depkes RI), AKB di
Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi yaitu
BBLR sebesar 38,94% (Subhan, 2012).
Dari laporan rutin tahun 2010 di Jawa
Timur terjadi 5.533 kematian bayi dari
589.482 kelahiran hidup. Jumlah kematian
bayi tahun 2010 terbanyak di Kabupaten
Jember 427 bayi (Dinkes jatim, 2010).
51
52
No
1.
2.
Umur
<16th
/
>35th
16th - 35th
Jumlah Persentase
31
117
20,9%
79,1%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensiUmur Ibu Bersalin usia
<16th / >35th sebanyak 31orang ( 20,9%)
dan 16th - 35th sebanyak 117 orang
(79,1%).
Jenis Kehamilan
Tabel 2. Distribusi FrekuensiResponden
Berdasarkan
Jenis
KehamilanIbu Bersalin di RSD.
Kalisat
Kabupaten
Jember
Periode April-Mei 2013
No
1.
2.
Kehamilan
Primi gravida
Multi gravid
Jumlah Persentase
67
45,3%
81
54,7%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kehamilannya ibu dengan hamil
primi gravida sebanyak 67 orang (45,3%)
dan ibu hamil multi gravida sebanyak 81
orang (54,7%).
Usia Gestasi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Usia Gestasi Ibu
Bersalin di RSD. Kalisat
Kabupaten Jember Periode
April-Mei 2013
No
1.
2.
UK
Prematur
Aterm
Jumlah Persentase
25
16,9%
123
83,1%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensi responden berdasarkan
usia kehamilannya ibu yang hamil
prematur sebanyak 25 orang (16,9%) dan
ibu yang hamil aterm sebanyak 123 orang
(83,1%).
Sikap dalam Menghadapi Perokok
Sikap
1.
2.
3.
Selalu
menjauh
Selalu di
dekat
Kadang
menjauh
Jumlah
56
22
20
Persentase
57,1%
22,5%
20,4%
98
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
data distribusi frekuensi responden
berdasarkan sikap dalam menghadapi
perokok selama hamil, dari 98 orang ibu
bersalin yang selama hamil sebagai
perokok pasif yang selalu menjauh
sebanyak 56 orang (57,1%), ibu hamilyang
selalu di dekat perokok sebanyak 22 orang
(22,5%), dan ibu hamil yang kadangkadang menjauh sebanyak 20 orang
(20,4%).
Lama Responden Terpapar Asap Rokok
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Lama Responden
Terpapar Asap Rokok Ibu
Bersalin di RSD. Kalisat
Kabupaten Jember Periode
April-Mei 2013
No
1.
2.
3.
4.
Waktu
1-3 jam
3-5 jam
5-6 jam
> 7 jam
Jumlah Persentase
56
57,1%
3
3,1%
17
17,3%
22
22,5%
98
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
data distribusi frekuensi responden
berdasarkan lama waktu terpapar asap
rokok setiap harinya, dari 98 ibu bersalin
yang selama hamil sebagai perokok pasif
yang terpapar asap rokok per hari selama
1-3 jam sebanyak 56 orang (57,1%), 3-5
jam sebanyak 3 orang (3,1%), 5-6 jam
53
1.
2.
Riwayat
BBLR
Jumlah Persentase
Ya
Tidak
6
4,1%
142
95,9%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensi responden berdasarkan
riwayat melahirkan bayi dengan BBLR
sebanyak 6 orang (4,1%) dan yang tidak
memiliki riwayat melahirkan bayi dengan
BBLR sebanyak 142 orang (95,9%).
Komplikasi Kehamilan yang di Alami
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan
Komplikasi
Kehamilan yang di Alami
Responden Selama Hamil Ini
Ibu Bersalin di RSD. Kalisat
Kabupaten Jember Periode
April-Mei 2013
No
1.
2.
Komplikasi
Ya
Tidak
Jumlah Persentase
2
1,4%
146
98,6%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensi responden berdasarkan
komplikasi kehamilan yang di alami
responden selama hamil ini yaitu yang
mengalami komplikasi ada 2 orang (1,4%)
dan yang tidak mengalami komplikasi
sebanyak 146 orang (98,6%).
Data khusus
Perokok
pasif
Ya
Tidak
Jumlah Persentase
98
66,2%
50
33,8%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
distribusi frekuensi responden ibu bersalin
selama hamil sebagai perokok pasif
sebanyak 98 orang (66,2%) dan yang
bukan sebagai perokok pasif adalah
sebanyak 50 orang (33,8%).
Identifikasi Berat Badan Bayi Baru Lahir
di RSD. Kalisat Kabupaten Jember
Tabel 9 Distribusi
Frekuensi
Berat
Badan Bayi Baru Lahir di RSD.
Kalisat
Kabupaten
Jember
Periode April-Mei 2013
No
1.
2.
BBL
BBLR
BBLN
Jumlah
Persentase
43
29,0%
105
71,0%
148
100%
Berdasarkan tabel di atas didapatkan
distribusi frekuensi responden berdasarkan
berat badan bayi baru lahir saat ini yang
melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak
43 orang (29,0%) dan yang melahirkan
bayi dengan BBLN sebanyak 105 orang
(71,0%).
Dari hasil penelitian diatas analisa
yang digunakan yaitu menggunakan
perhitungan chi squaredan dilanjutkan
dengan rumus koefisien kontingensi
sebagai berikut
Perokok
BBL
54
pasif
YA
TIDAK
BBLR
Fo
Fh
41 28,5
BBLN
Fo
Fh
57 69,5
98
48
50
14,5
35,5
Total
43
105
Berdasarkan hasil penghitungan
manual dan SPSS di dapatkan 222,995
(data terlampir) sehingga hasil 2 hitung
>2 tabel yaitu 22,995 > 3,841. Ho ditolak
karena harga Chi Square hitung lebih besar
(>) dari harga Chi Square tabel. Untuk
mengetahui
kekuatan
atau
derajat
hubungan digunakan rumus koefisiensi
kontingensi. Dari hasil penghitungan
koefisien kontingensi didapatkan hasil
0,36yang
artinya
mempunyai
hubunganlemah tapi pasti.
Dari hasil penelitian didapatkan
adanya hubungan lemah tapi pasti antara
ibu hamil sebagai perokok pasif dengan
berat badan bayi baru lahir di RSD. Kalisat
Kab. Jember periode April-Mei 2013.
PEMBAHASAN
Ibu hamil sebagai perokok pasif di RSD.
Kalisat Kabupaten Jember pada bulan
April-Mei 2013
Dari hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa mayoritas ibu bersalin selama hamil
menjadi perokok pasif (66,2%).
Merokok sudah menjadi kebiasaan
penduduk kalisat baik remaja maupun
orang tua. Kebiasaan perokok aktif untuk
merokok di dalam rumah dan di tempattempat umum masih cukup banyak,
sehingga meningkatkan jumlah perokok
pasif penduduk kalisat terutama para ibu
hamil. Oleh karena itulah, akibat
meningkatnya jumlah perokok pasif
khususnya ibu hamil maka dapat
meningkatkan jumlah ibu yang melahirkan
bayi prematur dengan berat badan lahir
rendah.
Secara singkat dapat dijelaskan
bahwa radikal bebas yang terkandung
dalam asap rokok dapat menyebabkan
kerusakan
endotel,
peningkatan
vasokonstriktor,
dan
penurunan
vasodilator sehingga terjadi PPOK
(penyakit paru obstruktif kronik), selain itu
radikal bebas juga dapat menyebabkan
defisiensi asam folat.Sedangkan nikotin
yang juga terkandung dalam asap rokok
dapat
menyebabkan
vasokonstriksi
pembuluh darah yang dapat menyebabkan
hipertensi sehingga terjadi penurunan
suplai makanan dan oksigen fetus.
Akibatnya
secara
tidak
langsung,
hipertensi, PPOK, dan defisiensi asam
folat akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan fetus yang pada akhirnya
akan dapat mempengaruhi BBL.
Berat badan bayi baru lahir di RSD.
Kalisat Kab. Jember periode April-Mei
2013
Dari hasil penelitian berat badan bayi
baru lahir di RSD. Kalisat Kab. Jember
periode April-Mei 2013 yang tergolong
BBLR (29,0%) dari keseluruhan bayi baru
lahirdi RSD. Kalisat periode April-Mei
2013. Dari 43 BBLR yang dilahirkan oleh
ibu hamil sebagai perokok pasif (95,3%).
Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti dapat dibuktikan
bahwa bayi BBLR dapat dilahirkan oleh
ibu dengan komplikasi kehamilan yaitu
PEB dan kelahiran prematur, selain itu
terdapat faktor usia ibu < 16 melahirkan
bayi BBLR dikarenakan ibu masih dalam
masa pertumbuhan sehingga organ
reproduksi ibu masih belum siap untuk
tempat perkembangan janin oleh karena itu
janin
kekurangan
nutrisi
selama
pertumbuhan dan perkembangannya di
dalam rahim.
Penyebab BBLR dari faktor janin
diperoleh data bahwa bayi BBLR akibat
usia gestasi yang kurang bulan serta dari
faktor lingkungan antara lain akibat dari
paparan asap rokok. Lama terjadinya
paparan asap rokok pada ibu hamil setiap
harinya mempengaruhi besarnya risiko
terjadinya BBLR, ibu hamil yang terpapar
55
KESIMPULAN
Kesehatan
Anak
untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Hull, david dan jonston, D. (2008)DasarDasar Pediatri Edisi 3. Jakarta:
EGC
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Patricia, dkk. (2006)Buku Saku Asuhan
Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2009)Ilmu
kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. (2009)Buku
Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
57
Development of a strategy
towards promoting optimal fetal
growth. Avaliable from :
http://www.who.int/nutrition/topi
cs/feto_maternal/en.html.
Last
update : January
Windham, dkk. (2000)Prenatal Active Or
58
The Relationship between MgSO4 Treatment to Women with Severe Preeclampsia and
Uterine Contraction in Kalisat General Hospital, Jember, 2013
Moh.Wildan, Yuniasih Purwaningrum, Susilawati
According to Demografi Kesehatan Indonesia survey in 2010, bleeding is the major cause of
maternal death. In the recent years, the higher incidence of preeclampsia- eclampsia is the
main cause of the death. Early treatment with magnesium sulfate (MgSO4) is effective in
reducing the recurrence of convulsions and maternal deaths. However, it will impinge on
lessening the uterine contractions. The goal of this study is to analyze the relationship
between MgSO4 treatment to women with severe preeclampsia and uterine contraction in
Kalisat General Hospital, Jember, 2013. The research design is an analytic correlation with
cohort approach. The samples are 30 in partus mothers with severe preeclampsia which
collected by accidental sampling technique. The data are gathered through observation and
analyzed statistically by one sample chi square. The result shows that 66.67% respondents are
exhibit weak uterine contraction, 30% good contraction and 3.33% with no contraction. By
chi square correlation computation with 0.05, it can be concluded that there is a significance
correlation between MgSO4 treatment to women with severe preeclampsia and uterine
contractions. It is suggested that midwives should always prepare a complete bleeding
apparatus management when they provide some interventions to the in partus mothers with
severe preeclampsia.
Key words: MgSO4, severe preeclampsia, uterine contractions
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk dari upaya
pembangunan di bidang kesehatan adalah
peningkatan kesehatan ibu dengan
program
yang
bertujuan
untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI).
Dimana target yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah menurunkan AKI
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
millenium masih membutuhkan komitmen
dan usaha keras yang terus menerus.
World Health Organization (WHO) di
seluruh dunia lebih dari 585 per 100.000
kelahiran hidup setiap tahunnya ibu
meninggal saat bersalin. Di Negara maju
indeks AKI mencapai 20 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan ratarata di Negara berkembang 440 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2010).
Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di
Indonesia pada tahun 2010 adalah
METODE PENELITIAN
Desain yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu inpartu dengan preeklampsia
berat yang diberi MgSO4 di RSD Kalisat
pada tahun 2013. Teknik sampling dalam
penelitian ini yaitu accidental sampling
60
Protein Urin
Tabel 3.
Distribusi
Ibu
inpartu
Preeklampsia
Berat
Berdasarkan Tingkatan Protein
Urin di Ruang Bersalin RSD
Kalisat Jember Bulan April
Mei 2013.
HASIL PENELITIAN
Data Umum
Umur Ibu
Tabel 1. Distribusi
Ibu
inpartu
Preeklampsia
Berat
Berdasarkan Umur di Ruang
Bersalin RSD Kalisat Jember
Bulan April Mei 2013.
Umur Ibu
(Tahun)
<20
20-35
>35
Jumlah
Jumlah
4
15
11
30
Persentase
(%)
13,33
50
36,67
100
Distribusi
Ibu
inpartu
Preeklampsia
Berat
Berdasarkan Jumlah Paritas di
Ruang Bersalin RSD Kalisat
Jember Bulan April Mei
2013.
Anak Yang
Persentase
Jumlah
Dilahirkan
(%)
Primigravida
7
23,33
Multigravida
20
66,67
Grandemulti
3
10
Jumlah
30
100
Tingkatan
Protein Urin
Negatif
Positif 1
Positif 2
Positif 3
Positif 4
Jumlah
Jumlah
1
1
6
20
2
30
Persentase
(%)
3,33
3,33
20
66,67
6,67
100
Jumlah
Persentase
(%)
Ibu Preeklampsia
Berat yang diberi
MgSO4
30
100
5.
Mengalami
Kelainan
Kontraksi
Uterus
Setelah
Pemberian MgSO4 di Ruang
Bersalin RSD Kalisat April Mei 2013.
Kelainan
Kontraksi Uterus
Tidak Ada
Kontraksi
Lemah
Baik
Jumlah
Persentase
Jumlah
(%)
1
20
9
30
3,33
66,67
30
100
Lemah
2
0
Baik
Jumlah
3
0
1
0
1
0
1
0
1
0
-9
81
8,1
10
100
10
-1
0,1
182
18,2
Tabel 6
Tabel
Silang
Hubungan
Pemberian MgSO4 Pada Ibu
dengan Preeklampsia Berat
Terhadap Kontraksi Uterus di
RSD
Kalisat
Kabupaten
Jember yang dilakukan pada
bulan April Mei 2013.
Kelainan
Pemberian MgSO4
Kontraksi
fo
%
Fh %
Uterus
Tidak Ada
33,
1
3,33 10
Kontraksi
33
33,
Lemah
20 66,67 10
33
33,
Baik
9
30
10
33
10
Jumlah
30
100
30
0
62
Cipta
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Cunningham, F. Gary, dkk.. 2006. Obstetri
William. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Destin, Rizwesta. 2011. Tugas Mandiri Blok
Dorland. 2009. Kamus Kedokteran.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
JNPKR. 2002. Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta: JNPKR
Jordan,
Sue.
2004.
Farmakologi
Kebidanan.
Jakarta:
Buku
Kedokteran EGC
Leveno. 2009. Obstetri Williams Panduan
Ringkas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Mochtar. 1998: Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Notoadmojo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.Jakarta : Salemba
Merdeka
Saifuddin, dkk. 2006. Buku Acuan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.Jakarta : PT Rineka
65
Abstract: Autism is a condition that is about one child from birth or infancy moment that makes him
unable to form social relationships or normal communication. WHO report of 2005 shows ratio of
100:1. The results by Nanin and Umi (2010) mentions that there is that of 55 children with autism
who were treated in a foundation, as many as 35 children are also gluten-free diet and biomedical
therapies casein. Give a especially glutein free and casein free will be very helpful in improving
digestion children autism are impaired.This study aims to determine the level of compliance of
parents in providing diet therapy in children with autism. This study uses a descriptive research
method. The population are parents who have children with autism by 30 parents. Samples taken by
30 parents in SLB-B Bintoro landfill. Sampling technique is used is total sampling. In collecting data
using questionnaires sheet, the percentage of data processed. The results in SLB-B Bintoro shows that
parents are not obedient in giving diet therapy is as much as 17 (56.66%). This means that there are
many parents who do not comply in providing diet therapies. It is recommended for parents to provide
biomedical therapy to children every day.
Key word : autism, diet therapy
PENDAHULUAN
Setiap Orang Tua di Indonesia
menginginkan
anaknya
tumbuh
dan
berkembang sesuai tahapan umurnya. Tetapi
masih banyak pula anak yang mengalami
kelainan dalam perkembangannya yang sering
kita sebut Autis.
Kejadian anak autis di dunia semakin
meningkat. Laporan WHO tahun 2005
menunjukkan perbandingan 100:1 dan
memprediksi pada tahun 2020 gangguan
neuropsikiatrik termasuk autisme terhadap
anak di seluruh dunia akan meningkat 50 %.
Jumlah anak autis di seluruh dunia pada tahun
2007 sebanyak 35 juta dan pada tahun 2008
mencapai 60 juta setiap tahun. Amerika dapat
menentukan bahwa kejadian di negaranya
adalah 1:150 (satu anak autis per seratus lima
puluh anak) dan Inggris berani mengeluarkan
angka 1:100. Sedangkan di Indonesia, pada
tahun 2000 menurut Ika Widyawati, staf
bagian psikiatri fakultas kedokteran universitas
Indonesia memperkirakan terdapat kurang
lebih 6900 anak penyandang autis di
Indonesia. Dr. Melly Budhiman Psikiater
Anak dan Ketua Yayasan Autisme Indonesia
mengatakan Bila sepuluh tahun yang lalu
jumlah penyandang autisme diperkirakan satu
per 5.000 anak, saat ini meningkat menjadi
satu per 500 anak .Menurut mantan menteri
kesehatan Siti Fadillah Supari mengatakan
Jumlah anak
autis
10
7
13
30
Prosentase
(%)
33,33
23,33
43,33
100
Jenis kelamin
Karakteristik anak Berdasarkan berdasarkan
Jenis Kelamin anak di SLB B TPA Bintoro
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
Tabel 2. Distribusi frekuensi karateristik
anak berdasarkan Jenis Kelamin anak di
SLB B TPA Bintoro Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember
Jenis
Kelamin
Laki - Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah anak
autis
25
5
30
Prosentase
(%)
83,33
16,66
100
Pendidikan Orangtua
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
berdasarkan Pendidikan Orangtua di SLB B
TPA Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten
Jember
Tabel 3. Distribusi frekuensi karateristik
responden berdasarkan Pendidikan
Orangtua anak di SLB B TPA Bintoro
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
Pendidikan
Orang
tua
Dasar (SMP)
Menengah
(Umum/Kejuruan)
Tinggi
Jumlah
Jumlah
(orang)
2
19
9
30
Prosentase
(%)
6,66 %
63,33 %
30,00 %
100
Pendapatan Orangtua
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
berdasarkan Pendapatan Orangtua di SLB B
TPA Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten
Jember
Tabel 4. Distribusi frekuensi karateristik
responden berdasarkan Pendapatan
Orangtua anak di SLB B TPA Bintoro
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
Pendapatan
Orang tua/ bulan
< 1 juta
>1 juta
Jumlah
Jumlah
(Rp.)
3
27
30
Prosentase
(%)
10 %
90 %
100
Data Khusus
Tabel 5. Kepatuhan orangtua dalam
memberikan terapi diet pada anak Autis di
SLB-B Bintoro Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember
Pendidikan Orang
tua
Patuh
Tidak Patuh
Jumlah
Jumlah
(orang)
13
17
30
Prosentase
(%)
43,33
56,66
100
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian di SLB-B TPA
Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
dengan jumlah responden 30 anak di dapatkan
orangtua yang patuh sebanyak 13 (43,33 %),
dan orangtua yang tidak patuh sebanyak 17
(56,66 %). Sebagian besar responden
berpendidikan SMA / MA sebanyak 63,33 % .
Sebagian besar orangtua berpendapatan lebih
dari 1.091.000. Menurut pernyataan Puspita
dalam Ratnadewi (2012) yang menyebutkan
bahwa orangtua di katakan patuh jika
melaksanakan
diet
yang
meliputi
kemampuannya dalam memilih makanan
untuk anak, Mencatat makanan dan minuman
yang di konsumsi anak agar orangtua dapat
menimbulkan alergi pada anak. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Budhiman 2002,
yang menyatakan Mencatat makanan menjadi
lebih penting ketika kasein dan glutein
dihilangkan. Dan menurut Budhiman 2002
menambahkan Banyak zat yang tidak
termasuk dalam daftar obat dan disebut
sebagai Nutritional Suplements atau Food
Suplements yaitu dijual secara bebas, misalnya
68
SARAN
1. Bagi Orang tua
Untuk orangtua yang sudah patuh
sebaiknya
tetap
mempertahankan
pemberian terapi diet dapat memberikan
informasi kepada orangtua yang masih
tidak patuh dalam memberikan terapi
tersebut. Bagi orang tua yag belum patuh
sebaiknya menaati anjuran dokter untuk
memberikan diet secara benar.
2. Bagi Terapis
Di harapkan bagi terapis untuk selalu
memberikan konseling kepada orangtua
tentang terapi diet sehingga orangtua lebih
mengerti tentang terapi biomeis untuk anak
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai data awal penelitian selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Amilia Destiani Sofi. (2012). Kepatuhan
70
PENDAHULUAN
Hipertensi atau penyakit tekanan
darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi,
yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Gejala hipertensi pada umumnya antara
lain : sakit kepala, jantung berdebar
debar, sulit bernapas setelah bekerja keras
atau mengangkat beban berat, dan mudah
lelah (Vitahealth, 2004). Secara sederhana
seseorang disebut hipertensi apabila
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih besar dari 90
mmHg. Menurut WHO, batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg. Batasan tersebut adalah
untuk orang dewasa atau diatas umur 18
tahun (Sunardi, 2005).
Angka prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan
test.
HASIL PENELITIAN
Data Umum
Umur
Tabel 1. Distribusi
Frekuensi
Umur
Responden Pada Posyandu Lansia
Dusun Kencong dan Wonorejo
bulan Juni Juli 2013
Umur lansia
50 55 tahun
56 60 tahun
61 65 tahun
66 70 tahun
Jumlah
Jumlah
3
4
2
3
12
(%)
25
33,3
16,7
25
100
72
Tekanan
Sebelum
Sesudah
Sistolik
N %
N %
160
2 16,7
2 16,7
170
3 25
5 41,6
180
5 41,6
3 25
190
2 16,7
2 16,7
12 100
12 100
Jumlah
Berdasarkan
tabel
3
diatas
diketahui bahwa tekanan darah sistolik
responden sebelum pemberian kapsul
bawang putih adalah 180 mmHg sebanyak
41,6%, 170 mmHg sebanyak 25%, 160
mmHg dan 190 mmHg sebanyak 16,7%,
dan tekanan darah sistolik responden
setelah pemberian kapsul bawang putih
adalah 170 mmHg sebanyak 41,6%, 180
mmHg sebanyak 25%, 160 mmHg dan 190
mmHg sebanyak 16,7%.
Identifikasi Tekanan Darah Diastolik
Responden Sebelum dan Sesudah Diberi
Kapsul Bawang Putih
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tekanan
Darah
Diastolik
Responden
Sebelum dan Sesudah Diberi
Kapsul Bawang Putih Pada
Posyandu Lansia Dusun Kencong
dan Wonorejo Bulan Juni Juli
2013
Tekanan Sebelum
Sesudah
Diastolik N
%
N %
90
1
8,3
1 8,3
100
5
41,7
7 58,4
110
5
41,7
3 25
120
1
8,3
1 8,3
12
100
12 100
Jumlah
Berdasarkan tabel 4. diatas
diketahui
tekanan
darah
diastolik
responden sebelum pemberian kapsul
bawang putih adalah 100 mmHg dan 110
mmHg sebanyak 41,7%, 90 mmHg dan
120 mmHg sebanyak 8,3%. Sedangkan
tekanan darah diastolik responden setelah
pemberian kapsul bawang putih adalah
100 mmHg sebanyak 58,4%, 110 mmHg
sebanyak 25%, 90 mmHg dan 120 mmHg
sebanyak 8,3 %.
73
1091,68
= 12
= 175,8
=9,96
=99,24
1091,68
= 12
= 174,2
=9,96
=99,24
= 12
= 105
=7,97
=63,63
700
666,68
= 12
= 103,3
=7,78
=60,60
74
SARAN
Yogyakarta. Kanisius.
Hernawan, Udhi Eko & Ahmad Dwi
Setyawan.
2003.
Senyawa
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, Wied Harry. 2007. Makan Enak
Jakarta . EGC
Lany. 2007.
Penyakit
Darah
Hipertensi,
Tinggi.
77
Indonesia
17
21%.
http://www.madina.co.id/indexphp/nasional/520-menkesprevalensi-hipertensi-diindonesia-17-21.
Diakses
tanggal 18 Januari 2013.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Sakkhasukma.
Radio. 2013. Pasien
Penyakit
Degeneratif Paling Banyak
Dirawat di RSUD dr. Soebandi.
http://www.sokaradio.com/jurna
l.html?x=QXCsO6lpfD3ZtGPK
2pBJB2KQqSzJ3r%2BN&categ
ory=. Diakses tanggal 28 Januari
2013.
Sugiyono.
2012.
Statistika
Untuk
Penelitian.
Bandung.
CV
Alfabeta.
Sunardi, Tuti. 2005. Hidangan Sehat
Untuk Penderita Hipertensi.
Jakarta. Niaga Swadaya.
Surabaya post. 2011. Banyak Orang Stres
di
Jatim.
http://www.sbypost.co.id/?mnoberita&act=view&id. Diakses
tanggal 27 Januari 2013.
Syamsiyah, Iyam Siti. 2008. Khasiat dan
Gizi
Kesehatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya Malang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Rudianto, Budi. 2013. Menaklukan
Hipertensi
Mendeteksi,
dan
Diabetes.
Mencegah dan
78
Abstract
Objective: To determine the effect of perineal massage to perineal rupture in
primigravida in BPS ny. "R" District Sumbersari Jember.
Methode: correlation with the cohort approach / prospective sample of 30
respondents who met the inclusion criteria. Sampling technique that used was purposive
sampling and consecutive sampling.
Result: By chi square test (x2) with dk = 1 and 5% error rates, calculated chi square
value = 4.800. Apparently the value of calculate chi square was greater than the table
(4.800> 3.841), It mean Ho was refused and Ha was received.
Conclusion: Perineal massage was very effective in preventing the incidence of
ruptured perineum. Important to be informed and apply that massage is one non
farmakologik intervention to prevent perineal rupture in different order to better health
services in hospitals, clinics, health centers and community.
Keyword: Massage the Perineum, Ruptured Perineum
Pendahuluan
Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2010 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia yaitu 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab utama dari kematian ibu
di Indonesia tersebut adalah perdarahan
(28%), dimana salah satunya dapat
disebabkan oleh rupture jalan lahir
termasuk didalamnya ruptur perineum
Error! Reference source not found..
Perineum adalah area diantara vulva dan
anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Dalam
persalinan sering mengalami laserasi,
kecuali dilakukan episiotomi yang adekuat
(Rachimhadhi, 2008). Angka kejadian
ruptur perineum pada primipara (73,53%)
dan multipara (57,14%) (Didi, 2008). Dari
Jumlah
< 20 tahun
30%
21-35 tahun
21
70%
> 35 tahun
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan
tabel
tersebut
diketahui bahwa sebagian besar
responden berada pada usia 21-35
tahun, yang mana kelompok usia
tersebut merupakan kelompok usia
reproduktif sehat.
Karakteristik pendidikan responden
di BPS Ny. R Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
Tabel 2. Karakteristik pendidikan
responden
Pendidikan
Jumlah
SD
17%
SMP
20%
SMA
15
50%
S1
13%
Jumlah
30
100%
Jumlah
<3500
29
97%
>3500
3%
Jumlah
30
100%
lahir
81
Jumlah
Ya
30
100%
Jumlah
30
100%
Jumlah
Benar
30
100%
Jumlah
30
100%
Jumlah
Benar
30
100%
Jumlah
30
100%
Jumlah
Rutin
30
100%
Tidak Rutin
0%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan
tabel
di
atas,
menunjukkan bahwa 100% responden
melakukan pemijatan perineum secara
rutin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
edukasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan
mengenai
pemijatan
perineum cukup mampu memberikan
kesadaran akan manfaat pemijatan
perineum kepada ibu-ibu hamil,
sehingga semua responden bersedia
melakukan pemijatan perineum secara
rutin dan mandiri di rumah. Hal ini
mungkin juga ditunjang dengan tingkat
pendidikan sebagaimana disebutkan
sebelumnya sehingga responden lebih
mudah menerima informasi baru yang
diberikan.
82
C. Ruptura Perineum
Kejadian ruptur perineum pada
responden penelitian di BPS Ny. R
Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember di tunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 8. Tingkat Kejadian ruptura
perineum
Ruptur
perineum
Jumlah
Tidak ruptur
21
70%
Ruptur
30%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan
tabel
di
atas
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami ruptura
perineum yaitu sejumlah 21 responden
(70%) dan hanya 9 responden yang
terjadi ruptur perineum (30%).
Kejadian ini mungkin berkaitan
dengan pijat perineum yang dilakukan
secara rutin oleh seluruh responden.
Teori menyebutkan bahwa dengan
melakukan pemijatan perineum secara
rutin setelah usia kehamilan 34
minggu, dapat membantu otot-otot
perineum dan vagina menjadi elastis
sehingga memperkecil risiko robekan
dan episiotomi. Hal ini mungkin juga
didukung oleh karena 100% responden
meneran
dengan
benar
dan
mendapatkan
cara
menunjang
perineum secara tepat saat persalinan.
Disamping itu berat badan bayi yang
dilahirkan juga mempengaruhi kejadian
ruptur perineum, yang mana sebagian
besar atau 97% dari responden
melahirkan bayi dengan berat < 3500
gram. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prawirohardjo (2010) yang menyatakan
bahwa berat badan bayi lahir, cara
meneran dengan benar dan cara
menunjang perineum dengan benar,
akan mempengaruhi kejadian ruptur
perineum pada saat persalinan.
Pada penelitian ini, sebagian besar
responden berada pada rentang usia
reproduktif antara 20-35 tahun yaitu
83
fo
21
Ruptur
fh
fo - fh
( fofh)2
(fo-fh)2
fh
15
6,00
36,00
2,400
-6,00
36,00
2,400
72,00
4,800
Ruptur
15
Jumlah
30
30
Penutup
Penelitian ini dilakukan pada
sampel yang terbatas yaitu 30 responden.
84
Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis Data.
A.
(2007).
Depkes.
Nolan,
Notoatmodjo,
S.
(2005).
dan
Metodologi
Metodologi
Keperawatan.
Penelitian
Jakarta:
Ilmu
Salemba
Medika.
H. (2003). Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Oxorn,
Rayburn,
Dorland.
85
Non
Lutfi Evanurari*
*Dosen Akademi Kebidanan dr. Soebandi Jember
Abstract: The results of Indonesia Demographic and Health Surveys (IDHS) which is
conducted by the Central Statistics Agency (BPS) and the National Family Planning
Coordinating Board (BKKBN) MOH show that the populance whom suffered by mental
disabilities (mental retardation) and brain defects in Indonesia are 1,324,410 people. 3 (20%)
mental retardation students are suffered by disturbance communication. As a result the teacher
of SDLB implementing a therapeutic by using ADL (Actifity of Daily Living) approach. This
research was conducted to evaluate the children mentally retarded in communication process to
ADL program (Actifity of Daily Living) in SDLB "C" TPA Sumbersari Jember Regency.
This research design which is used by the researcher is evaluation study. In this population
study of 15 children acquired mental retardation and large samples used 3 children with
severe mental retardation using purposive sampling technique sampling. As a result of
research show that respons of mental retardation children heavy on process communication
and all respons that to fill criteria, 3 children of mental retardation are sufficient. There for this
case harmonize withteory had been before. Children of mental retardation have some limit
main function experience. This abnormality show with lowaverage intelectual
function together with difficult to make relationship, to adapted in his environment and to
communicate with others. This research is expected to provide input and information as well as
in the improvement of education policy for children with mental retardation and impart
knowledge to the community, especially for the parents in educating and training support
representative and provide the children with mental retardation.
Keywords : Communication process, verbal and non verbal respons, ADL (actifity of daily
living) program.
PENDAHULUAN
Retardasi mental adalah gangguan
yang telah tampak sejak masa anak-anak
dalam bentuk fungsi intelektual dan
adaptif yang secara signifikan berada
dibawah rata-rata (Luckasson,1992, dalam
Durand 2007). Menurut American
Association On Mental Retardation (Aamr)
1992 retardasi mental yaitu : kelemahan
atau ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum 18
tahun) ditandai
dengan
fase
kecerdasan
dibawah normal (IQ 70-75
atau kurang) dan disertai keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area berikut :
berbicara dan berbahasa; keterampilan
merawat
diri;
keterampilan sosial;
86
87
Jumlah
3
3
Presentase
(%)
100 %
100 %
Jumlah
3
3
Presentase
(%)
100 %
100 %
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan anak retardasi mental berat
dengan usia > 10th - < 18th sejumlah
100 %. Hal ini menunjukkan bahwa
retardasi mental merupakan disabilitas
kognitif yang muncul pada masa kanakkanak (sebelum usia 18th) atau bisa
dikatakan retardasi mental bermanifestasi
sebelum usia 18th. Dapat dijelaskan juga
bahwa hasil penelitian didapatkan jumlah
anak laki-laki lebih banyak daripada
anak perempuan yaitu jumlah anak lakilaki sebanyak 66,7%, sedangkan anak
perempuan sebanyak 33,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa retradasi mental 1,5
kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan dengan
rasio laki-laki perempuan adalah 1,6 : 1,3
(Betz. C. Lynn. 2009).
Dapat dijelaskan juga bahwa hasil
penelitian didapatkan anak retardasi
mental ringan sebanyak 46,7%, retardasi
mental sedang 33,3 %, dan retardasi
mental berat sebanyak 20%. Hal ini
menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan
statistik dunia menyatakan sekitar 3 %
anak dari populasi mengalami retardasi
mental (7,5 juta orang) dengan definisi
hanya menggunakan standar IQ. Yang
88
Metodologi
Keperawatan.
Penelitian
Jakarta:
Ilmu
Salemba
Medika
Schwartz. M. William.(2005). Pedoman
Klinis Pediatri. EGC
Sibagariang. Ellya. E. (2010). Metode
Komunikasi dan
Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
SARAN
Beberapa saran yang dapat peneliti
89
were delivered alive annually in Indonesia. Out of this number, about 100,454 died before
they reached the age of 28 days. According to many researches, the risk of neonatal mortality
can be reduced significantly by applying early initiation of breastfeeding to the newborns.
During this contact the body temperature of the newborns will automatically adjust to the
mothers body temperature. The objective of this research was to find out the body
temperatures of the newborns prior and post to early initiations of breastfeeding which were
practiced by the mothers in Jember district 2012. This research was comparative study which
used cross sectional approach. The population of the study was 34 newborns. Out of this
number, 31 were taken as samples based on cluster random sampling technique. The
collected data were then analyzed using Paired sample T test and Z test. The results showed
that the average body temperature of the newborns prior to early initiations of breastfeeding
was 36.89 o C, whereas the average body temperature of the newborns post to early
initiations was 37.09 o C. The computation using Z test resulted a value of 3.659, which
was higher than 2.042 (the value stipulated in Z table) so that the Ho was rejected. This
meant that there was a significant difference between the body temperature of the newborns
before and after obtaining early initiations of breastfeeding in Jember district. The above
results indicated that the temperature of the newborns adapted to the body temperature of the
mothers and even helped to stabilize the body temperature of the newborns during the early
initiation of breastfeeding, hence, practices of early initiations to the newborns by mothers
are highly encouraged.
Keywords: Early Initiation of Breastfeeding, the Body Temperature of Newborns
PENDAHULUAN
Di Indonesia setiap satu jam delapan
bayi berumur kurang dari seminggu
meninggal. Angka kematian bayi sangat
memprihatinkan, yang dikenal dengan
fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari, 2/3
kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi
pada umur kurang dari satu bulan
(neonatal), 2/3 kematian terjadi pada umur
kurang dari seminggu (neonatal dini) dan
2
/3 kematian pada masa neonatal dini
terjadi pada hari pertama.
Menurut laporan WHO di Indonesia,
setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir
hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454
meninggal sebelum berusia 28 hari. Berarti
275 neonatal meninggal setiap hari/sekitar
90
Inisiasi
sebenarnya
telah
dilaksanakan di Indonesia. Namun,
ternyata belum benar. Bayi baru lahir
biasanya sudah dibungkus sebelum
diletakkan di dada ibunya, akhirnya tak
terjadi skin to skin contact. Kasalahan
kedua, bukan menyusu, melainkan disusui.
Selain memberikan inisiasi dini, ibu
yang baru melahirkan juga perlu
memberikan ASI ekslusif hingga bayi
berumur enam bulan. Pemberian ASI
eksklusif ini mampu menekan kematian
bayi hingga 13% (Bambang, Meraih
Manfaat inisiasi ASI, 2007).
Dari hasil mengamatan sementara
dari 10 bayi yang dilakukan inisiasi
menyusu dini, terdapat perbedaan suhu
sebelum dan sesudah dilakukan inisiasi.
Berdasarkan teori Kecepatan Metabolisme
dan Suhu tubuh menunjukkan pada bayi
yang normal sekalipun sering turun
beberapa derajat selama beberapa jam
beberapa jam pertama setelah lahir, tetapi
kembali normal dalam 7 sampai 10 jam.
Walaupun
demikian,
mekanisme
pengaturan suhu tubuh masih kurang
selama
hari
pertama
kehidupan
(Guyton,1997: 1331).
Berdasarkan Uraian di atas maka
timbul suatu masalah yang sangat penting
untuk diangkat yaitu adakah perbedaan
suhu bayi baru lahir sebelum dan sesudah
inisiasi menyusu dini di Kabupaten
Jember.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian yang dipakai oleh
peneliti adalah studi komparasi analitik
yaitu penelitian dengan menggunakan
metode studi perbandingan yang dilakukan
dengan cara membandingkan perbedaan
sebagai fenomena untuk mencari faktor
faktor apa atau situasi bagaimana yang
menyebabkan timbulnya suatu peristiwa
tertentu (Notoatmodjo, 2005 : 142). Dalam
penelitian ini dimulai dengan mengadakan
pengumpulan fakta tentang perbedaan
suhu bayi baru lahir sebelum dan sesudah
inisiasi menyusu dini.
34
1+34(0.05)2
= 31, 336
Obyek yang diteliti atau sumber data
sangat luas dan besar, oleh karena itu
teknik Sampling yang kita gunakan adalah
dengan cara
randomisasi dalam dua tahap yaitu
randomisasi untuk cluster/menentukan
sampel
daerah
kemudian
randomisasi/menentukan orang/unit yang
ada di wilayahnya/dari populasi cluster
yang dipilih.
Variabel pada penelitian ini adalah
Suhu bayi baru lahir sebelum dan sesudah
inisiasi dini yang merupakan 2 sampel
berpasangan.
Analisis yang digunakan untuk menguji
perbedaan suhu bayi baru lahir sebelum
dan sesudah inisiasi menyusu dini dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan suhu bayi baru
lahir sebelum dan sesudah inisiasi
menyusu dini.
91
x1
s12
n1
s 22
n2
2r
x2
s1
n1
s2
n2
92
Pusat
pengaturan
suhu
di
hipothalamus
belum
berkembang,
walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat
belum
berfungsi
normal,
mudah
kehilangan panas tubuh (perbandingan luas
permukaan dan berat badan lebih besar,
tipisnya lemak subkutan, kulit lebih
permeable
terhadap air),
sehingga
neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan
sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan
(bersifat poikilotermik). Produksi panas
mengandalkan pada proses non-shivering
thermogenesis yang dihasilkan oleh
jaringan lemak coklat yang terletak
diantara scapula, axila, mediastinum dan
sekitar ginjal (Morgan HAH,1993).
Adapun hipotermia bisa disebabkan
oleh suhu lingkungan yang rendah,
permukaan tubuh terbuka. Posisi fleksi
bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai
sistem pengamanan untuk mencegah
pelepasan panas karena sikap ini
mengurangi pemajanan permukaan tubuh
pada suhu lingkungan.
Kontrol vasomotor bayi baru lahir
belum berkembang dengan baik untuk
mengonstriksi pembuluh darah subkutan
93
Fisiologi Kedokteran,
Jakarta,EGC
Hidayat, A Aziz Alim (2007), Metode
Saran
95
96
PENDAHULUAN
Memasuki usia remaja, dorongan seksual
seorang anak akan meningkat. Remaja mulai
peduli dengan daya tarik seksual dan mulai
merasakan campuran cinta dan nafsu birahi.
Akibatnya, remaja mulai sensitif dengan hal-hal
yang berkaitan dengan seksualitas sehingga dengan
sedikit stimulus seksual (misalnya melihat hal-hal
romantis atau mendengar cerita berbau seksual)
remaja sudah terangsang. Kondisi seperti ini yang
membuka peluang bagi remaja untuk berperilaku
seperti orang dewasa (misalnya berciuman,
berpelukan hingga melakukan hubungan seksual).
Bentuk perilaku seksual, mulai dari bergandengan
tangan (memegang lengan pasangan), berpelukan
(seperti merengkuh bahu, merengkuh pinggang),
bercumbu (seperti cium pipi, cium kening, cium
bibir), meraba bagian tubuh yang sensitif, sampai
dengan memasukkan alat kelamin dalam vagina.
Perilaku seksual pada remaja yang menjadi sorotan
adalah perilaku seksual pranikah karena dianggap
tidak bersesuaian dengan kaidah moral dan nilai
sosial masyarakat (D. Haesty, 2010). Dan pada
umumnya masa remaja merupakan perilaku yang
selalu ingin mencoba-coba hingga membawa
remaja masuk pada hubungan seks pranikah (Aini,
2010).
Perilaku seksual pada remaja disebabkan
tidak adanya keterbukaan dalam keluarga tentang
penting pendidikan seks (sex education) sejak dini.
Sulitnya orang tua terbuka dalam memberikan
97
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analitik korelasi
dengan pendekatan cross sectional.
Pada penelitian ini populasinya adalah 237
remaja siswa kelas XI yang bersekolah di SMA
K Jember sejumlah 46 remaja dan di SMK K
Jember yaitu sejumlah 191 remaja. Dan sampel
penelitian diambil dari remaja yang bersekolah di
SMA K dan SMK K Jember kelas XI sejumlah
172 remaja.
Pada penelitian ini menggunakan teknik
proportionate stratified random sampling karena
populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
Definisi operasional adalah mendefinisikan
variabel secara operasional dan berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu obyek atau fenomena
(Nursalam, 2003).
a. Pendidikan seksual adalah hasil nilai jawaban 10
kuesioner tentang pendidikan seksual yang
diberikan orang tua pada remaja, alat ukur yang
digunakan berupa kesioner dengan skala ordinal,
dengan kategori:
1) Baik, bila nilai benar 6-10
2) Kurang, bila nilai benar 0-5
b. Perilaku adalah hasil nilai jawaban 7 kuesioner
perilaku pada remaja saat bersama pasangan,
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
dengan skala data ordinal, yang memiliki
kategori sebagai berikut:
1) Ringan, bila pacaran sebatas bergandengan
tangan dan berpelukan
2) Sedang, bila bercumbu seperti cium pipi,
cium kening, dan cium bibir
3) Berat, bila perilaku seksual diwujudkan
dalam bentuk meraba bagian tubuh yang
sensitif, petting, oral seks, dan intercourse.
Pengolahan data meliputi Editing, Scoring, Coding,
Tabulating dan Entry.
Analisis Data :
a) Analisis Univariat
Untuk
menghitung
distribusi
frekuensi
menggunakan menggunakan rumus sebagai
berikut:
b) Analisis Bivariat
Untuk menguji hubungan antar variabel dalam
tujuan khusus dilakukan uji chi kuadrat dua
sampel dilanjutkan dengan uji koefisien
kontingensi.
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu
mendapat rekomendasi dari institusi dengan
mengajukan permohonan izin kepada institusi atau
Pendidikan
Seksual
Orang Tua
Baik
Kurang
Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
19
10
29
25
17
42
30
58
88
5
8
13
Total
79
93
172
98
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan uji statistik pada data yang
didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pendidikan seksual orang tua pada
remaja dengan perilaku seksual remaja pranikah di
SMA K dan SMK K Jember tahun 2013 dan
hasil kontingensi 0,264 yang bemakna kekuatan
hubungan antar variabel rendah atau lemah tapi
pasti.
Pendidikan seksual dapat mempengaruhi
perilaku individu tersebut terhadap seksual
pranikah. Remaja yang mendapat informasi yang
benar tentang pendidikan seksual maka mereka
akan cenderung mempunyai perilaku positif.
Sebaliknya remaja yang kurang mendapat
pendidikan seksual cenderung mempunyai perilaku
negatif (Karya, 2005).
Pendidikan seksual orang tua pada remaja
dengan perilaku seksual remaja pranikah
berhubungan rendah atau lemah tapi pasti karena
perilaku seksual remaja pranikah tidak hanya
dipengaruhi oleh pendidikan seksual orang tua pada
remaja tetapi ada faktor lain yang berpengaruh
seperti lingkungan, teman sebaya, dan media massa.
Perilaku seksual pada remaja disebabkan tidak
adanya keterbukaan dalam keluarga tentang penting
pendidikan seksual sejak dini. Sulitnya orang tua
terbuka dalam memberikan pendidikan seksual ini
lebih banyak disebabkan keluarga yang masih
menganggap tabu untuk membicarakan masalah
seks pada remaja. Adanya pemahaman yang salah
mengenai pendidikan seksual sehingga muncul
larangan membicarakan mengenai seksualitas di
depan umum karena dianggap sesuatu yang tidak
wajar. Dalam perbincangan sehari-hari pun, topik
seksualitas bukanlah topik yang umum dibicarakan,
termasuk dalam perbincangan antara orang tua dan
anak. Padahal komunikasi orang tua dan anak dapat
menentukan seberapa besar kemungkinan anak
melakukan tindakan seksual. Perilaku seksual
pranikah tidak hanya melanggar norma agama dan
masyarakat tetapi juga menimbulkan masalah lain
yaitu munculnya rasa bersalah, terjadinya
kehamilan yang tidak dikehendaki, penularan
penyakit seksual, dan mewabahnya virus
HIV/AIDS. Selain itu perilaku seksual pranikah
dapat menyebabkan menurunnya motivasi untuk
belajar sehingga banyak remaja kemudian
mengalami penurunan prestasi akademi.
KESIMPULAN
Banyak orang tua kurang memberikan
pendidikan seksual pada remaja di SMA K dan
SMK K Jember. Sebagian remaja perilaku
seksual remaja di SMA K dan SMK K Jember
99