Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tebu merupakan komoditas yang telah lama diusahakan di Pulau Jawa dan
Sumatera. Tebu merupakan bahan baku utama dalam produksi gula. Seperti yang
diketahui, gula merupakan salah satu komoditas pangan yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Tidak hanya konsumsi rumah tangga, tapi juga industri skala besar
maupun kecil. Konsumsi gula terus meningkat dari tahun 2008-2012, sedangkan
produksi gula berfluktuasi dan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi gula
sehingga terjadi defisit. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi, Produksi, dan Defisit Gula Tahun 2008-2012
Defisit
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Konsumsi (ton)
3.521
4.302
4.091
4.503
5.335
Produksi (ton)
2.668
2.517
2.290
2.228
2.601
Laju
8,77
-1,73
(%/thn)
Sumber : BPS dan Kementerian Pertanian, 2012
Ton
853
1.785
1.801
2.275
2.734
31,96
70,93
78,66
102,11
105,11
25,73
17,75
Indikator
Tahun
Gula
Target Produksi
2010
2.900.000
2011
3.900.000
2012
3.900.000
(ton)
Realisasi
1.380.000
1.361.000
2.600,350
Produksi (ton)
Impor (ton)
1.913.271 2.655.650
Sumber : BPS dan Kementerian Pertanian, 2012
494,131
produksi
adalah segala
sesuatu
yang
dibutuhkan
untuk
memproduksi barang dan jasa. Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi output produksi. Soekartawi (2001),
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan
menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan
korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya
produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,
obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya
disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.
Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian, secara umum terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja
Menururt Mubyarto (1994) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah:
Jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan
jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya
dibedakan oleh batas umur. Di Indonesia dipilih batas umur 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Dengan demikian, di Indonesia penduduk dibawah umur 10 tahun
digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur
minimum berdasarkan kenyataan bahwa pada umur tersebut sudah banyak penduduk
usia muda terutama di desa-desa yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam
melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh
pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka
pengertian permintaan tenaga kerja disini diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang
diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah tertentu.
4
2. Lahan Pertanian
Luas lahan dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak
diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah,
tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu
diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu
dipahami agar dapat ditransformasi menjadi ukuran luas lahan yang dinyatakan
dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga perlu
diperhatikan (Soekartawi, 1994). Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan
tersebut. Dalam praktek pertanian organik, lahan yang digunakan haruslah lahan yang
subur dan tidak mengandung unsur kimia berbahaya. Hal ini untuk menjamin bahwa
lahan atau tanah yang digunakan memberikan pengaruh positif terhadap komoditas
yang dibudidayakan.
3. Modal
Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersamasama faktor produksi menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini adalah
hasil pertanian. Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi
kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses produksi,
modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal
tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan
peralatan pertanian yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis
dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk,
pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Bibit
Bibit atau benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih atau
bibit yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik.
Semakin unggul benih atau bibit komoditas pertanian, semakin tinggi produksi
pertanian yang akan dicapai. Maka pemilihan bibit unggul menentukan hasil produksi
dengan kualitas yang baik dan terjamin. Bibit yang digunakan dalam budidaya
organik adalah bibit yang juga diproduksi dengan organik pula, sehingga dalam
produksinya (budidaya) bisa menghasilkan produk yang baik.
5. Pupuk
Pemberian pupuk dengan komposisi yang tepat dapat menghasilkan produk
berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian bagianbagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, dan
kompos. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk
buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses kimiawi di pabrik misalnya
pupuk urea, TSP 36, PonsKa, dan ZA.
6. Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta mengendalikan
organisme pengganggu tanaman yang menyerangnya. Pestisida terbagi menjadi 2,
yaitu pestisida organic dan anorganik. Pestisida anorganik dibuat dengan bahan-bahan
kimia, sedangkan pestisida organic dibuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman.
Pestisida dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat
merugikan petani. Penggunaan pestisida kimia harus sesuai dengan dosis kebutahan
lahan dan waktu penggunaannya agar tidak merusak tanama dan lingkungan.
2.2 Konsep dan Fungsi Produksi
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (atau sumber daya)
menjadi satu atau lebih output. Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan yang menghasilkan output.
Menurut Sukirno (2011) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan
diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktot-faktor
produksi dikenal juga dengan istilah input dan hasil produksi dikenal dengan istilah
output. Hubungan antara masukan dan keluaran di formulasikan dengan fungsi
produksi sebagai berikut :
Q = f(K,L,M,)
Dimana Q adalah keluaran selama periode tertentu, K adalah penggunaan
mesin (modal) selama periode tertentu, L adalah jam masukan tenaga kerja, M adalah
bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi () menunjukkan kemungkinan
variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi. Menurut Soekartawi
(2001), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)
dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan berupa output dan
variabel yang menjelaskan berupa input. Secara matematis hubungan tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Y = f(X1,X2,X3,,Xn)
Sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hokum yaitu The Law
of Diminishing Return (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum tersebut
menyatakan apabila penggunaan satu macam input ditambah dengan input yang lain,
maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudia seterusnya menurun jika input
tersebut terus ditambahkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan kurva total produksi,
kurva produk marginal, dan kurva produk rata-rata pada Gambar.
Kurva Produk Total (KPT) adalah kurva yang menunjukkan tingkat
produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Kurva Produk
Marginal (KPM) adalah kurva yang menunjukkan tambahan dari input physical
product yang disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 unit input variabel. Kurva
Produk Rata-Rata (KPR) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata perunit
input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah ( garis OB), dimana produk
marginal semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah produk marginal. Pada
titik balik (inflection point) B terjadi perubahan dari kenaikan hasil bertambah
menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum
(titik B); produk rata-rata masih terus naik. Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil
berkurang (garis BM), di mana produk marginal menurun; produk rata-rata masih
naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C, dimana pada titik ini
produk rata-rata sama dengan produk marginal. Titik M tercapai tingkat produksi
maksimum, dimana produk marginal sama dengan nol, produk rata-rata menurun
tetapi tetap positif. Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, dimana
produk marginal juga negatif produk rata-rata tetap positif.
10
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminalis
Familia
: Gramineae
Genus
: Saccharum
Spesies
: Saccharum officinarum
Menrut Farid (2003), tanaman tebu termasuk tanaman semusim yang siklus
hidupnya berlangsung selama 12-14 bulan. Dalam pertumbuhannya tanaman tebu
dibedakan menjadi beberapa fase dimana setiap fase tersebut memerlukan perlakuan
agar produksi tebu dapat optimal. Fase pertumbuhan tanaman tebu terdiri dari empat
fase yaitu:
1. Fase perkecambahan pada tanaman tebu dimulai saat terjadinya pertumbuhan
mata tunas tebu yang awalnya dorman menjadi tunas muda yang dilengkapi
dengan daun, batang, dan akar. Fase perkecambahan sangat ditentukan faktor
internal pada bibit seperti varietas, umur bibit, jumlah mata, panjang stek, cara
meletakan bibit, jumlah mata, bibit terinfeksi hama penyakit, dan kebutuhan hara
bibit. Selain itu, faktor eksternal seperti kualitas dan perlakuan bibit sebelum
tanam, aerasi dan kelengasan tanah, kedalaman peletakan bibit (ketebalan cover),
dan
kualitas
pengolahan
tanah
juga
sedikit
berpengaruh
pada
fase
perkecambahan ini.
2. Pertumbuhan anakan adalah perkecambahan dan tumbuhnya mata-mata pada
batang tebu di bawah tanah menjadi tanaman tebu baru. Fase pertunasan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan tebu, karena dapat merefleksikan
11
produktivitas tanaman tebu. Pada fase ini, tanaman membutuhkan kondisi air
yang terjamin kecukupannya, oksigen dan hara makanan khususnya N, P dan K
serta penyinaran matahari yang cukup. Dikatakan fase pertunasan karena umur
tersebut secara agresif tanaman tebu mengalami pertumbuhan secara horizontal
dengan terbentuknya tunas-tunas baru secara bertahap, mulai dari tunas primer
sampai tunas tertier. Pada umur tanaman ini, pertumbuhan kesamping terus
terjadi hingga mencapai pertumbuhan jumlah tunas maksimum pada umur tebu
sekitar 3 bulan. Proses pertunasan meskipun dominan terjadi munculnya anakan,
namun pola petumbuhannya berupa fisik dicerminkan dengan pembentukan
daun, akar, dan batang. Pertunasan sebagai bagian dari proses pertumbuhan
vegetatif, akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi didalam tubuh tebu
(intrinsik) yang meliputi sifat-sifat genetis dan hormon yang terdapat didalam
tubuh tebu. Selain itu kondisi lain yang mempengaruhi pertunasan adalah
kondisi lingkungan (ekstrinsik) yang meliputi intensitas penyinaran matahari, air,
unsur hara, dan temperatur.
3. Proses pemanjangan batang pada dasarnya merupakan pertumbuhan yang
didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan
tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang. Fase ini terjadi setelah
fase pertumbuhan tunas mulai melambat dan terhenti. Pemanjangan batang
merupakan proses paling dominan pada fase ini, sehingga stadia pertumbuhan
pada periode umur tanaman 3-9 bulan ini dikatakan sebagai stadia perpanjangan
batang. Ada dua unsur dominan yang berpengaruh dalam fase pemanjangan
batang. Unsur tersebut adalah diferensiasi dan perpanjangan ruas-ruas tebu yang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama sinar matahari, kelembaban tanah,
aerasi, hara N, dan faktor inheren tebu.
4. Fase kemasakan diawali dengan semakin melambat bahkan terhentinya
pertumbuhan vegetatif. Tebu yang memasuki fase kemasakan secara visual
ditandai dengan pertumbuhan tajuk daun berwarna hijau kekuningan, pada
helaian daun seringkali dijumpai bercak berwarna coklat. Pada kondisi tebu
tertentu sering ditandai dengan keluarnya bunga. Selain sifat inheren tebu
(varietas), faktor lingkungan yang berpengaruh cukup dominan untuk memacu
12
kemasakan tebu antara lain kelembaban tanah, panjang hari dan status hara
tertentu seperti hara nitrogen.
Tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun dan bunga. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Menurut
James (2004), tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan
menjadi akar primer dan akar sekunder. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari
mata akar buku tunas stek batang bibit. Karakteristik akar primer yaitu halus dan
bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar
dalam buku tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan
sedikit bercabang. Namun, bagian paling penting pada tanaman tebu adalah bagian
batang, karena pada bagian batanglah terdapat kandungan sukrosa yang tinggi, dan
juga terdapat mata tunas yang berfungsi untuk perkembangbiakan tanaman. Batang
tanaman tebu beruas-ruas, dari bagian pangkal sampai pertengahan. Panjang batang
tebu pada saat panen berkisar antara 2-4 m dengan diameter 2,5-5 cm, tergantung
baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. lingkaran tumbuh
(growth ring), bagian akar (root band), bagian daun (leaf scar), sedangkan bagian
internode terletak antara node berjumlah 20-30 ruas.
13
13
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Metode
pengumpulan data primer adalah studi pustaka, yaitu data dari berbagai sumber
seperti buku, laporan, jurnal, dan lain-lain
14
15
PG. Kebon Agung memiliki lahan tebu sendiri (TS) seluas 108 ha dan
bermitra dengan petani atau tebu rakyat (TR) seluas 23.000 ha. PG. Kebon Agung
merupakan pabrik gula yang terletak di tempat yang strategis di Kabupaten Malang
dengan sarana dan prasana pendukung, yaitu jalan utama atau jalan lintas propinsi.
PG..
Kebon
Agung
Adapun fasilitas pendukung lainnya, yaitu poliklinik, masjid, dan lapangan olahraga.
Arah Gadang
16
17
18
Bajumi, S.H. dengan No. 120 tanggal 27 Februari 1993, disahkan dengan Keputusan
Menteri Kehakiman RI tanggal 18 Maret 1993 No. C2-1717 HT.01.04.Th.93. Pada
tanggal 25 Februari 1992 didirikan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia
(YKK-BI) oleh Direksi Bank Indonesia yang diresmikan dengan akte Notaris Abdul
Latif dengan No. 29 tanggal 23 Februari 1992 dan adanya kebijakan dari Departemen
Kehakiman yang mengatur bahwa Direksi suatu Perseroan tidak boleh berupa badan
hukum tetapi harus orang perseorangan, maka dalam RUPS-LB tanggal 22 Maret
1993 diputuskan bahwa YKK-BI menjadi Pemegang Saham tunggal PT Kebon
Agung. Dan pada tanggal 1 April 1993 bertempat di Kantor Bank Indonesia Cabang
Surabaya dilakukan serah terima pengurusan dan pengelolaan PT Kebon Agung dari
Direksi PT Tri Gunabina kepada Saudara Sukanto (alm.) selaku Direktur PT Kebon
Agung.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
maka dalam RUPS-LB tanggal 26 Juli 1996 diputuskan bahwa Pemegang Saham PT
Kebon Agung terdiri dari YKK-BI dengan pemilikian saham sebanyak 2.490 lembar
atau sebesar 99,6 % dan Koperasi Karyawan PT Kebon Agung Rosan Agung
dengan pemilikan saham sebanyak 10 lembar atau sebesar 0,4 %.
Sejak didirikan dengan kapasitas giling terpasang 1.500 tth. Tahun 1937
kapasitas giling dinaikkan menjadi 1.800 tth. Pada tahun 1976 s.d. 1978 diadakan
Rehabilitasi, Perluasan dan Modernisasi (RPM) kapasitas giling menjadi 3.000 tth,
tahun 1998 s.d. 2001 dilakukan Program Penyehatan sehingga kapasitas giling
menjadi 4.700 tth.
19
Pabrik Gula Kebon Agung dipimpin oleh seorang pimpinan dan memiliki
tata serta prosedur yang telah disetujui oleh direksi. Ada empat bagian didalam PG.
Kebon Agung, yaitu:
1.
2.
4.
20
(SBTR)
dan
Sistem
Mekanisasi
(SM).
SBTR
merupakan
21
22
23
24
bibit bagal yaitu dengan menidurkannya diatas permukaan tanah. Mata tunas
harus terletak disamping kanan atau kiri hal ini agar mata tunas mudah
berkecambah. Kemudian bibit ditutup dengan tanah agar terhindar dari
kekeringan akibat sinar matahari.
C. Pemeliharaan
1. Pembibitan
Bibit tebu merupakan bagian dari tanaman tebu yang dapat
dikembangkan untuk tanaman baru. Bibit yang digunakan harus yang
bermutu bagus dan dari varietas unggul. Bibit yang digunakan berupa
batang batang tebu yang terdiri dari ruas-ruas serta mata tunas. Berikut
ini beberapa jenis bibit yang digunakan dalam kegiatan budidaya tebu:
a) Bibit pucuk
Bibit pucuk diambil dari pucuk tanaman tebu dengan varietas yang
baik. Bibit harus memiliki 2-3 mata tunas.
b) Bibit bagal
Bibit bagal berasal dari batang tanaman tebu yang berumur 6-7 bulan.
Bibit dipotong setiap 3 ruas dengan minimal terdapat 2 mata tunas.
Penyediaan bibit di PG. Kebon Agung dilakukan dengan menerapkan
4 penjengjangan kebun bibit. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bibit
yang berkualitas. Berikut merupakan 4 kebun bibit yang diterapkan PG
Kebon Agung:
a) Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP digunakan untuk menyediakan bahan tanam pada kebun nenek
(KBN). Masa tanam KBP untuk tebu giling pola 1 adalah bulan
Maret/April.Kebun Bibit Nenek
b) Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN digunakan untuk menyediakan bahan tanam kebun bibit induk.
KBN untuk tanaman tebu giling (KTG) pola I ditanam pada bulan
September-Oktober.
c) Kebun Bibit Induk (KBI)
25
penyulaman 2.
3. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan
mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pemupukan
yang dilakukan PG. Kebon Agung dilakukan dalam 3 tahap. Pemupukan
pertama adalah sebelum pengolahan lahan, pupuk yang digunakan adalah
pupuk organik yaitu kompos. Pupuk kedua dilakukan saat tebu berumur
kurang 1 - 1,5 bulan, pupuk yang diberikan adalah ZA dan Phonska. Pupuk
ketiga dilakukan saat tebu berumur 3 3,5 bulan, pupuk yang diberikan
adalah pupuk ZA.
Dosis pupuk ZA adalah 8 kw/ha, pupuk Phonska dengan dosis 4 kw/ha
dan pupuk kompos sebanyak 30 kw/ha. Pada tanaman tebu keprasan
pemberian pupuk dilakukan 2 kali yaitu yang pertama ketika umur tanam
tebu 1,5 - 2 bulan dan kedua ketika umur tanam 3,5 - 4 bulan.
4. Pengairan
Pengairan tebu dilakukan dua kali selama umur tanam. Pengairan
pertama di lakukan pada saat awal penanaman. Pada saat awal penanaman
tebu membutuhkan banyak air untuk fase pertumbuhan. Sedangkan
pengairan kedua dilakukan saat tanaman tebu berumur 3 bulan.
5. Pembumbunan
26
27
ke bagian pupus daun dan menggerek ke dalam daun muda yang belum
terbuka menuju menuju pucuk batang, yang kemudian digerek lurus ke
bawah. Pupus yang terbuka terlihat baris-baris yang terdiri dari lubanglubang kecil. Pada tanaman tebu muda ( 3 bulan) ulat membuat lorong
yang mendatar diatas titik tumbuh dan melalui pelepasan daun yang masih
utuh (lubang yang keluar ini terletak diatas tanah untuk memudahkan
keluarnya kupu-kupu dari ulat penggerek).
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hama penggerek pucuk pada tebu
berumur 3 bulan bulan menyebabkan tebu mati, tetapi masih dapat
menumbuhkan anakan baru. Serangan pada umur 6-7 bulan tidak tentu
mati, tanaman akan membentuk siwilan, tetapi ini dapat menyebabkan
tinggi batang turun satu meter dan rendemen dapat tururn 50%. Pada
tanaman tebu tua rendemen dapat turun antara 5-10%.
Di PG. Kebon Agung serangan hama penggerek pucuk di lahan Sumber
pucung tidak melebihi ambang batas ekonomi. Pengendalian yang
dilakukan oleh perusaan ialah melepas parasit Trichogramma sp. dilakukan
pada saat tebu umur 1,5 4 bulan.
2. Uret (Lepidiota stigma)
Uret merupakan larva yang menyerang perakaran tanaman tebu. Uret
memilik ukuran sekitar 4-5 cm beruas-ruas dan berwarna putih dan coklat
kekuningan (Gambar 7). Larva memiliki kepala yang kuat. Badannya
gemuk dan bagian belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai
tidak sempurna. Tungkai lebih banyak digunakan untuk menggali dari pada
untuk berjalan. Serangan uret ini biasanya terjadi pada tanaman tebu yang
ditanam di lahan kering tipe tanah berpasir. Gejala yang ditimbulkan akibat
serangan uret yaitu tanaman akan terlihat seperti mengalami kekeringan,
mudah roboh, tanaman kerdil, jumlah batang sedikit dan mudah dicabut
karena akar-akarnya dan pangkal batang telah rusak. Uret yang menyerang
tanaman tebu akan menurunkan produksi sampai 50%.
28
29
30
Sanitasi
alat
mekanis
dapat
dilakukan
dengan
hama
pucuk
dan
batang
menggunankan
parasitoid
31
berbentuk tabung.
Kualitas beras mempengaruhi perkembangbiakan dari C. cephalonica.
Keberadaan Sithopillus oryzae sebagai hama kutu beras mempengaruhi
jumlah dari imago C. cephalonica. S. oryzae pada beras dalam jumlah banyak,
maka telur C. cephalonica.yang berhasil menjadi imago jumlahnya berkurang.
Hama beras harus dihilangkan atau dihindrakan selama masa perkembangan
C. cephalonica. Biasanya beras yang terdapat banyak kutu, dijemur selama
satu hari hingga tidak ada kutu, agar perkembangan telur C. cephalonica
maksimal.
Setiap satu tabung sangkar diisi 50-100 imago C. Cephalonica. Imago
yang dihasilkan banyak maka diberi 100 imago dalam satu tabung sangkar,
jika iamago yang dihasilkan sedikit maka satu tabung sangkar diberi 50 imago
C. Cephalonica. Setiap pagi imago C. cephalonica di panen telurnya dengan
cara, ujung sangkar di rontokkan dengan kuas. Telur yang berhasil
dirontokkan, 60% bagian digunakan untuk perkembangbiakan dan 40%
bagian untuk dijadikan sebagai bahan parasit Trichogramma spp.. Telur C.
cephalonica yang digunakan sebagai bahan parasit di letakkan pada kertas
kecil yang dibentuk corong, sementara kertas pias diolesi dengan lem Gom
cair (berwarna kuning). Setiap kertas pias ditabur dengan C. cephalonica.
Satu tabung reaksi diisi dengan 4 kertas pias telur C. cephalonica pada saat
produksi telur sedikit dan 1 strater Trichogramma spp. Pada saat telur C.
cephalonica produksinya banyak, maka satu tabung reaksi diisi 6 kertas pias
dan 1 strater Trichogramma spp.
Spesies Trichogramma spp. yang dikembangkan adalah spesies
Australicum (tidak dibiakkan, karena sudah tidak efektif mengendalikan hama
hama, hama lebih resisten), Nana, Japanichum, dan Chilonis. Setiap hari
menghasilkan 50-90 kertas pias yang telah diinokulasi. Tabung kaca yang
berisi beberapa kertas pias yang sudah diinokulasi, setalah 7 hari maka
32
33
34
35
truk
Setelah
analisa
tebu
menuju
brix,
truk
Di PG.
36
6. Timbangan Netto
Setelah truk tebu di bongkar, truk menuju pos timbangan netto. Truk
ditimbang kosongan. Timbangan netto didapat dari timbangan bruto dan
timbangan tarra.
4.2.3 Analisa Gilingan Contoh
Analisa gilingan contoh bertujuan untuk mengetahui tingkat kemanisan pada
tanaman tebu yang akan digiling di PG Kebon Agung. Proses Analisa diawali dengan
pengambilan sampel 2 batang tebu tiap truk. Sedangkan, tebu yang akan dipanen
juga dilakukan analisa contoh dengan pengambilan tebu 1 rumpun yg mewakili 1
lokasi.
Brix adalah zat padat terlarut yang terdapat pada nira tebu setiap 100 gram
larutan, sedangkan Pol adalah jumlah gula yang ada dalam setiap 100 gram larutan.
Tahap -tahap analisa gilingan contoh tebu sebagai berikut:
1. Setiap truk di ambil 2 sampel tebu. Sampel tebu yang di ambil diberi tanda
menggunakan kertas yang berisi plat nomor truk dan jenis varietas.
2. Tebu digiling di mesin giling dan diambil niranya sebanyak 100 ml.
3. Nira yang telah diambil kemudian ditambahkan asetat 5 ml dan aquades 5 ml.
Fungsi dari asetat adalah untuk mempercepat pengendapan, sedangkan aquades
berfungsi sebagai pelarut.
4. Nira kemudian disaring dengan kertas saring.
5. Nira yang telah disaring dituangkan ke alat Refractometer dan Polarimeter.
Refractometer adalah alat untuk mengetahui nilai % Brix dan Polarimeter adalah
alat untuk mengetahui nilai % Pol. Secara otomatis akan muncul nilai % Brix dan
% Pol pada layar komputer.
6. Hasil pengukuran dari Refractometer dan Polarimeter dimasukkan ke PDE (Pusat
Data Elektronik) dan di print di SPTA (Surat Perintah Tebang Angkut). Tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah tebu tersebut dapat diterima atau tidak dilihat
dari nilai % Brix dan % Pol yang diperoleh.
4.2.4 Proses Produksi Gula
37
Proses produksi tebu sampai menjadi gula dibagi beberapa tahap, yaitu stasiun
gilingan, stasiun permunian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan (kristalisasi),
stasiun pemutaran, dan stasiun pembngkusan. Kegiatan produksi gula di PG. Kebon
Agung dapat dilihat pada Gambar 17.
1. Stasiun Penimbangan
Tebu dari stasiun tebang angkut dibawa ke stasiun penimbangan. Stasiun
penimbangan merupakan tempat setelah truk-truk tebu mendapat panggilan dari
petugas pos penerimaan yang selanjutnya truk-truk tersebut diarahkan meuju
stasiun penimbangan. Stasiun penimbangan terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Timbangan I (Timbangan Depan)
Timbangan I berfungsi untuk mengukur berat tebu yang akan masuk ke
stasiun penggilingan. Timbangan ini berupa lantai timbang yang dihubungkan
ke processor sehingga pada layar monitor akan terbaca berat bruto, tarra, dan
nettonya.
b) Timbangan II (Timbangan Belakang)
Timbangan II berfungsi sebagai timbangan non tebu. Bahan-bahan yang
ditimbang pada timbangan adalah tetes, bibit atau kompos, gamping atau
belerang, residu, bahan kimia atau bio, solar atau premium, besi tua, dan tebu
crane.
c) Timbangan III (Timbangan Crane)
Timbangan ini digantung pada sling crane yang mengangkat muatan tebu dari
truk tebu. Sling crane dikendalikan oleh operator.
2. Stasiun Penggilingan
Tebu yang telah ditimbang masuk ke stasiun penggilingan. Stasiun ini
berfungsi untuk memisahkan ampas tebu dan nira dari batang tebu sehingga
menghasilkan sukrosa. Proses ini dimulai dari pemindahan tebu dari meja tebu ke
cane cutter dengan cane carrier. Tebu dibawa menuju kedua unit pisau pemotong
tebu, yaitu Cane Cutter I dan Cane Cutter II. Cane Cutter I akan memotongmotong tebu menjadi potongan kecil-kecil,
38
PG. Kebon Agung memiliki 5 unit gilingan tebu. Cacahan tebu dari HDHS
masuk ke gilingan I. Nira hasil gilingan I disebut Nira Perahan Pertama (NPP).
Ampas tebu dari gilingan I masuk ke gilingan II, proses ini dilakukan sampai di
gilingan V. Nira dari gilingan 1 dan 2 dicampur disebut dengan nira mentah,
sedangkan nira 3 masuk ke gilingan 1, nira 4 masuk ke gilingan 2, nira 5 masuk
ke gilingan 3. Nira di gilingan 4 ditambahkan air imbibisi. Air imbibisi didapat
dari air kondensan dari stasiun penguapan dengan suhu 70 oC. Di gilingan 5 tidak
boleh ada air karena ampas akan basah dan tidak bisa dibakar menjadi bahan
bakar. Ampas dari gilingan 5 di keringkan menggunakan blower.
3. Stasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian berfungsi untuk menghilangkan kotoran (bukan gula) yang
terkandung dalam nira merntah dari stasiun penggilingan dengan penambahan zat
kimia melalui proses pemanasan dan pengendapan sehingga memperoleh nira
encer, selain itu juga berfungsi untuk mencegah inversi pada gula (terurainya
sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa). Proses pemurnian dilakukan dengan
proses sulfitasi.
Nira mentah hasil perasan masuk ke pipa. Nira mentah ditambahkan asam
fosfat untut mendapatkan 250 ppm fosfat agar nira bagus dan layak untuk
diproses. Setelah itu nira mentah dipanaskan di PP1 dengan suhu 73 oC dan
ditambahkan sakarat. Sakarat adalah pencampuran nira kental dengan suhu kapur
dengan perbandingan 2 susu kental : 1 nira kental fungsinya sebagai pemutih atau
pemucat dengan ph 8,3-8,5. Setelah dari PP1, masuk ke bejana sulfikasi. Hasil
pembakaran dari PP1 ditambahkan gas belerang untuk menurunkan ph menjadi
7,4-7,6. Setelah itu masuk ke bejana netralisir untuk menetralkan ph menjadi 7,17,2. Setelah itu masuk ke PP2 dengan suhu 90-100 oC fungsinya untuk mematikan
bakteri dan menyempurnakan reaksi fosfat dan belerang. Setelah dipanaskan di
PP2, akan membentuk gelembung yang dikeluarkan melalui flashtank lalu masuk
diaduk di single tray yang sudah ditambahkan flokulan (serbuk putih) dan nira
kental. Hasil adukan dari single tray adalah nira kotor. Nira kotor ditambah
dengan ampas halus untuk memadatkan blotong. Setelah itu masuk ke rotary
39
vacuum filter. Hasilnya adalah nira tapis yang nantinya dikembalikan di nira
mentah.
4. Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan berfungsi untuk menguapkan nira encer hari proses
pemurnian yang masih mengandung ai sehingga memperoleh nira kental.
Sebelum diuapkan ke evaporator, nira encer dipanaskan ke PP3 kemudian
dialirkan ke bejana pre-evaporator yang selanjutnya ke evaporator I sampai ke
evaporator V. Nira hasil penguapan di evaporator I masuk ke evaporator II dengan
suhu 200oC, setelah itu masuk ke evaporator III dengan suhu 90oC, masuk ke
evaporator IV dengan suhu 80oC, dan masuk ke evaporator V dengan suhu 60oC.
Uap yang dihasilkan oleh evaporator V dikondensasikan di kondensor. Uap dalam
kondensor ini diembunkan menjadi air kondensat dan di dinginkan di cooling
pond. Nira yang dihasilkan dipompa dan ditampung ke bejana sulfikasi nira
kental untuk proses continous sulfication. Proses pemberian gas SO2 bertujuan
untuk mereduksi zat-zat pembentuk warna dengan mengubah ikatan ferri menjadi
ferro sehingga ph nira menjadi 5,5.
5. Stasiun Pemasakan
Stasiun pemasakan berfungsi untuk memasak nira kental dengan cara
mengurangi pelarut yang berupa air sampai membentuk kristal gula. Proses
pemasakan ini terdiri dari 3, yaitu masakn D, C, dan A.
Pada masakan D menghasilkan gula D1 dan tetes, lalu diputar menjadi gula
D2 dan klare D. Gula D2 sebagai bibit untuk masakan di stasiun C. Di masakan
C, gula 2 ditambahkan nira kental, lalu menghasilkan gula C dan stroop C serta
nira kental. Stroop C sebagai bibit di masakan A. Di masakan A menghasilkan
gula A1 dan stroop A. Gula A1 disemprot air dengan suhu 70 oC menghasilkan
gula SHS dan klare SHS. Gula SHS merupakan gula produk.
6. Stasiun Pemutaran
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari larutan
induknya (stroop). Campuran ini dipisahkan dengan pemanfaat gaya sentrifugal.
Pada proses putaran digunakan 2 jenis alat putaran, yaitu putara kontinyu dan
putaran diskontinyu.
Putaran kontinyu pada prinsipnya berputar secara terus menerus untuk
memasukkan stroop atau mengeluarkan kristal gula. Alat pemisah antara stroop
40
dengan kristal gula pada masakan C dan D. Hasil yang diperoleh adalah gula
kristal C dan D yang kemudian dijadikan babonan untuk diproses pada stasiun
masakan.
Putaran diskontinyu pada prinsipnya tidak berputar secara terus menerus,
artinya ada waktu untu memasukkan stoop ke putaran atau mengeluarkan kristal
gula dari puttaran. Alat pemisah antara stroop dengan kristal gula pada masakan
A. Hasl yang diperoleh adalah gula produk (gula kristal putih dengan hasil
samping stroop A dan klare SHS.
7. Stasiun Pembungkusan
Gula yang telah dipisahkan lalu disimpan di silo sebelum dibungkus pada
packer. Fungsi packer adalah membagi gula produk dari silo. Gula dibungkus
pada karung yang dilapisi plastik. Berat gula yang dikemas di PG. Kebon Agung
adalah 50 kg.
41
42
Molindo Raya untuk diolah lagi menjadi campuran bahan pembuatan pupuk organik.
Harga dari cluser yaitu Rp. 450/kg, sedangkan untuk powder 325/kg.
Tenaga kerja di PT TAS berasal dari masyarakat setempat. Jam kerja
ditentukan dari jam 06.00-14.00 (Shift 1) dan jam 14.00-22.00 (shift 2). Jumlah
tenaga kerja tetap sebanyak 20 orang yang dibagi menjadi 4 grup (2 grup untuk shift
1 dan 2 grup untuk shift 2). Pekerja tetap biasanya berada di bagian gilingan cluser. 1
gilingan cluser biasanya dikerjakan oleh 5 orang. Sedangkan tenaga kerja dengan
sistem harian sebanyak 10 orang biasanya ditempatkan di persiapan bahan baku
(membolak-balikan blothong yang telah dicampur dengan bakteri).
43
44
berkisar diatas Rp 20.000.000, sedangkan harga sewa untuk lahan tegal antara Rp
7.000.000 Rp 15.000.000 per herktarnya.
Lahan TS PG. Kebon Agung tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten
Malang (Utara, Tengah, dan Selatan) dengan luas lahan yang berbeda. Hal ini
dikarenakan semakin sulit mencari lahan sewa. Rincian luas lahan terdapat pada
Tabel 4 dibawah ini.
menggunakan
45
nutrisi
tanaman. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian bagianbagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, dan
kompos. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk
buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses kimiawi di pabrik misalnya
pupuk urea, TSP 36, PonsKa, dan ZA.
Pupuk yang digunakan PG. Kebon Agung adalah pupuk tidak bersubsidi.
Jenis pupuk yang digunakan adalah
kompos. Pupuk
ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara
nitrogen bagi tanaman. Pupuk ZA mudah menyerap air, karena ion sulfat sangat
mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Pupuk ZA mengandung belerang
24% (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen 21% (dalam bentuk amonium). Pupuk
Phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri atas berbagai zat penambah
unsure hara alami. Komposisi pupuk Phonska yang mendasar terdiri atas Nitrogen
15%, Fosfat 15%, Kalium 15%, Sulfur 10%, dan kada air maksimal 2%. Fungsi
pupuk Phonska adalah menambah daya tanah tanaman terhadap gangguan hama
dan penyakit, memperlancar proses pembentukan gula dan pati, dan lain-lain.
Pupuk kompos yang digunakan PG. Kebon Agung adalah pupuk dari hasil
limbah blotong dari pabrik yang diolah kembali. Selain itu pupuk kompos atau
bahan organik yang diberikan adalah abu ketel.
Pupuk kompos diberikan sebanyak 30 kuintal dalam 1 hektar saat pengolahan
lahan. Pupuk 1 diberikan pada saat tanaman tebu berumur 1 bulan dengan ZA dan
Phonka, masing-masing sebanyak 4 kuintal. Pupuk 2 diberikan saat tebu berumur
2 bulan yaitu hanya pupuk ZA sebanyak 4 kuintal.
E) Tenaga Kerja
Menururt Mubyarto (1994) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa
46
jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut.
Mandor adalah pekerja yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lahan TS
di PG. Kebon Agung. Mandor bertugas mengatur keuangan yang telah diberikan
Kasubsi Bagian Tanaman (khusus untuk lahan TS), merekrut, dan mengawasi
pekerja (buruh) di lahan TS. Selama musim giling, mandor tanam terdiri dari
mandor harian lepas (borongan), mandor musiman, dan mandor tetap. Satu
mandor mengawasi 10-25 pekerja untuk mengerjakan seluruh kegiatan produksi
tebu. Kegiatan tersebut meliputi : persiapan pembukaan lahan, pembuatan got
(keliling, malang, dan mujur), pengolahan lahan dengan traktor, pembuatan
juring, penanaman, pengeprasan, pedot oyot, pemupukan I dan II, pembumbunan
I dan II, penyulaman, pembubutan, pengklentekan 2 kali, pendalaman got
(keliling, malang, dan mujur), pengairan, dan pemberantasan hama.
Tabel 4. Tenaga Kerja Mandor di PG. Kebon Agung
Uraian
Harian Lepas (Kontrak
Jumlah
2 orang
Upah
Rp 63.263,65
selama 3 bulan)
Harian Lepas (Tidak
2 orang
Rp 40.000
Kontrak)
Musiman
1 orang
Tetap
3 orang
Sumber : PG. Kebon Agung Tahun 2014
Rp 63.263,65
Rp 63.263,65
Pada dasarnya buruh yang bekerja di lahan tebu dibayar secara borongan,
akan tetapi pada praktiknya biaya borongan tersebut dikonversi menjadi upah
harian. Misalnya untuk pengairan perlengnya diberi harga Rp 1000. Pada 1
hektar terdapat 1000 leng, maka biaya borongan untuk kegiatan pengairan
adalah Rp 1.000.000. Upah tenaga kerja yang diberikan PG. Kebon Agung
rata-rata sebesar Rp 25.000. Jika ingin kegiatan pengairan selesai dalam 1
hari, maka diperlukan tenaga kerja (buruh) sebanyak 40 orang. Pada
kenyataannya, semakin lama tenaga kerja semakin susah didapat (langka),
selain itu tenaga kerja (buruh) yang bekerja di lahan TS rata-rata berusia
47
antara 20- > 50 tahun, namun kebanyakan berusia >40 tahun. Maka dari itu
pengerjaan upah tenaga kerja borongan dikonversi menjadi upah harian.
Upah yang diberikan per hari adalah Rp 25.000 untuk buruh perempuan
dan Rp 30.000 untuk buruh laki-laki. Biaya garap yang diberikan dengan
sistem borongan, artinya bayaran total menggunakan harga per leng lahan
yang dikerjakan dalam 1 ha yang terdiri dari 900-1000 leng. Harga yang
diberikan berbeda karena setiap kegiatan mempunyai kesulitan yang berbeda
dalam pengerjaannya.
Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja Borongan
Kegiatan
Fisik Satuan
Harga
Persiapan buka kebun
1,000
leng
200
Tanam
1,000
leng
1,750.00
Kepras
1,000
leng
900
Pedot Oyot
1,000
leng
900
Pupuk I
1,000
leng
700
Bumbun I
1,000
leng
900
Sulam
1,000
leng
400
Bubut 3 x
1,000
leng
1,500
Bumbun II/Sigargulud
1,000
leng
900
Pupuk II
1,000
leng
300
Klentek 2 x
1,000
leng
1,600
Bumbun III
1,000
leng
1,000
Pengairan
1,000
leng
1,000
Pemberantasan hama
1,000
leng
250
Sumber : PG. Kebon Agung Tahun 2014
Keterangan : Leng adalah jarak antara pucuk ke pucuk,
Jumlah
200,000
1,750,000
900,000
900,000
700,000
900,000
400,000
1,500,000
900,000
300,000
1,600,000
1,000,000
1,000,000
250,000
panjang tiap leng
adalah 10 m.
4.3.2 Biaya Faktor Produksi Tebu di PG. Kebon Agung
Tebu dapat ditebang setelah berumur 12-14 bulan. Jika dilahan sawah,
produksi tebu lebih dari 900 kuintal, sedangkan lahan tegalan berkisar 700 kuintal.
Selamaproses produksi tebu, banyak biaya yang dikeluarkan untuk membeli inputinput produksi untuk menghasilkan tebu dengan jumlah optimal dan berkualitas. Data
yang digunakan adalah biaya produksi tebu PG. Kebon Agung selama 2 tahun. Pada
tahun pertama adalah awal penanaman dan tahun kedua merupakan rawat ratoon.
Data yang digunakan untuk menghitung biaya produksi tebu PG. Kebon Agung
48
merupakan data untuk wilayah Mangunrejo, Kabupaten Malang dengan luas 2,562
ha.
A. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan PG. Kebon Agung pada tahun pertama dan
tahun kedua adalah sewa lahan dan sewa traktor. Pada tahun pertama dan tahun kedua
biaya sewa lahan adalah Rp 60.693.780. Biaya untuk sewa traktor hanya dikeluarkan
pada tahun pertama sebesar Rp 4.483.500, pada tahun kedua adalah tebu keprasan
sehingga PG. Kebon Agung tidak mengeluarkan biaya untuk bibit. Dari hasil
perhitungan, biaya tetap pada tahun pertama lebih banyak daripada tahun kedua yaitu
sebesar Rp 65.177.280 pada tahun pertama dan Rp 60.693.780 pada tahun kedua.
Tabel 6. Biaya Tetap Tebu Varietas BL dengan Luas Area 2,562 ha di PG Kebon
Agung Tahun I (Masa Tanam Awal)
No
1
2.
Uraian
Fisik
Harga Satuan
Sewa lahan
1 ha
Rp 23.690.000
Sewa Traktor
1 unit
Rp
1.750.000
TOTAL BIAYA TETAP
Nilai Per ha
Total
(2,562 ha)
Rp 23.690.000
Rp 1.750.000
Rp 60.693.780
Rp
4.483.500
Rp 65.177.280
Tabel 7. Biaya Tetap Tebu Varietas BL dengan Luas Area 2,562 ha di PG Kebon
Agung Tahun II (Rawat Ratoon)
No
1
Uraian
Fisik
Harga Satuan
Sewa lahan
1 ha
Rp 23.690.000
TOTAL BIAYA TETAP
Nilai Per ha
Total
(2,562 ha)
Rp 23.690.000
Rp 60.693.780
Rp 60.693.780
B. Biaya Variabel
Biaya variabel yang dikeluarkan PG. Kebon Agung meliputi pupuk, biaya
garap, dan biaya tebang-angkut. Tahun pertama biaya bibit yang dikeluarkan sebesar
Rp 11.272.800, sedangkan pada tahun kedua tidak mengeluarkan biaya bibit karena
rawat ratoon. Biaya pupuk (ZA, Phonska, Kompos) yang dikeluarkan pada tahun
pertama dan tahun kedua sama yaitu sebesar Rp 13.040.580. Biaya garap meliputi
49
persiapan buka lahan sampai tebang angkut yang dikeluarkan pada tahun pertama
sebesar Rp 63.985.650, sedangkan pada tahun kedua sebesar Rp 63.729.750. Biaya
garap pada tahun kedua lebih rendah karena pada proses budidaya pada tahun kedua
tidak perlu membuat got keliling, mujur, dan malang serta melakukan penanaman.
Tabel 8. Biaya Variabel Tebu Varietas BL dengan Luas Area 2,562 ha di PG Kebon
Agung Tahun I (Masa Tanam Awal)
No
Uraian
Harga Satuan
80 kw
Rp
55.000/kw
Rp
2.240.000
Rp
11.272.800
- ZA
8 kw
Rp 280.000/kw
Rp
2.240.000
Rp
5.738.880
- Phonska
4 kw
Rp 450.000/kw
Rp
1.800.000
Rp
4.611.600
- Kompos
30 kw
Rp
35.000/kw
Rp
1.050.000
Rp
2.690.100
1.000 leng
Rp
150/leng
Rp
150.000
Rp
384.300
400 m
Rp
350/m
Rp
140.000
Rp
358.680
500 m
Rp
350/m
Rp
175.000
Rp
448.350
100 m
Rp
350/m
Rp
35.000
Rp
89.670
Tanam
1.000 leng
Rp
1.750/leng
Rp
1.750.000
Rp
4.483.500
Kepras
Pedot Oyot
Bibit
Pupuk
Total
(2,562 ha)
Fisik
Nilai Per ha
Biaya garap
Persiapan buka
kebun
Buat
keliling
got
Buat
malang
got
Pupuk I
1.000 leng
Rp
700/leng
Rp
700.000
Rp
1.793.400
Bumbun I
1.000 leng
Rp
900/leng
Rp
900.000
Rp
2.305.500
Sulam
1.000 leng
Rp
500/leng
Rp
500.000
Rp
1.281.000
Bubut
1.000 leng
Rp
1.500/leng
Rp
1.500.000
Rp
3.843.000
Tabel 8.(Lanjutan)
50
No
Uraian
Fisik
Harga Satuan
Bumbun
II/Sigargulud
1.000 leng
Rp
1.000/leng
Pupuk II
1.000 leng
Rp
350/m
Rp
Klentek 2 x
1.000 leng
Rp
1.600/m
Bumbun III
1.000 leng
Rp
400 m
Pendalaman
got keliling
Pendalaman
got malang
Pendalaman
got mujur
Pengairan
Pemberantasan
hama
Rp
2.305.800
350.000
Rp
896.700
Rp
1.600.000
Rp
4.099.200
1.000/leng
Rp
1.000.000
Rp
2.562.000
Rp
350/m
Rp
140.000
Rp
358.680
1.000 m
Rp
350/m
Rp
350.000
Rp
896.700
100 m
Rp
350/m
Rp
35.000
Rp
89.670
500 leng
Rp
1.000/leng
Rp
500.000
Rp
1.281.000
1.000 leng
Rp
250/leng
Rp
250.000
Rp
640.500
Rp
2.000.000
Rp
5.124.000
10.000 Rp
12.000.000
Rp
30.744.000
Rp
88.299.030
Transport
Tenaga Kerja
Tebang Angkut
Total
(2,562 ha)
Nilai Per ha
1.200
Rp
Rp
900.000
Tabel 9. Biaya Variabel Tebu Varietas BL dengan Luas Area 2,562 ha di PG Kebon
Agung Tahun II (Rawat Ratoon)
51
No
Fisik
Harga Satuan
Nilai Per ha
Total
(2,562 ha)
- ZA
8 kw
Rp 280.000/kw
Rp
2.240.000
Rp
5.738.880
- Phonska
4 kw
Rp 450.000/kw
Rp
1.800.000
Rp
4.611.600
- Kompos
30 kw
Rp
35.000/kw
Rp
1.050.000
Rp
2.690.100
1.000 leng
Rp
150/leng
Rp
150.000
Rp
384.300
Uraian
Bibit
Pupuk
Biaya garap
Persiapan buka
kebun
Buat
keliling
got
Buat
malang
got
Tanam
Kepras
1.000 leng
Rp
1000/leng
Rp
1.000.000
Rp
2.562.000
Pedot Oyot
1.000 leng
Rp
1000/leng
Rp
1.000.000
Rp
2.562.000
Pupuk I
1.000 leng
Rp
700/leng
Rp
700.000
Rp
1.793.400
Bumbun I
1.000 leng
Rp
900/leng
Rp
900.000
Rp
2.305.500
Sulam
1.000 leng
Rp
500/leng
Rp
500.000
Rp
1.281.000
Bubut
1.000 leng
Rp
1.500/leng
Rp
1.500.000
Rp
3.843.000
Bumbun
II/Sigargulud
1.000 leng
Rp
1.000/leng
Rp
900.000
Rp
2.305.800
Pupuk II
1.000 leng
Rp
350/m
Rp
350.000
Rp
896.700
Klentek 2 x
1.000 leng
Rp
1.600/m
Rp
1.600.000
Rp
4.099.200
Bumbun III
1.000 leng
Rp
1.000/leng
Rp
1.000.000
Rp
2.562.000
Tabel 9.(Lanjutan)
52
No
Uraian
Pendalaman
got keliling
Pendalaman
got malang
Pendalaman
got mujur
Pengairan
Pemberantasan
hama
Harga Satuan
400 m
Rp
350/m
Rp
140.000
Rp
358.680
1.000 m
Rp
350/m
Rp
350.000
Rp
896.700
100 m
Rp
350/m
Rp
35.000
Rp
89.670
500 leng
Rp
1.000/leng
Rp
500.000
Rp
1.281.000
1.000 leng
Rp
250/leng
Rp
250.000
Rp
640.500
Rp
2.000.000
Rp
5.124.000
10.000 Rp
12.000.000
Rp
30.744.000
Rp
76.770.330
Transport
Tenaga Kerja
Tebang Angkut
Total
(2,562 ha)
Fisik
1.200
Rp
Nilai Per ha
53
Tabel 10. Biaya Total Produksi dengan Luas Area 2,562 ha di PG Kebon Agung
Tahun I (Masa Awal Tanam) dan Tahun II (Rawat Ratoon)
Total
No.
(2,562 ha)
Uraian
Tahun I
1.
2.
Persentase
(%)
65.177.280
88.299.030
42,47
57,53
Rp 153.476.310
100 %
Rp
Rp
Tahun II
Rp
Rp
Persentase
(%)
60.693.780
76.770.330
44,15
55,85
Rp 137.464.110
100 %
V. PENUTUP
54
5.1 Kesimpulan
1. Faktor produksi yang digunakan PG. Kebon Agung adalah bibit, pupuk, pestisida
dan herbisida, lahan pertanian, dan tenaga kerja.
a. Bibit yang digunakan PG. Kebon Agung adalah varietas berdasarkan
kemasakannya (masak awal, tengah, dan akhir) yaitu PSJK 922, PS 881, BL.
b. Pupuk yang digunakan PG. Kebon Agung adalah pupuk tidak bersubsidi,
jenisnya adalah ZA, NPK, dan pupuk kompos.
c. Tenaga kerja yang digunakan di lahan TS PG. Kebon Agung adalah tenaga
kerja (buruh) lepas yang merupakan tenaga kerja borongan.
d. Pestisida dan herbisida digunakan PG. Kebon Agung jika keberadaan hama,
penyakit, dan gulma menurunkan produksi dan merugikan dari segi ekonomi.
e. Lahan TS yang digunakan PG. Kebon Agung merupakan lahan sewa. Fungsi
dari lahan TS adalah memenuhi kebutuhan kapasitas produksi gula di PG.
Kebon Agung. Luas lahan TS untuk tebu giling adalah 77,190 ha.
2. Biaya total produksi pada tahun pertama lebih besar dari pada tahun kedua yaitu
sebesar Rp 153.476.310. Biaya terbesar yang dikeluarkan pada tahun pertama dan
tahun kedua adalah biaya variabel yaitu sebesar 42,47% dan 44,15% dari total
biaya produksi. Faktor yang mempengaruhi besarnya biaya variabel adalah biaya
garap yang tinggi.
3. Kendala yang dihadapi PG. Kebon Agung dalam faktor-faktor produksi tebu di
lahan TS adalah ketersediaan tenaga kerja yang semakin menurun, tenaga kerja
yang digunakan PG. Kebon Agung berasal dari daerah yang cukup jauh dari
wilayah kerja PG. Kebon Agung, dan umur para tenaga kerja yang berkisar antara
45-60 tahun. Kendala lainnya adalah pengadaan sewa lahan yang semakin sulit
dan terdapat beberapa konflik antara PG. Kebon Agung dan pemilik lahan yang
tidak berkomitmen.
5.2 Saran
55
55
Adapun saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan
antara lain:
1. Penggunaan teknologi secara maksimal untuk proses produksi tebu di lahan TS
PG. Kebon Agung dapat meminimalisir penggunaan dan biaya untuk tenaga kerja
di lahan TS. Selain itu pengelolaannya terkait penyerapan jumlah tenaga kerja
dapat penambahan insentif dari upah yang didapat, sehingga lebih banyak
masyarakat yang termotivasi bekerja menjadi karyawan lepas.
2. PG. Kebon Agung dalam pengadaan sewa lahan sebaiknya menyewa kepada
pemilik yang dapat dipercaya. Membuat kontrak perjanjian sewa dengan badan
hukum sehingga tidak terjadi konflik yang disebabkan oleh pemilik lahan yang
tidak berkomitmen.
DAFTAR PUSTAKA
56
Gula
Kebon
Agung.
Profil
Perusahaan
(online).
2014.
57
58
LAMPIRAN
59
60
Hari/Tanggal
Senin/
30 Juni 2014
Jam Kerja
07.00
07.15-09.00
Kegiatan
Masuk
Briefing dengan Pak Dimas dan Pak
09.10-09.55
09.55-12.00
Sendiri/TS),
kami
melakukan
cara
pengolahan
lahan
14.00-14.30
14.30-16.00
istirahat.
Pengadministrasian data Rawat Ratoon
Review materi yang didapat, tanya-jawab
materi, dan merencanakan kegiatan untuk
07.00
07.15-09.00
besok.
Masuk
Briefing dengan Pak Dimas dan Pak
09.10-09.55
Lampiran 3.(lanjutan)
No
2
Hari/Tanggal
Selasa/1 Juli
Jam Kerja
07.00
Kegiatan
Masuk.
61
2014
Rabu
2 Juli 2014
Kamis
3 Juli 2014
07.00-07.30
07.30-09.30
09.30-12.00
12.00-13.00
13.00-14.30
masing-masing kelompok.
Input dan olah data analisa kotoran tebu.
Istirahat.
Review materi yang didapat hari ini, tanya
14.30-16.00
07.00
07.30-09.30
untuk besok.
Masuk.
Briefing dengan pembimbing, pembagian
09.30-12.00
12.00-13.00
13.00-14.30
14.30-16.00
07.00
07.00-08.30
Lampiran 3.(lanjutan)
No
4
Hari/Tanggal
Kamis/
Jam Kerja
09.00-11.00
3 Juli 2014
Kegiatan
Pengamatan di pabrik, analisa tetes, ampas,
dan blotong bertujuan untuk melihat nilai
11.30-13.00
13.00-14.30
14.30-16.00
62
Jumat/
4 Juli 2014
07.00
07.00-08.30
untuk besok.
Masuk.
Briefing dengan pembimbing, pembagian
09.00-11.00
11.30-13.00
13.00-14.30
14.30-16.00
Sabtu /
07.30
5 Juli 2014
07.30-10.00
10.00-13.00
untuk besok.
Masuk
Menulis laporan harian.
Tanya jawab dengan pembimbing lapang
berkaitan dengan topik magang.
Lampiran 3.(lanjutan)
Minggu II
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Briefing dengan pembimbing lapang dan
09.00-11.00
presensi.
Pemberian materi oleh Bapak Herman
7 Juli 2014
14.30-16.00
63
Selasa/
07.00-09.00
09.00-11.00
presensi.
Mengerjakan tugas resume dan membaca
8 Juli 2014
13.00-14.30
jaringan.
Review materi yang didapat hari ini, tanya
14.30-16.00
Rabu /
9 Juli 2014
07.00-09.00
09.00-12.00
lapang.
Studi literatur sesuai dengan topik magang
Kamis/
10 Juli 2014
Hari/Tanggal
Kamis/10 Juli
2014
Jumat/11 Juli
Jam Kerja
12.00-13.00
14.30-16.00
Kegiatan
Solat dan istirahat.
Review materi dan tanya-jawab dengan
07.00-08.30
pembimbing lapang.
Presensi, briefing dengan pembimbing
09.00-10.45
11.30-13.00
13.00-16.00
Pak Siswoyo.
Solat Jumat dan istirahat.
Review materi yang didapat hari ini dan
2014
Sabtu/12 Juli
07.00-09.00
pembimbing lapang.
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.30-12.00
lapang.
Pengerjaan
12.00-13.00
kerja.
Tanya-jawab dengan pembimbing lapang
2014
laporan
mingguan
magang
64
satu minggu.
Minggu III
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.30-12.00
lapang.
Input dan olah data luas teranalisis menurut
12.00-13.00
tingkat rendemen.
Solat dan istirahat.
Jam Kerja
13.00-14.30
14.30-16.00
Kegiatan
Studi literatur menurut topik magang.
Review materi dan pembagian tugas untuk
07.00-08.30
besok.
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-11.00
lapang.
Pergi ke
14 Juli 2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
14 Juli 2014
Selasa/
15 Juli 2014
Wonokoyo,
lahan
TS
melakukan
Mandalan
dan
pengamatan
Rabu/
12.00-13.00
13.00-14.30
bubidaya.
Istirahat dan solat.
Review materi dan tanya-jawab dengan
14.30-16.00
07.00-08.30
pembimbing lapang.
Perencanaan tugas kerja untuk besok.
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-11.00
12.00-13.00
13.00-14.30
lapang.
Pengamatan ke pabrik (proses produksi).
Istirahat dan solat.
Review materi dan tanya-jawab dengan
14.30-16.00
07.00-09.00
pembimbing lapang.
Perencanaan tugas kerja untuk besok.
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-11.00
lapang.
Pengerjaan tugas dari pembimbing lapang
16 Juli 2014
Kamis/
17 Juli 2014
65
12.00-13.00
13.00-15.00
15.00-16.00
dan resume.
Istirahat dan solat.
Input dan olah data rendemen.
Evaluasi kegiatan hari ini.
Jam Kerja
07.00-08.30
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-11.00
12.00-13.00
13.30-16.00
08.00-13.00
lapang.
Input dan olah data rendemen.
Solat dan istirahat.
Pengadministrasian data rawat ratoon.
Presentasi pertama (materi yang didapat
Lampiran 3.(lanjutan)
No
5
Hari/Tanggal
Jumat/
18 Juli 2014
Sabtu/
19 Juli 2014
Minggu IV dan V
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-11.00
12.00-13.00
13.00-15.00
15.00-16.00
07.00-09.00
lapang.
Input data dan membuat grafik rendemen.
Istirahat dan solat.
Input dan olah data kotoran tebu.
Evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan pembimbing
09.00-15.00
lapang.
Persiapan acara buka puasa bersama staff
21 Juli 2014
Selasa /
22 Juli 2014
23 Juli 2014
4 Agustus 2014
Lampiran 3.(lanjutan)
Minggu VI
66
No
1
Hari/Tanggal
Selasa/5
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-12.00
13.00-16.00
Lapang.
Halal bihalal dengan staff bagian tanaman.
Studi literatur dan wawancara dengan Bapak
07.00-09.00
09.00-12.00
Lapang.
Input dan olah data rendemen, brix, pol, dan
12.00-13.00
13.00-14.30
14.30-16.00
07.00-09.00
09.00-12.00
Lapang.
Input dan olah data tebang angkut, rafaksi,
12.00-13.00
13.00-16.00
07.00-09.00
09.00-12.00
Lapang.
Input dan olah data tebang angkut, rafaksi,
12.00-13.45
13.45-16.00
Jam Kerja
08.00-13.00
Kegiatan
Presentasi lanjutan (materi yang didapat
Agustus 2014
Rabu/
6 Agustus
2014
Kamis/
7 Agustus
2014
Jumat/
8 Agustus
2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
5
Hari/Tanggal
Sabtu/
9 Agustus
2014
Minggu VII
67
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-12.00
Lapang.
Input dan olah data pol dan brix tahun 2010-
12.00-13.45
13.45-16.00
07.00-09.00
2012.
Istirahat dan solat.
Evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-12.00
12.00-13.00
13.45-16.00
07.00-09.00
Lapang.
Pengamatan hama uret di lahan TS di Tajinan.
Istirahat dan solat.
Evaluasi dan pembagian kerja untuk besok.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-12.00
12.00-13.00
13.30-16.00
Lapang.
Input data Tebang Angkut.
Istirahat dan solat.
Studi literatur, evaluasi kegiatan hari ini, dan
07.00-09.00
11 Agustus
2014
Selasa/12
Agustus 2014
Rabu/
13 Agustus
2014
Kamis/
14 Agustus
09.00-12.00
2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
4
Hari/Tanggal
Kamis/14
Agustus 2014
Jumat/15
Jam Kerja
12.00-13.30
13.45-16.00
07.00-09.00
09.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.30
07.00-13.00
Lapang.
Input dan olah data penerimaan tebu.
Istirahat dan solat.
Input data jenis varietas dan tinggi tebu.
Presentasi lanjutan.
Agustus 2014
Sabtu/16
Lapang.
Input dan olah data penerimaan tebu.
Kegiatan
Agustus 2014
Minggu VIII
No
1
Hari/Tanggal
18-20 Agustus
Jam Kerja
Kegiatan
SAKIT
68
2014
Kamis/21
07.00-09.00
09.00-12.00
Lapang.
Wawancara dengan Bapak Karyani tentang
Agustus 2014
Jumat/22
12.00-13.00
13.00-14.30
14.30-16.00
07.00-09.00
produksi.
Istirahat dan solat.
Input data jenis varietas dan tinggi tebu.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-16.00
Lapang.
Pengamatan di gilingan contoh.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Jam Kerja
07.00-13.00
Kegiatan
Presentasi lanjutan.
Agustus 2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
4
Hari/Tanggal
Sabtu/23
Agustus 2014
Minggu IX
No
1
Hari/Tanggal
Senin/25
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-16.00
07.00-09.00
Lapang.
Pengamatan di tebang angkut.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
Agustus 2014
Selasa/
26 Agustus
2014
Rabu/27
Agustus 2014
Kamis/
Lapang.
09.00-11.30 Input dan olah data vegetasi tebu.
12.00-13.00 Istirahat dan solat.
14.00-16.00 Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
IJIN MEMBAYAR SPP, KRS, HOTSTAMP
07.00-09.00
09.00-11.30
12.00-13.00
Lapang.
Diskusi tentang topik magang.
Istirahat dan solat.
28 Agustus
2014
69
Jumat/
14.00-16.00
07.00-09.00
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-16.00
Lapang.
Input dan olah data rendemen tebu.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
Lapang.
Pengamatan di lahan Jedong.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.00
Lapang.
Input data distribusi kertas pias di lahan TS
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
Lapang.
Pengamatan di lahan Jedong.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
Lapang.
Input data pos pantau (tebu masuk dan
12.00-13.00
14.00-15.00
keluar)
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan haari ini.
29 Agustus
2014
Lampiran 3.(lanjutan)
Minggu X
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
1 September
2014
Selasa/
2 September
2014
Rabu/
3 September
2014
Kamis/
4 September
2014
Lampiran 3.(lanjutan)
70
No
5
Hari/Tanggal
Jumat/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
Lapang.
Pengamatan di gudang perbekalan / logistic.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
Lapang.
Input data realisasi produksi tebu dan tebang
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
Lapang.
Pengamatan di lahan Jedong.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
Lapang.
Merapikan data-data Pak Dimas (PL).
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi individu dengan
5 September
2014
Minggu XI
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
8 September
2014
Selasa/
9 September
2014
Rabu/
10 September
2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
4
Hari/Tanggal
Kamis/
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
12.00-13.00
14.00-15.00
Lapang.
Merapikan data tebang angkut.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
11 September
2014
71
Jumat/
12 September
2014
Minggu XII
No
Hari/Tanggal
Jam Kerja
Senin/15
07.00-09.00
Presensi
09.00-11.30
Lapang.
Pengamatan di lahan Sempalwadak (kebun bibit
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
budchip).
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
09.00-11.30
Lapang.
Pengamatan di lahan Sempalwadak (kebun bibit
12.00-13.00
14.00-15.00
07.00-09.00
budchip).
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
10.00-11.30
Lapang.
Pengambilan tebu di Desa Sukoharjo untuk
12.00-13.00
September
2014
Selasa/16
September
2014
Rabu/17
September
2014
Kegiatan
dan
briefing
dengan
Pembimbing
Lampiran 3.(lanjutan)
No
3
Hari/Tanggal
Rabu/17
Jam Kerja
13.00-14.00
Kegiatan
Pengamatan di gilingan contoh untuk
14.00-15.00
September 2014
Kamis Sabtu
ini.
Pengamatan Tingkat Kelayuan Tebu di Gilingan Contoh
18-19 September
2014
Mnggu XIII
No
1
Hari/Tanggal
Senin/22 September
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan Pembimbing
72
2014
Selasa/23 September
12.00-13.00
13.00-14.00
Lapang.
Istirahat dan solat.
Pengamatan di gilingan contoh untuk analisa
14.00-15.00
07.00-09.00
12.00-13.00
13.00-14.00
Lapang.
Istirahat dan solat.
Pengamatan di gilingan contoh untuk analisa
14.00-15.00
07.00-09.00
11.00-11.30
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
Lapang.
Orientasi dengan karyawan bagian tanaman.
Istirahat dan solat.
Orientasi dengan karyawan bagian tanaman.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan hari ini.
2014
Rabu/
24 September 2014
Lampiran 3.(lanjutan)
No
4
Hari/Tanggal
Kamis/
Jam Kerja
07.00-09.00
Presensi
11.00-11.30
Pembimbing Lapang.
Input data tebang angkut dan pos
12.00-13.00
14.00-15.00
pantau.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan
07.00-11.00
hari ini.
Pengamatan di lahan percobaan di
12.00-13.00
14.00-15.00
Bululawang.
Istirahat dan solat
Tanya jawab dan evaluasi kegiatan
25 September
2014
Jumat/
26 September
2014
Kegiatan
dan briefing
dengan
hari ini.
Mnggu XIV
No
1
Hari/Tanggal
Senin/
29 September 2014
Jam Kerja
07.00-09.00
Kegiatan
Presensi dan briefing dengan
Pembimbing Lapang.
73
Selasa/
30 September 2014
09.00-11.00
12.00-13.00
14.00-15.00
di lahan Sumberpucung.
Istirahat dan solat.
Tanya jawab dan evaluasi
09.00-15.00