Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh:
Abdi Nusa Persada, S.Ked
1018011032
1018011040
1018011056
1018011094
Preceptor:
dr. Andreas Ifianto, Sp.P, MM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Pneumonia in Elderly
Patient sebagai rangkaian kegiatan Kepaniteraan Klinik di Bagian/SMF Kedokteran
Penyakit Dalam RSUD Jend. Ahmad Yani Metro Lampung.
Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tidak terlepas dari kekurangan
karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan
dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih, dan bila ada kesalahan kami
minta maaf.
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran napas bawah merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik
di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Masalah kesehatan yang
utama meskipun kemajuan dalam identifikasi baik agen-agen penyebab baru ataupun
lama sangat pesat, dan kemampuan obat-obat antimikroba telah banyak ditingkatkan.
Selain itu masih banyak terdapat kontroversi berkenaan dengan pendekatan diagnostic
dan pilihan pengobatan.
Infeksi saluran nafas bawah dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, laporan WHO
tahun 2001 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.. Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga bisa
didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Dan menimbulkan
angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas.
Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun
dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara
itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.
Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak
segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara
empiris.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pneunonia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, protozoa). Pada peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram Positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit
banyak disebabkan bakteri Gram Negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob.
Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lobaris adalah
peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh pneumococcus. Pada
pneumonia lobaris hanya satu lobus paru yang terkena. Bermacam-macam pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya
sering haemophylus influenza dan pneumococcus. Pneumonia lainnya disebabkan
oleh virus, misalnya influenza.
Infeksi virus pada pasien dewasa yang sakit kritis dengan pneumonia nasokomial
parah. Virus yang diidentifikasi pada pasien pneumonia nasokomial berat, di
antaranya 43 yang immunocompromised dan 16 yang non-immunocompromised.
Pasien non-immunocompromised lebih tua dari pasien immunocompromised dan
lebih umumnya memiliki PPOK, tuberkulosis hancur penyakit paru-paru, dan
atau penyakit ginjal kronis. Infeksi virus dikaitkan dengan angka kematian sebanding
dengan infeksi bakteri.
pneumoces
dermatitides,
Coccidioides
immitis,
merusak
sel-sel
system
pernapasan
bawah. Ada
beberapa
cara
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi. Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm melalui udara dapat mencapai
bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke
saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan
permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret
orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya
antibodi.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh
lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan
dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus
adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
1. Stadium I. Hiperemia (4 12 jam pertama/ kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast
setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin
untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas
ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan
saturasi oksigen hemoglobin. (3)
4. Klasifikasi
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi
B. Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi
benda
asing
atau
oleh
infeksi
bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi
bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan. Pada
gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi berdensitas
tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat pada percabangan
bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat
adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris
2.
3.
Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkil.
Peradangan
dapat
ditemumkan
pada
infeksi
virus
dan
5. Diagnosis
Pada pneumonia diagnosa ditegakkan dengan mengetahui gejala-gejala pneumonia
serupa untuk semua jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:
a.
b.
c.
d.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas
selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40 C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai
batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas ,
pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar
suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah.
Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada
stadium resolusi.
berasal
dari
sputum,
darah,
aspirasi
nasotrakeal/transtrakeal,
atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas
lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan
Bronchogram
Sign
sering
bronkopneumonia
memperlihatkan
sedangkan
infiltrat
Klebsiela
bilateral
pneumonia
atau
sering
gambaran
menunjukan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus
Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
Tampak
gambaran
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke
perifer.
2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri
dan lobus bawah kiri.
CT Scan
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial.
Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh
perselubungan yang tidak merata.
CT Scan
7. Penatalaksanaan
yang
disertai
panas
tinggi
untuk
penyelamatan
nyawa
Kategori
Keterangan
Kategori
-Usia penderita
- < 65 tahun
- Penyakit Penyerta
(-)
- Dapat berobat
jalan
Kuman Penyebab
Obat Pilihan I
-
-S.pneumonia
-M.pneumonia
-C.pneumonia
-H.influenzae
-Legionale sp
-S.aureus
-M,tuberculosis
-Batang Gram (-)
Klaritromisi
Obat Pilihan II
-
n
-
2x250 mg
-Azitromisin
1x500mg
Rositromisin
2x150 mg
Siprofloksasin
2x500mg atau
Ofloksasin 2x400mg
Levofloksasin
1x500mg atau
Moxifloxacin 1x400mg
Doksisiklin 2x100mg
atau 1x300
mg
Kategori
II
tahun
- Peny. Penyerta (+)
-Dapat berobat jalan
Kategori
III
-Pneumonia berat.
- Perlu dirawat di
RS,tapi tidak perlu
di ICU
-S.pneumonia
- Virus
- H.influenzae
- Batang gram
(-)
- Aerob
- S.aures
- M.catarrhali
s
- Legionalle
sp
-S.pneumoniae
-H.influenzae
-Polimikroba
termasuk Aerob
-Batang Gram (-)
-Legionalla sp
- S.aureus
- Virus
- C.pneumoni
ae
- M.pneumoni
ae
- Sepalospporin
generasi 2
-Trimetroprim
-Makrolid
-Levofloksasin
-Gatifloksasin
-Moxyfloksasin
+Kotrimoks
azol
-Betalaktam
Sefalosporin
Generasi 2 atau 3
- Betalaktam
+
Penghambat Beta
laktamase+
makrolid
-Piperasilin + tazobaktam
-Sulferason
Kategori
IV
-Pneumonia berat
-Perlu dirawat di
ICU
-S.pneumonia
-Legionella sp
-Batang Gram (-)
aerob
-M.pneumonia
- Virus
- H.influenzae
- M.tuberculo
sis
- Jamur
endemic
Sefalosporin
generasi 3
(anti
pseudomona
s) +
makrolid
Sefalosporin
generasi 4
Sefalosporin
generasi 3 +
kuinolon
-Carbapenem/
meropenem
-Vankomicin
-Linesolid
-Teikoplanin
b. Pneumoni Nosokomial
Pemberian terapi empirik antibiotik awal untuk pneumonia nosokomial yang
tidak disertai faktor resiko untuk patogen resisten jamak, dengan onset dini
pada semua tingkat berat sakit adalah dengan antibiotik spektrum terbatas
atau dengan spektrum luas. Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera
mungkin. Jika ada faktor resiko resistensi maka antibiotik diberikan secara
kombinasi, jika tidak ada resiko maka diberikan monoterapi. Modifikasi
antibiotik biasanya diberikan setelah didapat hasil bakteriologik dari bahan
sputum atau darah. Respon terhadap antibiotik dievaluasi dalam 72 jam.
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab
non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari
tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak di bawah
lima tahun meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa
hingga 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Etiologi pneumonia antara lain:
1.
2.
3.
cytomegalovirus.
Jamur: Mycoplasma
4.
pneumoces
dermatitides,
Coccidioides
immitis,
asing.
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
dibantu dengan pemeriksaan penunjang, antara lain: pemeriksaan radiologis,
laboratorium, dan bakteriologis.
DAFTAR PUSTAKA
Esposita, S., Papa S S., et al. 2014. Performance of Lung Ultrasonography in Children
with Community-Acquired Pneumonia. Italian Journal of Pediatrics 2014, 40:37.
Biomed Central
Chavez M A., et al. 2014. Lung Ultrasound for the Diagnosis of Pneumonia in Adults:
a Systematic Review and Meta-Analysis. Respiratory Research 2014, 15:50, Biomed
Central
Hong H., et al. 2014. Viral Infection is Not Uncommon in Adult Patient with Severe
Hospital-Acquired Pneumonia. Plos One, April 2014. Volume 9. Issue 3, e95865.
Wielputz M. O., et al. 2014. Radiological Diagnosis in Lung Disease. Deutsches
Arzteblatt International. Dtsch Arztebl Int 2014, 111(11) 181-7.
Huang H., et al. 2014. Discovery and Validation of Biomarkers to Guide Clinical
Management of Pneumonia in African Children. Diagnosis-Based Management of
Acute Respiratory Infections in Africa. CID 2014:58
Casoni, G. L., et al. 2014. Transbronchial Lung Crybiopsy in the Diagnosis of Finrotic
Interstitinal Lung Disease. Plos One, February 2014, Volume 9, Issue 2. E86716.
Mgahed M., et al. 2013. Early Detection of Pneumonia as a Risk Factor For Mortality
in Burn Patient in Menoufiya University Hospital, Egypt. Annals of Burns and Fire
Disaster. Vol XXVI, September 2013.
Jing Hu Q., et al. 2014. Diagnostic performance of lung ultrasound in the diagnosis of
pneumonia: a bivariate meta-analysis. Int J Clin Exp Med 2014;7(1):115-121.
ISSN:1940-5901/IJCEM1310043
Soong J. Y., 2013. Diagnosis of Pneumococcal Pneumonia: Current Pitfalls and the
Way Forward. Infect Chemother 2013;45(4):351-366. pISSN 2093-2340 eISSN 20926448