Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant)
seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan
terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik.
Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus
untuk tegangan 500kV dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah
tenaga listrik disalurkan, maka sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan
tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga
disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan
distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan
melalui jaringan distribusi primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik
kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah,
yaitu tegangan 380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumahrumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-pelanggan dengan daya tersambung besar tidak
dapat dihubungkan pada Jaringan Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada
jaringan tegangan Transmission of Electrical Energy 3 menengah, bahkan ada pula pelanggan
yang terhubung pada jaringan transmisi,tergantung dari besarnya daya tersambung.Setelah
melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan Rumah (SR),
maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik
pelanggan tergantung pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui
kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi
PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya
adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke
alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.
2. Rumusan Masalah
* Apa itu transmisi ?
* Bagaimana cara menentukan kabel yang tepat untuk transmisi ?
* Kabel jenis apa yang digunakan pada saluran transmisi ?
3. Tujuan
* Agar Mahasiswa mengetahui perencanaan transmisi sistem tenaga listrik
* Agar mahasiswa mempelajari lagi tentang transmisi
* Untuk mengetahui jenis jenis kabel yang digunakan
* Untuk mengetahui sistem kerja Transmisi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat disalurkan sampai pada pengguna
consumer listrik. Berikut merupakan gambar sistem tenaga listrik.
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka berdasarkan jenis arus
listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi terdiri dari:
a.
Saluran transmisi AC
b.
Saluran Transmisi DC
Transmision substation disini, bertujuan untuk merubah dalam menaikkan dan menurunkan
tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
B.
Pemilihan Tegangan
1.
Transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang
besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (Ultra High Voltage / UHV), Tegangan
Ekstra Tinggi (Extra High Voltage / EHV), Tegangan Tinggi (High Voltage / HV),
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah :
Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-
Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV.
Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan menengah
Menggunakan kabel udara untuk tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi.
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya:
4 | Perencanaan Sistem Tenaga Listrik
1)
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara
besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga
pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang
akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes dari masyarakat
yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang
terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.
2)
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri
dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut
Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100
km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar,
Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau
interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulaupulau besar lainnya di Indonesia
3)
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa
pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena
Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline
(XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan :
o
Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi.
Kelemahan SKTT:
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks,
2.
Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman
(sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan (receiving end) tenaga listrik. Pada saluran
bolak balik besarnya tergantung dari impedansi dan admintasi saluran serta pada beban dan
factor daya. Jatuh tegangan relative dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus :
(vs-vr)/vr x 100%,
Dimana :
3.
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari : pusat pembangkit listrik, saluran transmisi, saluran
distribusi dan beban. Pada saat sistem tersebut beroperasi, maka pada sub-sistem transmisi akan
terjadi rugi-rugi daya. Jika tegangan transmisi adalah arus bolak-balik (alternating current, AC)
3 fase, maka besarnya rugi-rugi daya tersebut adalah:
Pt = 3I2R (watt).(1)
dimana:
2.
3.
Jika ingin memperkecil tahanan konduktor, maka luas penampang konduktor harus
Jika ingin memperbaiki faktor daya beban, maka perlu dipasang kapasitor kompensasi
(shunt capacitor), perbaikan faktor daya yang diperoleh dengan pemasangan kapasitor pun ada
batasnya.
3.
Rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan berbanding
terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi daya yang diperoleh
karena peninggian tegangan transmisi jauh lebih efektif daripada pengurangan rugi-rugi daya
dengan mengurangi nilai tahanan konduktornya.
Pertimbangan yang ketiga, yaitu dengan menaikkan tegangan transmisi adalah yang cenderung
dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi daya pada saluran transmisi. Kecenderungan itupun dapat
terlihat dengan semakin meningkatnya tegangan transmisi di eropa dan amerika.
4.
Pada penerapannya, peninggian tegangan transmisi harus dibatasi karena dapat menimbulkan
beberapa masalah, antara lain :
1.
Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun akan
menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap komunikasi radio.
2.
Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan
membutuhkan isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan tersebut mampu
memikul tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan biaya investasi.
3.
Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation), akan
timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang
untuk
mampu
memikul
tegangan
lebih
tersebut.
Hal
ini
juga
Jika tegangan transmisi ditinggikan, maka menara transmisi harus semakin tinggi untuk
menjamin keselamatan makhluk hidup disekitar trasnmisi. Peninggian menara transmisi akan
mengakibatkan trasnmisi mudah disambar petir. Seperti telah kita ketahui, bahwa sambaran petir
pada transmisi akan menimbulkan tegangan lebih surja petir pada sistem tenaga listrik, sehingga
peralatan-peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih
surja petir tersebut.
5.
kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir. Penambahan peralatan
proteksi ini akan menambah biaya investasi dan perawatan.
Kelima hal diatas memberi kesimpulan, bahwa peninggian tegangan transmisi akan menambah
biaya investasi dan perawatan, namun dapat megurangi kerugian daya. Namun jika ditotal biaya
keseluruhan, maka peninggian tegangan transmisi lebih ekonomis karena member biaya total
minimum, dan tegangan ini disebut tegangan optimum.
C.
1.
Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit listrik ke Gardu
Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat tower-tower. Kawat Tanah atau
Earth Wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran
petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin,
karena dianggap petir menyambar dari atas kawat.
1)
Bahan Konduktor
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat
sebagai berikut :
konduktivitas tinggi.
titik berat
biaya rendah
Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik karena memiliki
konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun karena harganya mahal
maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian. Aluminium harganya lebih rendah dan lebih
ringan namun konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium Conductorn Steel
Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan
bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih menyukai bagian
10 | Perencanaan Sistem Tenaga Listrik
luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada
SUTT/SUTET. Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis
ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi dengan almunium.
Pada saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun SUTT tersebut
berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang konduktor jenis TACSR (Thermal
Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai kapasitas besar tetapi berat kawat tidak
mengalami perubahan yang banyak. Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas
(stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding
kawat pejal.
2)
Urutan Fasa
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa mempunyai sudut
pergerseran fasa 120. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang urutan fasanya selalu R diatas, S
ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain
panjang, karakter SUTET banyak dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun
konfigurasi yang tidak selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap
100 km dilakukan transposisi letak kawat fasa.
3)
Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan disalurkan,
sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat berkas disesuaikan dengan tegangan operasinya.
Jika kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi transmisi akan besar. Pada tegangan
yang tinggi (SUTET) penampang kawat, jumlah kawat maupun jarak antara kawat berkas
mempengaruhi besarnya corona
4)
Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3 meter, SUTT = 6 meter dan SUTET = 12
meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek ayunan yang dapat menimbulkan flash over
antar fasa.
2.
Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 luas penampang penghantar fasa
tidak boleh lebih kecil dari nilai yang diberikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Luas Penampang Minimum Penghantar Fasa
1)
Penghantar netral harus mempunyai luas penampang yang sama seperti penghantar fasa :
a)
b)
pada sirkit fasa banyak dan fase tunggal tiga kawat, jika ukuran penghantar fasa lebih
Untuk sirkit fasa banyak dengan setiap penghantar fasanya mempunyai luas penampang
lebih besar dari 16 mm tembaga atau 25 mm aluminium, maka penghantar netral dapat
mempunyai luas penampang yang lebih kecil dari penghantar fasa jika kondisi berikut ini
terpenuhi secara simultan :
a)
arus maksimum yang diperkirakan termasuk harmoniknya (jika ada) dalam penghantar
netral selama pelayanan normal tidak lebih besar dari KHA luas penampang penghantar netral
yang diperkecil;
CATATAN Beban yang disalurkan oleh sirkit dalam kondisi pelayanan normal secara praktis
terdistribusi merata di antara fase.
b)
penghantar netral diberi proteksi dari arus lebih; ukuran penghantar netral sekurang-
3.
Kabel Tegangan Rendah : 230/400 (300) V; 300/500 (400) V; 400/690 (600) V; 450/750
Kabel Tegangan Menengah : 3,6/6 kV (7,2 kV); 6/10 kV (12 kV); 8,7/15 kV (17,5 kV);
Pada keadaan kerja terus menerus yang tidak terganggu, kabel tanah harus mampu diberi
CATATAN :
*) Hanya untuk tembaga
**) Tidak digunakan untuk kabel sangat fleksibel
a) Berbentuk pejal bulat
b) Berbentuk dipilin bulat
c) Berbentuk dipilin bulat dipadatkan
d) Penghantar bulat terdiri dari sektor-sektor
Tabel 3.3. Luas Penampang Penghantar Konsentris
14 | Perencanaan Sistem Tenaga Listrik
DAFTAR PUSTAKA
dunialistrik.fr.yuku.com/forums/20
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Bahan%20Ajar%20Moto
r%20dan%20Tenaga%20Pertanian/sistem%20transmisi%20tenaga-1.htm
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/1288