Está en la página 1de 33

ANALISIS PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR JALAN

Studi Kasus Jalan Tol Cileunyi - Tanjungsari Sumedang,


Jawa Barat

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
NAMA KELOMPOK :
Vid ya Trisandini Azzizi
Yan Dimas Graitha Putra
Oon Suhendriyanto
Jovany Aliflyantera
Dewi Arimbi

3612100028
3612100044
3612100047
3612100062
3612100064

Jurusan Perencanaan Wilayah Kota


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2014

Daftar Isi
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
1.4 Metode.......................................................................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................................................... 4
Bab II ....................................................................................................................................................... 5
REVIEW KONSEP...................................................................................................................................... 5
2.1 Skenario Proyeksi Lalu Lintas ........................................................................................................ 5
2.2 Analisis Kelayakan Ekonomi ........................................................................................................ 10
2.3 Pendapatan Proyek ..................................................................................................................... 13
2.4 Tingkat Kelayakan Investasi ........................................................................................................ 20
BAB III EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN.................................................................................... 23
3.1. Kajian Struktur Anggaran ........................................................................................................... 23
3.2. Eksplorasi Sumber Pembiayaan Konvensional dan Non Konvensional ..................................... 24
3.2.1. Sumber Pembiayaan Konvensional..................................................................................... 24
3.2.2. Sumber Pembiayaan Non Konvensional ............................................................................. 26
BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS ................................................................................................... 28
4.1. Analisis Finansial Sederhana ...................................................................................................... 28
4.2. Pemilihan Sumber Pembiayaan yang Relevan Terhadap Kasus ................................................ 31
4.3. Strategi Pengimplementasian .................................................................................................... 32

Page 2 of 33

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan laju kendaraan bermotor saat ini tidaak diiringi dengan peningkatan
infratruktur khususnya jalan, sehingga sering terjadi kemacetan pada ruas ruas-uas jalan
tertentu seperti jalan yang menghubungkan Bandung-Cirebon, terutama pada ruas jalan
Ciluenyi Tanjungssari Sumedang. Pada ruas jalan tersebut sering terjadi kemacetan
yang cukup signifikan, sehingga waktu tempuh perjalanan menjadi panjang dan juga
adanya penurunan waktu tempuh menyebabkan penurunan produktifitas dari sektor
angkutan masyarakat terutama masyarakat pegusaha jalur tersebut sebagai prasarana
untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi.
Perlunya pembangunan infrastruktur berupa jalan tol memiliki urgenitas yang mendesak,
mengingat bahwa salah satu faktor dalam meeningkatkan pembangunan ekonomi adalah
tingkat aksesbilitas dan mobilitas. Melihat volume lalu lintas yang melintasi pantai utara jawa
meningkat pada setiap tahunnya, sehingga perlu dibangun prasarana berupa jalan yang
dapat menampung volume yang melintasinya.
Pembuatan jalan tol yang Cileunyi menghubungkan daerah Cileunyi dan Sumedang
bertujuan untuk memperlancar arus transportasi, demi kemajuan suatu daerah serta
pemerataan ekonomi. Dari data survey sekunder menyebutkan bahwa volume rata-rata
kendaraan perhari adalah 26.616 kendaraan. Dari data tersebut menyebutkan bahwa
volume kendaraan perhari di ruass jalan tersebut dapat dikatakan padat.
Dalam pembuatan jalan tol tersebut permasalahan muncul seiring dengan perkembangan
isu terkait, permasalahan tersebut muncul dari aturan-aturan investasi yang masih belum
relevan. pembangunan jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepanjang 58,5
km dengan nilai investasi sebesar US$ 510 juta. Pembangunan ruas Cisumdawu
menggunakan

pinjaman

dari

tiga

perusahaan

dari

China

yaitu

China

Communication Construction Company (CCCC) Ltd, Xin Wen Minning Company Ltd, dan
Shanghai Corporation. Pinjaman tersebut sebaiknya dihindari, mengingat pada RPJM 20102014 terdapat strategi yang mengatakan bahwa pendanaan difokuskan dari sumber
daya lokal dan swasta lokal. Peran Bank Pembangunan Daerah, Bank Pemerintah dan
Bank Nasional sebagai sumber pendanaan juga perlu ditingkatkan sebagai kekuatan lokal.
Page 3 of 33

Dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka makalah ini dibuat untuk menyusun
strategi pembiayaan pembangunan yang baik sebagai solusi permasalahan yang ada dengan
melakukan analisis pembiayaan serta mengidentifikasi alernatif sumber-sumber pembiayaan
yang relevan pada pembuatan tol Cileunyi Sumedang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana menyusun strategi pembiayaan yang relevan bagi pembangunan Tol Cileunyi Sumedang?

1.3 Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah
1.

Merumuskan persoalan pembiayaan pembangunan pada kasus pembangunan Tol Tol


Cileunyi - Sumedang

2.

Melakukan analisis pembiayaan pada kasus pembangunan Tol Cileunyi Sumedang

3.

Mengidentifikasi alternative sumber-sumber pembiayaan yang relevan dengan kasus


pembangunan Tol Cileunyi - Sumedang

4.

Menyusun strategi pembiayaan pada kasus pembangunan Tol Cileunyi - Sumedang.

1.4 Metode
Metode Pendekatan dalam Penyusunan strategi pembiayaan terminal Tol Cileunyi Sumedang adalah melalui tahapan/proses pengumpulan data data dan informasi sekunder
yang mendukung, antara lain menggunakan review tesis feasibility study (laporan studi
kelayakan) yang berkaitan dengan pembiayaan pembangunan Tol Cileunyi Sumedang.

1.5 Ruang Lingkup


Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas serta dapat memberikan arah yang baik
dan memudahkan dalam penyelesaian suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai maka perlu dilakukan pembatasan dalam pembahasan. Batasan penelitian ini adalah
pada daerah Cileunyi - Sumedang.

Page 4 of 33

Bab II
REVIEW KONSEP

2.1 Skenario Proyeksi Lalu Lintas


Tahun Ke

Tahun

Cileunyi Tanjungsari
kend/hari

smp/jam

Rasio VC

Tanjungsari - Sumedang
kend/hari smp/jam

Rasio VC

2007

16,362

2700

0,31

14.007

2311

0,27

2008

18,169

2998

0,34

15.595

2573

0,30

2009

20,169

3328

0,38

17.355

2864

0,33

2010

22,381

3693

0,42

19.306

3185

0,37

2011

24,828

4097

0,47

21.467

3542

0,41

2012

27,750

4579

0,53

24.099

3976

0,46

2013

29,970

4945

0,57

27.016

4458

0,51

2014

32,368

5341

0,61

29.212

4820

0,55

2015

34,957

5768

0,66

31.588

5212

0,60

10

2016

37,404

6172

0,71

33.840

5584

0,64

11

2017

40,022

6604

0,76

36.253

5982

0,69

12

2018

42,824

7066

0,81

39.026

6439

0,74

13

2019

45,821

7561

0,87

42.010

6932

0,80

14

2020

49,029

8090

0,93

45.220

7461

0,86

15

2021

51,971

8575

0,66

47.933

7909

0,91

16

2022

55,089

9090

0,70

50.809

8383

0,64

17

2023

58,394

9635

0,74

53.858

8886

0,68

18

2024

61,898

10213

0,78

57.089

9420

0,72

19

2025

65,612

10826

0,83

60.514

9985

0,76

20

2026

68,892

11367

0,87

63.540

10484

0,80

21

2027

71,118

11734

0,90

66.717

11008

0,84

22

2028

73,394

12110

0,93

70.053

11559

0,89

23

2029

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

24

2030

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

25

2031

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

26

2032

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

Page 5 of 33

27

2033

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

28

2034

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

29

2035

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

30

2036

73,394

12110

0,93

73.556

12137

0,93

Proyeksi lalu lintas ruas Cileunyi Sumedang dibagi dalam beberapa skenario
proyeksi yang didasarkan pada skenario pengembangan tata guna lahan serta pertumbuhan
lalu lintas. Skenario pertumbuhan guna lahan akan memberikan kontribusi kepada lalu lintas
yang akan terbangkitkan dan menggunakan jalan tol pada tahun dibuka. Sedangkan
pertumbuhan lalu lintas akan memberi kontribusi kepada peningkatan volume lalu lintas
jalan tol setiap tahunnya. Dalam masing masing skenario volume lalu lintas diproyeksikan
dalam 3 kondsi proyeksi yaitu normal, optimis dan kondisi pesimis.
Beberapa Asumsi dipakai untuk memproyeksikan volume lalu lintas yang akan masuk
ke dalam tol dan pertumbuhan lalu lintas yang akan terjadi di ruas tol. Besarnya volume lalu
lintas yang berpotensi masuk ke dalam tol sangat bergantung kepada perbedaan waktu
tempuh antara jalan arteri dengan jalan tol serta biaya tol. Presentase pengalihan volume
lalu lintas ke jalan tol akibat perbedaan variabel waktu tempuh serta biaya tol dinyatakan
dengan tingkat diversi. Tingkat diversi yang dipakai dalam proyeksi jalan tol Cileunyi
Sumedang diadopsi dari hubungan tingkat diversi dengan rasio biaya tol dengan perbedaan
waktu tempuh dari jalan tol Jakarta Cikampek.
Proyeksi dari 3 Kondisi yaitu :
A. Kondisi Normal
Proyeksi volume lalu lintas kondisi normal didasarkan pada asumsi asumsi sebagai
berikut :

Pertumbuhan lalu lintas dalam 5 tahun pertama yaitu 9%, dan setiap 5 tahun
tingkat pertumbuhan berikutnya berkurang 1 hingga 3 %.

Lalu lintas yang dibangkitkan pada tahun dibuka tol ( 2007 ) mencapai angka
15% dari volume lalu lintas yang masuk tol.

Tingkat diversi mencapai angka 80% dari volume lalu lintas yang berpotensi
masuk ke jalan tol.

Tipe jalan tol saat dibuka 4 lajur 2 arah.

Tahun 2004 merupakan tahun dasar, tol dibuka pada tahun 2007

Page 6 of 33

Dari tabel 1 peningkatan tol menjadi 6 lajur 2 arah dilaksanakan pada tahun 2020
dimana rasio volume kapasitas mencapai 0,93. Dengan asumsi kondisi normal, jalan tol akan
Tahun Ke

Tahun

Cileunyi Tanjungsari
kend/hari

smp/jam

Rasio VC

Tanjungsari Sumedang
kend/hari smp/jam

Rasio VC

2007

16.816

2025

0,32

14.396

2375

0,27

2008

18.845

2262

0,36

16.175

2669

0,31

2009

21.111

2526

0,40

18.166

2997

0,34

2010

23.642

2819

0,45

20.393

3365

0,39

2011

26.467

3144

0,50

22.884

3776

0,43

2012

30.130

3550

0,57

26.166

4317

0,50

2013

33.143

4000

0,63

29.876

4929

0,57

2014

36.457

4501

0,69

63.903

5429

0,62

2015

40.103

4958

0,76

36.238

5979

0,69

10

2016

43.112

5513

0,83

39.547

6525

0,75

11

2017

47.646

6121

0,60

43.195

7121

0,82

12

2018

51.934

6669

0,66

47.328

7809

0,60

13

2019

56.608

7391

0,72

51.899

8563

0,66

14

2020

61.703

8044

0,78

56.909

9390

0,72

15

2021

66.639

8816

0,84

61.462

10141

0,78

16

2022

71.970

9192

0,91

66.379

10953

0,84

17

2023

71.970

9743

0,91

71.689

11829

0,91

18

2024

71.970

10328

0,91

71.689

11829

0,91

19

2025

71.970

10948

0,91

71.689

11829

0,91

20

2026

71.970

11495

0,91

71.689

11829

0,91

21

2027

71.970

11869

0,91

71.689

11829

0,91

22

2028

71.970

12462

0,91

71.689

11829

0,91

23

2029

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

24

2030

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

25

2031

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

26

2032

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

27

2033

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

28

2034

71.970

of 33
11899 Page 70,91

71.689

11829

0,91

29

2035

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

30

2036

71.970

11899

0,91

71.689

11829

0,91

mengalami titik jenuh pelayanan yaitu mulai tahun 2028


B. Kondisi Optimis
Proyeksi volume lalu lintas kondisi optimis didasarkan pada asumsi asumsi sebagai
Tahun Ke

Tahun

Cileunyi Tanjungsari

Tanjungsari Sumedang

berikut :

Pertumbuhan lalu lintas dalam 5 tahun pertama yaitu 10%, dan setiap 5
tahun tingkat pertumbuhan berikutnya berkurang 1 hingga 3 %.

Lalu lintas yang dibangkitkan pada tahun dibuka tol ( 2007 ) mencapai angka
15% dari volume lalu lintas yang masuk tol.

Tingkat diversi mencapai angka 80% dari volume lalu lintas yang berpotensi
masuk ke jalan tol.

Tipe jalan tol saat dibuka 4 lajur 2 arah.

Tahun 2004 merupakan tahun dasar, tol dibuka pada tahun 2007
Tabel 2 : Proyeksi Volume Lalu Lintas Jalan Tol Kondisi Optimis

Dari Tabel 2 peningkatan tol menjadi 6 lajur 2 arah dilaksanakan pada tahun 2016
dimana rasio volume kapasitas mencapai 0,83. Dengan asumsi kondisi normal, jalan tol akan
mengalami titik jenuh pelayanan yaitu mulai tahun 2022.
C. Kondisi Pesimis
Proyeksi volume lalu lintas kondisi optimis didasarkan pada asumsi asumsi sebagai
berikut :

Pertumbuhan lalu lintas dalam 5 tahun pertama yaitu 8%, dan setiap 5 tahun
tingkat pertumbuhan berikutnya berkurang 1 hingga 3 %.

Lalu lintas yang dibangkitkan pada tahun dibuka tol ( 2007 ) mencapai angka
15% dari volume lalu lintas yang masuk tol.

Tingkat diversi mencapai angka 80% dari volume lalu lintas yang berpotensi
masuk ke jalan tol.

Tipe jalan tol saat dibuka 4 lajur 2 arah.

Tahun 2004 merupakan tahun dasar, tol dibuka pada tahun 2007

Page 8 of 33

kend/hari

smp/jam

Rasio VC

kend/hari smp/jam

Rasio VC

2007

15.916

2626

0,30

13.625

2248

0,26

2008

17.511

2889

0,33

15.030

2480

0,28

2009

19.260

3178

0,37

16.573

2735

0,31

2010

21.177

3494

0,40

18.267

3014

0,35

2011

23.277

3841

0,44

20.126

3321

0,38

2012

25.775

4253

0,49

22.384

3693

0,42

2013

27.580

4551

0,52

24.861

4102

0,47

2014

29.510

4869

0,56

26.634

4395

0,50

2015

31.576

5210

0,60

28.533

4708

0,54

10

2016

33.155

5471

0,63

29.996

4949

0,57

11

2017

34.812

5744

0,66

31.534

5203

0,60

12

2018

36.553

6031

0,69

33.311

5496

0,63

13

2019

38.381

6333

0,73

35.188

5806

0,67

14

2020

40.300

6649

0,76

37.169

613

0,70

15

2021

41.912

6915

0,79

38.655

6376

0,73

16

2022

43.588

7192

0,83

40.202

6633

0,76

17

2023

45.332

7480

0,86

41.810

6899

0,79

18

2024

47.145

7779

0,89

43.482

7175

0,82

19

2025

49.031

8090

0,62

45.221

7462

0,86

20

2026

50.502

8333

0,64

46.578

7685

0,88

21

2027

52.104

8597

0,66

47.975

7916

0,91

22

2028

53.758

8870

0,68

49.415

8153

0,62

23

2029

55.463

9151

0,70

50.897

8398

0,64

24

2030

57.223

9442

0,72

52.424

8650

0,66

25

2031

58.465

9647

0,74

53.536

8833

0,68

26

2032

29.734

9856

0,75

54.607

9010

0,69

27

2033

61.031

10070

0,77

55.699

9190

0,70

28

2034

62.355

10289

0,79

56.813

9374

0,72

29

2035

63.708

10512

0,81

57.949

9562

0,73

30

2036

63.375

10457

0,80

58.819

9705

0,74

Tabel 3 : Proyeksi Volume Lalu Lintas Jalan Tol Kondisi Pesimis

Page 9 of 33

Dari Tabel 3 peningkatan tol menjadi 6 lajur 2 arah dilaksanakan pada tahun 2024
dimana rasio volume kapasitas mencapai 0,90.

2.2 Analisis Kelayakan Ekonomi


Prosedur yang dilakukan dalam melakukan perhitungan kelayakan investasi adalah
sebagai berikut :
I.

Membuat asumsi asumsi yang digunakan dalam perhitungan

II.

Membuat perkiraan biaya investasi yang diperlukan

III.

Membuat rencana tahapan pelaksanaan pekerjaan dan rencana penggunaan


atau pengeluaran biaya proyek

IV.

Membuat perkiraan jumlah lalu lintas tahunan yang akan menggunakan jalan

V.
VI.

Membuat perkiraan jumlah pendapatan yang akan diperoleh


Membuat perkiraan arus pendapatan yang akan diperoleh

VII.

Menghitung kelayakan proyek atau indikator indikator NPV, BCR dan IRR

VIII.

Menghitung sensitivitas kelayakan terhadap perubahan dari faktor faktor


yang diharapkan

A. Asumsi Kelayakan Ekonomi


Dalam perhitungan kelayakan investasi proyek rencana pembangunan jalan tol
Cileunyi Sumedang ini digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
Periode Analisa
1) Konsesi

: 30 ( termasuk masa konstruksi 3 tahun )

2) Tahnun dasar

: th. 2004

3) Basis Analisis

: Harga Berlaku

4) Sumber Dana

: Domestik

5) Pemeliharaan

: Rp. 10.5000.000 per tahun

6) Biaya Overlay

: Rp 32.583.000 per 5 tahun

7) Biaya Pelebaran

: Rp 63.465.000

B. Perkiran Biaya Proyek


Komponen biaya biaya yang diperhitungkan dalam analisis ekonomi terdiri dari :
1) Biaya Kontruksi, berupa :

Biaya Langsung, yang meliputi :

Page 10 of 33

Umum
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Drainase
Pekerjaan Jalan
Pekerjaan Struktur
Fasilitas Tol
Pekerjaan Lain lain

Overhead dan Profit ( 10% )

2) Biaya Kontruksi Lainnya, berupa :

Biaya Pra FS (0,5%)

Biaya FS, Amdal dan FED (3,0%)

Biaya Supervisi (2%)

Biaya Peralatan Tol (2%)

Contigency (10 %)

Pengadaan Lahan

3) Biaya Lainnya, berupa :

No

Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya Pemeliharaan Perodik ( overlay )

Biaya Pelebaran

Uraian Unsur Biaya

Base Year
2004

Phase Pelaksanaan
2004

Biaya Konstruksi

1.088.000,0

Peralatan Tol (2%)

21.760,0

Supervisi (2%)

21.760,0

Pra FS (0,5%)

5.440,0

5.440,0

FS, Amdal & FED

32.640,0

32.640,0

2005

2006

544.000,0

544.000,0
21.760,0

10.880,0

10.880,0

21.760,0

10.880,0

10.880,0

54.400,0

54.400,0

(1,5%)
6

Administrasi Proyek
(2%)

Contingency (10%)

108.800,0

Biaya Pengadaan

159,412,5

79.706,3

Page 11 of 33

79.706,3

Tanah
Total

1.459.572,5

117.768,3

699.866,3

641.920,0

Hasil perkiraan nilai ekonomi dari biaya proyek pembangunan Jalan Tol Cileunyi
Sumedang selama masa konsesi adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Nilai ekonomi biaya proyek via Unpad, tanpa intercharge Cileunyi
No

Uraian Unsur Biaya

Base Year
2004

Phase Pelaksanaan
2004

Biaya Konstruksi

1.243.000,0

Peralatan Tol (2%)

24.860,0

Supervisi (2%)

24.840,0

Pra FS (0,5%)

6.215,0

6.215,0

FS, Amdal & FED

37.290,0

37.290,0

2005

2006

621.500,0

621.500,0
24.860,0

12.430,0

12.430,0

24.860,0

12.430,0

12.430,0

62.150,0

62.150,0

(1,5%)
6

Administrasi Proyek
(2%)

Contingency (10%)

124.300,0

Biaya Pengadaan

159,412,5

79.706,3

79.706,3

1.644.797,5

117.768,3

699.866,3

Tanah
Total

641.920,0

Tabel 5 Nilai ekonomi biaya proyek via Utara Unpad, tanpa intercharge Cileunyi
No

Uraian Unsur Biaya

Base Year
2004

Phase Pelaksanaan
2004

Biaya Konstruksi

1.138.000,0

Peralatan Tol (2%)

22.760,0

Supervisi (2%)

22.760,0

Pra FS (0,5%)

5.690,0

5.690,0

FS, Amdal & FED

34.140,0

34.140,0

2005

2006

569.000,0

569.000,0
22.760,0

11.380,0

11.380,0

22.760,0

11.380,0

11.380,0

56.900,0

56.900,0

(1,5%)
6

Administrasi Proyek
(2%)

Contingency (10%)

113.800,0

Biaya Pengadaan

159.412,5

79.706,3

Page 12 of 33

79.706,0

Tanah
Total

1.519.322,5

119.536,3

728.366,3

671.420,0

Tabel 6 Nilai ekonomi biaya proyek via Unpad, dengan intercharge Cileunyi
Phase Pelaksanaan
Base Year
No

Uraian Unsur Biaya

50,0%

50,0%

2004

2004

2005

2006

646.500,0

646.500,0

Biaya Konstruksi

1.239.000,0

Peralatan Tol (2%)

25.860,0

Supervisi (2%)

25.860,0

Pra FS (0,5%)

6.465,0

6.465,0

FS, Amdal & FED

38.790,0

38.790,0

25.860,0
12.930,0

12.930,0

25.860,0

12.930,0

12.930,0

64.650,0

64.650,0

(1,5%)
6

Administrasi Proyek
(2%)

Contingency (10%)

129.300,0

Biaya Pengadaan

159.412,5

79.706,3

79.706,0

1.519.322,5

124.961,3

816.716,3

Tanah
Total

762.870,0

Tabel 7 Nilai ekonomi biaya proyek via Utara Unpad, dengan intercharge Cileunyi

2.3 Pendapatan Proyek


Pendapatan proyek rencana pembangunan jalan Tol Cileunyi Sumedang
diperkirakan akan berasal dari pendapatan tol dan pendapatan lainnya. Pendapatan tol akan
dipengaruhi oleh hasil perkiraan volume lalu lintas selama masa umur proyek, tarif awal dan
kenaikan tarif jalan tol. Pendapatan tol lainnya diperkirakan berasal dari jasa periklanan,
pendapatan tempat peritirahatan, dan lain-lain. Untuk kenaikan tarif tol selama umur proyek
diperkirakan akan dapat dipertahankan sebesar 22,5% setiap 3 tahun.
Dengan karakteristik medan dari koridor rencana Jalan Tol Cileunyi Sumedang
yang cenderung berbukit-bukit atau gunung, yang menyebabkan perkiraan biaya proyek
yang relatif tinggi, maka tarif awal jalan tol ini adalah sebagai berikut :
Golongan Kendaraan

Besaran Tarif Awal Tol

Page 13 of 33

Golongan I
Tahun

Rp 500/Km/Kendaraan

Cileunyi Tanjungsari

Tanjungsari Sumedang

Golongan II A

Rp 675/Km/Kendaraan

Golongan II B

Rp 900/Km/Kendaraan

Tabel 8 Besaran Tarif Awal Tol Tiap Golongan Kendaraan


Perkiraan volume lalu lintas selama umur proyek dan perkiraan pendapatan proyek
Jala Tol dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :

Berikut perkiraan volume lalu lintas selama umur proyek :


Page 14 of 33

Pesimis

Moderat

Optimis

Pesimis

Moderat

Optimis

2007

15.916

16,362

16.816

13.625

14.007

14.396

2008

17.511

18,169

18.845

15.030

15.595

16.175

2009

19.260

20,169

21.111

16.573

17.355

18.166

2010

21.177

22,381

23.642

18.267

19.306

20.393

2011

23.277

24,828

26.467

20.126

21.467

22.884

2012

25.775

27,750

30.130

22.384

24.099

26.166

2013

27.580

29,970

33.143

24.861

27.016

29.876

2014

29.510

32,368

36.457

26.634

29.212

63.903

2015

31.576

34,957

40.103

28.533

31.588

36.238

2016

33.155

37,404

43.112

29.996

33.840

39.547

2017

34.812

40,022

47.646

31.534

36.253

43.195

2018

36.553

42,824

51.934

33.311

39.026

47.328

2019

38.381

45,821

56.608

35.188

42.010

51.899

2020

40.300

49,029

61.703

37.169

45.220

56.909

2021

41.912

51,971

66.639

38.655

47.933

61.462

2022

43.588

55,089

71.970

40.202

50.809

66.379

2023

45.332

58,394

71.970

41.810

53.858

71.689

2024

47.145

61,898

71.970

43.482

57.089

71.689

2025

49.031

65,612

71.970

45.221

60.514

71.689

2026

50.502

68,892

71.970

46.578

63.540

71.689

2027

52.104

71,118

71.970

47.975

66.717

71.689

2028

53.758

73,394

71.970

49.415

70.053

71.689

2029

55.463

73,394

71.970

50.897

73.556

71.689

2030

57.223

73,394

71.970

52.424

73.556

71.689

2031

58.465

73,394

71.970

53.536

73.556

71.689

2032

29.734

73,394

71.970

54.607

73.556

71.689

2033

61.031

73,394

71.970

55.699

73.556

71.689

2034

62.355

73,394

71.970

56.813

73.556

71.689

2035

63.708

73,394

71.970

57.949

73.556

71.689

2036

63.375

73,394

71.970

58.819

73.556

71.689

2037

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2038

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2039

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

Page 15 of 33

Tabel

2040

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2041

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2042

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2043

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2044

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2045

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2046

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2047

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2048

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2049

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2050

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2051

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2052

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2053

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2054

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2055

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2056

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2057

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2058

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2059

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2060

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2061

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2062

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2063

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2064

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2065

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

2066

73.384

71.970

71.970

73.097

71.689

71.689

Perkiraan Pendapatan Proyek Jalan Tol

Page 16 of 33

10

Tahun

Pendapatan Tol
Pesimis

Moderat

Optimis

2007

67.591

70.663

75.784

2008

75.166

78.583

85.051

2009

83.558

87.356

95.413

2010

113.742

118.912

131.071

2011

126.346

132.089

146.931

2012

144.189

150.743

167.681

2013

201.302

210.42

243.099

2014

221.587

231.659

257.689

2015

243.916

255.003

283.656

2016

325.497

340.731

379.017

2017

355.497

371.656

413.417

2018

394.329

412.253

458.575

2019

528.359

552.375

614.442

2020

577.908

604.176

672.063

2021

624.140

652.510

725.828

2022

825.737

863.271

96.271

2023

911.361

932.333

995.578

2024

981.848

979.160

981.848

2025

1.202.764

1.206.030

1.202.764

2026

1.202.764

1.206.030

1.202.764

2027

1.202.764

1.206.030

1.202.764

2028

1.493.878

1.497.935

1.493.878

2029

1.493.878

1.497.935

1.493.878

2030

1.493.878

1.497.935

1.493.878

2031

1.830.001

1.834.971

1.830.001

2032

1.830.001

1.834.971

1.830.001

Page 17 of 33

2033

1.830.001

1.834.971

1.830.001

2034

2.241.751

2.247.839

2.241.751

2035

2.241.751

2.247.839

2.241.751

2036

2.241.751

2.247.839

2.241.751

2037

2.746.145

2.753.603

2.746.145

2038

2.746.145

2.753.603

2.746.145

2039

2.746.145

2.753.603

2.746.145

2040

3.346.028

3.373.163

3.364.028

2041

3.346.028

3.373.163

3.364.028

2042

3.346.028

3.373.163

3.364.028

2043

4.120.934

4.132.125

4.120.934

2044

4.120.934

4.132.125

4.120.934

2045

4.120.934

4.132.125

4.120.934

2046

5.048.144

5.061.853

5.048.144

2047

5.048.144

5.061.853

5.048.144

2048

5.048.144

5.061.853

5.048.144

2049

6.183.977

6.200.770

6.183.977

2050

6.183.977

6.200.770

6.183.977

2051

6.183.977

6.200.770

6.183.977

2052

7.575.372

7.595.943

7.757.372

2053

7.575.372

7.595.943

7.757.372

3054

7.575.372

7.595.943

7.757.372

2055

9.279.830

9.305.031

9.279.830

2056

9.279.830

9.305.031

9.279.830

2057

9.279.830

9.305.031

9.279.830

2058

11.367.792

11.398.663

11.367.792

2059

11.367.792

11.398.663

11.367.792

2060

11.367.792

11.398.663

11.367.792

2061

13.925.546

13.963.362

13.925.546

2062

13.925.546

13.963.362

13.925.546

2063

13.925.546

13.963.362

13.925.546

2064

17.058.793

17.105.118

17.058.793

2065

17.058.793

17.105.118

17.058.793

Page 18 of 33

2066

17.058.793

17.105.118

17.058.793

Jumlah

62.849.146

63.242.778

63.725.067

Tabel 10 Perkiraan Pendapatan Proyek Jalan Tol

Page 19 of 33

2.4 Tingkat Kelayakan Investasi


Hasil uji kelayakan proyek rencana Jalan Tol Cileunyi Sumedang untuk kedua
alternatif rute via Unpad dan utara Unpad, dengan berbagai variasi perkiraan kondisi lalu
lintas di masa yang akan datang ( pesimis, moderat dan optimis) dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Tanpa Pembangunan Interchange Cileunyi
Parameter

Pesimistik

Moderat

Optimistik

Generated Traffic

15%

15%

15%

Pertumbuhan Traffic 5 Tahun

8%

9%

10%

Pertama

Ci-Ta

15.916

16.362

16.816

Traffic Tahun Pertama

Ta-Sum

13.625

14.007

14.396

25,00%

25%

25%

75,00%

75%

75%

Equity (%)
Loan (%)

Gol I

500

Tarif Awal

Gol II A

675

Gol II B

900
22,5%

22,5%

22,5%

Pertumbuhan Tarif/3 Tahun

12,0%

12,0%

12,0%

Sukubungan Pinjaman (i)

15

15

15

Jangka Waktu Pinjaman

30

30

30

(Tahun)

7%

Konsesi (Tahun)
Tingkat Inflasi/Eskalasi
ALTERNATIF 1 (VIA UNPAD)
Biaya Konstruksi (Jutaan Rp)

1.088.000,0

Biaya Investasi (Jutaan Rp)

1.268.372,5

NPV (Jutaan Rp)

203.760,6

448.84,6

615.504,0%

B/C

1,14

1,28

1,37

FIRR

14,39%

16,63%

18,26%

BEP (Tahun ke: )

16

15

15

Enjoyment Period (Tahun)

11

12

12

ALTERNATIF 2 (UTARA
UNPAD)
Biaya Konstruksi (Jutaan Rp)

1.219.992,3
Page 20 of 33

Biaya Investasi (Jutaan Rp)

1.769.097,5

NPV (Jutaan Rp)

112.979,8 361.475,8

527.114,6

B/C

1.07

1,22

1,30

FIRR

13,21%

15,41%

16,80%

BEP (Tahun ke: )

27

17

16

Enjoyment Period (Tahun)

20

10

11

Tabel 11 Hasil Uji Kelayakan Investasi tanpa Intercharge Cileunyi

b. Dengan Pembangunan Interchange Cileunyi


Parameter

Pesimistik

Moderat

Optimistik

Generated Traffic

15%

15%

15%

Pertumbuhan Traffic 5 Tahun

8%

9%

10%

Pertama

Ci-Ta

15.916

16.362

16.816

Traffic Tahun Pertama

Ta-Sum

13.625

14.007

14.396

25,00%

25%

25%

75,00%

75%

75%

Equity (%)
Loan (%)

Gol I

500

Tarif Awal

Gol II A

675

Gol II B

900
22,5%

22,5%

22,5%

Pertumbuhan Tarif/3 Tahun

12,0%

12,0%

12,0%

Sukubungan Pinjaman (i)

15

15

15

Jangka Waktu Pinjaman

30

30

30

(Tahun)

7%

Konsesi (Tahun)
Tingkat Inflasi/Eskalasi
ALTERNATIF 1 (VIA UNPAD)
Page 21 of 33

Biaya Konstruksi (Jutaan Rp)

1.138.000,0

Biaya Investasi (Jutaan Rp)

1.633.122,5

NPV (Jutaan Rp)

168.736,5

415.351,6

587.142,1

B/C

1,11

1,26

1,35

FIRR

13,90%

16,15%

17,75%

BEP (Tahun ke: )

16

15

15

Enjoyment Period (Tahun)

11

12

12

ALTERNATIF 2 (UTARA
UNPAD)
Biaya Konstruksi (Jutaan Rp)

1.293.000,0

Biaya Investasi (Jutaan Rp)

1.833.847,5

NPV (Jutaan Rp)

78.015,7

326.959,4

499.439,2

B/C

1,05

1,19

1,28

FIRR

12,81%

14,99%

16,40%

BEP (Tahun ke: )

17

17

16

Enjoyment Period (Tahun)

10

10

11

Tabel 12 Hasil Uji Kelayakan Investasi dengancharge Cileunyi

Page 22 of 33

BAB III
EKSPLORASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN

3.1. Kajian Struktur Anggaran


Pembangunan rencana jalan tol Cileunyi Tanjungsari merupakan seksi I dari VI
seksi jalan tol Cileunyi - Sumedang Dawuan (Cisumdawu), dimana pembiayaannya berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pinjaman luar negeri. Biaya
pembangunan jalan tol ini sebesar Rp1.105.140.000.000,00 sebagai biaya konstruksi jalan
tol, dan biaya pembebasan lahan sebesar Rp665.000.000.000,00 yang dapat dipenuhi
dengan sistem pembiayaan konvensional (APBN), non konvensional (pinjaman luar negeri),
dan pemerintah provinsi Jawa Barat. Pembiayaan konvensional dari APBN melingkupi biaya
pembebasan lahan dan mencapai 10% dari keseluruhan total biaya konstruksi, yakni
sebesar Rp110.514.000.000,00. Jalan tol ini merupakan upaya Pemerintah Pusat dan
Provinsi Jawa Barat untuk pengembangan wilayah Jawa Barat bagian tengah dan timur,
khususnya mendukung PKN Cirebon (Wilayah Jawa Barat bagian Tengah dan Timur,
rencana pembanguan Pelabuhan Cirebon dan Bandara Internasional Kertajati di
Majalengka). Adapun proses penyusunan APBN yang digunakan sebagai pembiayaan
konvensional dapat dilihat di skema di bawah ini:

Diagram 1 Diagram Penyusunan APBN


Sebelum menjadi APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN). Pihak yang bertugas menyusun RAPBN adalah pemerintah,
dalam hal ini presiden dibantu para menterinya. Biasanya, presiden menyusun RAPBN dalam
bentuk nota keuangan. Nota keuangan tersebut kemudian disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disidangkan. RAPBN biasanya disampaikan sebelum tahun

Page 23 of 33

anggaran yang akan dilaksanakan. RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan
disidangkan dan dibahas kelayakannya oleh DPR.
Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan
dikembalikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Jika RAPBN tersebut ditolak DPR,
pemerintah harus menggunakan kembali APBN tahun lalu tanpa perubahan.

3.2. Eksplorasi Sumber Pembiayaan Konvensional dan Non Konvensional


3.2.1. Sumber Pembiayaan Konvensional
Sumber pembiayaan konvensional merupakan sumber penerimaan yang diperoleh
dari pemerintah/pembiayaan publik. Sumber-sumber penerimaan pemerintah dikelompokkan
menjadi dua, yakni penerimaan yang berasal dari pajak dan bukan pajak (Mangkoesoebroto,
2011) yang akan dituangkan dalam APBN dan APBD yang terdiri dari Rencana Pendapatan
dan Rencana Belanja.
Proyek pembangunan jalan tol Cileunyi Tanjungsari merupakan proyek dengan
luaran berupa semi-public good/barang semi publik yang dibiayai dengan menggunakan
APBN. Hal ini terjadi karena jalan tol merupakan barang non-rival dan non-divisible, namun
merupakan barang bukan non-exclusive karena dalam penggunaannya harus membayar
tarif jalan tol. Sifat non-exclusive ini muncul karena pembiayaan pembangunan jalan tol
sangat tinggi sehingga pembiayaan yang sepenuhnya dari berasal dari pemerintah tidak
memungkinkan, dan pihak swasta diperkenankan untuk ikut berpartisipasi dalam
pembiayaan. Pihak swasta diperkenankan untuk mengelola dan mengambil keuntungan dari
jalan tol ini dalam batasan-batasan tertentu yang ditentukan oleh pemerintah.
Pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini,
khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun bunyi dari pasal
tersebut adalah:
-

Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara


diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

Page 24 of 33

Ayat (3): Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:


a. indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
b. kebijakan pendapatan negara;
c. kebijakan pembangunan ekonomi;
d. perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
e. kondisi dan kebijakan lainnya.
Sumber pendapatan negara terbagi menjadi dua, yakni sumber penerimaan
perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Penerimaan perpajakan terbagi
menjadi dua, yakni pendapatan pajak internasional dan pendapatan pajak dalam negeri.
Pendapatan pajak internasional terdiri dari pendapatan bea masuk dan bea keluar.
Pendapatan pajak dalam negeri terbagi menjadi:
a. Pendapatan pajak penghasilan
b. Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
c. Pendapatan pajak bumi dan bangunan
d. Pendapatan cukai
e. Pendapatan pajak lainnya
Pendapatan negara bukan pajak (PNBP) diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Menurut PP. No 52 Tahun 1998, PNBP terbagi
menjadi:
a. Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran
pembangunan);
b. Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara;
c. Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara;
d. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan
tuntutan perbendaharaan);
f.

Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;

g. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.


Page 25 of 33

3.2.2. Sumber Pembiayaan Non Konvensional


Sumber pembiayaan non konvensional merupakan sumber pembiayaan yang berasal
dari kerjasama pihak pemerintah dengan stakeholder lain yang terkait baik swasta maupun
masyarakat seperti joint venture, konsesi, konsolidasi lahan dll. Instrument pembiayaan nonkonvensional inilah yang biasanya menjadi sumber pembiayaan alternatif apabila
pemerintah mengalami kendala pendanaan dalam melakukan suatu pembangunan.
Pada awalnya, sepanjang sumber dana proyek tersebut berasal dari dana domestic
(konsorsium lembaga pembiayaan/perbankan dalam negeri), lalu pembangunan jalan tol ini
dilakukan oleh pemerintah dan setelah tahun 1990, pemerintah menetapkan kebijakan bagi
keterlibatan swasta dalam pembangunan jalan tol melalui model Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP) yang diharapkan dapat mengurangi
beban pemerintah untuk pembiayaan jalan, sehingga pemerintah dapat mengalokasikan
anggarannya untuk infrastruktur lain.
Dalam studi kasus ini, pembahasan yang diangkat adalah Kelayakan Jalan tol (Studi
Kasus Jalan Tol Cileunyi Sumedang). Proyek pembangunan ini didapat melalui sumber dana
dari pinjaman China, Sedangakan dana APBN hanya sekitar 10 persen. Itu pun hanya
sebagai uang muka saja. Penyelesaian proyek ini dimungkinkan sangat tergantung situasi
pembiayaan. Kalau dijadwalkan butuh waktu sekitar 11 tahun lagi. Disini peran pinjaman
luar negeri sangat bermanfaat bagi berlangsunya pembangunan jalan tol.
Sumber Pembiayaan Melalui Hutang Luar Negeri
Hutang luar negeri merupakan bantuan luar negeri yang diberikan oleh pemerintah
negara-negara maju atau badan-badan internasional yang kusus dibentuk untuk
memberikan pinjaman semacam itu dengan kewajiban untuk membayar kembali dan
membayar buga pinjaman tersebut (Zulkarnain, 1996).
Hutang atau pinjaman luar negeri meruakan sumber pembiayaan yang berasal dari
dana luar negeri untuk membantu pembiayaan pembangunan di dalam suatu negara
tertentu.
Ditinjau dari sudut manfaatnya, ada dua peran utama bantuan dari luar negeri,
yaitu;
-

Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing

Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan


Bentuk bentuk Hutang atau Pinjaman Luar Negeri;
Page 26 of 33

1. Pinjaman dengan syarat pengembalian

Hadiah

Pinjaman lunak (soft loon)

Pinjaman/Kredit Eksport

Kredit Komersial

2. Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral

Pinjaman/Kredit Bilateral

Pinjaman/Kredit Multilateral

3. Pinjaman/Bantan menurut Kategori Ekonomi, barang dan jasa

Bantuan program

Bantuan proyek

Bantuan teknik

Dampak Hutang Luar Negeri terhadap Pembangunan Nasional


(+)

Dapat menutup defisit APBN


Berpengaruh terhadap kualitas pembangunan dalam negeri

(-)

Beban ekonomi untuk membayar kembali


Beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat
ketergantungannya dengan bantuan asing
Beban pengelolaan pinjaman tersebut secara bijak dan efisien

Page 27 of 33

BAB IV
SKEMA PENANGANAN KASUS

Guna menilai kelayakan pembangunan Jalan Tol Cileunyi Tanjungsari Sumedang, maka
disusun beberapa analisis kelayakan finansial, yakni:
a. Estimasi Pendapatan Proyek
Pendapatan proyek rencana pembangunan jalan tol diperkirakan akan berasal dari
pendapatan tol dan pendapatan lainnya. Pendapatan tol akan dipengaruhi oleh hasil
perkiraan volume lalu lintas selama masa umur proyek, tarif awal, dan kenaikan tarif jalan
tol. Pendapatan tol lainnya diperkirakan berasal dari jasa periklanan, pendapatan tempat
peristirahatan, dan lain-lain.
b. Estimasi Biaya Proyek
Biaya proyek rencana pembangunan jalan tol ini dilakukan berdasarkan rencana teknik,
kajian metode konstruksi, unsur pekerjaan, serta kegiatan operasi dan pemeliharaan.
Estimasi biaya ini terdiri atas beberapa komponen, yakni:
1. Biaya Konstruksi
-

Pekerjaan tanah

Drainase

Perkerasan jalan

Pekerjaan struktur

Fasilitas tol

Overhead & Profit

2. Biaya Konstruksi Lainnya


-

Biaya pra Feasibility Study (FS)

Biaya FS dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Biaya supervisi

Biaya peralatan tol

Biaya pengadaan lahan

3. Biaya Operasi, Pemeliharaan Periodik, dan Pelebaran Jalan

4.1. Analisis Finansial Sederhana


Metode penilaian kelayakan pembangunan Jalan Tol Cileunyi Sumedang menggunakan beberapa
metode yaitu :

Page 28 of 33

Net Present Value (NPV)


Benefit Cost Ratio Analysis (B/C)
FIRR (IRR)
BEP
Dalam pembangunan jalan Tol Cileunyi - Sumedang terdapat 2 hasil uji kelayakan untuk kedua
alternative rute via unpad dan utara unpad dengan berbagai variasi perkiraan kondisi lalu lintas di
masa yang akan datang (pesimis, moderat dan optimis) dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tanpa Pembangunan Intercharge Cileunyi
Parameter

Pesimistik

Moderat

Optimistik

Generated Traffic

15%

15%

15%

Pertumbuhan

8%

8%

8%

203,760

448,084

615,504

B/C

1,14

1,28

1,37

IRR

14,39%

15,41%

18,26%

BEP

16

15

15

112,979

361,475

527,114

B/C

1,07

1,22

1,30

IRR

13,21%

15,41%

16,80%

BEP

17

17

16

Traffic 5 Tahun
pertama

NPV (jutaan)

NPV (jutaan)

b. Dengan Pembangunan Intercharge Cileunyi


Parameter

Pesimistik

Moderat

Optimistik

Generated Traffic

15%

15%

15%

Pertumbuhan Traffic 5

8%

9%

10%

Page 29 of 33

Tahun pertama

NPV (jutaan)

168,736

414,351

587,142

B/C

1,11

1,26

1,35;

IRR

13,90%

16,15%

17,75%

BEP

11

12

12

78,015

326,959

499,439

B/C

1,05

1,19

1,28;

IRR

12,81%

14,99%

16,40%

BEP

10

10

11

NPV (jutaan)

Dari ketiga analisis tersebut indikator-indikator yang dapat dilihat dari penilaian suatu kelayakan
proyek yaitu:
a. Suatu proyek layak dijalankan apabila nilai masing-masing NVP, BCR dan IRR:

Nilai NPV positif atau > 0, hal ini menunjukkan bahwa proyek memiliki kelebihan
dana dari investasi awal (benefit) sehingga investasi awal yang pernah dijalankan
bisa menutupi biaya-biaya akibat pembangunan proyek serta memberikan kelebihan
keuntungan (benefit).

Nilai BC >1, proyek menguntungkan

IRR > SOCC, nilai IRR lebih dari tingkat suku bunga menunjukkan bahwa tingkat
keuntungan yang diperoleh dari pembangunan proyek mampu mengembalikan
modal awal yang telah diinvestasikan.

b. Suatu proyek tidak layak dijalankan apabila nilai NVP, BCR dan IRR:

Nilai NPV < 0 (negatif), nilai NPV = 0 maka proyek tidak dapat dijalankan, karena
proyek merugi ataupun keuntungan yang didapatkan masih sebanding dengan biaya
invesatasi.

Nilai BC < 1, proyek merugikan

IRR < SOCC, tingkat keuntungan yang didapatkan oleh pembangunan proyek tidak
sebanding dengan biaya yang telah diinvestasikan (merugi).

Page 30 of 33

Dari perhitungan nilai NPV, BCR dan IRR dalam pembangunan Jalan Tol Cileunyi - Sumedang
didaasarkan pada Generated Traffic danPertumbuhan Traffic 5 Tahun pertama dan juga didaasari
parameter pesimistik, moderat, pesimistik. didapatkan hasil nilai NPV positif, BCR kurang lebih serta
nilai IRR lebih tinggi dari nilai tingkat suku bunga. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa
pembangunan proyek Jalan Tol Cileunyi - Sumedang layak (feasible) mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah dan juga piha swasta. Dari analisa NPV, BCR dan IRR didapatkan bahwa proyek
pembangunan Tol Cileunyi Sumedang layak dilaksanakan jika ditinjau dari perolehan manfaat tidak
langsung untuk peningkatan mobilitas di wilayah tersebut, karena nilai NPV setelah kenaikan 8%,
9%, 10% yag didasari pada parameter pesimistik, moderat, pesimistik setiap 5 tahunnya
didapatkanhasil positif. BCR lebih dari satu serta nilai IRR kurang dari nilai tingkat suku bunga. Halhal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan proyek Jalan Tol Cileunyi Sumedang dapat
dikatakan layak feasible jika bertujuan untuk mendatangkan provit bagi pemerintah dan juga swasta.

4.2. Pemilihan Sumber Pembiayaan yang Relevan Terhadap Kasus


Berdasarkan laporan uji kelayakan pembangunan proyek Jalan Tol Cileunyi Tanjungsari
Sumedang, sumber pembiataan yang direncanakan adalah menggunakan sumber pembiayaan
konvensional dari APBN dan non konvensional dari pinjaman luar negeri. Dalam tahapan-tahapan
selanjutnya, dapat dipertimbangkan pula alternatif-alternatif pembiayaan lain guna mencapai
pendanaan pembangunan proyek yang optimal.
Rincian biaya proyek jalan tol ini diklasifikasikan menjadi biaya konstruksi, biaya konstruksi
lainnya, serta biaya operasi, pemeliharaan periodik, dan pelebaran jalan. Biaya konstruksi
diperkirakan mencapai Rp1.243.000.000.000,00, ditambah dengan biaya konstruksi lainnya sebesar
Rp401.000.000.000,00, menyebabkan total biaya yang harus ditanggung bagi konstruksi jalan tol ini
sebesar Rp1.644.000.000.000,00. 10% dari dana ini dibiayai oleh APBN, dimana sisanya dibiayai
dengan menggunakan pinjaman luar negeri. Selain biaya konstruksi, biaya pembebasan lahan
sebesar Rp645.000.000.000,00 juga dibiayai oleh APBN.
Berdasarkan prinsip bahwa proyek jalan tol ini merupakan proyek yang bersifat self-financed
dan nonrecourse project, maka kelayakan proyek menjadi pertimbangan utama. Melihat volume lalu
lintas pada jalan eksisting di ruas-ruas jalan yang direncanakan menjadi jalan tol, kebanyakan kurang
memenuhi kelayakan secara komersial. Maka dari itu, terdapat beberapa alternatif pembiayaan
yang bisa dilakukan, yakni:
1. Keterlibatan pihak swasta dalam pembiayaan, melalui model Kerjasama Pemerintah Swasta
(KPS) atau Public-Private Partnership (PPP) berupa:

Page 31 of 33

a. Manajemen Pemeliharaan
b. Kontrak Turnkey
c. Pengoperasian dan Pemeliharaan
d. Perbaikan, Pengoperasian, Penyerahan
e. Manajemen Koridor
2. Pengikutsertaan pemerintah daerah dalam pembangunan jalan tol di ruas-ruas yang kurang
layak secara komersial, dan pengoperasian serta pemeliharaannya dilakukan oleh BUMN
atau BUMD
3. Ruas-ruas jalan yang termasuk intra urban dapat diawarkan pada investor swasta
4. Pemerintah dapat melaksanakan bundling dan rekayasa keuangan (reengineering financing),
dimana penggunaan dananya menggunakan mekanisme pinjaman atau pengaturan seara
kolektif untuk pembangunan suatu ruas tertentu

4.3. Strategi Pengimplementasian


1. Kontrak BOT
Model BOT dapat digunakan pemerintah dalam pembangunan jalan Tol, dikarenakan dalam
model BOT ini pemerintah lebih akan mendapatkan resiki kerugian yang lebih kecil. Hal ini
dikarenakan dalam model BOT ini lebih menitik beratkan pada pembiayaan swasta.

2. Model perbaikan Pengoprasian Penyerahan


Model ini merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dengan swasta setelah
pembangunan jalan Tol telah selesai. Dimana model ini pemerintah yang membangun jalan
tol ini. Sedanngkan swasta bertanggung jawab dalam pengoprasian dan pemeliharaannya.

3. Management Koridor

Page 32 of 33

Model management koridor merupakan kombinasi anatara kedua model diatas. Dalam
model ini memberikan keuntungan kepadda pemerintah dalam pengalihan tanggung jawab
atas managemen dan peningkatan kapasitas koridor jaringan tol kepada swasta.

BAB V
KESIMPULAN
Melihat hasil analisis yang dilakukan bahwa rencana pembangunan jalan tol Cileunyi Sumedang
sepanjang 30 km ini layak secara analisa layak bangun. Dari perhitungan nilai NPV, BCR dan IRR
dalam pembangunan Jalan Tol Cileunyi - Sumedang didaasarkan pada Generated Traffic
danPertumbuhan Traffic 5 Tahun pertama dan juga didaasari parameter pesimistik, moderat,
pesimistik. didapatkan hasil nilai NPV positif, BCR kurang lebih serta nilai IRR lebih tinggi dari nilai
tingkat suku bunga. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan proyek Jalan Tol
Cileunyi - Sumedang layak. Dari strategi pembiyaan terdapat tiga straategi utama yaitu:
1. Kontrak BOT
2. Model perbaikan Pengoprasian Penyerahan
3. Management Koridor
Model perbaikan pengoprasian penyerahan merupakan model yang relevan untuk strategi
pembiayaan jalan Tol Cileunyi Sumedang, karena dalam strategi ini pemerintah berkerjasama
antara pemerintah dengan swasta setelah pembangunan jalan Tol telah selesai. Dimana model ini
pemerintah yang membangun jalan tol ini. Sedanngkan swasta bertanggung jawab dalam
pengoprasian dan pemeliharaannya.

Page 33 of 33

También podría gustarte