Está en la página 1de 36

ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM URINARIA

Pengertian Sistem Urinaria


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan memiliki fungsi:
1.
2.
3.
4.
5.

Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut


Ekskresi zat buangan
Menyimpan nutrient
Mengatur keseimbangan asam basa
Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan

metabolisme kalsium
6. Membentuk urin

Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:

1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan
dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar tubuh

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :


GINJAL
ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5 cm.
Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar.

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang


peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200
gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan
struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron.

NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki sekitar
1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1.
2.
3.
4.
5.

Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi


Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.

Gambar : Nefron
Secara garis besar dikatakan bahwa tiap-tiap nefron terdiri atas dua komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan komponen
vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli.
Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng
dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan
banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler

secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman
bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal
disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian
menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau
loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal,
kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Lapisan-lapisan pembungkus ginjal:
1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi
ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel memungkinkan
ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas, mencegah
penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.
a.

Bagian Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
1. Kulit Ginjal (Kortek)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler
darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh
simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan
malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan
simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman.
Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

Gambar : Ginjal
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut
lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas
berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan
korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh
halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagaiproses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut
kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus
kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter,
hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
b.

Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :


1. Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke

dalam urine.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar
normal (20 40) mg%.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat
jenisnya naik.
c.

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal


Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria

renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang
disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah
yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava
inferior.

Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini barjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal
yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu
hormone adrenalin dan hormn kortison.

Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :


Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-besar dan
seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels
Pembentukan Urine
Pembentukan urin dalam nefron melalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus, reabsorpsi
tubulus dan sekresi tubulus.
Filtrasi Glomerulus
Proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka
terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal. Filtrasi
glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat-zat terlarutnya
terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana hidrostatik. Sejumlah volume
cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap menitnya disebut
dengan glomerular filtration rate (GFR). GFR dipengaruhi oleh tiga faktor:

1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtras


2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi

Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang
menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.
GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang
mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada
pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal
kontriksi.
Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin dikeluarkan
oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan dalam sistem
sirkulasi.
Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem syaraf
simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis menyebabkan

vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat pembentukan filtrt. Sistem
syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin yang nantinya akan
meningkatkan tekanan darah sistemik.
Reabsorpsi Tubulus
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, asam amino,
laktat, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa direabsorpsi.
Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal terhadap
hormon-hormon yang berperan.
Sekresi Tubulus
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara
alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus
distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen
dan ion- ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium
keluar dari cairan tubular,cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan
tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,
hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan
disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini
(hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis
ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan
lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat

menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan


kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis
renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah
penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah
dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan juga
seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga
penting dalam mengatur keseimbangan asam basa.
Mempertahankan volume dan komposisi urin normal
Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahaptahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida,
masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan air
bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat dilewati
oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan demikian filtrat di
medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi hiperosmotik. bagian dalam
medulla.
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal,
natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrat
menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat
terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah natrium, kalium,

fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan bikaarbonat. Pada orang dewasa
yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat bervariasi dari yang paling
sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan asupan air atau saat tubuh kehilangan bnayak
air sampai 23 liter pada keadaan banyak minum. Pada keadaan sehat, volume urin tidak
memungkinkan dibawah 300 ml karena volume ini merupakan jumlah minimal yang
dibutuhkan untuk urin dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:
1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan
osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun sangat kecil
adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke hipofisis anterior untuk
mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar 95% terhadap osmolalitas cairan
ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada cairan ekstraseluler sangat nyata mempengaruhi
sekresi ADH. Reseptor ADH ditemukan juga di duktus kolektivus dan ADH berperan untuk
membuka saluran air disini sehingga memungkinkan air berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia
mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin banyak
natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang dipengaruhi oleh
osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas plasma tetapi diatur oleh peptida,
angiotensin II. Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung
sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5 efek antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Menghambat sekresi aldosteron


Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
Vasodilatasi
Natriuresis dan diuresis.

Aldosteron dan kontrol kadar kalium.

Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus


proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak seperti
pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam pengatran kadar natrium,
hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam pengaturan kalium dan memiliki peran yang
sangat penting. Peningkatan kadar kalium sedikit saja di ekstraseluler secara langsung
merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam urin.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler secara kuat
dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium normal kembali maka
stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium atau
hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion hidrogen yang
dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini menghasilkan suatu
hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau sebaliknya metabolik alakalosis
dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami asidosis maka tubulus distal akan meningkatkan
kecepatan sekresi ion hidrogen (untuk mencegah jatuhnya pH plasma) dengan mengurangi
kecepatan sekresi ion kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam darah yang
menyebabkan hiperkalemia.
Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan
kalsium dan posfat di ginjal.
Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid dan
vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus dan tulang. Kalsium dan
posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di tulang atau dikeluarkannya oleh
ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum plasma
dan berkurang saat kadar kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah meningkatkan
kadar kalisum plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang, melepaskan ion
kalisum.

Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur
sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk mencegah kadar
kalsium yang terlalu tinggi. Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah
mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk
dilepaskan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek
hormon ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat
penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan darah
Pembersihan produk-produk buangan
Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa zat
kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu kemampuan
ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk di hati
dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk akhir dari kreatinin
fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam urat (sisa metabolik nucleic acid),
membuang amonia, toksin bakteri dan obat-obat yang larut dalam air
Hormon dan Nutrien di Ginjal
1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus. Vitamin
D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi melalui dua tahap:
yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan yang terjadi di ginjal
distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari penurunan kadar kalisum
plasma
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sebagai
respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran eritropoietin di
ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.

URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Lapisan dinding
ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong
air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai
saraf sensorik.

VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Gambar : Vesika Urinaria


Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya
20 cm.

Gambar : Uretra

Uretra pada laki laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis
(sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

Gambar : Uretra Laki-laki


Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.

Urine (Air Kemih)


1. Sifat sifat air kemih
o Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
o
o
o
o
o

faktor lainnya.
Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya.
Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Baerat jenis 1.015 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih


o Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air
o Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
o Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
o Pigmen (bilirubin, urobilin)
o Toksin
o Hormon

Mekanisme Pembentukan Urine


Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120
125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150
180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai
kemih, dan sebagian diserap kembali.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Dua
langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan dindingnya
meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks miksi dan refleks miksi akan
berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah autonom medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak
Persyarafan Kandung kemih
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan dengan
medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla spinalis
segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih.
Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk kandung kemih
yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus. Ini
adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis ini
merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa
serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam menimbulkan
sensasi rasa penuh dan rasa nyeri. Urin yang terbentuk sepanjang perjalanannya dari
glomerulus sampai dengan duktus kollektivus akan memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan
pelvic ginjal. Setelah terkumpul di pelvic ginjal urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan
peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika urinaria untuk disimpan sementara sampai saatnya
di keluarkan. Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung
kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui syaraf
afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan melalui
interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak sehingga manusia
mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot
detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di kandung
kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal relaksasi
(Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan
meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal terbuka
sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran
urin.
8. Diakhir proses mikisi kurang dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung kemih.

Ciri ciri Urine Normal


Rata rata dalam satu hari 1 2 liter, tapi berbeda beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam
terhadap lakmus dengan pH rata rata 6.

DARAH DAN HEME


1.

Macam-macam sel darah, sifat fisik dan peranannya


Macam-macam sel darah ada 3, yaitu:
a.

Sel darah merah


Sel darah merah (eritrosit) atau Red Blood Cell adalah sel darah yang
paling banyak dan fungsinya untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh
lewat darah. Bagian dari eritrosit terdiri dari hemoglobin yaitu sebuah
biomolekul yang dapat mengikat oksigen.
Kepingan eritrosit pada manusia memiliki diameter sekitar 6-8 m dan
ketebalan 2 m, lebih kecil dari sel-sel lainnya yang terdapat dalam tubuh
manusia. Eritrosit normal memiliki volum sekitar 9fL dan sekitar sepertiga dari
volum diisi oleh hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanita
memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta).
Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen
yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih
banyak. Eritrosit terkandung di dalam darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain.

Hemoglobin dalam eritrosit mempunyai peran untuk mengantarkan


lebih dari 98 persen oksigen ke seluruh tubuh. Eritrosit dalam tubuh
menyimpan sekitar 2,5 gram besi, mewakili sekitar 65 persen kandungan besi
di dalam tubuh.
Proses dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoesis. Secara terus
menerus eritrosit diproduksi di sumsum tulang, dengan laju produksi sekitar 2
juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormone eritropoetin
(EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktifitas
olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum
tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya
sekitar 1 persen dari seluruh darah yang beredar. Eritrosit dikembangkan dari
sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu sekitar
7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.

b.

Sel darah Putih


Sel darah putih (leukosit) atau White Blood Cell adlah sel yang
membentuk komponen darah. Leukosit ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan
tubuh. Leukosit tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler. Dalam keadaan normalnya terkandung
4109 hingga 11109 leukosit di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sehat sekitar 7000-25000sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubik darah
terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) leukosit. Dalam kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 5000 sel per tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ
atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara bebas dan berinteraksi dengan
menangkap serpihan seluler, partikel asing atau mikroorganisme penyusup.
Selain itu, leukosit tidak membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka

sendiri melainkan mereka adalah produk dari sel puca hematopoietic pluripoten
yang ada pada sumsum tulang.
Ada beberapa jenis leukosit di darah yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
-

Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi


dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamine kimia yang
menyebabkan peradangan.

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan


demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap


infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya
juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri.
Aktifitas dan matinya neutrofil dalam jumlah banyak menyebabkan
adanya nanah (pus).

Dan dua jenis lain tanpa granula dalam sitoplasma yaitu :


-

Limfosit lebih umum dalam system limfa. Darah mempunyai 3


jenis limfosit yaitu
1.

Sel B yang berfungsi membuat antibody yang mengikat


pathogen lalu menghancurkannya.

2.

Sel T CD4+ (pembantu) berfungsi mengkoordinir tanggapan


ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting

untuk menahan bakteri intraselular. CD8+ (sitotoksik) dapat


membunuh sel yang terinfeksi virus.
3.

Sel Natural Killer dapat membunuh sel tubuh yang tidak


menunjukan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah
terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.

Monosit
Monosit membagi fungsi pembersih (fagositosis) dari neutrofil,
tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu
memberikan potongan pathogen kepada sel T sehingga pathogen
dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibody
untuk menjaga. Monosit juga dikenal sebgai makrogaf setelah dia
meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan

c.

Keping darah adalah sel yang tidak mempunyai nucleus pada DNA-nya
dengan bentuk tidak beraturan dan ukuran diameter 2-3 m yang merupakan
fragmentasi dari megakariosit. Keping darah (trombosit) tersirkulasi dalam
darah dan terlibat dalam mekanisme hemostatis tingkat sel dalam proses
pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah
normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm3, nilai dibawah rentang
tersebut dapat menyebabkan perdarahan, sedangkan nilai diatas rentang
tersebut dapat meningkatkan resiko trombositosis. Trombosit memiliki bentuk
yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari
eritrosit dan leukosit dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.

2.

Pembentukan heme
a.

Struktur porfirin, sifat dan contoh zat


Porfirin adalah suatu senyawa yang mengandung 4 cincin pirol, suatu
cincin segi lima yang terdiri dari 4 atom karbon dengan atom nitrogen pada
satu sudut. Empat atom nitrogen di tengah molekul porfirin dapat mengikat ion
logam seperti magnesium, besi, seng, nikel, kobal, tembaga dan perak. Tiaptiap logam yang diikat akan memberkan sifat yang berbeda-beda. Jika logam
yang diikat di pusat adalah besi, maka komplek porfirin disebut ferroporfirin
atau heme. Empat gugus heme ini dapat bergabung menyusun hemoglobin,
yang berfungsi mengikat oksigen.
Struktur porfirin yaitu C20H14N4 menyingkat rumus porfirin dengan
menghhilangkan jembatan metenil dan setiap cincin pirol yang diperlihatkan
sebagai tanda kurung dengan 8 tanda subtituen.
Sifat dari porfirin adalah atom nitrogennya mampu mengikat ion logam.
Contohnya: Porfirin+Fe2=heme, Porfirin+Mg2=klorofil.

b.

Biosintesis porfirin, pembentukan heme dan Hb


-

Biosintesis porfirin
Porfirin terjadi karena adanya ikatan senyawa yang mengandung 4
cincin pirol yang terdiri dari 4 atom karbon dengan atom nitrogen pada satu
sudut.

Pembentukan Heme

Heme adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi yang terdapat
di tengah-tengah cincin organic heterosiklik yang luas yang disebut
porfirin. Tidak semua porfirin mengandung besi, tapi fraksi metalloprotein
yang mengandung porfirin memiliki heme sebagai hemoprotein.
-

Pembentukan Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi (metalloprotein)
di dalam darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organic dengan satu
atom besi. Adapun proses pembentukannya berlangsung beberapa tahap
dan dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1.

2suksinil KoA + 2glisin membentuk senyawa pirol.

2.

4 pirol akan membentuk senyawa protoporfirin IX

3.

Protoporfirin IX + Fe2+ membentuk senyawa Hem

4.

4Hem + Polipeptida membentuk Rantai Hemoglobin ( dan )

5.

Rantai 2 + Rantai 2 membentuk hemoglobin A

3. Katabolisme Heme
a.

Katabolisme Hb
Hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin. Bagian protein globin
diurai menjadi asam amino-asam amino pembentuknya kemudian digunakan
kembali. Besi akan dilepaskan dari heme kemudian memasuki depot besi yang

juga dapat dipakai kembali. Sedangkan porfirinnya akan di katabolisme dan


menghasilkan bilirubin.
Komplek pertama dari katabolisme heme dilakukan oleh kompleks
enzim heme oksigenase. Pada saat mencapai heme oksigenase besi umumnya
sudah teroksidasi menjadi bentuk feri membentuk hemin. Hemin kemudian
direduksi dengan NADPH, besi feri di rubah kembali menjadi fero. Dengan
bantuan NADPH kembali, oksigen ditambahkan pada jembatan a metenil
(antara cincin perl I dan II) membentuk gugus hidroksil, besifero teroksidasi
kembali menjadi feri. Heme oksigenase dapat diinduksi oleh substrat.
Selanjutnya dengan penambahan oksigen lagi ion feri dibebaskan serta
terbentuk karbon monoksida dan biliferdin IXa yang berwarna hijau. Pada
reaksi ini heme bertindak sebagai katalisator. Dengan bantuan enzim biliferdin
reduktase terjadi reduksi jembatan metenil antara cincin pirol III dan IV
menjadi gugus metilen, membentuk bilirubin IXa yang berwarna kuning. Satu
gram hemoglobin diperkirakan menghasilkan 35 mg bilirubin. Perubahan heme
menjadi bilirubin secara in vivo dapat diamati pada warna ungu hematom yang
perlahan-lahan berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning.

b.

Ikterus
Ikterus (Jaundice) adalah kondisi dimana tubuh memiliki terlalu banyak
bilirubin sehingga kulit dan putih mata menjadi kuning. Bilirubin adalah bahan
kimia kuning di dalam hemoglobin. Bila eritrosit rusak, tubuh akan
membangun sel-sel baru di liver untuk menggantikannya. Jika hati kita tidak
dapat menangani eritrosit yang rusak maka bilirubin akan menumpuk di dalam
tubuh dan kulit akan terlihat kuning. Orang awam menyebutnya penyakit
kuning.
Ikterus juga dapat menjadi tanda masalah sebagai berikut:

4.

Hepatitis

Penyumbatan saluran empedu

Infeksi

Penyakit darah

Porfirin (Penyakit gangguan metabolisme porfirin)


Penyakit turunan atau bisa berupa penyakit yang didapat yang disebabkan
oleh defisiensi salah satu enzyme pada jalur biosintesa heme dan mengakibatkan
penumpukan dan peningkatan porfirin atau prazatnya di jaringan atau di dalam
urine (Porfiria). Kelainan ini jarang dijumpai tapi perlu difikirkan dalam keadaan
tertentu misalnya sebagai diagnose banding pada penyakit dengan keluhan nyeri
abdomen, fotosensitivitas dan ganggan psikiatri.
Porfiria digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
-

Porfiria eritropoetik, merupakan kelainan congenital. Terjadi karena


ketidakseimbangan enzyme kompleks uroporfirinogen sintase dan
kosintase. Pada jenis ini dibentuk uroporfirinogen I yang tidak diperlukan
dengan jumlah besar. Juga terjadi penumpukan uroporfirinogen I,
koproporfirin I dan derivate simetris lainnya. Penyakit ini diturunkan
secara otosomal resesif dan memunculkan fenomena yang memunculkan
eritrosit berumur pendek, urine pasien merah karena ekskresi uroporfirin I
dala m jumlah besar, gigi yang berfluoresensi merah karena deposisi
porfirin dan kulit yang hipersensitif terhadap sinar karena porfirin yang
diaktifkan cahaya bersifat sangat reaktif.

Porfiria Hepatik
Porfiria hepatic dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
a.

Intermitten Acute Porfiria (IAP)


IAP terjadi karena defisiensi parsial uroporfirinogen I sintase,
diturunkan secara otosomal dominan. Pada penyakit ini dijumpai
ekskresi porfobilinogen dan asam amino levulenat yang meningkat
menyebabkan urine berwarna gelap.

b.

Koproporfiria Herrediter
Terjadi

karena

defisiensi

parsial

koproporfirinogen

oksidase,

diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi


koproporfirinogen dan menyebabkan urine berwarna merah.
c.

sPorfiria Variegata
Terjadi

karena

defisiensi

parsial

protoporfirinogen

oksidase,

diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi


hampir seluruh zat-zat antara sintesa heme.
d.

Porforia Cutanea Tarda


Terjadi karena defisiensi parsial uroporfirinogen dekarboksilasi,
diturunkan secara otosomal dominan. Terdapat peningkatan ekskresi
uroporfirin yang bila terpapar cahaya menyebabkan urin berwarna
merah. Porfiria ini paling sering dijumpai dibanding yang lainnya.

e.

Porfiria Toksik
Porfiria Toksik atau akuisita disebabkan oleh obat atau zat toksik
seperti

griseofulvin,

sebagainya.

barbiturate,

heksachlorobenzene,

Pb

dan

Protoforfiria (gabungan)
Terjadi dikarenakan defisiensi parsial ferrokatalase, diturunkan
secara autosomal dominan. Terdapat ekskresi protoporfirin dalam urin.
Gejala klinis yang dapat muncul dapat dikelompokkan dalam dua
patogenesa yaitu bila kelainan enzim sintesa heme menyebabkan
penumpukan asam amino levulenat dan porfobilinogen di sel atau cairan
tubuh akan menghabat kerja ATP ase dan meracuni neuron sehingga
menimbulkan gejala-gejala neuron psikiatri sedangkan bila kelainan enzim
sintesa heme menyebabkan penumpukan porfirinogen dikulit dan di
jaringan lain akan teroksidasi spontan membentuk porfirin yang apabila
terpapar dengan cahaya, porfirin akan bereaksi dengan O 2 molekuler
membentuk suatu radikal bebas yang sangat reaktif dan merusak jaringan
atau kulit dimana porfirin terdeposisi, peristiwa ini memunculkan gejalagejala fotosensitivitas.

5.

Proses pembekuan darah


a.

Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut


keluar juga bersama darah juga kemudian menyentuh permukaan-permukaan
kasar dan menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan enzim
yang disebut trombokinase.

b.

Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah


protrombin menjadi enzim aktif yang disebut thrombin. Perubahan tersebut
dipengaruhi ion kalsium (Ca2+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah
senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat ini
merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya

dibantu oleh vitamin K. Trombin yang terbentuk akan mengubah fibrinogen


menjadi benang-benang fibrin.
c.

Terbentuknya benang-benang fibrin akan menyebabkan luka tertutup


sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein
yang larut dalam darah.

6.

Gangguan Pembekuan darah


Hemofilia adalah kelainan akibat gangguan pembekuan darah. Luka kecil saja bisa
menyebabkan perdarahan yang sulit dihentikan, dikarenakan adanya gangguan
pembekuan darah berupa sedikitnya jumlah trombosit dalam darah. Sedangkan
adapun keadaan sebaliknya yaitu meningkatnya jumlah trombosit diatas 450.000
per mm3 dalam darah disebut trombositosis yang artinya akan menyebabkan
sumbatan pembuluh darah.

Log In
Sign Up

makalah darah biokimia

Uploaded by
Rufaidah Ida

top 3%
201

SIFAT DARAH :

bersifat agak alkalis dengan pH = 7,36

PEREDARAN DARAH Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari
jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung
membawa karbondioksida. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung
membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen untuk
dibawa ke jantung.

KOMPOSISI DARAH Menurut volumenya, 40-45% darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan
trombosit. Dalam jumlah rata-rata tanpa membedakan jenis kelamin dan umur, 1cc darah
terdiri atas 5x10
6
eritrosit, 5-10x10
3
leukosit dan 1-3x10
5
trombosit. Jika darah dilakukan pemusingan atau sentrifugasi, dalam kondisi tidak terjadi
pembekuan, maka supernatannya disebut plasma, jika dalam kondisi pembekuan darah, maka
cairan yang terpisah dari bekuan darah disebut serum. Serum tidak mengandung fibrinogen.

KOMPONEN-KOMPONEN DARAH Komponen-komponen dalam darah adalah:


o
Cairan Plasma darah merupakan substansi kompleks yang mengandung protein (albumin,
glubulin, dan fibrinogen), karbohidrat (glukosa), lemak, mineral, protein dan hormon.

Fibrinogen : Untuk pembekuan darah (0,3%)

Albumin : Menjaga tekanan osmotic darah (4%)

Globulin : Membentuk zatkebal/zat antibiodi (2,7%)

4
o

Eritrosit (Sel darah merah) Jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit terdiri
dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan
mengambil oksigen dari paru-paru , dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit
melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat
di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah
tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan. Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin.
Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan
berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit
akan berwarna merah terang dan ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan berwarna
lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.
o
Leukosit (Sel darah putih) Jumlah sel darah putih pada orang dewasa berkisar antara 6000

9000 sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit
penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. maka jumlah sel tersebut bergantung dari
bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara
6000

9000 sel/cc darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang
masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya
radang paru-paru). Lekopeni adalah berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000
sel/cc darah. Lekositosis adalah bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000
sel/cc darah). Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman
jauh di luar pembuluh darah.

Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi: 1.


Leukosit Granuler : Eosinofil, Basofil, Neutrofil 2.
Leukosit Agranuler : Monosit dan Limfosit
5
o
Trombosit (platelet) Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam
mekanisme homeostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah
beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000- 300.000 keping/mm, nilai
dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang
yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak
teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan
mudah pecah bila tersentuh benda kasar.


PEMBEKUAN DARAH Pembekuan terjadi setelah yang mengalami kerusakan sistem
pembuluh darah (vaskular sistem) tetapi tidak harus terjadi jika yang mengalami kerusakan
adalah sistem peredaran darah (circulatory sistem). Pembentukan fibrin dan konservasinya
menjadi bekuan darah adalah puncak reaksi-reaksi berurutan yang melibatkan banyak enzimenzim dalam plasma dan berinteraksi sebagai suatu sistem bertingkat.

KOMPONEN-KOMPONEN ANORGANIK DAN ORGANIK DALAM PLASMA


Komponen-komponen ini dalam individu normal dapat mengalami fluktuasi karena pengaruh
beberapa faktor yang bervariasi termasuk status nutrisi. Komponen-komponen ini
dipertahankan dalam tingkat yang menunjukkan keseimbangan antara proses anabolik dan
proses metabolik normal. Penyimpangan dari nilai-nilai normal komponen-komponen dalam
plasma ini menunjukkan status patologi. Beberapa contoh komponen organik normal adalah:
bilirubin, urea, kreatinin, asam urat, glukosa, total kolesterol, lipid total. Sedangkan
komponen anorganik antara lain adalah: chloride, phospat, kalsium, sodium, magnesium, fe.

HEMOGLOBIN merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM). Protein
tetramer yang dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer (satu pada tiap subunit hem), atom
oksigen
6
terikat pada atom Fe2+, yang terdapat pada hem, pada ikatan koordinasi ke 5. Protein tetramer
kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya
mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol
hemoglobin monomer/L (12,6 sampai 18,4 gram/dL), tergantung pada jenis kelamin dan umur
individu. Nilai normal Hb pada wanita dewasa 11,5

13,5 gr % pada pria dewasa 13,5

17,5 gr %
o
Fungsi Hemoglobin : 1.
Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. 2.
Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru. 3.
Memberi warna merah pada darah 4.
Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh Hemoglobin yang terikat pada oksigen
disebut
hemoglobin teroksidasi

atau
oksihemoglobin (HbO2),
sedangkan hemoglobin yang sudah melepaskan oksigen disebut
deoksihemoglobin (Hb).
Hemoglobin juga dapat mengikat suatu gas hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu
karbonmonoksida (CO) dan disebut
karbonmonoksidahemoglobin (HbCO)
. Ikatan Hb dengan CO ini 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen, dan
akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan.
Dalam keadaan lain, muatan Fe yang terdapat pada pusat hem dapat menjadi Fe3+. Hal ini
dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut
hemoglobin teroksidasi atau
methemoglobin (MetHb)
atau Hb (Fe3+). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat mengikat oksigen atau kehilangan
fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari hemoglobin, misalnya oksiHb, Hb, HbCO
dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini OksiHb terlihat
berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan dan HbCO berwarna
merah terang (carmine tint).

DEOKSIHEMOGLOBIN DAN OKSIHEMOGLOBIN Hemoglobin dapat mengikat oksigen


menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2. O2 terikat
lemah pada ion Ferro, dan mudah dilepas lagi. Misalnya dengan larutan Stokes yaitu suatu
reduktor lemah dihasilkan Hb tereduksi. Bila Hb
7
tereduksi diberikan O2 lagi oksiHb akan terbentuk lagi HbO2. Hb tereduksi, ungu muda;
oksiHb berwarna kuning-merah.

HEMOLISIS ERITROSIT (FRAGILITAS GLOBULAR ERITROSIT) Hemolisis adalah


pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya
(plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain : penambahan
larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran
eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam
sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit
melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri,
maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi).
Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium
luar eritrosit (plasma).
Masalah Klinis
o

PENURUNAN FRAGILITAS : Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia
Cooley), anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vit B6, sel sabit), penyakit
hemoglobin C, polisitemia vera, post splenektomi, nekrosis hati akut dan sub akut, ikterik
obstruktif.
o
PENINGKATAN FRAGILITAS : Sferositosis herediter, transfusi (inkompatibilitas ABO dan
Rhesus), anemia hemolitik autoimun (AIHA), penyakit hemoglobin C, toksisitas obat atau zat
kimia, leukemia limfositik kronis, luka bakar (termal).

PEMISAHAN ALBUMIN DAN GLOBULIN SERUM Protein mempunyai struktur yang


tidak stabil sehingga mudah mengalami denaturasi yang meliputi presipitasi dan koagulasi.
Albumin merupakan protein yang larut dalam air

También podría gustarte