Está en la página 1de 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

NAMA

: GAOTSULLAH AL-JALILY

NIM

: 135100601111042

KELAS

:K

JURUSAN

: TEP

KELLOMPOK

: K5

ASISTEN

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB III
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN

Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat


Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sedrhana yang terdiri dari beberapa


atom C dan tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. monosakarida terbagi
menjadi dua yakni aldosa dan ketosa, aldosa contohnya glukosa dan galaktosa.
Sedangkan ketosa contohnya fruktosa(Wilbraham dkk, 2005).
Disakarida merupakan karbohidrat yang tersusun dari dua molekul monosakarida
yang berikatan melalui gugus OH dengan melepaskan melekul air. Contoh dari
disakarida adalah sukrosa, laktosa dan maltosa(Wilbraham dkk, 2005).
Oligosakarida adalah polimer derajat polimerasi 3 sampai 10 monosakarida, dan
biasanya bersifat larut dalam air. Contohnya raffinosadan stakiosa(Holleman, 2005).
Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banuyak sakarida sebagai
monomernya. Rumus umumnya C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah seluslosa,
glikogen, dan amilum(wilbrham dkk, 2005).

2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Molisch?

Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa mhidroksi metil fulfural, sedangkan dehidrasi
pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksi metil furfural dengan anaftol dalam
pereaksi Molisch(Ahluwalia, 2004).
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?

Uji yodium merupakan kondensaisi iodin dengan karbohidrat. Monosakarida


menghasilkan warna yang khas, karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks sebab adanya ikatan dengan konfigurasi pada setiap unit
glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati membentuk kompleks dengan molekul iodium yang
dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut(Fessenden, 2003).
1.

Apa fungsi dari uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen benedict?

Uji benedict adalah uji kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan gula
pereduksi, meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa(Ahluwalia, 2004).
2. Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Uji barfoed digunakan untuk mendeteksi adanya monosakarida dalam suatu sampel.
Prinsip uji barfoed ini didasarkan pada pengurangan tembaga (II) asetat menjadi tembaga (I)
oksida. Sehingga pada sampel yang positif terbentuk endapan merah bata(Ahluwalia, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Bahan

1. Reagen Molisch
Pereaksi molisch terbuat dari pelarutan -naftol dalam pe;arut organik seperti etanol,
alkohol dan khloroform(Mulyono, 2009).
2. H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfatmurni
berupa cairan seperti minyak disebut juga minyak vitriol, bersifat korosif, cairan
bening tak berwarna dan tak berbau. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan
(puspitasari, 2010).
3. Larutan Yodium
Yodium merupakan halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling
elektropositif. Memiliki titk didih 457 K dan titik lebur 387 K(Puspitasari, 2010).
4. Reagen Barfoed
Pereaksi ini terbuat dari Cu(CH3COO)2 dan asam asetat glasial yang dilarutkan dalam
air(Mulyono, 2009).
5. Reagen Benedict
Pereaksi ini dibuat dari pencampuran larutan Natrium sitrat dan Na2CO3 dengan
larutan CuSO4.5H2O(Mulyono, 2009).
6. Glukosa
HO
O

OH
HO

OH
OH

7. Fruktosa
CH2OH
O

HO H

HO CH2OH

OH

8. Sukrosa
CH2OH

CH2OH

O
OH

O
HO

HO
OH

OH

CH2OH

9. Maltosa
CH2OH

CH2OH

O H
H
OH

O H
H
OH

HO

OH
H

OH

OH

10. Pati
CH2OH

CH2OH
O

O
O

OH

OH

OH
OH

OH

11. Glikogen
CH2OH
H

CH2OH
O H

H
OH

H
O

O H
H
OH

HO

O
H

OH

OH
CH2

CH2OH
H
O

O H
H
OH

OH

H O
O

C H

OH

H
H

OH

B.Diagram Alir
1. Uji Molisch

1 ml glukosa 5%
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes
reagen Molisch
Dikocok
Ditambahkan 1 ml H2SO4
Diamati
Hasil

2. Uji Yodium

1 ml sampel
Diteteskan diatas cawan petri
Ditambahakan 1 tetes
larutan yodium
Diamati
Hasil

1.

Uji Barfoed

5 tetes larutan sampel


Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambhakan 1 ml
reagen barfoed
Dipanaskan dalam penangas air
Diamati
Hasil

2. Uji Benedict

2 tetes sampel
Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml
reagen bennedict
dipanaskan diatas bunsen
diamati
Hasil

C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :


1. Uji Molisch
Senyawa

Hasil Uji

Keterangan

Glukosa

Sampel menjadi hitam setelah


penambahan H2SO4

(+)

Sukrosa

Sampel menjadi hitam setelah


penambahan H2SO4

(+)

Pati

Sampel menjadi hitam setelah


penambahan H2SO4

(+)

Hasil Uji

Keterangan

Dextrin

Sampel menjadi hitam

(+)

Maltosa

Bening kecoklatan

(-)

Glukosa

Bening kecoklatan

(-)

Sampel menjadi hitam

(+)

2. Uji Yodium
Senyawa

Pati

Uji Barfoed

1.

Senyawa

Glukosa

Hasil Uji

Keterangan

Sebelum pemanasan

Setelah pemanasan

Berubah menjadi kebiruan

Berubah menjadi hijau

Laktosa
Laktosa

(+)

kemerahan
Berubah menjadi kebiruan

Berubah menjadi hijau

(+)

kemerahan
Maltosa

Berubah menjadi kebiruan

Berubah menjadi hijau

(+)

kemerahan

Sukrosa

2.

Berubah menjadi kebiruan

Tidak terjadi perubahan

(-)

Uji Benedict
Senyawa

Hasil Uji

Keterangan

Sebelum pemanasan

Setelah pemanasan

Glukosa

Berubah menjadi kebiruan

Berubah menjadi merah

(+)

Galaktosa

Berubah menjadi kebiruan

Berubah menjadi merah

(+)

Fruktosa

Berubah menjadi kebiruan

Tidak terjadi perubahan

(-)

PERTANYAAN
1.

Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed test?

Uji Barfoed berguna untuk membdakan monosakarida dan disakarida dengan mengonttrol
pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdeasarkan pada reduksi Cu 2+ menjadi Cu+.
Karbohidrat direduksi pada suasana asam. Dalam asam, polisakrida atau disakarida akan
terhidrolisis parswial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang mendasari
pembedaan anatara monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monomer gula dalam hal ini
bereaksi deengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Tingkatan intensitas
membedakan jenis karbohidrat, monosakarida lebih terang dibandingkan disakarida.
2. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Uji Benedict berguna untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu sampel.
Indikatornya yaitu adanya perubahan warna khusus menjadi merah bata. Perubahan warna
terjadi kerena monosakarida pereduksi pada sampel mereduksi senyawa pengoksidasi,
dimana ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehida. Sedangkan pada
disakarida pereduksi sperti laktosa menghasilkan D-glukosa dan D-galaktosa dimana laktosa
memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa.

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan agar praktikan mengetahui prinsip dasar uji kualitaitf
karbohidrat dan perbedaan prinsip dari masing-masing metode yang digunakan. Dalam
praktikum ini ada empat metode yang digunakan, yakni uji Molosch, uji yodiun, uji Barfoed
dan uji Benedict.
1. Uji Molisch
Uji molisch berguna untuk mendeteksi kandungan karbohidrat pada sampel.
Pada metode ini terjadi reaksi dehidrasi karbohidrat pada sampel oleh asam sulfat dan
-naftol pada pereaksi yang akan membentuk warna ungu kehitaman pada sampel.
Sampel yang positif akan bereaksi dengan H2SO4 pekat membentuk hidroksi metil
furfuran yang kemudian bereaksi dengan -naftol membentuk cincin berwarna violet.
Reaksi yang terjadi pada sampel yang psoitif dapat digambarkan sebagai
berikut:
O
O

Karbohidrat

Asam

O
R

Hidroksi metil furfuran

-naftol

O
R
HO

Pengamatan ini menggunakan tiga sampel uji, yakni glukosa, sukrosa, dan
pati. Sampel tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak masing-masing 1
ml. Setelah itu di teteskan reagen Molisch dan dikocok. Kemudian ditambahkan 1 ml
H2SO4 pada masing-masing sampel dan diamati perubahan yang terjadi.
Dari data hasil diketahui bahwa ketiga sampel uji positif mengandung
karbohidrat yang ditandai dengan berubahnya warna sampel menjadi hitam setelah
penambahan H2SO4 pekat. Jika dibandingkan dengan literatur, memang ketiga sampel
tersebut mengandung karbohidrat.
2. Uji Yodium
Uji Yodium berguna untuk mendeteksi kandungan pati(amilum) pada sampel
dengan pereaksi yodium. Prinsip metode ini, larutan yodium akan bereaksi dengan
pati menghasilkan warna biru kehitaman. Larutan yodium dalam bentuk 3-iodida
(3I)dalam air akan membentuk ion kompleks kalium Iodida (KI) yang kemudian
masuk ke struktur halikal pada pati sehingga terbentuk warna biru kehitaman.
Pengamatan ini menggunakan empat sampel uji, yakni dextrin, maltosa,
glukosa dan pati. Sampel tersebut diteteskan masing-masing 1 tetes di atas cawan
petri, kemudian ditambahkan setetes larutan yodium dan diamati perubahan yang
terjadi.
Dari percobaan ini diperoleh dua sampel yang positif mengandung amilum,
yakni dextrin dan pati, hal ini ditandai dengan terbentuknya warna ungu pekat pada
sampel. Sedangkan maltosa dan glukosa tidak mengandung amilum. Jika
dibandingkan dengan literatur (Roberto, dkk) percobaan ini telah sesuai. Dextrin
merupakan polisakarida yang mengandung amilosa yang dapat bereaksi dengan iodin.
Pati adalah polisakarida yang mengandung amilosa dan amilopektin, amilosa dapat
bereaksi dengan iodin sedangkan amilopektin tidak. Dari pengertian pati tersebut,

Maltosa dan glukosa yang merupakan disakarida dan monosakarida tidak bereaksi
karena hanya polisakarida yang mengandung amilosalah yang dapat bereaksi.
3. Uji Barfoed
Uji barfoed berguna untuk mengidentifikasi monosakarida dan disakarida
pereduksi. Prinsip metode ini, sampel dibedakan dengan dicampurkan larutan cupri
asetat dan asam asetat yang menghasilkan endapan merah bata. Cupri mereduksi
aldehida sehingga menjadi cupro. Reaksi dapat digambarkan sebagai berikut:
H

O
C
R

HO
+ 2 Cu2+ + 2 H2O

O
C

+ Cu2O + 4 H+

Sifat pereduksi pada karbohidrat dapat diketahui dari gugus OH bebas yang
reaktif. Pada monosakarida OH bebas berikatan dengan atom C nomor satu dan pada
disakarida berikatan pada atom C nomor dua. Monosakarida lebih cepat bereaksi
dibandingkan disakarida.
Hasil percobaan dari empat sampel uji yakni glukosa, fruktosa, maltosa dan
sukrosa. Hanya sukrosa yang tidak bereaksi dengan sampel. Bila dibandingkan
dengan literatur (Roberto, dkk) hasil yang diperoleh telah sesuai, glukosa, fruktosa
dan maltosa memiliki atom C yang dapat mengikat OH, sedangkan sukrosa
walaupun tersusun dari glukosa dan fruktosa akan tetapi atom C anomerik keduanya
saling berikatan sehingga tidak lagi dapat mengikat OH.
4. Uji Benedict
Uji benedict berguna untuk mengidentifikasi gula perduksi pada sampel
dengan dicampurkan larutan CuSO4 dalam suasana basa, reaksi reduksi-oksidasi antaa
reagen dan gula pereduksi sehingga CuO menjadi Cu2O dan menghasilkan warna
merah bata. Reaksi dapat digambarkan sbagai berikut:
H
HO
2+
C R + 2 Cu + SO4
C R + 3H2O + Cu2O
O
O

Pada percobaan ini digunakan tiga sampel uji yakni glukosa, fruktosa dan
sukrosa. Sebanyak lima tetes sampel tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang telah diisi reagen Benedict sebanyak sebanyak 1 ml kemudian dipanaskan
sampai terjadi perubahan warna atau muncul gelembung. Setelah itu diamati
perubahan yang terjadi.
Hasil yang diproleh sampel glukosa dan fruktosa positif mengandung gula
pereduksi, hal ini dapat dilihat dari warna sampel yang sebelumnya biru dan setelah
dipanaskan berubah menjadi merah bata, sedangkan sukrosa negatif. Hasil ini sama
dengan yang diperoleh dari uji Barfoed dimana glukosa dan fruktosa positif karena
atom C-nya dapat mengikat -OH bebas yang reaktif sedangkan sukrosa atom C
monomer dari glukosa dan fruktosa sebagai penyusunnya telah berikatan.

KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui prinsip dasar uji
kualitaitf karbohidrat dan perbedaan prinsip dari masing-masing metode yang digunakan.
Dalam praktikum ini ada empat metode yang digunakan, yakni uji Molosch, uji yodiun, uji
Barfoed dan uji Benedict.
Uji Molisch berguna untuk mendeteksi kandungan karbohidrat pada sampel dengan
penambahan reagen Molisch dan H2SO4. Uji Yodium berguna untuk mendeteksi kandungan
pati dalam sampel dengan penambahan larutan iodin. Uji Barfoed berguna untuk
membedakan monosakarida dan disakarda pereduksi dengan reagen Barfoed. Uji Benedict
berguna untuk mendeteksi kandungan gula pereduksi sampel dengan penambahan reagen
benedict.
Dari percobaan yang telah dilakukan diproleh hasil sebagai berikut

Uji Molisch dengan tiga sampel uji yakni glukosa, sukrosa dan pati, ketiganya positif
mengandung karbohidrat.
Uji Yodium dengan empat sampel yakni dextrin maltosa, glukosa dan pati degan
hasil positif dekstrin dan pati.
Uji Barfoed dengan empat sampel yakni glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa.
Hasilnya hanya sukrosa yang negatif, yang lainnya positif.
Uji Benedict dengan tiga sampel yakni glukosa, fruktosa dan sukrosa. Hasilnya
glukosa dan fruktosa positif, sukrosa negatif.

DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia, V.K ; Dhingra. 2004. Comperhensive Practical Organic Chemistry: Qualitaif
Analysis. Hyderabad: Universities Press
Fassenden, R. J., J. S. Fessenden and M. Lougue, Organic Chemistry. 2003. 6th edh.,
Brooks/Cole, Pacific Grove.
Holleman, A & Wiberg, Nils. 2005. Inorganic Chemistry. San Diego: Academic Press
Mulyono, Ham. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratoriu. Jakarta: Bumi Aksara.
Puspitasari, Dian dan dwi Setyorini, 2010, Kamus kimia Lengkap, Dwimedia Press.
Gambino, Roberto. Rulu, Gianluca. Pagano, Gianfranco. Cassader Maurizio. 2004.
Qualitative Analysis of the Carbohydrate Composion of Apolipoprotein H: Springer.
Wilbraham, C Anthony & Matta, S Michael. 2005. Pengantar Kimia Organic dan Hayati.
Bandung: Penerbit ITB Bandung

Keterangan:
1. Uji Benedict
2. Uji Yodium
3. Uji Barfoed
4. Uji Molisch

DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia, V.K ; Dhingra. 2004. Comperhensive Practical Organic Chemistry: Qualitaif
Analysis. Hyderabad: Universities Press
Fassenden, R. J., J. S. Fessenden and M. Lougue, Organic Chemistry. 2003. 6th edh.,
Brooks/Cole, Pacific Grove.
Holleman, A & Wiberg, Nils. 2005. Inorganic Chemistry. San Diego: Academic Press
Mulyono, Ham. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratoriu. Jakarta: Bumi Aksara.
Puspitasari, Dian dan dwi Setyorini, 2010, Kamus kimia Lengkap, Dwimedia Press.

Wilbraham, C Anthony & Matta, S Michael. 2005. Pengantar Kimia Organic dan Hayati.
Bandung: Penerbit ITB Bandung

También podría gustarte