Está en la página 1de 7

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah

KerjaPuskesmas Tirtajaya, Kabupaten KarawangPeriode Januari


September2014
Ahmad Farid Asyraf Bin Ramli
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Air minum yang memenuhi syarat kesehatan sangat penting dalam mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat. Pemerintah mencanangkan program kesehatan lingkungan karena lingkungan memberi
pengaruh yang paling besar kepada kesehatan, salah satunya cakupan pengawasan sarana air bersih,
sebagai program wajib.World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan,
Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sumber air dan sanitasi buruk.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak
memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan
tanah. Dari data WHO,sekitar 10.000 penduduk di Negara berkembang meninggal setiap harinya
karena penyakit yang disebabkan minimnya air bersih.Karena itu dilakukan evaluasi program
pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Tirtajaya periode Januari 2014 sampai dengan
September 2014dengan menggunakan metode sistem didapatkan hasil yang masih belum
optimal.Ditemukan beberapa masalah didalam program tersebut yaitu tidak tercapainya target
cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, tidak
tercapainya target cakupan inspeksi sarana air bersih, tidak dilakukannya pengambilan sampel air
(laboratorium), tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan kualitas sarana air
bersih hanya dilakukan secara fisik saja.
Kata Kunci : Pengawasan Sarana Air Bersih, Sumber Air, Sanitasi

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
UNICEF dan WHO memperkirakan,
Indonesia adalah salah satu kelompok dari 10
negara yang hampir dua pertiga dari populasi
tidak mempunyai akses ke sumber air
minum.World Bank Water Sanitation
Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan,
Indonesia berada di urutan kedua di dunia
sebagai negara dengan sumber air dan sanitasi
buruk.Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melansir data bahwa 63 juta penduduk
Indonesia tidak memiliki toilet dan masih
buang air besar (BAB) sembarangan di
sungai, laut, atau di permukaan tanah. Dari
data WHO, sekitar 10.000 penduduk di
Negara berkembang meninggal setiap harinya
karena penyakit yang disebabkan minimnya
air bersih.4

Dari data Riskesdas 2010 diketahui


daerah perkotaan memiliki cakupan sarana air
bersih (SAB) sebesar 90,1%, sedangkan di
perdesaan sebesar 67,6 %.5-7Dari data
Riskesdas 2013, data hasil menunjukkan
bahwa jenis sumber air untuk seluruh
kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada
umumnya adalah sumur gali terlindung
sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%,
dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di
perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang
menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu
32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%,
sedangkan di perdesaan lebih banyak yang
menggunakan sumur gali terlindung yaitu
32,7%.5-7
Pengelolaan sumber daya air yang
buruk mengakibatkan tidak meratanya
penyebaran air.Hal ini tentu saja berdampak
pada kemampuan masyarakat miskin untuk
menikmati
pelayanan
air
bersih.Pada
1

kenyataannya sekarang masyarakat miskin


tidak mempunyai akses terhadap air
bersih.Bahkan, masyarakat miskin harus
membayar
jauh
lebih
mahal
guna
mendapatkan air bersih tersebut sehingga
banyak dari mereka yang tidak sanggup
membayar, harus menggunakan air yang tidak
bersih. Berbagai masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan sumber daya air yang buruk ini
menempatkan Indonesia pada peringkat
terendah bersama Banglades, Laos, Mongolia,
Myanmar, Pakistan, Papua Niugini, dan
Filipina
dalam
Laporan
Program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNDP) tentang MDGs Asia Pasifik tahun
2006. Karena itu, mengingat pentingnya
masalah krisis air bersih ini maka harus segera
dicari pemecahannya.8
Tingginya kejadian penyakit berbasis
lingkungan,
mengindikasikan
masih
rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan lingkungan, dimana salah satunya
adalah kebutuhan akan air bersih. Angka
kejadian penyakit berbasis lingkungan yang
berkaitan dengan air (Depkes 2010) antara
lain diare sebesar 9,0% dan gangguan kulit
sebesar 5,3%.4 Penyakit diare ini pun masih
menduduki urutan atas sebagai penyebab
kematian di negara berkembang, termasuk di
Indonesia. Setiap tahunnya di Indonesia dapat
ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita
diare, 70-80% dari penderita ini adalah anak
di bawah lima tahun. Pada tahun 2013,
didapatkan hasil pengawasan sarana air bersih
di wilayah kerja puskesmas Tirtajaya sebesar
89.98%. Sedangkan bagi tahun 2014 daripada
Januari sehingga September 2014 sebesar
52,45%.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka
dilakukan evaluasi program yang sudah
dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan
yang akan dijalankan dan mengidentifikasi
faktor risiko lingkungan berbagai jenis
penyakit dan gangguan kesehatan
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah, yakni:

Berdasarkan latar belakang yang telah


diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1. Indonesia urutan kedua dunia negara
dengan sumber air dan sanitasi buruk
menurut data World Bank WSP 2013.
2. Masih rendahnya penggunaan SAB di
Indonesia terutama di pedesaan (67,6%)
menurut Riskesdas 2010.
3. Masih tinggi kejadian penderita diare di
Indonesia yaitu sekitar 60 juta, 70-80%
adalah balita akibat penggunaan air yang
tidak sehat.
4. Laporan bulanan Puskesmas Tirtajaya,
Karawang
(Januari-Disember
2013)
diketahui cakupan penggunaan SAB
sebesar 89.98 %.
5. Dari laporan bulanan Puskesmas Tirtajaya,
Karawang periode (Januari-September
2014) diketahui hasil pengawasan SAB
sebesar 52,45%.
6. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan
program SAB di Puskesmas Kecamatan
Tirtajaya pada periode Januari 2014
sampai dengan September 2012.
C. Tujuan
1.3.1. Umum
Mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan
program Sarana Air Besih (SAB) di UPTD
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten
Karawang pada periode Januari sampai
dengan September 2014 dengan menggunakan
pendekatan sistem.
1.3.2.

Khusus

1. Diketahuinya cakupan penduduk yang


menggunakan SAB untuk keperluan
sehari-hari di Puskesmas Tirtajaya periode
Januari sampai dengan September 2014.
2. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi
program pengawasan SAB di Puskesmas
Tirtajaya periode Januari sampai dengan
September 2014.
3. Diketahuinya
cakupan
pengambilan
sampel air dalam program pengawasan
SAB di Puskesmas Tirtajaya periode
Januari sampai dengan September 2014.
4. Diketahuinya cakupan jumlah SAB dengan
kualitas bakteriologi yang memenuhi
syarat kesehatan di Puskesmas Tirtajaya
2

periode Januari sampai dengan September


2014.
5. Diketahuinya cakupan jumlah SAB dengan
tingkat pencemaran air yang rendah di
Puskesmas Tirtajaya periode Januari
sampai dengan September 2014.
Sasaran
Seluruh penduduk dan sarana air di
wilayah kerja Puskesmas UPTD Tirtajaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat periode
Januari sampai dengan September 2014.

II. Materi dan Metode


A. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program
ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
Puskesmas
mengenai
program
SAB
diPuskesmas Kecamatan Tirtajaya, Karawang,
periode Januari 2014 September 2014,yang
berisi kegiatan:
1. Laporan bulanan program SAB.
2. Data penggunaan sarana air bersih.
3. Jumlah penduduk yang menggunakan
SAB.
4. Hasil inspeksi SAB.
5. Cakupan pengambilan sampel air.
6. SAB dengan kualitas bakteriologis yang
memenuhi syarat kesehatan.
7. SAB yang mempunyai tingkat risiko
pencemaran yang rendah.
8. Pencatatan dan Pelaporan
B. Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan cakupan program SAB di
UPTD Puskesmas Kecamatan Tirtajaya,
Kabupaten Karawangperiode Januari sampai
dengan September 2014 terhadap tolok ukur
yang
ditetapkan
denganmengadakan
pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data
dan
interpretasi
data
dengan
menggunakan pendekatan sistem sehingga
dapat diketahui masalah dari pelaksanaan
program SAB di UPTD Puskesmas Tirtajaya,
kemudian di buat usulan dan saran sebagai
pemecahan masalah tersebut berdasarkan
penyebab masalah yang ditemukan dari unsurunsur sistem.

III. Kerangka Teoritis


A. Metode Pendekatan Sistem
Menurut Ryans, sistem adalah
gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai salah satu
kesatuan
organisasi
dalam
upaya
menghasilkan
sesuatu
yang
telah
ditetapkan.
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian
atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat
berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process), adalah kumpulan bagian
atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang berfungsi untuk mengubah
masukan
menjadi
keluaran
yang
direncanakan.
3. Keluaran (output), adalah kumpulan
bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment), adalah dunia
di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar
terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback), adalah kumpulan
bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai
masukan bagi sistem tersebut.
6. Dampak (impact), adalah akibat yang
dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
B. Tolok Ukur Keberhasilan
Tolok ukur keberhasilan terdiri dari
variabel masukan, proses, keluaran,
lingkung-an, umpan balik, dan dampak.
Digunakan sebagai pembanding atau target
yang harus dicapai dalam program SAB.

IV. Hasil serta Pembahasan Masalah


Dari hasil evaluasi program SAB yang
dilakukan dengan cara pendekatan sistem di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode
Januari
sampai dengan September 2014
didapatkan hasil:

Tabel 1. Pencapaian Program SAB Puskesmas


Kecamatan Tirtajaya periode Januari September 2014

Variabel

Pencapaian

Cakupan SAB
Cakupan inspeksi
SAB
Cakupan
pengambilan sampel
air
Cakupan
jumlah
SAB
dengan
kualitas bakteriologis
yang
memenuhi
syarat kesehatan
Cakupan SAB bebas
risiko pencemaran air

28,76%
52,45%

Tolok
Ukur
60%
60%

0%

60%

0%

100%

SAB yang
memadai

Pendidik
an (NonFisik)

1.

Variabel

1.

Tenaga

2.

Water test
kit

Tolok
Ukur

2
orang

89,54%

71,25%

Pencapaian

Masalah

1 orang

(+)

No.

Variabel

1.

Pencatatan
dan
pelaporan
yang
lengkap
dan sesuai
dengan
jadwal
yang telah
ditentukan
yang akan
dapat
digunakan
sebagai
masukan
dalam
gerakan
SAB

Tiada

(+)

1bua
h

3.

Formulir
pengiriman
sampel

Ada

Tiada

(+)

4.

Sampel air

Ada

Tiada

(+)

Tabel 3. Masalah Pada Variabel Lingkungan Program


SAB Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari
September 2014
No

Variabel

Mayoritas
berpendidikan
rendah sebesar
63,5%

(+)

Tabel 4. Masalah Pada Variabel Umpan Balik Program


SAB Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari
September 2014

Tabel 2. Masalah Pada Variabel Masukan Program


SAB Puskesmas Kecamatan Tirtajaya periode Januari
September 2014

No

Pendidikan
sedang
tinggi.

Tolok Ukur

Pencapaian

Masalah

1.

Fisik

Tidak
menjadi
faktor
penghamb
at.

Musim
kemarau/banjir
mempengaruhi
kuantitas dan
kualitas air.

(+)

2.

Sosial
ekonomi
(NonFisik)

Tidak
menjadi
faktor
penghamb
at.

Sebagian besar
merupakan
masyarakat
miskin
(40,41%),
mempengaruhi
mendapatkan

(+)

Tolok
Ukur
Ada dan
lengkap

Pencapaian Masalah
Belumleng
kap

(+)

Dari hasil diatas ditemukan masalah menurut


keluaran:
1. Cakupan penduduk yang menggunakan
SAB 28,76 % dari target 60%
2. Cakupan inspeksi SAB 52,45 % dari
target 60%
3. Belum
dilakukannya
pengambilan
sampel air terhadap SAB yang
diinspeksi.
4. Belum
dilakukannya
pemeriksaan
kualitas bakteriologis pada sampel air
bersih.
Masalah lain (penyebab) :
1. Dari masukan:

Kurangnya tenaga.
4

2. Dari umpan balik:

Pencatatan dan pelaporan program


SAB yang masih belum lengkap.
3. Dari lingkungan:

Sebagian
besar
merupakan
masyarakat miskin, hal tersebut dapat
mempengaruhi
akses
untuk
mendapatkan SAB yang memadai.
Sebagian besar penduduk merupakan
tamatan SD, pengetahuan tentang
kualitas air dan SAB masih kurang.
ebagian
besar
penduduk
di
Kecamatan
Klari
berpendidikan
rendah dan bermayoritas beragama
Islam.
Dan ditetapkan prioritas masalah sebagai
berikut:
1. Cakupan penduduk yang menggunakan
air bersih pencapaiannya hanya 28,76 %
dari target 60 %.
2. Cakupan inspeksi sarana air bersih
pencapaiannya hanya 52,45 % dai target
60 % (1.77%) dari target sebesar 10%,
jadi besarnya masalah (82.3%).

V. Penyelesaian MasalahMasalah :
1. Cakupan penduduk yang menggunakan
air bersih pencapaiannya hanya 28,76
% dari target 60 %.
Penyebab :
Tingkat sosial ekonomi penduduk yang
terkadang membuat penduduk sulit
untuk memiliki dan menggunakan
sarana air bersih.
Terbatasnya/kurangnya sarana air bersih
yang ada di daerah tersebut
Mayoritas penduduk di Kecamatan
Tirtajaya berpendidikan rendah.
Penyelesaian :
Mengusulkan
kepada
Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang
bekerja
sama
dengan
Dinas
Pekerjaan
Umum
Kabupaten
Karawang untuk membuat sarana air
bersih lebih banyak lagi, terutama di
daerah yang penduduknya masih
kekurangan air bersih.
Dilakukannya penyuluhan yang
intensif
oleh
pihak
promosi
kesehatan kepada orang yang masih

terbiasa menggunakan air yang tidak


bersih padahal di daerahnya sudah
terdapat sarana air bersih tentang
pentingnya penggunaan air bersih
untuk kepentingan sehari-hari.
Melatih kader dan masyarakat
setempat
tentang
ketrampilan
mencari sumber air bersih dan
membuat sumur gali, pompa tangan,
perpipaan
dan
penyaringan
airsederhana.

2. Cakupan inspeksi sarana air bersih


pencapaiannya hanya 52,45 % dai target
60 % (1.77%) dari target sebesar 10%,
jadi besarnya masalah (82.3%).
Penyebab :
Tenaga yang kurang untuk
melakukan inspeksi kualitas
sarana air bersih.
Petugas sanitarian merangkap
jabatan sebagai Koordinator
Program dan Pelaksana Program.
Ini membuat pekerjaan inspeksi
sarana air bersih kadang kurang
optimal. Kurang pemberdayaan
sumber daya manusia serta tidak
mempunyai data nama kader
yang jelas.
Pemeriksaan kualitas air bersih
dilakukan berdasarkan kriteria
fisik saja. Tidak dilakukan
pengambilan
sampel
dan
pemeriksaan bakteriologis.
Penyelesaian :
Mengoptimalkan tenaga kesehatan
lingkungan di Puskesmas atau
perekrutan tenaga yang ahli dalam
bidang kesehatan lingkungan yang
berasal dari luar puskesmas
Penambahan biaya tidak hanya
dari APBD dan APBN saja
melainkan
bersumber
dari
masyarakat contohnya. Di samping
itu, perlu juga mengusulkan
kepada Pemerintah Daerah untuk
menambah lagi dana supaya
inspeksi sarana air bersih bisa
dilakukan menyeluruh

VI. Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program SAB
yang dilakukan dengan cara pendekatan
sistem di Puskesmas Kecamatan Tirtajaya
Kabupaten Karawang periode Januari
sampai dengan September 2014 dapat
disimpulkan bahwa program ini belum
berhasil karena masih ada beberapa

variabel yang belum sesuai dengan


tolok ukur yang telah ditentukan,
dimana didapatkan beberapa masalah
yang ada, yaitu sebagai berikut :
1. Cakupan penduduk yang menggunakan
SAB 28,76 % dari target 60%.
2. Cakupan inspeksi SAB 52,45 % dari
target 60%.
3. Belum
dilakukannya
pengambilan
sampel air terhadap SAB yang
diinspeksi.
4. Belum
dilakukannya
pemeriksaan
kualitas bakteriologis pada sampel air
bersih.
Kemudian ditentukan 2 masalah yang
menjadiprioritas yaitu :
1. Cakupan penduduk yang menggunakan
SAB 28,76 % dari target 60%.
2. Cakupan inspeksi SAB 52,45 % dari
target 60%.
Masalah tersebut diatas disebabkan:
Terbatasnya/kurangnya sarana air bersih
yang ada di daerah tersebut
Mayoritas penduduk di Kecamatan
Tirtajaya berpendidikan rendah
Mayoritas penduduk berpendapatan
rendah.
Tenaga yang kurang untuk melakukan
inspeksi kualitas sarana air bersih

B. Saran
Apabila saran ini dapat dijalankan dengan
benar, maka diharapkan kedua masalah ini
tidak akan kembali muncul di Puskesmas
Kecamatan Tirtajaya sebagai pokok
masalah, yaitu dengan :

Penyelesaian:
Mengusulkan
kepada
Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang
bekerja
sama
dengan
Dinas
Pekerjaan
Umum
Kabupaten
Karawang untuk membuat sarana air
bersih lebih banyak lagi, terutama di
daerah yang penduduknya masih
kekurangan air bersih.
Dilakukannya penyuluhan yang
intensif.

Melatih kader dan masyarakat


setempat.
Mengoptimalkan tenaga kesehatan
lingkungan di Puskesmas atau
perekrutan tenaga yang ahli dalam
bidang kesehatan lingkungan yang
berasal dari luar puskesmas

Mengoptimalkan tenaga kesehatan


lingkungan pelaksana program di
Puskesmas
Alternatif lain dengan perekrutan tenaga
yang ahli dalam bidang kesehatan
lingkungan yang berasal dari luar
puskesmas.
Mengusulkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang bekerja sama
dengan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Karawang untuk membuat
sarana air bersih lebih banyak lagi,
terutama di daerah yang penduduknya
masih kekurangan air bersih.
Dilakukannya penyuluhan yang intensif
oleh pihak promosi kesehatan kepada
orang
yang
masih
terbiasa
menggunakan air yang tidak bersih
padahal di daerahnya sudah terdapat
sarana air bersih tentang pentingnya
penggunaan
air
bersih
untuk
kepentingan sehari-hari.
Meningkatkan motivasi pemegang
program dan pelaksana program agar
dapat berjalan dengan baik, seperti
memberikan sarana dan alternatif dana.
Melakukan perincian dana terhadap
dana yang diterima dan dana yang
dikeluarkan untuk pengawasan sarana
air bersih. Peningkatan koordinasi
dengan staf kesehatan lain dalam
pelaksanaan program pengawasan air
bersih

Kepada
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana (UKRIDA) yang ditempatkan di
Puskesmas Kecamatan Tirtajaya agar ikut
6

serta memberikan penyuluhan kelompok


terutama mengenai SAB.
Apabila saran ini dilaksanakan, maka
diharapkan masalah tersebut tidak akan
terulang kembali pada pelaksanaan program
Sarana Air Bersih (SAB) di Puskesmas
Kecamatan Tirtajaya pada periode yang
akan datang.

Kepustakaan
1. World Health Organization and
UNICEF
2013.
Progress
on
Sanitation and Drinking Water 2013
update. Diunduh pada tanggal 12
November
2014
dari
http://www.zaragoza.es/contenidos/m
edioambiente/onu/625-enged2013.pdf
2. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Pedoman
Penggunaan
dan
Pemeliharaan
Sarana Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Jakarta: 1990

Nasional 2010. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Diunduh
tanggal 12 November 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go
.id/data/lapriskesdas.pdf
8. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Penyakit yang Ditularkan
Melalui Air. Jakarta: Depkes RI, 2007
9. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Kementerian
Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Laporan
Singkat
Pencapaian Millenium Development
Goals Indonesia 2009.
10. Instrumen
Penilaian
Cakupan
Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib.
Karawang: Puskesmas Wanakerta
2013.
11. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan
Pedoman
Teknis
Kesehatan
Lingkungan Buku II. 2004.

3. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi


Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi
Lingkungan Sebagai Dasar Usulan
Perencanaan
Perbaikan
(Studi
Kasus:
Kecamatan
Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi
Teknik Lingkungan ITB. Bandung:
2005
4. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kesehatan Lingkungan; Air Minum
dan Sanitasi. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
2013.
5. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Program Air Bersih dan
Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, 2004
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Pedoman Instrumen Penilaian
Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa
Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
7. Trihono, Laporan
Kesehatan Dasar

Hasil Riset
(RISKESDAS)
7

También podría gustarte