Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait. Dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan
jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008)
Laporatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk
menguji suatu organ atau untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien.
Suatu kondisi yang memungkinkan seorang pasien harus di laparotomy adalah :
Appendiksitis
Ileustomi adalah suatu penyakit yang memungkinkan pasien menjalani laparatomy. Ileus
(obstruksi usus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus. Bisa juga
karena hambatan terhadap rangsangan saraf utk terjadinya peristaltik atau karena adanya ileus
mekanik/organik. Ileus adalah obstruksi usus (Kumala, 1998). Ileus (Ileus Paralitik, Ileus
Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk
sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi
jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.
http://bangeud.blogspot.com/
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LAPARATOMY
a. Defenisi
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi
dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf.
Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya
pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk
eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas
2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung,
eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi.
Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis
dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas
dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya; pada operasi appendectomy
http://bangeud.blogspot.com/
3
b. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk
(Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang
disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang
dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat
disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis.
Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit
ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses
pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
(salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai
mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan
menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area
http://bangeud.blogspot.com/
4
yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada
dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus).
c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005)
dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode
pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses
pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi
adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani
operasi pembedahan abdomen.
http://bangeud.blogspot.com/
5
Mempercepat penyembuhan.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Kelemahan
Konstipasi
4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
http://bangeud.blogspot.com/
6
Syok
Pencegahan :
a. Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan
menggunakan narkotik secara bijaksana
http://bangeud.blogspot.com/
7
Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika
diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen
darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik
(mengurangi retensi cairan dan edema)
Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
http://bangeud.blogspot.com/
8
a. Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering mengubah
posisi
b. Penggunaan peralatan steril
c. Antibiotik dan antimikroba
d. Mempraktikkan teknik aseptik
e. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
f. Pencegahan kerusakan kulit
g. Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal
h. Pantau adanya perdarahan
i. Perawatan insisi dan balutan
j. Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.
2.2 Ileustomy
a. Pengertian
http://bangeud.blogspot.com/
9
b. Indikasi Illeostomi
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Komplikasi
Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi atau
terjadinya obstruksi.
Pemeriksaan labor
Total protein : 4,6
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6
Tugas 1
a. Kelompokan data berdasarkan pengkajian dengan pendekatan fungsional gordon dan
jelaskan pengkajian tambahan yang harus dikaji lebih dalam oleh perawat
Tulis 2 buah diagnosa keperawatan prioritas pada nyonya H dengan karakteristik atu
faktor resiko.
b. Rumuskan NOC dan NIC untuk setiap diagnosa keperawatan
Pendidikan kesehatan apa yang dapat diberikan oleh perawat pada Ny H.
Tugas II
Resume literatur review Laparatom
2. Pengkajian
A. Identitas pasien
: Ny H
Umur
: 71 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Agama
Pendidikan
http://bangeud.blogspot.com/
11
Pekerjaan
Alamat
Tgl Masuk RS
: 9 Juni 2010
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pada saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data ,Ny H
mengalami demam ,mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H
dipuasakan hasil pemeriksaan abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm , luka dari
bawah umbilikus sampai batas atas pubis lembab ,jahitan sudah dibuka selang
seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab dengan konsistensi encer
. daerah sekitar stoma kemerahan ,BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma
sampai ke pinggang.
1. Pengkajian
a) Pengkajian berdasarkan Pola Fungsional Gordon
1) Riwayat Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Klien sudah mengalami nyeri sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS.
3) Pola Eliminasi
Pengeluaran BAB klien dengan konsistensi encer . BAB merembes di kulit
sekitar daerah stoma sampai ke pinggang.
6) Pola Kognitif-perseptual
Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan dan sistem
Pendengaran.
Tekanan darah
:160/80 mmHg
Suhu tubuh
:38C
Pernapasan
:36 X/menit
Nadi
:76X/menit
http://bangeud.blogspot.com/
14
c) Pemeriksaan laboratorium:
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6
2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan pasca operasi
Data Objektif :
Abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm, luka dari bawah umbilicus sampai batas
atas pubis lembab
Pemeriksaan Lab :
Albumin 2,4
Globulin 2,2
S 38 C
Protein 4,6
Agen farmatik
Trauma
Destruksi jaringan
NOC
Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme
pathogen
Kriteria hasil:
a. Tampilan kulit
b. tampilan tepi luka
NIC
Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme
pathogen
Intervensi :
1. Perlindungan infeksi
2. Kontrol infeksi
Perlindungan Infeksi
Defenisi : pencegahan dan deteksi dini terhadap pasien yang mempunyai resiko tinggi
terhadap infeksi
Aktifitas :
1. Monitoring sistemik tanda dan gejala tempat infeksi
2. Monitoring kemungkinan terkena infeksi
3. Membatasi jumlah pengunjung jika diperlukan
4. Memelihara asepsis terhadap pasien yang beresiko
5. Menginspeksi membran kulit dan mukosa baik warna dan cairan
Kontrol Infeksi
Defenisi : meminimalisasikan masuknya dan transmisi agen infeksi
Aktivitas :
1. Membersihkan daerah luka
2. Mengganti peralatan yang digunakan pasien selama perawatan
3. Mengisolasikan orang-orang yang mungkin terpapar suatu penyakit yang
berbahaya
4. Menggunkan kacamata dan gaun steril ketika melakukan perawatan luka pada
pasien
http://bangeud.blogspot.com/
17
Data Objektif :
S : 38 C
NOC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler
interstisial dan/atau intraseluler
Kriteria hasil : kesimbangan cairan
Keseimbangan cairan
Domain : kesehatan fisiologis ( II )
Kelas : Cairan Elektrolit
Defenisi : keseimbangan cairan pada kompartemen intraseluler dan ekstraseluler
NIC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler
interstisial dan/atau intraseluler
Intervensi : Manajemen cairan
Manajemen cairan :
http://bangeud.blogspot.com/
18
b. Pengalas
c. Kom kecil 1 buah
d. Nierbeken 2 buah
e. NaCl 9 %
f. Sabun antiseptik
g. Sarung tangan 1 pasang
h. Masker
i. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
D. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area stoma
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang stoma bag bekas kedalam nierbeken.
10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma
11. bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema
12. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan.
http://bangeud.blogspot.com/
20
BAB III
PENUTUP
http://bangeud.blogspot.com/
21
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula
bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi,gasterektomi,kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang
tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy
eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila
diindikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://bangeud.blogspot.com/
22
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.1996. Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis
:Mosby Year-Book
Johnson,Marion, dkk.2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet.2003.Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Wiley
dan
Blacwell.2009.
Nursing
Diagnoses:
Definition
&
Classification
2009-2011,
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
http://bangeud.blogspot.com/
23