Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
b. Primi tua
Lama perkawinan 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa: Suami istri tinggal serumah, suami atau istri tidak sering keluar kota, tidak
memakai alat kontrasepsi (KB)
Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya,
misalnya pre-eklamsia.
Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku.
Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan.
Bahaya yang terjadi antara lain:
Hipertensi / tekanan darah tinggi
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak
dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati,
2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara
lain:
Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih
dari 45 tahun.
Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam
midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak
kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis
dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu
gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga
terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (Mochtar, 2002)
c. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan
fisik dan
rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya
yang dapat terjadi:
Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
d. Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu.
Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada: anak pertama mati, janin didambakan
dengan nilai sosial tinggi, anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi:
Persalinan dapat berjalan tidak lancar
Perdarahan pasca persalinan
Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji
Rochjati, 2003).
e. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Grandemultipara adalah wanita yang
pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. Grandemultipara solusio
plasenta dan plasenta previa (Mochtar, 2002) Karena ibu sering melahirkan maka
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada
kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
Ketuban pecah dini
Persalinan tidak lancar / macet
besar.
- Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
Ibu hamil kedua
Dengan kehamilan, lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur
bayi) 7 hari atau kurang.
Ibu hamil
Kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan
lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak
lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan
operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).
belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati umur 7 hari
Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran
2 kali
Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
1) Panas tinggi
2) Menggigil, keluar keringat
3) Sakit kepala
4) Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka
akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Abortus
2) IUFD
3) Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
1) Batuk lama tak sembuh-sembuh
BBLR
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin
dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi
dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus.
(Rinandina, 2002)
Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:
1)
Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena
infeksi
2)
3) Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati,
2003).
Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang
tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
2) Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus.
(Poedji Rochjati, 2003).
b. Pre-Eklamsia ringan
Tanda-tanda:
1) Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
2) Tekanan darah tinggi
3) Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas
mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan
Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan
darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan.
Bahaya bagi janin dan ibu:
1) Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
2) Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim.
Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
1) Sesak napas
2) Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
3) Varises
4) Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Keracunan kehamilan
2) Hidramnion
3) Anemia
4) Persalinan prematur
5) Kelainan letak
6) Persalinan sukar
7) Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
d. Hidramnion / Hamil kembar air
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada
trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
1) Sesak napas
2) Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter
3) Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Keracunan kehamilan
2) Cacat bawaan pada bayi
3) Kelainan letak
4) Persalinan prematur
5) Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak
dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun
ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
1) penyakit jantung
2) nefritis
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan):
kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat
lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu
tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan
dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa
waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. Bahaya yang dapat
terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan
benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
Bahaya bagi ibu:
1) Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
2) Infeksi
3) Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
1) Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
3) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO ( Faktor Resiko III )
(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
a. Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu,
disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh,
karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya,
perdarahan dapat keluar:
1) Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
2) Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah
menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
1) Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
2)
Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
3. PATOFISIOLOGI
Kehamilan resiko tinggi dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti pernah
mengalami abortus, persalinan Caesar, umur 35 tahun, mengalami tanda- tanda anemia, dan
tinggi kurang dari 145 cm dan lain - lain. Abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : kelainan kromosom,
terutama trimosoma dan monosoma X b mengakibatkan fetus tidak terbentuk secara
sempurna, lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol faktor lain yaitu kelainan pada plasenta,
misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. Faktor maternal seperti
pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. Kelainan traktus genetalia,
seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma
uteri dan kelainan bawaan uterus.
Pengaruh endokrin, kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus dan defisiensi progesterone. Defisiensi progesterone karena kurangnya
sekresi progesterone dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden
abortus. Karena progesterone berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormone
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam
peristiwa kematian janin. Abortus biasanya disertai dengan pendarahan didalam desidua
basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat
perdarahan. Hal tersebut menyebabkan ovum dapat terlepas seluruhnya atau sebagian dan
mungkin menjadi benda asing dalam uterus, sehingga meragsang kontraksi uterus dan
mengakibatkan pengeluaran janin.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Disamping itu infeksi kronis juga dapat menimbulkan abortus janin seperti Listeria
monocytogenes dan Toxoplasa.
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada
dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : dapat
menimbulkan kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. Sebuah penelitian
yang dilakukan di Australia Selatan menyatakan bahwa wanita yang melahirkan anak
pertama melalui operasi sesar memiliki risiko yang lebih besar pada persalinan selanjutnya
dibandingkan wanita yang melahirkan secara normal.
Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janin. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil,
pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, adanya kecenderungan rendahnya
cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi dapat
mengakibatkan timbulnya anemia pada ibu hamil. Besi merupakan bagian dari Haemoglobin
yg berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Dengan
berkurangnya Fe, sitesis Haemoglobin berkurang dan akhirnya kadar haemoglobin akan
menurun. Kekurangan Zat besi Hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak,Kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Anemia
pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, Pendarahan, rentan infeksi.
Tinggi badan kurang dari 145 biasanya akan memiliki ukuran panggul yang kecil
sehingga dapat merupakan sebagai penghalang jalan kaluarnya bayi sehingga bayi tidak bias
dikeluarkan secara normal dan harus di indikasikan untuk sesar. Semua riwayat dan gejala
yang disebutkan diatas akan menjadikan kehamilan yang berisiko tinggi pada ibu. Kehamilan
resiko tinggi akan berdampak : terjadinya kelahiran bayi premature, perdarahan saat
persalinan, proses persalinan yang lama dan macet, abortus pada janin, kematian pada ibu.
Pathway terlampir
4. KLASIFIKASI
Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu
dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka
bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan
risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan
dibagi tiga kelompok:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti
oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan
atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Ibu
dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang
membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji
Rochjati, 2003).
5. GEJALA KLINIS
1) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 140 cm
2) Bentuk pinggul ibu yang tidak normal
3) Badan ibu kurus, lemah dan pucat jumlah anak lebih dari 4 orang
4) Jarak anak kurang dari 2 tahun
5) Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
6) Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu
7) Sering terjadi keguguran sebelumnya
8) Kepala pusing hebat
9) Kaki bengkak
10) Perdarahan pada waktu hamil
11) Keluar air ketuban pada waktu hamil
Klien dianjurkan untuk hidup dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol,
dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan selama kehamilan.
Minum obat sesuai petunjuk dokter atau bidan. Hindari asap rokok, merokok,
minuman keras, narkoba, jamu dan obat obatan yang bisa menggangu pertumbuhan
bayi dalam kandungan. (Saifuddin, 2002)
Untuk menambah tenaga makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak,
bubur kacang hijau, kue kue dan lain lain. (Saifuddin, 2002)
7. KOMPLIKASI
Menurut Prawirohardjo (2008) bahaya yang ditimbulkan akibat dari kehamilan yang berisiko
yaitu:
1) Bayi lahir belum cukup bulan
2) Bayi lahir dengan BBLR
3) Keguguran (abortus)
4) Partus macet
5) Perdarahan ante partum dan post partum
6) IUFD
7) Keracunan dalam kehamilan
8) Kejang
B. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE)
1.
PENGERTIAN
ANC atau pemeriksaan pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, pesiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Saifuddin, 2002).
2.
TUJUAN ANC
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosialibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil , termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan secara selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan nomal dengan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
(Saifuddin, 2002)
3.
Waktu
sebelum 14
minggu
Infomasi penting
Membangun hubungan saling percaya
antara petugas kesehatan dengan ibu
hamil
Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
Trimester II
14 - 28minggu
merugikan
Memulai persiapan kelahiran bayi dan
mengetahui proteinuria)
Perawatan payudara
Selama kehamilan payudara harus
dipersiapkan untuk menghasilkan ASI
Trimester III
28 - 36
minggu
kehamilan ganda
Latihan otot dasar panggul
Otot-otot dasar panggul melingkari outlet
tempat
lewatnya
bayi
saat
lahir.
Tanda-tanda persalinan
Keluaran vagina keluarnya operculum atau
lendir yang menyumbat dan show berupa
gumpalan darah, pecahnya membrane
amnion
Psikologis Ibu
(Saifuddin, 2002)
4.
5.
KLASIFIKASI
Klasifikasi pada periode Antenatal ini dibedakan secara katagori kehamilan yang akan
diberikan asuhan antenatal adalah :
KATEGORI
Kehamilan normal
GAMBARAN
Ibu sehat
Tidak ada riwayat obsterri buruk,
ukuran
uterus
kehamilan.
sama/sesuai
Pemeriksaan
usia
fisik
dan
laboraturium lengkap.
Kehamilan dengan masalah
khusus
preeklamsia,
terhambat,
Kehamilan
dengan
kegawatdaruratan
kondisi
yang
pertumbuhan
infeksi
saluran
janin
kemih,
(Saifuddin, 2001)
6.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Gizi
Peningkatan konsumsi sampai 300 kal/hari dengan makanan yang
mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan.
Kegiatan harian
Normal, istirahat jika lelah
Perubahan fisiologi (normal ) yang akan terjadi
Peningkatan berat badan
Breast change
Penurunan tenaga
Mual dan muntah serta punggung kiri di trimester I
Rasa panas
Varises
Oedema
Segera mencari pertolongan medis jika mendapati tanda-tanda bahaya, seperti :
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala luar biasa
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah ataupun tangan
Nyeri abdomen
Janin tidak bergerak (tidak seperti biasa)
Merencanakan kebutuhan persiapan kelahiran
Menjaga kebersihan diri
Perawatan payudara
Memberikan zat besi untuk maturasi sel eritrosit
Pemberian Tetanus Toksoid (I, II atau Ulang) 0,5 ml.
Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT untuk ibu hamil
diberikan minimal 2 kali dengan dosis 0,5 cc diinjeksikan secara IM. Jarak
pemberian atau interval imunisasi TT 1 dengan TT 2 adalah minimal 4 minggu.
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien. Pengkajian meliputi :
a. Biodata Klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku
Bangsa, Alamat, Tgl pengkajian.
b. Status Kesehatan
c. Pemeriksaan Fisik
DS:
DO:
Muntah terus-menerus
Tekanan darah tinggi
Bengkak paad wajah, tangan, dan kaki.
Demam tinggi, keluar cairan dari rahim dan berbau
Letak lintang/sungsang
Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
Tinggi badan kurang dari 145 cm
ketidakmampuan
mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya, peningkatan keluhan fisik
Diagnosa
PK: Anemia
Tujuan
Setelah
diberikan
asuhan
perawat
dan
dari
dapat
meminimalisir
anemia
dengan
kriteria hasil:
Hb 12-16
Konjungtiva tidak pucat
Pasien melaporkan kelelahan
berkurang
Intervensi
Mandiri :
1) Kaji konjungtiva pasien dan keluhan letih. Laporkan jika
kondisi yang letih berlebihan dan sangat pucat pada
konjungtiva.
Rasional: Untuk menentukan intervensi yang tepat.
Mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dengan
mengetahui tanda dan gejala awal.
2) Observasi ketat tanda perdarahan ; ptekie, purpura,
perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis, melena
Rasional: Mencegah terjadinya perdarahan lanjut untuk
menentukan intervensi yang sesuai.
3) Pertahankan tirah baring
Rasional: Tirah baring untuk mempercepat pemulihan
kondisi dan mendukung pengobatan sesuai indikasi
Kolaborasi :
1) Berikan transfusi sesuai indikasi
Rasional: Untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
2) Periksa lab darah
Rasional: Untuk mengetahui jumlah sel darah merah
sehingga memungkinkan intervensi sesuai indikasi
3) Ahli gizi menetapkan diet sesuai indikasi
Rasional: Diet yang sesuai dapat mempercepat pemulihan
2.
anemia
dengan
kriteria hasil:
ketidakmampuan
yang
3.
energi
Batasi stimulasi lingkungan (cahaya/ bising) untuk
4.
memfasilitasi relaksasi.
Instruksikan klien untuk mengenali tanda dan gejala
5.
adanya kelemahan.
Bantu menentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang
6.
biasanya,
peningkatan keluhan
fisik
(pusing),
peningkatan
kebutuhan
istirahat
terhadap
(lebih
banyak berbaring di
3.
tempat tidur)
Resiko
perdarahan Setelah
diberikan
asuhan
komplikasi
kehamilan
Mengetahui
faktor
resiko
terjadinya perdarahan
Catat
hemoglobin/hematokrit
sebelum
perdarahan
dan
setelah
pengendalian risiko
Menggunakan
sistem
dukungan
personal
untuk
NOC Label >> Bleeding Reduction : Antepartum uterus
meminimalkan risiko
Risiko
4
gangguan Setelah
diberikan
dan janin
Label>>Fetal
Status:
Antepartum
janin (skala 5)
Frekuensi perpindahan
(Skala 5)
janin
risiko
4. sediakan sarana pengetahuan yang mengarah pada faktor
risiko test pengawasan biasa dan tahapannya
5. Instruksikan klien teknik perawatan diri
untuk
NOC
Label
>>
Maternal:
Antepartum
Emosional keterikatan pada janin
Mengatasi ketidaknyamanan
dalam kehamilan
vital sign dalam batas normal
(nadi: 60-100 ; suhu:36.5-37.5 ;
TD: 100/60-120/80)
terakhir
(perdarahan
tiba-tiba,
merokok,
untuk
mengetahui
jumlah
dan
karakteristik perdarahan
4. Monitor tanda-tanda vital ibu terkait dengan jumlah
kehilangan darah
5. Monitor detak jantung janin dan gerakan janin secara
elektronik, usg
6. Jadwalkan follow up untuk mengawasi perkembangan
janin antepartum
Anxietas
Setelah
diberikan
mengurangi
cemas, skala 5
penyebab
4. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai dengan rencana kegiatan yang dilakukan
5. EVALUASI
No
1.
Diagnosa
PK: Anemia
Evaluasi
Tidak terjadi komplikasi dari anemia dengan kriteria hasil:
2.
ditandai
ketidakmampuan
tingkat
peningkatan
yang
keluhan
fisik
komplikasi
kehamilan
Anxietas
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2010. Mengenali Faktor Penyebab Kehamilan Resiko Tinggi. (online),
http://www.anneahira.com/kehamilan-resiko-tinggi-12529.htm, (akses: 14 Juli 2013).
Bobak, Irene. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
Mochtar, Rustam. 2002. Synopsis Obstetric jilid II. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier
NANDA Internasional 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Nasional Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pudji Rochjati dalam buku Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka
Rinandina. 2011 . Kehamilan Resiko Tinggi. (online),
http://www.scribd.com/doc/46995782/38619856-KEHAMILAN-RISIKO-TINGGI
(akses: 14 Juli 2013).
Saifuddin, A. Bari. 2002. Kehamilan Resiko Tinggi. (online),
http://medicastore.com/penyakit/569/Kehamilan_Resiko_Tinggi.html (akses: 14 Juli
2013).
Saifuddin, A.B. 2001. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal/Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Wiknjosastro dkk. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yuniardo, Nadia. 2010. Kehamilan Resiko Tinggi. (online), http://dunia-ibu.org/pdf/kehamilanresiko-tinggi-a1.pdf (akses: 14 Juli 2013).