Está en la página 1de 18

SISTEM TEMU-KEMBALI INFORMASI

BERBASIS PERPUSTAKAAN DIGITAL


Oleh: Abdul Main, S.Ag., SS., M,Hum.
(Widyaiswara Madya BDK Surabaya)

Abstract
This experimental study aims to determine the effectiveness of
search strategies of scientific information on CD-ROM database of ASTPlus at the Library of Institute of Technology (ITS) Surabaya. Methods of
data collection using a real user who is utilizing the services of information
search services on CD-ROM AST-Plus and Training participant "Managing
Library of Madrasah Tsanawiyah (MTs)" which is being carry out field
observations (OL), as many as 30 people. OL Participants interviewed
library users about what information they wanted from the CD-ROM ASTPlus, then participants OL help conduct searches. With the search strategy
using Boolean logic operators (AND, OR, NOT) and key words are
selected from the Manual of the "Library of Congress Subject Heading
(LCSH)" and the Dewey Decimal Classification (DDC), the search results
then evaluated the level of compliance with user needs. The results showed
that the Precision in this search reaches 59.3%, which means an effective
search strategy.

Kata-kata Kunci: penelusuran informasi, retieval system, perpustakaan


digital, CD-ROM, Boolean Logic.

PENDAHULUAN
Era keterbukaan informasi yang ditandai meluasnya penggunaan internet
(interconection networking) belakangan ini menawarkan sejuta pesona dan
sekaligus sejuta kemudahan bagi setiap orang untuk mencari, menyimpan,
mengolah, dan menyajikan informasi melalui jaringan global yang disebut internet.
Internet yang dirintis pertama kali tahun 1969 itu kini telah berkembang sangat
pesat dengan berbagai fasilitas penelusuran ke berbagai jaringan global: seperti
mailing list (diskusi elektronik), news group;(koleksi jutaan artikel yang
dikelompokkan sesuai temanya); File Transfer Protocol (FTP) untuk transfer file
dari satu komputer ke komputer lain; telnet (fasilitas untuk masuk ke komputer lain
dengan maksud untuk menjalankan program di komputer tersebut; chating;
konferensi jarak jauh; WWW; dan yang paling menghebohkan saat ini adalah
facebook.

Bagi dunia kepustakawanan, perkembangan teknoloi informasi tersebut


menjadi suatu peluang untuk membangun suatu sistem temu kembali informasi
online, yaitu sistem yang mempertemukan antar kebutuhan pencari informasi
dengan sumber-sumber informasi secara online. Bentuk dari sistem temu kembali
informasi online itu misalnya internet dan CD-ROM (Compact Disc Read Only
Memory). Nicholas Negroponte (1998) mensinyalir bahwa teknologi penyimpanan
informasi dalam bentuk CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory)
berkembang pesat dan populasinya pada satu dasawarsa yang lalu diperkirakan
mencapai 10.000 jenis (perkembangan sampai dengan saat ini belum diketahui).
Sebuah CD mempunyai kapasitas simpan lima milyar bit. Kapasitas tersebut
diprediksi akan meningkat menjadi 50 milyar bit pada tahun-tahun mendatang
dan penyebaran informasi kepada pemakai sangat cepat menyamai kecepatan
cahaya. Maka tepatlah kalau Negroponte menyebut era saat ini sebagai era
virtual reality, menurut para teoritisi Postmodernisme disebut sebagai beyond
the reality.
Sejalan dengan perkembangan TI khususnya dalam bidang kepustakawanan
tersebut, maka berubahlah paradigma perpustakaan baik di tingkat pengelola
maupun di tingkat pemakai. Bagi pemakai perpustakaan, kebutuhan informasi
semakin berkembang dan semakin beragam pula cara untuk memenuhinya. Kajian
tentang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi juga berkembang hingga lahir
paradigma baru dalam bidang tersebut, seperti pendekatan Anomalous State of
Knowledge (ASK) dari Belkin, Sense-Making dari Dervin, dan lain-lain.
Paradigma tersebut muncul dengan pendekatan baru yang memberikan penekanan
pada proses terbentuknya kebutuhan pemakai yang kemudian dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan atau perminataan (query) informasi. Sebuah sistem temu
kembali informasi, dengan demikian, memerlukan
data empirik tentang
pemakainya untuk menyusun mekanisme temu kembali informasi yang efektif.
(Pendit, 1996).
Dalam siklus transfer informasi, sesungguhnya terdapat dua dunia yang
saling terpisah, yaitu dunia sumber-sumber informasi dan dunia pemakai
informasi. Dunia sumber-sumber informasi adalah sejumlah informasi yang
terekam dalam sejumlah database yang terdapat di berbagai pusat informasi, baik
berupa katalog perpustakaan, CD-ROM, internet, atau bentuk representasi
informasi lainnya. Sedang dunia pemakai adalah pemakai dengan berbagai tingkat
kebutuhannya akan informasi. Sistem yang mempertemukan antara kedua dunia
tersebut disebut Sistem Temu-Kembali Informasi (Information Retrieval
System/IRS).
Efektivitas suatu sistem temu kembali informasi bisa diukur dari sejauh
mana sistem tersebut memberikan kemudahan-kemudahan kepada pemakai dalam
melakukan penelusuran informasi sehingga pemakai terpenuhi kebutuhan
informasinya. Semakin tinggi tingkat kepuasan pemakai, maka semakin efektif
suatu sistem temu kembali informasi itu. Permasalahannya adalah, dalam suatu
sistem temu kembali informasi itu terdapat berbagai entitas yang saling terkait
yang masing-masing bisa mempengaruhi tingkat kemudahan dalam akses

informasi. Berbagai entitas tersebut adalah: (1) Informasi yang dimuat dalam
sistem itu (content), seberapa luas cakupannya; (2) Kejelasan dan ketuntasan
bahasa pengindeksan yang digunakan; (3) Sarana penelusuran yang disediakan;
(4) Desain inter face.
Oleh karena itu strategi penelusuran sangat penting dirumuskan bagi
seorang penelusur sebelum melakukan penelusuran, terutama agar penelusuran
berjalan efektif. Hasil dari penelusuran informasi itu tidak selamanya cocok
dengan kebutuhan pemakai, ada kalanya menyimpang dikarenakan kurang
tepatnya dalam merumuskan pertanyaan penelusuran (search statement).
KEBUTUHAN INFORMASI
Penelusuran informasi dilakukan tidak lain adalah untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemakai. Dalam konteks ini, memahami kebutuhan informai
pemakai merupakan bagian penting dalam tahap awal penelusuran. Memastikan
kebutuhan informasi merupakan persoalan yang sangat kompleks. Bahkan
pemakai sendiri acapkali sulit mendefinisikan dengan jelas dan menyatakannya
secara tepat tentang kebutuhan informasinya. (Chaudhry dan Rehman, 1993).
Dalam berbagai literatur, banyak alasan diberikan mengapa pemakai
mencari informasi. Dervin sebagaimana dikutip Baker mengatakan bahwa pemakai
mencari informasi ketika mereka sadar bahwa telah terjadi kesenjangan (gap)
dalam pengetahuannya yang menghalangi mereka dari making-sense terhadap
situasinya (Baker, 1996), sehingga pemakai tidak dapat meneruskan perjalanan
tanpa menjembatani kesenjangan tersebut. Dalam usaha menjembatani tersebut,
individu pemakai menciptakan sense baru yang klop dengan kenyataan
internalnya. (Pannen, 1996).
Menurut Dervin dan Nilan (1986), sebagaimana dikutip Diao (1996),
bahwa sampai dengan tahun 1978 kebanyakan penelitian tentang kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi didasarkan pada paradigma yang berorientasi pada
sistem informasi (system oriented) yang menempatkan kebutuhan dan pemakaian
informasi dari sudut pandang sistem informasi dan bukan dari sudut pandang
pemakai. Beberapa ciri dari paradigma ini adalah: (a) memusatkan perhatian pada
informasi obyektif; (b) menganggap pemakai sebagai penerima informasi pasif
dan mekanistik; (c) bertujuan untuk merumuskan perilaku informasi yang dapat
diterapkan untuk segala situasi; (d) memandang perilaku informasi semata-mata
dalam konteks
pertemuan pemakai dengan
sistem informasi; dan (e)
menggunakan pendekatan kuantitatif. Jadi, kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi pemakai dilihat melalui kacamata sistem informasi.
Selanjutnya Dervin dan Nilan (1986) merangkum terjadinya pergeseran
paradigma (paradimg sift) dalam memahami kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi yang ditawarkan oleh para peneliti. Paradigma baru ditawarkan sebagai
pengganti paradigma lama, yaitu paradigma yang berorientasi pemakai. Inti
paradigma tersebut adalah:
1. Memusatkan perhatian pada informasi subyektif menggantikan

pemusatan perhatian pada informasi obyektif.


2. Mengaggap pemakai informasi sebagai penerima informasi yang aktif,
menggantikan anggapan bahwa pemakai informasi sebagai penerima
informasi yang mekanistik dan pasif.
3. Memperhatikan perilaku situasional dalam konteks interaksi sosial
yang utuh, menggantikan perhatian pada perilaku trans-situasional
yang tidak produktif.
4. Memperhatikan interaksi sosial secara menyeluruh, menggantikan
pendekatan yang atomisik, rigid.
5. Berfokus pada kognisi internal, menggantikan perhatian pada perilaku
eksternal (misalnya kontak dengan sumber informasi dan menggunakan
sistem dikatakan sebagai indikator kebutuhan informasi).
6. Menetapkan pendekatan kualitatif, sebagai pengganti pendekatan
kuantitatif.
Paradigma yang ditawarkan tersebut mengindikasikan terjadinya paradigma
penelusuran yang berorientasi ke pemakai. Menurut Diao (1996) paradigma ini
selanjutnya melahirkan tiga pendekatan baru, yaitu user value approach, sensemaking apprroach1, dan anomalous state of knowledge (ASK) approach yang
berfokus pada: (a) situasi problematik pemakai; (2) bagaimana pemakai
memahami kegunaan data dan kriteria untuk informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah; dan (3) bagaimana pengetahuan tentang (a) dan (b) dapat
dikaitkan dengan kegiatan sistem informasi. Paradigma yang baru lebih
memperhatikan situasi di dalam diri pemakai informasi.
SISTEM TEMU-KEMBALI INFORMASI
1. Pengertian Sistem Temu-Kembali Informasi
Menurut Harter (1986), Sistem temu-kembali informasi (Information
Retrieval System/IRS) adalah perangkat yang menghubungkan antara pemakai
potensial dengan koleksi atau kumpulan informasi. Manfaat dari sistem
tersebut ialah untuk menampilkan informasi yang diinginkan dan menyaring
informasi yang tidak diinginkan. Tujuannya bersifat pragmatis, yaitu untuk
menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan informasi atau
memutuskan bahwa kebutuhan informasi tersebut tidak dapat dipenuhi.
Sejalan dengan Harter, Tague-Sutcliffe (1996) mengatakan bahwa IRS
adalah suatu proses yang dilakukan untuk menemukan dokumen yang dapat
memberikan kepuasan bagi pemakai dalam memenuhi kebutuhan
informasinya. Tujuan utama dari pengembangan IRS adalah untuk menemukan
dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pemakai secara efektif dan
efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya. Dari sini dapat
dikatakan bahwa tujuan akhir IRS adalah kepuasan pemakai.
Menurut Chaoudhury (1999) IRS dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu

in house dan online. Sistem temu-kembali informasi in house dibangun oleh


perpustakaan atau pusat informasi tertentu untuk melayani terutama para
pemakai dalam organisasi tersebut. Salah satu bentuk sistem temu-kembali
informasi in house adalah OPAC (Online Public Access Catalogue). Sedang
sistem temu-kembali informasi online didesain untuk memberikan akses ke
remote database kepada berbagai user. Sistem online ini menghubungkan para
pemakai pada berbagai tempat melalui jaringan komunikasi elektronik. Bentuk
yang paling populer dari sistem temu-kembali informasi online adalah CDROM dan internet. Sistem yang terakhir inilah yang menjadi fokus dalam
penelitian ini.
2. Komponen Sistem Temu-Kembali Informasi
Lancaster sebagaimana dikuti Chowdhury (1999) mengatakan bahwa
sistem temu-kembali informasi terdiri dari enam subsistem: (a) subsistem
dokumen; (b) subsistem indexing; (c) subsistem kosa kata; (d) subsistem
penelusuran; (e) antar-muka (interface) pemakai dengan sistem; (f) subsistem
pencocokan.
Secara garis besar, menurut Hasibuan (1996) komponen sistem temukembali informasi terdiri dari: (a) pemakai (users); (b) dokumen; dan (c) mesin
pencocok (matcher-machine). Masing-masing dokumen dipresentasikan oleh
kata-kata indeks. Kedua bentuk representasi inilah yang dipertemukan dalam
sistem temu-kembali informasi untuk mengambil (to retrive) dokumen yang
relevan dari database yang berisikan koleksi dokumen. Proses
mempertemukan tersebut disebut strategi penelusuran.
3. Tujuan Sistem Temu-Kembali Informasi
Sistem temu-kembali informasi didesain untuk menemukan kembali
dokumen atau informasi yang dibutuhkan oleh kelompok pemakai. Sistem
temu-kembali informasi bertujuan untuk mengoleksi dan mengorganisasikan
informasi dalam satu atau beberapa bidang ilmu untuk disajikan kepada
pemakai yang membutuhkannya secepat mungkin.
Secara teknis, tujuan IRS adalah mencocokkan (matcing) istilah (term)
yang diformulasikan dalam bentuk query dengan istilah indeks yang ada dalam
dokumen, sehingga dengan mencocokkan tersebut maka dokumen-dokumen
yang relevan akan terambil (retrieved). Terambilnya dokumen relevan dari
sistem penyimpanan koleksi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi
pemakai, sedang terpenuhinya kebutuhan pemakai merupakan tolok ukur
keberhasilan suatu IRS.
4. Fungi Sistem Temu-Kembali Informasi
Menurut Chowdhury (1999), fungsi utama sistem temu-kembali informasi
adalah: (a) untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi relevan sesuai
dengan minat dari kelompok pemakai; (b) menganalisis isi dokumen; (c)
mewakili isi dari sumber-sumber informasi yang dianalisis dalam suatu cara
yang sesuai untuk mencocokkan pertanyaan pemakai; (d) menganalisis
pertanyaan pemakai dan mewakilinya dalambentuk yang cocok agar matching
dengan database; (e) mencocokkan istilah penelusuran dengan database

penyimpan informasi; (f) menemukan kembali informasi yang relevan; (g)


melakukan hal-hal yang perlu disesuaikan dalam sistem berdasarkan tanggapan
balik (feedback) dari pemakai.
Berdasarkan fungsi tersebut di atas, Chowdhury (1999) membagi system
temu-kembali informasi menjadi tiga komponen, yaitu: (a) dokumen atau
sumber informasi; (b) query dari pemakai; (c) fungsi pencocokan (matching
function). Sumber informasi yang ada dalam sistem diwakili oleh kata-kata
kunci atau kata indeks sebagai pendekatan dalam penelusuran. Sedangkan query
(permintaan) adalah rumusan pertanyaan yang dimasukkan ke sistem . Dan
fungsi pencocokan di sini mempertemukan antara sumber informasi yang
disimpan di sistem dengan permintaan pemakai. Fungsi-fungsi tersebut bisa
digambarkan sebagai berikut:
Gambar: Fungsi Sistem Temu-Kembali Informasi
Information

Analysis

and

sources

representation

Retrieved

Organized
information

Matching

information

Users

Query analysis

Analysed
queries
(search

Sumber: Chowdhury (1999).


Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk dapat memenuhi matching
function, suatu dokumen harus dianalisis dan direpresentasikan. Proses untuk
menyusun representasi dokumen ialah dengan membuat suatu pengenal
(identifier) yang lazim disebut pengindeksan (indexing). Demikian jugam
seorang pemakai (users), untuk dapat menemukan dokumen yang diinginkan,
ia harus melakukan
analisis dan
representasi terhadap kebutuhan
informasinya yang dituangkan dalam bentuk penelusuran (searching).
(Chowdhury, 1999).
PROSES DAN STREAREGI PENELUSURAN INFORMASI
1. Proses Penelusuran Informasi

Lancaster (1979) dan Doyle (1975) memandang sistem temu-kembali


informasi dalam konteks siklus transfer informasi, mengatakan bahwa suatu
sistem temu-kembali informasi merupakan subsistem (tahap luaran) dari sistem
informasi. Dalam tahap luaran ini, pemakai yang harus dilayani mengajukan
pertanyaan (query) ke database. Apabila penelusurannya didelegasikan
kepada pustakawan, maka pustakawan lalu menyiapkan strategi penelusuran
(search strategy) untuk memenuhi permintaan tersebut.
Proses penelusuran bisa dirinci menjadi beberapa langkah. Menurut Harter
(1986), hal-hal yang harus dilakukan dalam proses penelusuran informasi
adalah:
a. memahami kebutuhan informasi:
b. merumuskan tujuan penelusuran:
c. memilih satu atau lebih database:
d. mengidentifikasi konsep-konsep utama dan hubungan antara konsep
tersebut;
e. memilih suatu pendekatan atau strategi untuk mengatasi problem yang
mungkin dihadapi selama penelusuran;
f. mengidentifikasi berbagai cara untuk menyatakan konsep-konsep
dalam kata-kata, frase, symbol, dan lain-lain;
g. mengidentifikasi cakupan subyek dalam database yang akan ditelusur;
h. menerjemahkan keputusan yang dibuat pada langkah ke-2-7 ke dalam
pernyataan formal yang dinyatakan dalam bahasa perintah (command
language) system penelusuran;
i. untuk tiap-tipa langkah 2-7 pertimbangkan dan rencanakan alternative
dalam kasus yang dicoba, yang tidak sesuai dengan tujuan penelusuran;
j. melakukan ke system penelusuran, memilih dan enter ke initial istilah
penelusuran yang diformulasikan pada langkah ke-8;
k. mengevaluasi hasil penelusuran, mencocokkan dengan tujuan
penelusuran;
l. mengulangi lagi sampai hasil yang memuaskan diperoleh.

2. Strategi Penelusuran Informasi


Strategi penelusuran informasi bisa disusun dalam dua langkah. Langkah
pertama ialah analisis query untuk menentukan apa yang sesungguhnya dicari
oleh pemakai; dan langkah kedua ialah menerjemahkan analisis konseptual ke
dalam kosa kata sistem. Analisis konseptual atas permintaan pemakai tersebut
yang kemudian diterjemahkan ke dalam kosa kata indeks disebut strategi
penelusuran, yang dapat dianggap sebagai wakil permintaan. (OLancaster,
1979).
Setelah strategi penelusuran disusun, wakil permintaan ini dicocokkan
(match) dengan database yang berisi sejumlah dokumen atau representasi
informasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan operator
Boolean Logic (AND, OR, NOT). Dokumen yang cocok dengan query

dikeluarkan dari database dan diserahkan kepada pemakai yang mengajukan


permintaan tersebut. Proses pencocokan ini kadang-kadang perlu diulang
berkali-kali, dan selesai apabila pemakai puas dengan hasil penelusuran.
Dalam penelusuran yang didelegasikan (delegated search), pemakai yang
membutuhkan informasi menyerahkan tanggung jawab untuk menelusur
database ke seorang pustakawan atau pekerja informasi yang ahli dalam
bidang penelusuran informasi. Pada penelusuran yang tidak didelegasikan,
prosesnya agak menjadi sederhana sebab pemakai sendiri langsung ke
database. Tetapi dalam situasi ini pun pemakai harus menganalisis kebutuhan
informasinya dan menerjemahkan analisis tersebut ke dalam bahasa atau kosa
kata sistem. Dalam penelusuran online, strategi dekembangkan secara
interaktif dan heuristic. Maksudnya, analisis konseptual dan penerjemahan
dilakukan berbarengan dengan strategi penelusuran yang disusun dan
dimasukkan ke dalam sistem dan dimodifikasi terus-menerus sesuai dengan
respon dari sistem.
Luaran suatu sistem temu-kembali informasi bisa berupa sitasi, abstrak, dan
atau dokumen fullteks. Dokumen hasil penelusuranini kemudian diserahkan
kepada pemakai yang mengajukan permintaan untuk penelusuran. Pemakai
kemudian memberikan penilaian atas hasil penelusuran, apakah relevan, agak
relevan atau tidak relevan dengan kebutuhan informasinya. Apabila pemakai
merasa bahwa dokumen yang diserahkan tidak relevan atau belum sesuai
dengan kebutuhannya, maka pemakai bisa mengajukan permintaan ulang
kepada penelusur. Dalam kasus seperti ini seorang penelusur harus
menganalisis di mana letak ketidakrelevanan dokumen hasil penelusuran
dokumen tersebut untuk selanjutnya melakukan strategi penelusuran yang
lebih tepat.
EVALUASI EFEKTIVITAS SISTEM TEMU-KEMBALI INFORMASI
Salah satu metode untuk mengevaluasi efektivitas sistem temu-kembali
informasi adalah dengan menilai hasil (output) dari proses penelusuran, sejauh
mana hasil penelusuran tersebut memiliki relevansi dengan kebutuhan
informasi pemakai. Karena hasil penelusuran jelas dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebelumnya, misalnya faktor pengindeksan yang diterapkan dalam
sistem apakah cukup mendalam atau tidak; user interface-nya apakah cukup
friendly atau tidak; cakupan subyek yang dimuat, apakah cukup representatif
atau tidak; dan faktor pemakai sendiri.
Pertama-tama harus dibedakan
antara dokumen partinence dengan
dokumen relevan. Relevan didefinisikan sebagai hubungan antara dokumen
dengan permintaan (rtelationship between a document and an information
request), dan pertinence adalah hubungan antara dokumen dengan kebutuhan
informasi (relationship between a document and an information need). Dengan
perkataan lain, dokumen relevan adalah dokumen yang cocok dengan
pertanyaan penelusur, sedang dokumen pertinence adalah dokumen yang
dinilai (judged) berguna oleh pemakai. Dalam keadaan tidak ada real-user

dengan kebutuhan informasi aktualnya, penilaian relevansi bisa dilakukan oleh,


atau meminta persetujuan kepada ahli subyek (subyek experts).

Sharma seperti dikutip McJunkin (1995) menilai relevansi dokumen


dengan memberikan bobot suatu dokumen yang berhasil ditemu-kembali
sesuai dengan kegunaannya. Pemberian bobot tersebut meliputi empat kriteria,
yaitu (tabel 1).
Tabel 1: Pembobotan Hasil Penelusuran
No
Kategori
Bobot
1
Relevan penuh
100
2
Relevan moderate
0,50
3
Relevan marginal
0,25
4
Tidak relevan
0,00
Sumber: McJunkin (1995)
Untuk menghitung relevansi tersebut, para ahli biasanya menggunakan
rumus perolehan (recall) dan ketepatan (precision). Menurut Chowdhury
(1999) konsep recall berkaitan dengan kemampuan sistem untuk menemukembali (to retieve) dokumen relevan, sedang precision berkaitan dengan
kemampuan sistem untuk tidak menemu-kembali dokumen yang tidak relevan.
Rumus yang lazim digunakan untuk menghitung recall dan precision adalah
sebagai berikut:
Jumlah dokumen relevan yang ditemu-kembali
Recall
: ------------------------------------------------------------------------- X 100
Jumlah dokumen relevan yang ada dalam database

Precision

Jumlah dokumen relevan yang ditemu-kembali


: ------------------------------------------------------------------------ X 100
Jumlah dokumen yang ditemu-kembali dalam penelusuran

Sistem temu-kembali informasi yang ideal seharusnya mampu mencapai


100% recall dan 100% precision. Tetapi dalam kenyataannya hal tersebut
sangat sulit terjadi, sebab apabila recall meningkat, maka precision cenderung
menurun, demikian pula sebaliknya, apabila precision meningkat, itu
disebabkan recall yang cenderung kecil. Mengukur recall sebenarnya sulit
dilakukan karena jumlah dokumen yang ada dalam sistem sangat besar. Maka
precision-lah yang biasanya menjadi salah satu kriteria untuk mengevaluasi
efektivitas suatu sistem temu-kembali informasi.
Lancaster sebagaimana dikuti Chowdhury (1999) menerangkan teknik
penghitungan recall dan precision dalam suatu matriks sebagai berikut:

Retieved
Not retrieved
Total

Tabel 2: Matriks Recall dan Precision


Relevan
Not-Relevan
Total
A (hits)
B (noise)
A+B
C (missess)
D (rejected)
A+D
A+C
B+D
A+B+C+D

Dari tabel tersebut diketahui bahwa sistem menemu-kembali dokumen


relevan A (hits), dokumen tidak relevan B (noise). Sedangkan dokumen yang
tidak berhasil ditemu-kembali adalah C + D. Sistem kehilangan (missess)
dokumen C dan menolak dokumen D karena tidak sesuai dengan query. Dari
penjelasan tersebut, maka untuk menghitung ratio recall (R) dan precision (P)
digunakan rumus sebagai berikut:
 (R) [a / (a + c)] X 100
 (P) [a / (a + b)] X 100.
Selain menghitung recall dan precision, dalam mengevaluasi efektivitas
sistem temu-kembali informasi harus memperhatikan baik faktor sistem
sendiri (sistem oriented) maupun faktor pemakai (user oriented). Banyak ahli
menyarankan
bahwa evaluasi
suatu sistem temu-kembali informasi
seharusnya didasarkan pada
faktor-faktor yang dapat
meningkatkan
pelayanan kepada pemakai (user oriented). Misalnya sejauhmana sistem bisa
mempertmukan kebutuhan pemakai yang sewaktu-waktu muncul; jika ada
kegagalan, apa yang menyebabkan kegagalan tersebut; apakah cukup efektif
jika penelusuran dilakukan oleh pemakai sendiri atau memenfaatkan jasa
intermediary;
apa saja perubahan mendasar yang diperlukan untuk
meningkatkan output; juga termasuk menekan biaya dan efek yang mungkin
terjadi jika harus dikembangkan dengan bentuk-bentuk layanan baru.

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan pendekatan
deskriptif-kualitatif. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas sistem
temu kembali informasi online yang ada di Perpustakaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya (studi kasus).
Sistem temu kembali
informasi online merupakan salah satu jenis layanan yang ada di perpustakaan
tersebut untuk memberikan varian layanan kepada pemakai selain dari jenisjenis layanan konvensional yang ada selama ini seperti layanan peminjaman dan
pengembalian, foto copy, baca di tempat, dsb.
Untuk mengetahi efektivitas sistem temu kembali informasi online di
Perpustakaan ITS Surabaya, maka peneliti memanfaatkan seorang real user,
yaitu pemakai perpustakaan yang akan dan sedang memanfaatkan jasa layanan
penelusuran online.
Dia adalah mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS,
bernama Ali Nurdin yang sedang melakukan penelitian untuk menyusun tugas

10

akhir (skripsi) dengan judul: Glassfiber Reinforced Plastic (GRP) dan Aplikasi
Kelautan Serta Pengaruh Lingkungan Terhadap Sifat Mekanik dan Fisik.
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, di mana proses pengumpulan
dan analisis data secara kualitatif, meskipun data yang dianalisis sebagiannya
adalah data kuantitatif (angka-angka). Untuk analisis data kuantitatif, digunakan
tabulasi untuk lebih memudahkan pembaca mamahaminya, kemudian data
tersebut diinterpretasikan dan dianalisis ecara kualitatif.
B. Teknik Pengupulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan beberapa cara:
1. Peneliti bersama 30 orang peserta diklat melakukan wawancara mendalam
dengan petugas perpustakaan ITS.
2. Kemudian kami mencari real user (pengguna perpustakaan) yang sedang
mencari sumber-sumber literatur untuk penyusunan tugas akhir. Kami
mendapatkan seorang yang sedang melakukan penelusuran informasi dalam
database CD-ROM, yang bernama Ali Nurdin. Real-user tersebut kami
jadikan sebagai subyek (pelaku) dalam studi eksperimen ini. Dari
wawancara itu peneliti mengetahui kebutuhan informasi Ali Nurdin terkait
dengan rencana penulisan tugas akhir yang berjudul: Glassfiber
Reinforced Plastic (GRP) dan aplikasi kelautan serta pengaruh lingkungan
terhadap sifat mekanik dan fisik. Selama wawancara saya menggunakan
catatan-catatan sebagai alat bantu pengingat.
3. Keterlibatan dalam kegiatan penelusuran informasi. Saya mendampingi
real user selama proses penelusuran informasi dan dalam beberapa hal saya
membantu memberikan strategi penelusuran yang sesuai dengan
karakteristik database online.
4. Memanfaatkan data sekunder, yaitu menggunakan buku-buku pedoman
kosa kata indeks yang ada di perpustakaan untuk menerjemahkan
kebutuhan informasi pemakai ke dalam bahasa indeks suatu si sistem
informasi online. Dalam hal ini saya menggunakan Libraryof Congress
Subject Heading (LCSH), Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification
(DDC) dan Thesaurus.
Dari judul skripsi real user, setelah dicek dalam manual LCSH
maupun bagan klasifikasi DDC, terdapat banyak konsep dan subyeksubyek relevan lainnya yang saling terkait yang dibutuhkan oleh real-user.
C. Teknik Analisa Data
Data hasil wawancara saya tulis dan saya pilah-pilah sesuai dengan
kategori data. Kemudian saya analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Analisis konseptual terhadap istilah-istilah yang dinyatakan oleh real-user
untuk menangkap tentang subyek yang berkaitan dengan variabel-variabel
penulisan tugas akhir yang dilakukan oleh real-user.
 Menerjemahkan analisis konseptual ke dalam kosa kata khusus atau bahasa
indeks, yaitu penggunaan kosa kata terkendali (controlled vocabulary). Dalam
hal ini enulis menggunakan Library of Congress Subject Heading (LCSH).
Dari LCSH tersebut penulis mencari istilah-istilah indeks seperti yang

11

dinyatakan oleh real-user.


 Membangun faset (merumuskan istilah penelusuran) dari istilah-istilah indeks
yang sudah ditemukan dalam LCSH tersebut untuk melakukan strategi
penelusuran.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama bulan Pebruari 2010 pada saat Observasi
Lapangan (OL) peserta diklat Pengelola Perpustakaan MTs di Perpustakaan ITS
Surabaya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mempertemukan Kebutuhan Informasi Pemakai Dengan Database yang
Sesuai
Pemilihan database didasarkan pada cakupan subyek yang relevan dengan
kebutuhan real-user dan yang bisa diakses. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka kami (penulis dan real-user) memilih database Applied Science
and Technology Plus (AST-Plus), January 1994August 1998 yang berada di
Perpustakaan ITS Surabaya.
AST Plus berisi cantuman (record) artikel hasil riset dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terbit dalam jurnal seluruh dunia sejak edisi 1
Januari 1994 s/d Agustus 1998, terdiri dari satu disc indeks dan lebih dari 90
disc Fulltext Image Collection. Lebih dari 40.000 record ditambahkan per
tahun.
Cakupan subyeknya meliputi bidang; atmosphere science,
biotechnology, materials science, civil engineering, earth science,
environmental science, space technology, dan lain-lain.
AST-Plus diterbitkan oleh H.W. Wilson Applied Science and Technology
Index bekerja sama dengan UMIs Proquest Searchware and Fulltext Image
Disc. Dengan AST-Plus kita dapat menemukan dengan cepat citation yang
relevan, menampilkan di layar monitor, dan men-download, serta mencetak
fullteks hasil penelusuran.
Bahasa pengindeksan yang digunakan oleh database AST-Plus lebih
spesifik dengan LCSH. Implikasinya bagi proses penelusuran informasi di sini
adalah, terjadi beberapa percobaan query yang dimasukkan ke sistem dengan
jawaban 0 atau zero hits. Dengan perkataan lain, sistern tidak mengenal
istilah indeks dalam bentuk query yang diambil dari istilah indeks dalam
LCSH. Untuk mengatasi hal tersebut, maka Faset-faset yang dibuat kemudian
disesuaikan dengan istilah-istilah indeks yang dikenal oleh sistem. Jadi faset
yang telah dibuat tersebut merupakan hasil kompromi dari dua bahasa indeks,
yaitu sistem pengindeksan manual LCSH di satu sisi, dan automatic indexing
yang digunakan oleh database AST Plus, di sisi lain.
Dilihat dari hits yang diperoleh, tampak bahwa hits untuk tiap-tiap
formulasi query cenderung kecil, yaitu berkisar antara 1-11 item. Hal ini bisa
dikatakan bahwa tingkat specificity dan exhaustfity cukup tinggi dalam

12

perumusan faset, yang pada urutannya mempengaruhi pembentukan query.


Untuk melakukan penelitiannya untuk tugas akhir, real-user (pengguna
Perpustakaan ITS) memerlukan informasi berkaitan dengan subyek-subyek
berikut (sebagaimana dinyatakan kepada peneliti):
 sifat korosif air laut;
 salinitas kadar garam;
 komposite, fiberglass;
 polimer;
 absorbsi air dan uap air;
 gel coat blistering; dan weathering.
B. Teknik Penelusuran
Teknik penelusuran sangat berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.
Semakin tepat kombinasi istilah indeks yang digunakan dalam
memformulasikan pertanyaan, maka hits yang dihasilkan semakin mendekati
relevan. Sebab operator ini mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi
istilah-istilah yang dimasukkan, sehingga dokumen yang ditemu-kembali
adalah tepat (exact match). Karena sifatnya yang exact match tersebut, maka
kemampuan unjuk kerjanya untuk menemu kemmbali dokumen relevan sangat
tergantung kemampuan penelusur dalam menerkemahkan analisis konseptual ke
dalam kosa kata sistem, serta kemampuan memformulasikan query.
4.1. Jumlah Dokumen Releted yang DitemuKembali
Dokumen yang terambil dari database yang berkaitan dengan pertanyaanpertanyaan penelusuran di-"keluarkan" dari database (dicetak). Tentu. tidak
semua hits yang dihasilkan dicetak, melainkan diambil beberapa sampel.
(tabel: 3). Dokumen yang telah dicetak diserahkan kepada pemakai untuk
dinilai berapa yang relevan dan berapa yang tidak relevan. Pada tahap pertama
penilaian, yaitu hasil dari 5 query sebanyak 19 dokumen releted. Menurut
pemakai hasil penelusuran tersebut sebagian (9 dokumen) relevan dengan
permintaan, karena dokumen bersangkutan berkaitan. dengan aspek fiberglass
dan pemasaran. Oleh karena itu pada penelusuran tahap kedua, formulasi query
dirubah, ditambahkan AND NOT pada query ke-6 dan ke-7.

Tabel 3: Dokumen Releted yang DitemuKembali


Query
Hits
N0.
1. Fiberglass AND sea AND blisters
5
2. (Fiberglass OR glass reinforced plastics) AND chemical
2
inhibition
3. (Glass reinforced plastics OR polyester) AND corrosion
11
4. (Glass fiber OR olyester) AND weathering AND corrosion
1
5. Glass fiber AND weathering AND blisters
5
6. Fiberglass AND sea AND blisters AND NOT business
3

Cetak
5
2
6
1
5
3

13

7.
8.
9.
10.

AND NOT marketing


(Glas reinforced plastics OR polyester) AND corrosion
AND business AND NOT marketing
NRP AND (naval OR weathering) AND (blistering OR
corrotion)
(GRP OR fiberglass) AND sea AND chemical inhibition
Fiberglass AND (weathering OR sea) AND corrosion
Total

2
7
48

2
2
32

Hasil query tahap kedua, yaitu query ke-6 sampai ke-10 menghasilkan 24
hits dokumen, 13 di antaranya releted. Jadi total hits dari dua tahap penelusuran
sebanyak dan dicetak 32 dokumen releted. Sehingga. total hits dari total query
ke-1 sampai ke-10 sebanyak 48 hits, dan dicetak sebanyak 32 dokumen releted.
Pada query ke-6 dan ke-7 tersebut sebenarnya merupakan penyempurnaan query
ke-I dan query ke-3, sehingga dokumen yang ditemu-kembali sama (duplikat)
dengan hasil query ke-1 dan ke-3, hanya saja pada query ke-6 dan ke-7 hits-nya
lebih spesifik mengenai subjek glasreinforced tidak berhubungan dengan aspek
bisnis dan aspek pemasaran.
Dari jumlah tersebut yang relevan menurut penilaian pemakai adalah
tergambar dalam table 4 berukut :
Tabel 4: Jumlah Dokumen Relevan Menurut Pemakai
Query
Hits
N0.
1. Fiberglass AND sea AND blisters
5
2
2. (Fiberglass OR glass reinforced plastics) AND chemical
inhibition
3. (Glass reinforced plastics OR polyester) AND corrosion
6
4. (Glass fiber OR olyester) AND weathering AND corrosion
1
5. Glass fiber AND weathering AND blisters
5
6. Fiberglass AND sea AND blisters AND NOT business
3
AND NOT marketing
7. (Glas reinforced plastics OR polyester) AND corrosion
4
AND business AND NOT marketing
8. NRP AND (naval OR weathering) AND (blistering OR
2
corrotion
9. (GRP OR fiberglass) AND sea AND chemical inhibition
2
2
10. Fiberglass AND (weathering OR sea) AND corrosion
Total
32

Cetak
3
1
3
1
2
3
3
1
1
1
19

4.2. Precision
Penghitungan precision dilakukan setelah pemakai memberikan penilaian atas
hasil penelusuran. Penilaian Precision ini untuk mengevaluasi unjuk kerja
penelusuran nilai precision yang digunakan adalah 10 % sampai 100 %. Precision
dalam penelusuran ini mencapai 59,3 %. Hasil ini termasuk rendah dibanding

14

dengan eksperiman MeJunkin (1995) tentang "Precision and recall in title


keyword searches ", yang menghasilkan 75 % (untuk penelusuran menggunakan
kata kunci), dan 94 % (untuk penelusuran menggunakan frase). Tingginya
precision tersebut mungkin akibat dari rendahnya recall, 21,5 % (untuk
penelusuran menggunakan kata kunci), dan 20 % untuk penelusuran menggunakan
frase). Sedangkan dalam eksperimen penulis ini, recall yang diperoleh sebesar 66
%, Dengan asumsi bahwa hits yang dihasilkan dalam penelusuran dianggap
sebagai jumlah dokumen relevan yang ada dalam sistem.
Dengan demikian, hasil kajian ini semakin menguatkan asumsi bahwa (1)
semakin tinggi recall, maka precision cenderung menurun; (2) sebaliknya,
tingginya precision, disebabkan oleh recall yang rendah. (Chowdhury, 1999).
Dalam eksperimen penulis ini berlaku "kaidah" yang pertama, yaitu recall dan
precision cenderung berbanding sejajar. Sedangkan dalam eksperimen McJunkin
(1995) di atas, berlaku kaidah yang kedua yaitu recall dan precision cenderung
berbanding terbalik.
Tabel 5: Precision
No. Query
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total

Cetak
5
2
6
1
5
3
4
2
2
2
32

Relevan
3
1
3
1
1)
3
3
1
1
1
19

Precision.
60
50
50
100
40
100
75
50
50
50
59,3

4.3. Efektivitas dan Efisiensi


Penelusuran informasi secara online juga harus dipertimbangkan
efektifitas dan efisiensinya. Apakah suatu system informasi mampu
menjamin bahwa usaha yang kita lakukan dalam penelusuran informasi
membuahkan hasil. Jika dibandingkan dengan penelusuran online melalui
internet, maka penelusuran melalui CD-ROM ini lebih efektif dan lebih
efisien. Karena database dalam bentuk CD-ROM dapat diidentifikasi dengan
mudah cakupan subjeknya, sehingga mudah pula memastikan bahwa dalam
CD-ROM tersebut banyak informasi yang akan dicari. Selain itu akses ke
CD-ROM tidak memerlukan biaya mahal dibanding akses informasi ke
internet.
Penelusuran informasi melalui CD-ROM bisa dilakukan lebih

15

memuaskan. Karena penelusur bisa memilih di antara beberapa formulasi


query dan atau merubah query dengan cepat. Query vang dimasukkan ke
sistem cepat mendapatkan tanggapan atau jawaban. Dengan demikian
penelusur bisa memenuhi kebutuhan informasinya dengan cepat, murah dan
mudah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kebutuhan informasi individu pemakai muncul ketika mereka menyadari
bahwa terjadi kesenjangan (gap) dalam pengetahuannya yang menghalangi dirinya
dari making sense terhadap situasinya, sehingga diperlukan suatu "jembatan untuk
melanjutkan perjalannaya melintasi ruang dan waktu. "Jembatan" tersebut adalah
pusat informasdi atau database yang bisa berupa internet atau CD-ROM.
Database CD-ROM adalah database yang sangat banyak digunakan sebagai
media penyimpan informasi. Untuk melakukan penelusuran informasi dalarn
CD-ROM,seorang pemakai kadang-kadang memanfaatkan jasa intermediary.
Intermediary dituntut mampu melakukan strategi penelusuran yang canggih untuk
dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Strategi penelusuran disusun 1angkah demi langkah, mulai dari memahami
kebutuhan pemakai, melakukan analisis konseptual terhadap istilah-istilah yang
dinyatakan oleh pemakai untuk merepresentasikan pertanyaannya. Selanjutnya
menerjemahkan analisis konseptual ke dalam kosa kata terkendali (controlled
cocabulary) yaitu library of Congress Subject Heading (LCSH), membangun aset
berdasarkan istilah-istilah yang mewakili subjek dengan memilih istilah-istilah
yang sesuai dengan istilah yang digunakan dalam database, dan memformulasikan
query.
Query-query yang disampaikan ke sistem bisa dikombinasikan dari
berbagai faset yang ada dengan menggunakan operator boolean logic (AND, OR,
NOT). Kemampuan mengkombinasikan istilah-istilah dalam strategi penelusuran
dapat mempengaruhi output. Hasil dari penelusuran informasi di sini dinilai oleh
pemakai yang mengajukan permintaan. Untuk mengetahui unjuk kerja suatu sistem
temukembali informasi, digunakan beberapa parameter untuk mengevaluasi, yaitu
bahasa pengindeksan, tingkat kekhususan dan ketuntasan pengindeksan, teknik
penelusuran dan basil Yang diperoleh recall dan precision, serta efektifitas dan
efisiensi.
Hasil eksperimen membuktikan bahwa strategi penelusuran yang dilakukan
oleh intermediary, menghasilkan precision 59,3 %. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa precision rendah jika dibadingkan dengan hasil eksperimen McJunkin
(1995) yang menyimpulkan bahwa penelusuran menggunakan kata kunci mencapai
precision 75 %, sedang penelusuran menggunakan frase mencapai precision 95%.
Precision dapat ditingkatkan dengan memilih istilah-istilah penelusuran
secara hati-hati, disiplin yang spesifik, pemahaman tentang subjek secara tepat.
Selain itu dapat juga memakai kata kunci penelusuran yang diambil dari kosa kata
terkendali (seperti LCSH). Penelusur menggunakan standar terminologi dengan
tingkat kekhususan (specificity) dan ketuntasan (exahausesifity). Penelusur yang

16

tidak ahli dalam bidang subyek yang ditelusur sebaiknya memanfaatkan daftar
istilah indeks manual yang tersedia seperti LCSH atau rujukan silang secara online
untuk menemukan terminology yang benar sebagai pendekatan penelusuran.
Oleh karena itu penelusur harus menguasai sistem informasi online agar
dapat menggunakan strategi penelusuran secara efektif. Seorang pemakai yang
tidak menguasai strategi penelusuran dianjurkan untuk memanfaatkan jasa intensif
atau mengkonsultasikan tahap demi tahap penelusuran informasi kepada
pustakawan. Walaupun
hasil dari ekssperimen ini nampak mendukung
penggunaan perumusan faset dan formulasi query untuk meningkatkan efektifitas
penelusuran, seorang pemakai yang mengutamakan Recall dan Precition yang
maksimum tentu memerlukan strategi penelusuran yang lebih canggih.[]

DAFTAR PUSTAKA
Baker, Lynda M.. "A Study of the information needed by woman with multiple
sclerosis", Library and Information Science Research7 18 (1996) : 67-81.
Chaudhry, Abdus Sattar dan Rehman, Sajjad ur. "Information need and their
satisfaction in a utility company". Library Review 42, 1 (1993): 5 -15.
Chowdhury, G.G. Introduction to information etrieval. London : Library
Association publishing, 1999.
Dervin, Brenda dan Nilan, Michael. "Information need and uses ". Annual review
and information Science and Technology (ARIST) 21 (1986) : 3-31.
DiaoAi Lin. "Metode penelitian kualitatif dalam penelitian tentang kebutuhan
dan perilaku pemakai informasi ". Prosiding Seminar Sehari "Layanan
pusdokinfo berorientasi pemakai di era informasi : pandangan akademisi dan
praktisi. Depok: 16 Maret 1996.
Doyle, Lauren B. Informasi retrieval and processing. Los Angeles : Melville
Publishing Co., 1975.
Fisher, B. Aubrey. Teori-teori komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.
Harter, Stephen P. Online information retrieval : concept, principles, and
techniques. Harcourt : Academic Press, 1986.
Hasibuan, Zainal A. Kajian sistem temu-kembali : pergeseran paradigma dari
orientasi teknologi ke orientasi pemakai", dalarn Prosiding seminar sehari :
"Layanan Pusdokinfo berorientasi pemakai di era informasi : pandangan
akademisi dan praktisi ". Depok : 26 Maret 1996.

17

Inwerse, Peter. Information retrieval interaction. London. Taylor Graham, 1992.


Jones, K. Spark.. Reflection on TREC, Information Processing and
Management '31,3 : (1995) : 291-314.
Julien, Heidi. A Content analysis of the recent information needs and uses
Literature Library and Information Science Research 18 (1996): 53-65.
Lancaster, F.W. Information retrieval system : characteristic, testing and
Evaluation, Second edition. New York: Wiley, 1979.
McJunkin, Monica Cahill. "Precision and recall in ntle keyword searches".
Informasi Technology and Libraries 14, 3 (1995): 161-171.
Mokros, Hartmut B., Mullins, Lynn S., dan Saracevic, Tefko. "Practice and
personhood in professional interaction : social identities and information
needs". Library and Information Science Research 17, 3 (1995): 239-257.
Negroponte, Nicholas. Being digital. Bandung: Mizan, 1998.
Pannen, Pauline. "Sense-making sebagai pendekatan kognitif dalam perancangan
dan pemanfaatan jasa Pusdokinfo". Prosiding seminar sehari : "Layanan
Pusdokinfo berorientasi pemakai di era informasi : pandangan akademisi dan
praktisi". Depok: 16 Maret 1996.
Pendit, Putu Laxman. "Perubahan orientasi dalam era informasi", Prosiding
seminar sehari: "Layanan informasi beroroentasi pemakai di era informasi :
pandangan akademisi dan praktisi ", Depok : 16 Maret 1996.
Webster, Frank. Theories of the information society. London: Routledge 1995. []

18

También podría gustarte