Está en la página 1de 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya
menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar
jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang
mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga meningkatnya angka perokok
terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis ini mengalami
batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-kelamaan batuk disertai juga adanya
peningkatan suhu tubuh. (Abdul Waris Aly Imran, 2008)
Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah
saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut
atau kronis salah satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda
dengan bronchitis yang

terjadi

pada

orang

dewasa.

Pada

anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,
namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastiyah, 2006).
Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics, kira-kira ada
14

juta

orang

menderita bronchitis.

Lebih

dari

12

juta

orang

menderita Bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika. Di


dunia Bronchitis merupakan masalah dunia. Frekuensi Bronchitis lebih banyak
pada status ekonomi rendah dan pada kawasan industri.Bronchitis lebih banyak
terdapat pada laki-laki dibanding perempuan (Samer, 2007).
Menurut data statistik Belanda, tujuh kali pada pasien anak-anak dibawah
usia 1 tahun masuk rumah sakit dengan diagnosis bronchitis. Jumlah pasien
tersebut meningkat dari 1500 menjadi 5000 antara tahun 1981 2005, dengan
rata-rata 35% pasien pada usia 0 1 tahun. Di kelompok umur tersebut juga
terjadi peningkatan sebanyak tujuh kali di periode tersebut. Antara tahun 1981
2005, pasien dengan diagnosis bronchitis meningkat dari 29 menjadi 147 per
10.000 orang usia 0 1 tahun, separuh pasien tersebut adalah bayi dibawah usia
4 bulan (Ploemacher, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan Bronchitis.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu memahami Asuhan Keperawatan Dasar Bronchitis
b) Mampu

melakukan

pengkajian

keperawatan

pada anak

dengan Bronchitis
c) Mampu merumuskan

diagnosa

keperawatan

pada anak

dengan Bronchitis
d) Mampu menentukan intervensi pada anak dengan Bronchitis
e) Mampu melakukan implementasi pada anak dengan Bronchitis
f) Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan Bronchitis
g) Mampu mendokumentasikan semua tindakan asuhan keperawatan
pada anak dengan Bronchitis

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh
adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis
sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan
gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit
yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran.( Ngastiyah, 2005)
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.
Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi
udara (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak
lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkhioli, bronkhus, dan trakhea
oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus
seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus. Bronkhitis akut juga dapat dijumpai pada
anak yang sedang menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma
pneumoniae. Penyebab bronkhitis lainnya bisa juga oleh bakteri seperti
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenzae.
Selain itu, bronkhitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis
dan jamur (Muttaqin, 2008)

2. Etiologi
Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital
maupun didapat.
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Bronchitis yang
timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :

1) Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau


kedua paru.
2) Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal
lainya, misalnya : mucoviscidosis, sindrom kartagener (bronkiektasis
konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ,
bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut :
tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,
kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
1) Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia
yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini
merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2) Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau
tekanan dari luar terhadap bronkus

Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah virus. Sebagai contoh


Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza
Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak
yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Faktor
predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi
udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya
bronchitis.

3. Patofisiologi
Virus dan bakteri biasa masuk melalui mulut dan hidung yang selanjutnya
akan menimbulkan viremia/bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk
melakukan perlawanan

Alergen

Invasi kuman ke jalan


napas

Aktivasi IgE

Fenomena infeksi

Peningkatan pelepasan
histamin

Iritasi mukosa bronkus

Edema mukosa -> sel


goblet memproduksi
mukus

Penyebaran bakteri/virus
ke seluruh tubuh

Peningkatan akumulasi
sekret

Batuk produktif, Sesak


napas, Penurunan
kemampuan batuk efektif

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

Bakteremia/Viremia

Peningkatan laju metabolisme


umum, Intake nutrisi tidak adekuat,
tubuh makin kurus, ketergantungan
aktivitas sehari-hari, kurangnya
pemenuhan istirahat dan tidur,
kecemasan, pemenuhan informasi
Hipertermi
Perubahan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan ADL
(activity daily living)
Kecemasan
Ketidaktahuan/pemenuhan
informasi

4. Manifestasi Klinis
Gejalanya berupa:
1) batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2) sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3) sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
4) bengek
5) lelah
6) pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7) wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8) pipi tampak kemerahan
9) sakit kepala
10) gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu
hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan
dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya
batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak
berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak,
berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar
gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan
batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk
yang lama, yaitu:
1) Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan
klien kurang istirahat
2) Daya tahan tubuh klien yang menurun
3) Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
4) Kesenangan anak untuk bermain terganggu
5) Konsentrasi belajar anak menurun

5. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
1) Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga
dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut
(ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini
adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk
berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut
meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut
laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak
sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas
berbunyi.
2) Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik,
yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di
singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3
kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan
non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis
jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau
berulang (BKB)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur
5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah
umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru.

6. Komplikasi
1) Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
2) Pneumonia
3) Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
4) Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
5) Kor pulmonale
Suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan
kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya..
6) Efusi pleura atau empisema
akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli
yang disertai dengan kerusakan dari sel pernapasan
7) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab
infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
8) Haemaptoe
terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan gawat darurat.
9) Sinusitis
merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
10) Kegagalan pernafasan
11) Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai
komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami
komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.

7. Pemeriksaan penunjang

Sinar x dada
Dapat menyatakan hiperinflasi paru paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode
remisi.

Tes fungsi paru


Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi,
memperkirakan derajat disfungsi.

TLC

: Meningkat.

Volume residu

: Meningkat.

FEV1/FVC

: Rasio volume meningkat.

GDA

: PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal

Bronchogram
Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran
duktus mukosa.

Sputum

: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,

mengidentifikasi patogen.

EKG

: Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada

lead II, III, AVF

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:


PH normal 7,35-7,45
Pa CO2 normal 35-45 mmHg
Pa O2 normal 80-100 mmHg
Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
HCO3 normal 21-30 mEq/l
Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
Saturasi O2 lebih dari 90%.

8. Penatalaksanaan
1) Tindakan Perawatan
a. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
b. Sering mengubah posisi.

c. Banyak minum.
d. Inhalasi.
e. Nebulizer
f. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
2) Tindakan Medis
a. Jangan beri obat antihistamin berlebih
b. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
c. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
d. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu
maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic
boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan
7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda
asing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Bronkitis

A. Pengkajian
1.

Anamnesis

Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering


dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at
mencapai >40 oC, dan sesak napas.
2.

riwayat kesehatan

Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam
beberapa keadaan,weizing pada saat ekspirasi,sering mengalami
infeksi pada system respirasi.

Riwayat kesehatan dahulu:


Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3
bulan dalam 1 th.dan paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya
riwayat merokok.

Riwayat kesehatan keluarga:


Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok
dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta
prefalensi terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi.selain itu,klien
yang tidak merokok tetepi tinggal dengan perokok(perokok pasif)
mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah.dari keterangan
tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin
berkaitan dengan polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang
diturunkan.
(mutaqin,2008)

3.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis


biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40
drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi
biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah dengan
tekanan darah.

B1 (breathing)
Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada
kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong.
Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan
sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan
karena bercampur darah.

Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.

Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada
seluruh lapang paru.

Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang
buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka
akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.

B2 (blood)

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut


nadi takikardi. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami
pergeseran.

B3 (brain)
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak
ada komplikasi penyakit yang serius.

B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan erat dengan intake
cairan, oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria yang
merupakan salah satu tanda awal dari syok.

B5 (bowel)
Klien biasanya sering mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan, dan penurun berat badan.

B6 (bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering
menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari.
(Muttaqin, Arif.2008)

4.

terapi medis

Pengobatan yang utama ditujukan untuk mencegah dan


mengkontrol infeksi serta meningkatkan dreinase bronchial.pengobatan
yang diberikan berupa:
Antimicrobial;
Bronkodilator;
Aerosolizet nebulizer; dan
intervensi bedah.
(Irman, 2009)

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien bronkitis
adalah:
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum dan broncospasme.


2.

Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple

oksigen
3.

Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan dispnea dan anoreksia.


4.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak

seimbangan suplei oksigen.


( Manurung, 2008 )
Diagnose 1
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum dan bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24 jam

Kriteria Hasil :
1.

Sputum tidak ada

2.

Bunyi napas vesikuler

3.

Batuk berkurang atau hilang

4.

Sesak napas berkurang atau hilang

5.

Tanda-tanda vital normal

Intervensi
1.

Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama,

kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan.


Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2.

Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala

lebih tinggi

( semi fowler ).

Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan


dalam tubuh

3.

Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif

Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri


4.

Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/

24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5.

Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.

Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret


6.

Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik

Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi


mukosa.
Diagnosa2
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
suplai oksigen.
Tujuan: gangguan pertukaran gas teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Selama x 24 jam
Kriteria hasil:
1.

Nilai analisa gas darah dalam batas normal.

2.

Kesadaran komposmentis.

3.

Klien tidak bingung

4.

Sputum tidak ada

5.

Sianosis tidak ada

6.

Tanda fital dalam batas normal

Intervensi
1.

Pertahankan posisi tidur fowler

Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan


dalam tubuh
2.

Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.

Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan


kerja napas
3.

Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta

penggunaan otot bantu pernapasan


4.

Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa

Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume cairan,meskipun


membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan.
5.

Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan

lendir jika diindikasikan


Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan
6.

Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya

perubahan
Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status
mental klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
7.

Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama

Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah


dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8.

Palpasi fremitus

Rasional: mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus


9.

Berikan oksigen sesuai indikasi

Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.


Diagnosa 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan produksi sputum
Tujuan : nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama x 24 jam

Kriteria hasil :
1.

Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang

2.

Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk

tepat

meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi
1.

Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia

Rasional: menentukan penyebab masalah

2.

Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

serta ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman


Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan
pasien
3.

dan dapat menurunkan mual


Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun


napsu makan berkurang
4.

Timbang berat badan klien setiap minggu

Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi


keadekuatan rencana nutrisi
5.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi

diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk
pasien

Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen dengan kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam

Kriteria hasil:
1.

Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan

2.

Klien dapat bergerak secara bebas

3.

Kelelahan berkurang atau hilang

4.

Tonus otot baik menunjukkan angka 5

Intervensi
1.

Kali aktifitas yang dilakukan klien

Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living


2.

Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif

Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan


3.

Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan

secara teratur, seperti: berjalan perlahan atau latihan lainnya.

Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan


suplai dan kebutuhan O2
4.

Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan

latihan berdasarkan status fungsi dasar


Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status
pasien saat ini
5.

Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi

Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai


kemampuan klien

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik


Keperawatan. Jakarta : EGC
Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien


Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk
keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I.

PENGKAJIAN

Biodata
Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang
menderita suatu penyakit lainnya dan pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang telah
dilakukan serta obat apa saja yang telah dikonsumsi.

Riwayat Penyakit Sekarang


Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam,
suara serak dan kadang nyeri dada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami
penyakit yang sama dengan penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada
anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya.

Aktivitas sehari-hari di rumah


Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK,
istirahat tidur dan kebiasaan klien.

Riwayat Psikososial-Spiritual

Psikologis
atau menarik diri ?

: apakah klien menerima penyakit yang dideritanya

Sosial

: bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan

sekitar sebelum dan selama sakit dan

apakah klien dapat beradaptasi

dengan lingkungan baru (rumah sakit) ?

Spiritual

: apakah dan bagaimana klien mengerjakan

ibadahnya saat sakit ?

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- Tingkat keamanan

- GCS

Tanda-tanda vital

Tekanan darah

Suhu

Nadi

Repsirasi rate

2.

Pengkajian per sistem

a. Kepala dan leher

Kepala

: Kaji bentuk danada tidaknya benjolan.

Mata

: Kaji warna sklera dan konjungtiva.

Hidung

: Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung.

Telinga

: Kaji

Mulut

: Kaji mukosa dan kebersihannya.

Leher

: Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.

b. Sistem Integumen

Rambut

: Kaji warna dan kebersihannya.

Kulit

: Kaji warna dan ada tidaknya lesi.

Kuku

: Kaji bentuk dan kebersihannya.

c. Sistem Pernafasan

Inspeksi

: biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak,

bentuk dada barrel chest, kifosis.

Palpasi

: Iga lebih horizontal.

Auskultasi

: Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas

tembahan, biasanya terdengar ronchi.

d. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi

: Kaji apakah ada pembesaran vena ingularis.

Palpasi

: Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.

Auskultasi

: Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan.

e. Sistem Pencernaan

Inspeksi

: Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.

Palpasi

: Kaji apakah ada nyeri tekan

Perkusi

: Kaji apakah terdengar bunyi thympani

Auskultasi

: Kaji bunyi peristaltik usus.

f. Sistem Reproduksi

Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.

g. Sistem Pergerakan Tubuh

Kaji kekuatan otot klien.

h. Sistem Persyaratan

Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.

i. Sistem Perkemihan

Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh peningkatan produksi sputum.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya
sputum).
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
atau tidak mengenai sumber informasi.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN / PERENCANAAN

Diagnosa Keperawatan I : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi napas bersih
/ jelas.

Kriteria hasil :

Meningkatkan pertukaran gas pada paru.


Menurunkan kekentalan sputum.
Intervensi

Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.


R : batuk yang tidak terkontrol tidak efektif dapat menyebabkan
frustasi.

Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan fiskositas sputum.


R : Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat
mneyebabkan sumbatan mukus.

Auskultasi paru-paru sesudah dan sebelum tindakan.


R : Membantu evaluasi kebersihan tindakan.

Ajarkan atau ebrikan perawatan mulut setelah batuk.


R : Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan
dan mencegah bau mulut.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan pertukaran gas


berhubungan dengan obstruksi jalan anfas oleh peningkatan produksi
sputum.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres
pernafasan.

Kriteria hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam program


pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.

Intervensi :

Kaji frekwensi dan kedalaman pernafasan.


R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan atau
kronisnya proses penyakit.

Dorong pengeluaran sputum, pengisapan bila di indikasikan.


R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas ada jalan nafas kecil.

Awasi tingkat kesadaran


R : Gelisah dan ausitas adalah manifestasi umum pada hipoksia.

Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infekis


berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan
kerja silia, menetapnya sputum)
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko
individu.

Kriteri hasil : klien dapat menunjukkan perubahan pola hidup


untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi :

Kaji suhu tubuh klien.


R : demam dapa terjadi karena infeksi aau dehidrasi.

Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi


sering.
R : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru

Observasi warna, karakter dan bau sputum.


R : Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya
infeksi paru.

Diagnosa Keperawatan IV : Kurang pengetahuan berhubungan


dengan kurangnya informasi atau tidak mengenai sumber informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan
tindakan.

Kriteria hasil : klien dapat melakukan perubahan pola hidup dan


berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi

Jelaskan proses penyakit pada klien dan keluarga.


R : menurunkan ansietas dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.

Doorng klien untuk latihan nafas dan batuk efektif.


R : unutk meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.

Ajarkan pentingnya perawatan oral atau kebersihan gigi.


R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut yang dapat
menimbulkan infeksi saluran nafas atas.

Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang terinfeksi


saluran pernafasan.
R : Menurunkan resiko terularnya infeksi saluran nafas atas.

IV. EVALUASI

1.

Pola pernafasan menjadi efektif,

2.

Bersihan nafas membaik.

3.

Suhu tubuh menjadi normal

4.

Pemenuhan nutrisi terpenuhi

5.

Mempertahakan atau berupaya kearah peningkatan tingkat

aktivitas.

BAB IV

PENUTUP

I.

KESIMPULAN

Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran


pernafasan yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti : kebiasaan
merokok, pencemaran/polusi udara, paparan debu,asap,dan gas-gas
kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran napas, bersifat genetik,
jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan
yang disertai batuk berdahak dan berlangsung lama( minimal 3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut).

Adapun tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita


penyakit ini adalah : Batuk yang sering dan memproduksi lendir,
kekurangan energi, suara mendesah ketika bernapas, Demam yang
mungkin atau tidak hadir dll. Penyakit ini dapat diobati dan
ditanggulangi dengan cara konsultasi kedokter dan melaksanakan
semua apa yang disarankan oleh dokter.

II.

SARAN

Untuk Instansi
i.

Untuk pencapaian kualitas

keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses


keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

Untuk Klien dan Keluarga

i.

Perawatan tidak kalah

pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya


pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Cakmoki. 2010. Bronkitis Kronis.


http://cakmoki86.wordpress.com/2012/12/22/bronkitis-kronis/ diakses
tanggal 28 November 2012 pukul 08 : 10 pm)

Hardiyanto, Agustinus. Bronkitis.


http://www.scribd.com/doc/32659325/BRONKITIS diakses tanggal 28
November 2012 pukul 08 : 05 pm)

Yunita. 2011. Askep Bronchitis Kronis.


http://yunita2aakperpemda.blogspot.com/2011/10/askep-bronchitiskronis.html diakses tanggal 28 November 2012 pukul 08 : 00 pm)

http://www.bloggaul.com/ridsale/readblog/80320/bronkhitis-kronis

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=18&tbl=ilmiah

http://www.id.articlesphere.com/Article/Chronic-BronchitisSymptoms/174284

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/bronkitis141006.htm

Muttaqin, Arief. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

También podría gustarte