Está en la página 1de 4

ALLAHU GHAYATUNA

Hai, Mu'adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan


langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan
tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu
dan keagungannya.
Maka, Malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal
seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya
bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Tapi, sampai di pintu langit pertama,
malaikat penjaga itu berkata "Tamparkanlah amal ini ke wajah pemiliknya, aku
diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain.
Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya."
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan
membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan. Namun malaikat
di langit kedua mengatakan, "berhentilah, dan tamparkan amal ini ke wajah
pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah
memerintahkanku untuk menahan amal seperti ini, jangan sampai lewat hingga
hari berikutnya." Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai
sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa
amal hamba Allah yang sangat memuaskan, dipenuhi amal sedekah, puasa, dan
bermacam-macam kebaikan. Namun saat sampai di langit ketiga malaikat penjaga
pintu langit ketiga berkata, "Tamparkanlan amal ini ke wajah pemiliknya, Allah
memerintahkanku untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai
amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia
menyombongkan dirinya di tengah-tengah orang lain.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat,
membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar,
suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah.
Tapi, ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat
berkata, "berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkanlah amal ini ke wajah
pemiliknya, aku ini penjaga orang -orang yang suka ujub (membanggakan diri).
Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai
amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau
beramal selalu ujub.
Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal
hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang
begitu bagus, seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu
bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat
penjaga pintu langit kelima, "Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik
amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas
kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang

diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang
seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya.."
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik dengan membawa amal lain
berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi
saat ia sampai di langit keenam, malaikat penjaga pintu ini mengatakan, "Aku ini
malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah
pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila ada orang
lain yang mendapat musibah, ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal
seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pada pintu berikutnya."
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan
membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat,
jihad, dan kewara'a. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya
bagaikan malaikat. Namun tatkala sampai di langit yang ketujuh, malaikat penjaga
langit ketujuh mengatakan, "Aku ini penjaga sum'at (ingin terkenal / Riya).
Sesungguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan, kumpulan, selalu ingin
terlihat lebih unggul disaat berkumpul, dan ingin mendapatkan pengaruh dari
para pemimpin.. Allah memerintahkanku agar amalnya itu tidak sampai
melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah, itulah yang disebut Riya.
Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya."
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba :
shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, pendiam, tidak banyak bicara,
dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ketujuh,
bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah kehadirat Allah.
Para malaikat itu berdiri dihadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini
adalah
amal
yang
shalih
dan
ikhlas
karena
Allah
SWT.
Namun Allah berfirman, " Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku.
Sedangkan Akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. yang
dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak diikhlaskan demi
Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan
itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para
malaikat hafazhah). tapi Aku tak'kan tertipu olehnya.Aku ini yang paling tahu
akan hal-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar
kepada-Ku setiap apapun yang samar. tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap
apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi sama
dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa
yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yagn akan datang.
Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terdahu-Ku sebagaimana pengetahuan-Ku
kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apapun yang tersamar
daripada rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu
makhluk-makhluk yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal
yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya.

Allah adalah tujuan kita. Begitulah setidaknya hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita di atas. Bagaimana pun amal ibadah yang dilakukan seseorang semuanya
akan sia sia di hadapan Allah apabila tidak disertai niat yang ikhlas.

Pada dasarnya, seorang muslim memiliki empat hal yang harus dipelajari yaitu
ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Ilmu di sini tidak terbatas pada ilmu ilmu dunia yang
saat ini sedang berkembang saja, tetapi juga termasuk ilmu ilmu marifatullah yaitu
ilmu dimana kita mempelajari tentang Allah dan rasulnya lebih mendalam lagi.
Terkadang sebagai salah satu umat yang terlahir di era globalisasi ini kita selalu ingin
terlihat keren dimanapun kita berada. Sudah menjadi hal yang lumrah kalau orang
yang menuntut ilmu di sekolah negeri itu berarti orang yang elit, dan yang menuntut
ilmu di pesantren itu adalah orang orang yang ketinggalan jaman. Padahal
kenyataannya tidak demikian. Tidak selamanya orang yang menuntut ilmu di
pesantren itu ketinggalan jaman. Begitu juga sebaliknya, tidak selamanya orang yang
menuntut ilmu di sekolah negeri itu orang yang elit. Itu semua tergantung dari
bagaimana

cara

masing

masing

individu

tersebut

memahami

dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.


Sebagai muslim yang baik seharusnya kita mengetahui apa tujuan kita terlahir
di muka bumi ini. Allah telah melahirkan kita di bumi dalam keadaan yang
sedemikian rupa. Segala halnya telah terencana dengan matang. Namun apakah kita
benar benar sudah mengetahui apa tujuan Allah melahirkan kita ke dunia ini?
Seharusnya kita dapat menyadari bahwa tujuan Allah melahirkan kita ke dunia ini tak
lain dan tak bukan adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah lah tujuan kita, Dia-lah
tempat kita memohon, tempat kita berlindung. Sungguh Dia-lah Tuhan Yang Maha
Esa. Apakah kita tidak pernah bertanya untuk apa dulu orang tua kita mendidik kita
sewaktu kecil. Untuk apa mereka menyuruh kita shalat, untuk apa mereka menyuruh
kita mengaji, untuk apa mereka menyuruh kita berbuat baik, menghormati yang tua,
dsb. Tidakkah pernah kita menyadari bahwa itu semua adalah karena Allah swt., zat
yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Sungguh tiada tujuan lain hidup di
dunia ini kecuali untuk menyembahnya.
Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang
walau bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia seorang miskin, maka ia akan sabar
sebab ia tahu bahwa di balik kehidupan fana ini ada kehidupan yang abadi muara
segala kenikmatan. Seandainya ia seorang yang kaya, ia akan bersyukur sebab harta
yang ada padanya ini hanyalah titipan Allah yang diamanatkan kepadanya. Panorama
kehidupan yang indah ini terangkum dalam hadits Rasulullah,Amat mengherankan
terhadap urusan orang mukmin, seandainya baik hal itu tidak terdapat kecuali pada

orang mukmin, bila ditimpa musibah ia bersabar dan bila diberi nikmat ia
bersyukur. (HR.Muslim)
Lain halnya dengan orang orang yang tidak mengenal Allah, ia akan
merasakan kehidupan dunia ini sempit bagaimanapun keadaannya. Seperti firman
Allah swt., yang artinya Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta. (Q.S. Thahaa : 124)
Jadi sebenarnya apa tujuan kita hidup di dunia ini? to get a high degree of
education? to get a good job? to get a beautiful wife (handsome husband)? to get rich?
Itu semua sama sekali tidak artinya di mata Allah. Seperti firman Allah : Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S.
Adz Dzaariyaat : 56). Kita diciptakan di muka bumi adalah untuk beribadah kepadaNya. Untuk apa kita memiliki banyak harta kalau hanya untuk dihambur
hamburkan? Untuk apa kita memiliki ilmu yang banyak kalau hanya ingin dianggap
hebat? Untuk apa kita menjadi ahli ibadah kalau hanya ingin ditakuti? Tentu saja
semuanya tidak akan ada gunanya. Maka dari itu, dari sekarang mulailah untuk
mengerjakan sesuatu dengan niat ikhlas kepada Allah. Tanpa ikhlas, amal sebagus
apapun tidak akan ada artinya. Bukankah setiap hari dalam shalat kita selalu
mengucapkan Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang
diperintahkan kepadaku ? jadi apa lagi yang kita pungkiri? Semoga kita termasuk ke
dalam golongan orang yang beruntung.

También podría gustarte