Está en la página 1de 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan medik di


Indonesia, yang diselenggarakan baik secara perorangan maupun berkelompok.
Sebagai salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, pelayanan dokter
keluarga yang disiapkan sebagai primadona pelayanan medik strata pertama di
Indonesia,

perlu

senantiasa

mempertahankan

dan

meningkatkan

mutu

pelayanannya, apalagi di masa er globalisasi dimana kompetisi semakin ketat


(Trisna, 2006).
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan
kesehatan personal (personal health services) atau sering disebut pula sebagai
pelayanan kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan kesehatan lingkungan
(environmental helath services) atau sering disebut pula sebagai pelayanan
kesehatan masyarakat (public health services) (Prasetyawati, 2010).
Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran utama
pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran
utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok masyarakat. Pelayanan
kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan nama
pelayanan dokter keluarga (family practice) (Prasetyawati, 2010).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit,
dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur, jenis kelamin, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu saja (Prasetyawati, 2010).
Penatalaksanaan secara komprehensif, menyeluruh atau paripurna artinya
penatalaksanaan yang tidak hanya memandang pasien dari sisi biologi saja, tetapi
juga dari sisi sosial dan psikologisnya (Prasetyawati, 2010).
Pelayanan kesehatan primer yang komprehenif atau Comprehensive
Primary Health Care (CPHC) benar benar dipahami sebagai strategi untuk
mencapai "kesehatan bagi semua". Hal ini mencakup baik kuratif dan aspek
pencegahan perawatan kesehatan, membahas kesehatan orang dewasa dan anakanak, perempuan dan laki-laki. Program ini berusaha untuk memperkuat sistem
perawatan kesehatan untuk memfasilitasi efisiensi pemberian perawatan kesehatan
secara berkelanjutan, tetapi juga berusaha untuk memanfaatkan partisipasi
masyarakat dalam merawat kesehatannya sendiri (Obimbo, 2003).

2.2. Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga


Pelayanan dokter keluarga sebagai UKP strata pertama merupakan
pelayanan yang mengacu pada kepentingan status kesehatan yang setinggi-

tingginya dari pengguna jasa dengan konteks keluarga. Untuk itu dokter keluarga
selaku pemberi pelayanan dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan
diantaranya (Rosita, 2007):
1. Dokter kontak pertama (first contact)
Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan yang pertama kali
ditemui oleh pasien dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Pada
kenyataannya 90% masalah kesehatan yang umum terdapat di
masyarakat dapat ditangani di tingkat pelayanan strata pertama, oleh
karena itu dengan dokter keluarga sebagai kontak pertama, rujukan ke
strata kedua dan ketiga hanya dilakukan pada pasien yang benar-benar
membutuhkan. Dengan demikian penyelenggaraan menjadi lebih cost
efektive.
2. Layanan bersifat pribadi (personal care)
Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan
mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga. Adanya
hubungan baik dengan pasien dan seluruh keluarga memberi peluang
kepada seorang dokter keluarga untuk memahami masalah pasien secara
lebih luas. Dengan demikian keputusan medis dibuat tidak hanya dari
aspek medis tetapi juga dengan mempertimbangkan aspek sosial,
budaya, dan ekonomi pasien dan keluarga.
3. Pelayanan paripurna (comprehensive)
Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
dengan aspek fisik, psikologis, dan sosial budaya sesuai dengan

kebutuhan pasien. Namun, dalam memberikan pelayanannya dokter


keluarga berangkat dari paradigma sehat dengan mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
4. Pelayanan berkesinambungan (continuous care)
Pelayanan dokter keluarga berpusat pada pasien, bukan pada
penyakitnya. Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang antara
dokter keluarga dan pasiennya dengan layanan kesehatan yang
sinambung dalam beberapa tahap kehidupan pasien.
5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)
Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh
dokter keluarga dilaksanakan sedini mungkin sehingga yang sehat
dipertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak menjadi lebih
parah dan segera kembali produktif. Prinsip ini antara lain dilaksanakan
melalui penilaian faktor resiko, program imunisasi, konseling, dan
monitoring kesehatan pasien.
6. Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit
dan memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu
dokter keluarga bertindak sebagai koordinator yang mengurusi segala
hal yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
7. Kolaborasi
Bila

pasien

membutuhkan

pelayanan

yang

berada

di

luar

kompetensinya, dokter keluarga bekerja sama dan mendelegasikan

pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang memiliki kompetensi sesuai


dengan kebutuhan medis pasien. Dalam hal ini perlu adanya partisipasi
aktif sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.
8. Family oriented
Dalam

mengatasi

masalah

pasiennya,

dokter

keluarga

mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi pasien terhadap


keluarga dan sebaliknya tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan
sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja.
9. Community oriented.
Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap
memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan
sebaliknya (Rosita, 2007).

2.3. Paradigma Pelayanan Kesehatan Paripurna (comprehensive)


Landasan berpikir pelayanan kesehatan paripurna ini adalah SK menteri No.
131 2004 tentang sistim kesehatan Nasional dan UU No. 40 SJSN (2004), dengan
harapan terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkeadilan, merata, terjangkau,
dan bermutu. Sistem pelayanan paripurna dengan ujung tombaknya adalah
pelayanan di strata satu yang mengemban tugas memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas serta sebagai komunikator dan motivator kepada masyarakat
(Dharmadi, 2009).
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan pelayanan yang paripurna
antara lain belum dioptimalkannya pelayanan di strata primer, sistem rujukan dari
pelayanan kesehatan primer ke sekunder, tersierm dan sebaliknya tidak berjalan

dengan semestinya, sehingga memberikan dampak pembiayaan pelayanan


kesehatan semakin mahal. Keadaan ini pada akhirnya akan menyulitkan
masyarakat

dalam

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

yang

dibutuhkan

(Dharmadi, 2009).
Pelayanan di strata satu tidak hanya pelayanan pengobatan yang akan
diberikan, namun pelayanan secara komprehensif. Hanya sayang fasilitas untuk
mendapatkan nasihat atau konsultasi mengenai cara pemeliharaan kesehatan yang
tersedia masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga paradigma sehat di
masyarakat tidak pernah terwujud. Masyarakat hanya paham bahwa sakit yang
diderita hanya bisa sembuh dengan obar berupa pil (tablet). Dengan semakin
ditingkatkannya pemahaman masyarakat mengenai kesehatan, semestinya
perubahan perilaku masyarakat menuju pemeliharaan kesehatan keluarga akan
meningkat pula. Dalam artian masyarakat dibutuhkan partisipasinya untuk meraih
pengetahuan atau kemampuan memelihara kesehatannya (Dharmadi, 2009).
Tabel 2.1. Berbedaan Pelayanan Kesehatan Selektif dan Komprehensif
Karakteristik
Tujuan utama
Strategi

Partisipasi

Selektif
Mengurangi
peningkatan penyakit
tertentu.
Fokus pada perawatan
kuratif, dan terkadang
memberi perhatian pada
pencegahan dan
promosi.

Komprehensif
Memperbaiki kesehatan komunitas
dan individual secara keseluruhan.
Strategi yang komprehensif dengan
perawatan kuratif, rehabilitasi,
pencegahan dan promosi kesehatan
yang bertujuan untuk menghapus
akar penyebab permasalahan.

Keterlibatan terbatas
Partisipasi yang terlibat dimulai dari
dan cenderung sporadis. kekuatan komunitas dan penilaian
masyarakat tentang masalah
kesehatan dan bertujuan untuk
kontrol komunitas.

(Sumber: CRCAH, 2005)


2.4. Karakteristik Pelayanan Komprehensif (Paripurna)
6

Karakteristik dari comprehensive medical sercive yaitu (Erdiayanto, 2009):


1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan
kedokteran yang dikenal di masyarakat.
2. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun
terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan
berkesinambungan (continue).
3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak
memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang
disampaikan penderita saja melainkan pada penderita sebagai manusia
seutuhnya.
4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi
saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu
sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik) (Erdiayanto, 2009).

2.5. Standar Pelayanan Komprehensif (Standard of comprehensive of care)


Pelayanan yang disediakan oleh dokter keluarga adalah pelayanan medis
strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna atau komprehensif
termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
proteksi khusus serta rehabilitasi setelah sakit dengan memperhatikan kemampuan
sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran (Trisna, 2006).
1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter

keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktek.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan
keluarganya.
4. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat untuk ini.
5. Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan
dan/atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6. Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami
masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa, maupun sosial.
7. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial
pasien dan keluarganya.
8. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal
dan etik kedokteran (Trisna, 2006).
2.6. Langkah-langkah Mencapai Manajemen Obat yang Komprehensif
Terdapat 9 langkah untuk mencapai manajemen obat komprehensif yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan terapi klinis pasien yang belum tercapai.

2. Memahami obat pribadi pasien (berdasarkan pengalaman, riwayat pengobatan,


dan keyakinan pasien).
3. Mengidentifikasi pola penggunaan aktual semua obat.
4. Menilai setiap obat dalam kesesuaian, efektivitas, keselamatan (termasuk
interaksi obat) dan kepatuhan pasien, terfokus pada pencapaian tujuan klinis.
5. Mengidentifikasi semua masalah terapi obat (kesenjangan antara terapi saat ini
dan terapi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil klinis yang optimal.
6. Mengembangkan rencana perawatan, termasuk perubahan terapi jika
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang optimal.
7. Pasien menyetujui dan memahami rencana

perawatan

yang

telah

dikomunikasikan.
8. Dokumentasikan semua langkah dan status klinis pasien saat ini, kemudian
dibandingkan dengan tujuan terapi.
9. Penting untuk melakukan evaluasi tindak lanjut dengan pasien untuk melihat
perubahan dan rekomendasikan terapi lanjutan untuk mencapai tujuan klinis
yang diinginkan (Strand, 2008).
2.7. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu
peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik,
mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan
sosialnya.
1. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya.
2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan / atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan
pasien.
3. Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya

Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar


kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya (Prasetyawati, 2010).

10

DAFTAR PUSTAKA
CRCAH (Cooperative Research Centre for Aboriginal Healh). 2005.
Comprehensive Primary Health Care. Health System and Workforce
Program Statement.
Dharmadi, Made I. 2009. Partisipasi Masyarakat pada Pelayanan Kesehatan
Terstruktur dan Paripurna. Jurnal Piramida Vo. V No. 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar.
Erdiayanto, D. K. 2009. Peran Dokter Keluarga di Ranah Pelayanan Primer.
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. PDKI.
Obimbo, M. E. 2003. Primary Health Care, Selective or Comprehensive, Wich
Way To Go. East African Medical Journal. Vol. 80. Department of
Paediatrics and Child Health, College of Health Sciences. University of
Nairobi. Kenya.
Prasetyawati, Eka Arsita. 2010. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Rosita, R., Hamurwono, Bambang. G., Dkk. 2007. Kebijakan Akselerasi
Pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga. Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Strand, M. Linda, Mclnnis, Terry, et. al. 2008. Integrating Comprehensive
Medication Management to Optimize Patient Outcome. Second Edition.
Patient-centered Primary Care Collaborative.
Trisna, V. D. 2006. Standar Pelayanan Dokter Keluarga. Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia.

11

También podría gustarte