Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Abstrak: Reaksi hemolitik akibat transfusi merupakan salah satu akibat transfusi yang sering
terjadi. Reaksi ini harus dibedakan secara klinis dan laboratoris dengan reaksi transfusi yang
lain serta reaksi hemolitik karena penyebab yang lain. Secara umum ada dua kelompok reaksi
hemolitik akibat transfusi yaitu reaksi hemolitik yang disebabkan proses imun dan non imun.
Reaksi hemolitik yang disebabkan proses imun terdiri dari reaksi hemolitik akut dan reaksi
hemolitik lambat. Sedangkan reaksi hemolitik lain yang dapat terjadi selama atau setelah
transfusi lebih dikenal sebagai reaksi pseudo-hemolitik. Pemberian transfusi pada anemia
hemolitik masih menjadi perdebatan di kalangan ahli. Pada pasien dengan penyakit kritis,
keadaan anemia yang berat harus segera diatasi dengan tindakan transfusi. Namun apabila
anemia yang terjadi disebabkan proses hemolitik, maka transfusi merupakan tindakan yang
kontroversial. Tatalaksana reaksi hemolitik akut akibat transfusi adalah menghentikan segera
tindakan transfusi dan melakukan hidrasi. Terapi suportif yang harus tetap dilakukan adalah
pemantauan tanda vital seperti jalan napas, tekanan darah, frekuensi jantung, dan jumlah urin.
Tatalaksana reaksi hemolitik lambat akibat transfusi adalah menghentikan transfusi atau
memberikan transfusi dengan mengganti jenis darah yang lain. Sedangkan pada reaksi pseudohemolitik, tatalaksana berdasarkan penyebab.
Kata Kunci: reaksi hemolitik, transfusi, anemia, tatalaksana.
387
Abstract: Hemolytic reaction due to transfusion is one of the most occuring adverse effect of a
transfusion. Such reaction must be differentiated clinically and laboratorically with other transfusion reaction and hemolytic reaction due to other causes. Generally, there are two groups of
hemolytic reaction due to tranfusion: hemolytic reaction because of immunological and nonimmunological processes. Hemolytic reaction due to immunological process comprises of acute
hemolytic reaction and delayed hemolytic reaction. Meanwhile, other hemolytic reaction that may
occur during or after transfusion are known as pseudo-hemolytic reaction. Transfusion for
patient with hemolytic anemia is still a controversy even for the experts. In patient with critical
disease, severe anemia must be immediately overcome with a transfusion. However, when anemia
occurs due to hemolytic process, then transfusion become controversial. Management of transfusion-derived acute hemolytic reaction is to immediately stop tranfusion and start hidration.
Supportive therapy that must continually be performed is observation of vital signs such as
airway, blood pressure, heart rate, and volume of urine. Managment of delayed hemolytic reaction due to transfusion is to stop transfusion or replace with other type of blood. On the other hand,
for pseudo-hemolytic reaction, management is depending on etiology.
Keywords: hemolytic reaction, transfusion, anemia, management
Pendahuluan
Transfusi merupakan proses transplantasi paling
sederhana, yaitu pemindahan darah dari donor ke resipien.
Transfusi hanya dilakukan atas dasar indikasi dan urgensi.1
Jika dilakukan secara tidak tepat dan tidak rasional, dapat
menimbulkan berbagai akibat yang fatal. Salah satu akibat
transfusi yang dapat terjadi adalah reaksi hemolitik.2,3
Insidens reaksi hemolitik akibat transfusi diperkirakan 1 : 70
000 unit kantong darah.4
Secara umum ada dua kelompok reaksi hemolitik akibat
transfusi yaitu reaksi hemolitik yang disebabkan proses imun
(immune mediated hemolysis) dan non-imun (non-immune
mediated hemolysis). Reaksi hemolitik yang disebabkan oleh
proses imun terdiri dari reaksi hemolitik akut (acute hemolytic
transfusion reaction, AHTR) dan reaksi hemolitik lambat (delayed hemolytic transfusion reaction, DHTR), sedangkan
reaksi hemolitik lain yang dapat terjadi selama atau setelah
transfusi lebih dikenal sebagai reaksi pseudo-hemolitik
(pseudo-hemolytic transfusion reaction).4
Rerata normal masa hidup eritrosit (mean red cell life,
MRCL) adalah 110 sampai 120 hari. Jika suatu penyakit atau
keadaan tertentu menghancurkan eritrosit sebelum waktunya,
maka sumsum tulang akan berusaha menggantinya dengan
mempercepat pembentukan retikulosit sampai sepuluh kali
kecepatan normal. Namun jika penghancuran eritrosit telah
melebihi usaha pembentukannya dan MRCL menurun
menjadi 15 hari atau kurang, maka akan terjadi anemia
388
hemolitik.5,6
Pemberian transfusi pada anemia hemolitik masih
menjadi perdebatan di kalangan ahli. Pada pasien dengan
penyakit kritis, keadaan anemia yang berat harus segera
diatasi dengan tindakan transfusi. Namun apabila anemia
yang terjadi disebabkan proses hemolitik, maka transfusi
merupakan tindakan yang kontroversial.7,8 Paul E. Marik, et
al. menyatakan bahwa transfusi pada anak yang dirawat di
Pediatric Intensive Care Unit (PICU), dengan riwayat
trauma atau pembedahan akan meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas.8
Reaksi Hemolitik Akut Akibat Transfusi
Pada kasus kegawatdaruratan di bidang hematologi,
AHTR merupakan masalah yang sangat serius karena terjadi
destruksi eritrosit donor yang sangat cepat (kurang dari 24
jam). Pada umumnya AHTR disebabkan oleh kesalahan dalam
identifikasi sampel darah resipien atau dalam pencocokan
sampel darah resipien dan donor (crossmatch). Sebagian
besar terjadi pada saat transfusi whole blood (WB) atau
packed red cell (PRC) dan jarang terjadi pada transfusi fresh
frozen plasma (FFP), trombosit, imunoglobulin, dan faktor
VIII nonrekombinan. Angka kejadian diperkirakan 1 : 250 000
- 600 000.2-4
Umumnya proses hemolitik terjadi di dalam pembuluh
darah (intravaskular), yaitu sebagai reaksi hipersensitivitas
tipe II. Plasma donor yang mengandung eritrosit dapat
Kidd, Kell, Duffy), hemoglobinemia pada plasma, dan hemoglobinuria pada analisis urin.3,10
Untuk mengetahui adanya komplikasi dari reaksi
hemolitik akibat transfusi sangat perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan status koagulasi (prothrombin time,
partial thromboplastin time, dan fibrinogen). Konfirmasi
laboratorium bahwa telah terjadi reaksi hemolitik akut akibat
transfusi dapat dilakukan dengan pemeriksaan Lactate
Dehidrogenase (LDH), bilirubin, dan haptoglobin. Pemeriksaan kultur darah dan urin penting dilakukan jika dicurigai
sepsis.4,10
Reaksi Hemolitik Lambat Akibat Transfusi
Pada DHTR, reaksi hemolitik sering diketahui saat
dilakukan evaluasi tentang respons antibodi (Rhesus,Kell,
Duffy, Kidd, dan antibodi non-ABO lainnya) setelah terpapar
dengan antigen berupa eritrosit donor. Antibodi tidak dikenali
pada saat dilakukan crossmatch sebelum transfusi karena
interaksi antigen-antibodi merupakan respons imun sekunder
yang diketahui setelah 3 sampai 7 hari. Angka kejadiannya
diperkirakan 1 : 6 000 sampai 33 000.2-4,11
DHTR diawali dengan reaksi antigen-antibodi yang
terjadi di intravaskular, namun proses hemolitik terjadi secara
ekstravaskular. Plasma donor yang mengandung eritrosit
merupakan antigen (major incompatability) yang berinteraksi dengan IgG dan atau C3b pada resipien. Selanjutnya
eritrosit yang telah diikat IgG dan C3b akan dihancurkan oleh
makrofag di hati. Jika eritrosit donor diikat oleh antibodi (IgG1
atau IgG3) tanpa melibatkan komplemen, maka ikatan antigen-antibodi tersebut akan dibawa oleh sirkulasi darah dan
dihancurkan di limpa.4,9,10
Gejala dan tanda klinis DHTR timbul 3 sampai 21 hari
setelah transfusi berupa demam yang tidak begitu tinggi,
penurunan hematokrit, peningkatan kadar bilirubin tidak
terkonjugasi, ikterus prehepatik, dan dijumpainya sferositosis
pada apusan darah tepi. Beberapa kasus DHTR tidak
memperlihatkan gejala klinis, tetapi setelah beberapa hari
dapat dijumpai DAT yang positif. Haptoglobin yang menurun
dan dijumpainya hemoglobinuria dapat terjadi, tetapi jarang
terjadi GGA. Kematian sangat jarang terjadi, tetapi pada
pasien yang mengalami penyakit kritis, DHTR akan
memperburuk kondisi penyakit.4,7,8,10
Tata Laksana
Jika tidak dijumpai reaksi hemolitik yang berat, tidak ada
pengobatan yang spesifik, dan dapat diberikan terapi suportif
untuk mengatasi gejala klinis. Pemberian transfusi dapat
dihentikan atau diganti dengan pengganti darah jenis lain.
Konfirmasi pemeriksaan laboratorium pada prinsipnya hampir
sama dengan reaksi hemolitik akut.4,9
Reaksi Pseudohemolitik Akibat Transfusi
Reaksi pseudo-hemolitik akibat transfusi merupakan
reaksi hemolitik lain yang terjadi pada darah donor selama
389
Diagnosis Banding
Beberapa reaksi hemolitik yang bukan disebabkan oleh
transfusi dapat terjadi ketika atau setelah transfusi diberikan,
sehingga menyulitkan identifikasi penyebab reaksi hemolitik.
Selain itu, reaksi hemolitik akibat transfusi juga memiliki gejala
dan tanda klinis yang hampir sama dengan reaksi transfusi
yang lain, sehingga pada saat terjadi reaksi transfusi harus
dipikirkan apakah gejala dan tanda klinis yang timbul
berhubungan dengan reaksi hemolitik atau non-hemolitik.
Reaksi transfusi akut yang bukan merupakan reaksi hemolitik
adalah :1,4
1. Transfusion-related acute lung injury (TRALI)
2. Transfusion-associated circulatory overload (TACO)
3. Nonhemolytic febrile transfusion reactions (NFTR)
4. Reaksi alergi
5. Reaksi anafilaksis
4
extracorporeal circulation
- Thrombotic-thrombocytopenic purpura
(Moschcowitz disease)
- HELLP syndrome during gravidity
- Intoxications
- Near drowning
Kesimpulan
Ada dua kelompok reaksi hemolitik akibat transfusi yaitu
reaksi hemolitik yang disebabkan oleh proses imun dan nonimun. Reaksi hemolitik yang disebabkan proses imun terdiri
dari AHTR dan DHTR, sedangkan reaksi hemolitik lain yang
bukan merupakan reaksi transfusi dikenal sebagai reaksi
pseudo-hemolitik. Pemberian transfusi pada anemia hemolitik
masih menjadi perdebatan di kalangan ahli.
Pada AHTR transfusi harus dihentikan segera, sedangkan pada DHTR transfusi dapat dihentikan atau diganti
dengan jenis pengganti darah yang lain. Pada reaksi pseudohemolitik, tata laksana dilakukan berdasarkan penyebab.
Reaksi pseudo-hemolitik ini harus dibedakan dengan reaksi
hemolitik akibat transfusi. Pada saat terjadi reaksi transfusi,
juga harus dipikirkan apakah gejala dan tanda klinis yang
timbul berhubungan dengan proses hemolitik atau nonhemolitik.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
391
392