Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PEMBAHASAN
Populasi ternak
Bahwa CO2 yang ada di atmosfer salah satunya disumbang oleh
banyaknya populasi ternak yang dalam sirkulasi udaranya mengeluarkan CO2
tetapi asumsi tersebut itu dapat ditepis karea bukanlah suatu faktor yang benar
benar mempengaruhi dan jika ada pun jumlahnya masih dalam jumlah yang
relative sedikit.Tetapi pada ada beberapa yang menyangkal kembali bahwa
dengan populasi ternak dunia yang mencapai 10 miliar ekor dapat melebihi
industri / pabrik karena daya siklus tumbuhan untuk mengubah CO 2 melalui
proses fotosintesis sangat lambat dan pembukaan lahan tumbuhan secara besarbesaran justru mengakibatkan tumbuhan yang tadinya membantu dalam proses
pengubahan CO2 yang dikeluarkan ternak menjadi sangat sedikit, sehingga ada
yang berasumsi bahwa ternakpun menjadi faktor penyumbang akan pemanasan
global.Padahal manusia juga mengeluarkan gas CO2 tetapi ternak dipandang
hanya sebagai human invention atau barang pemuas kebutuhan manusia yang
padahal seharusnya ternak mempunyai kesempatan hidup yang sama dan tidak
dapat dipersalahkan begitu saja dengan beberapa konsep animal welfare yang
pada kenyataanya kurangnya daya serap lingkungan akan CO 2 karena perluasan
lahan untuk lahan peternakan tadi oleh manusia.
Dari Tabel yang dilihat dari worldwatch bahwa kegiatan respirasi ternak
tidak tercantum dalam table tadi dan tidak dilakukan analisis yang mendalam
sehingga bahwa kegiatan respirasi ternak hanya berpengaruh seperberapa
persennya saja.
Menurut Food and agriculture Organization (FAO) industri peternakan
memiliki kontribusi sebesar 18 persen dari total emisi GHGs yang disebabkan
oleh aktivitas manusia. Gas methan merupakan gas rumah kaca yang dihasilkan
dari hasil limbah produksi peternakan, bahwa jumlah 18 persen tidak sepenuhnya
sebagai penyumbang perubahan iklim global yang berasal dari gas methan akan
tetapi berasal dari semua kegiatan industri peternakan, terutama industri ternak
jenis ruminansia sehingga kegiatan produksi peternakan diasumsikan pada
banyaknya orang mengonsumsi daging, konsumsi daging meningkat seiring
dengan meningkatnya produksi peternakan, jadi bila produksi peternakan ditekan
maka konsumsi daging akan lebih sedikit dan dampak perubahan iklim global bisa
ditekan pula.
Emisi gas rumah kaca tersebut banyak dihasilkan oleh peternakan yang
sudah bergerak dalam skala industri yang lebih besar / konvensional yang lebih
banyak berkembang di negara maju. Selain itu sebagian besar kalangan
menganggap rekomendasi pengurangan konsumsi daging akan sulit di aplikasikan
terutama di negara berkembang seperti di Indonesia yang memang mayoritas
penduduknya masih kekurangan akan nutrisi dari produk pangan hewani,
sehingga masyarakat miskin yang tidak mengkonsumsi daging tidak mungkin bisa
mengurangi konsumsinya karena faktor pemerataannya hanya diambil dari ratarata pembelian tidak sesuai dengan kemampuan daya beli setiap masyarakat.
Sistem Peternakan
KESIMPULAN
Sektor peternakan terutama industri peternakan yang dalam sistem
pengelolaanyanya menggunakan sistem konvensional / komersialisasi demi
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya menjadi penyumbang yang tinggi
akan pemanasan global karena perlunya perluasan lahan dan industry peternakan
secara besar-besaran.
Kebutuhan produksi daging karena permintaan konsumen dengan cara
penambahan jumlah populasi ternak menyebabkan konsumsi pakan yang tinggi
sehingga memerlukan lahan ternak dan lahan pakan ternak yang mengakibatkan
banyaknya perluasan lahan ternak yang megambil lahan hutan.
Pembukaan lahan peternakan pada lahan hutan mengakibatkan ekosistem yang
ada menjadi tercemar bahkan menjadi rusak dan sulit untuk meregenerasinya
kembali.
Sistem peternakan berbasis keluarga / skala kecil yang berkesinambungan, dan
berbasis lokal dapat mengembalikan produktifitas lahan, terlebih lagi ternak yang
dikelola dengan baik dengan menggunakan sumberdaya lokal, mengolah kembali
produktifitas tanah dan pemberian pakan rumput pada ternak tidak hanya akan
mengurangi dampak buruk industrialisasi ternak, akan tetapi juga dapat memiliki
dampak positif yang nyata karena rumput juga dapat menyerap karbon.
Energi pemanfaatan biogas dari limbah ternak sebagai salah satu sumber energi
yang dapat diperbaharui dapat menjadi suatu kebutuhan energi sekaligus
mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi
pengganti dapat mengurangi penggunaan gas elpiji dan bahan bakar fosil lainnya.
SARAN
Seluruh warga khususnya yang bergelut secara langsung maupun tidak langsung
dalam sector peternakan dapat lebih mempunyai kepedulian dan kesadaran akan
ternak animal welfare dan menciptakan suatu keadaan ramah lingkungan.
Peranan pemerintah dan lembaga penelitian / pendidikan bisa berperan penting
dalam ketahanan pangan, kebijakan dan perlindungan terhadap para peternak
sehingga kesejahteraan peternak bisa terjamin bagi usaha kecil dan ketahanan
pangan pada suatu Negara dapat teratasi dengan baik.
Penggalaan biogas secara massal pada industri ternak dan rumah tangga bisa
menjadi solusi sekaligus mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan ternak dan
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagi energi yang tak terbaharui.
Meminimalisir konsumsi akan protein hewani yang berlebih yang dapat diikuti
dengan gaya hidup sehat, bukan berarti menjadi vegetarian tetapi pemanfaatan
lahan pertanian dapat optimal sebagai lahan pangan bukan untuk lahan pakan
ternak.
REFERENSI
Goodland Robert & Anhang Jeff.a research officer and environmental specialist at
the World Bank Groups International Corp.: Livestock and Climate Change
Livestock and Climate Change (www.worldwatch.org/ww/livestock) (diakses
03/03/2013)
Susrini Idris, M Junus, Keppi Sukesi (2009), Universitas Brawijaya : Jurnal
Hayati.Malang
Pambudi, N.A.2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. : Dikti
Eliantika, E.F (2010), Biogas limbah peternakan sapi sumber alternatif ramah
lingkungan : Jurnal Lingkungan.Jakarta
Haryati, T., 2006. Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif. Jurnal Wartazoa
Eleanor Boyle, PhD, Vancouver, B.C.:Climate Change and the livestock, Climate
for Change.CA US.
Houdkova L., J. Boran., J. Pecek and P. Sumpela. 2008. Biogas-A Renewable
Source of Energy.
Journal of Thermal Science
The Beyond Factory Farming Coalition. This Saskatoon-based group promotes
socially responsible livestock production.
Eshel, G., and Martin, P. (2005). Diet, Energy and Global Warming in United
States. Dept of Geophysical Sciences.University of Chicago.
Steinfeld, H. et al (2006) Livestocks Long Shadow: Environmental Issues and
Options. Food and Agriculture Organization of the United Nations : FAO.
Mann, Michael E. et al., Northern Hemisphere Temperatures During the past
Millennium: Inferences, Uncertainties, and Limitations of livestock
Doreen Kibuka-Musoke, 2007. Issue paper II. African Partnership Forum, OECD.
Livestock Thematic Papers
Disusun oleh :
Galih Agung Gunawan
200110120123
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013