Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya tidak
sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua
merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan
perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam
menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk
menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan
pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan
satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran
mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki
pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah dan
memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan alat
kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya biaya perawatan dan
memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan
pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).
1. Masa Transisi menjadi Orangtua.
Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan
sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana yang digambarkan secara konsisten pada
penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ; Hobbs dan
Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).
Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga,
LeMaster, 1957, dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran anak
pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota (berusia 25
25 tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis. Ia menemukan
bahwa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya masalah-masalah
sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa. Masalah-masalah yang
paling lazim dilaporkan adalah :
a. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)
b. Terhadap peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri.
c. Interupsi dalam jadwal yang kontinu begitu lelah sepanjang waktu, merupakan
sebuah kometar khas).
Tabel 1. Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak
dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap Siklus Kehidupan
Keluarga
Keluarga sedang mengasuh 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah
unit yang mantap (mengintegrasikan bayi
anak
baru ke dalam keluarga).
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan
yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek dan nenek.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)
Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam
organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk memenuhi
tuntutan-tututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara pemenuhan tanggungjawab
ini bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola yang umum adalah
untuk orang tua agar menerima peran-peran tradisonal atau pembagian tanggungjawab (La
Rossa dan La Rossa, 1981).
Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali
dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan menjadi kakek nenek
dan hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt, 1988).
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga
yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orangtua bagaimana kedua orangtua
berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respons bayi tersebut.
Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967), dan yang lainnya menguji
dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal setelah melahirkan ; hubungan positif
antara orangtua anak pada hubungan orangtua dan anak di masa datang. Sikap orangtua
tentang mereka sendiri sebagai orangtua, sikap mereka terhadap bayi mereka, karakteristik
komunikasi orangtua dan stimulasi bayi (Davis, 1978) adalah bidang-bidang terkait yang
perlu dikaji.
orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis. Feldman (1961)
mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih sedikit, pembicaraan yang
merangsang lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan yang menurun. Beberapa
orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya tanggungjawab, khususnya mereka
yang suami maupun istri sama-sama bekerja secara penuh.
Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk masalah
dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting. Pasangan harus
terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual dan juga berbagi dan
berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai orangtua.
Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan selama 6
minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa berikutnya umum
terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam peran barunya,
keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga perasaan suami bahwa ia
tersingkir oleh bayinya.
Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga
serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikasi dari
bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi ketidaknyamanan,
rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih. Dan bayi mulai memberikan
respon terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang kemudian diterima dan dikuatkan
oleh orangtua.
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah
postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka untuk
mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutan-tuntutan
keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari bahwa
kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga ayah, saudara
bayi, dan unit keluarga.
Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam keluarga
besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba mendukung dan
membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya, meskipun kakek nenek
dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua baru, namun kemungkinan
konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-harapan yang ada antar
generasi tersebut.
Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial
untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda
perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus menerima
bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada sumber-sumber
dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).
Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas
dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan pasangan
dengan kekuatan dan tenaga bagi bayi dan satu sama lain. Tuntutan-tuntutan dan
tekanan-tekanan yang bertentangan, seperti antara
terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik semacam ini
dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus kehidupan ini.
3. Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas
yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak,
keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum
(gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini
adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu
yang bekerja, hubungan akan-orangtua, masalah-masalah mengasuh anak termasuk
penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang
tua.
4. Kemungkinan diagnosa
Disfungsi seksual
Resiko cidera
5. Peran perawat
Pendukung amnionsintesis
Penyelia imunisasi
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian
adalah
suatu
tahapan
dimana
seorang perawat
mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan sebagainya.
Hal2 yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi Keluarga
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah2 yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat
mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg
dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur keuangan.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi bersama2unuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
ini.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah
tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.
Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
a) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauh mana keluaarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang
perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta2 dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
Kriteria
Sifat Masalah
Skala:
Aktual (Tidak/Kurang sehat)
Ancaman kesehatan
Skor
Bobot
3
2
2.
3.
4.
-
Keadaan Sejahtera
Kemungkinan Masalah
Skala:
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala:
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya Masalah
Skala:
Masalah berat harus segera ditangani
Ada masalah, tapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
3
2
1
2
1
0
Skoring:
Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan
kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
1) Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena
yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga.
2) Kriteria 2:
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya
faktor2 sebagai berikut:
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah.
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu
e) Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.