Está en la página 1de 50

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penerapan Metode Demonstrasi


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Belajar IPA
Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi
Tahun 2010/2011

Disusun Oleh :
Catur Bagus Tonny M., S.Pd
NIP: 19700124.199301.1.001

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SSN SMP NEGERI 2 ROGOJAMPI
TAHUN 2010- 2011

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan SMP
Negeri 2 Rogojampi hasil karya dari:

Nama

: Catur Bagus Tonny M., S.Pd

NIP

: 19700124.199301.1.001

Unit Kerja

: SMP Negeri 2 Rogojampi

Judul

: Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar IPA Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi
Tahun 2010 / 2011

Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit


Kenaikan Pangkat dalam jabatan fungsional guru.

Mengetahui
Ketua PD PGRI II

Kepala SMP Negeri 2 Rogojampi

Kabupaten Banyuwangi

NPA:

Dra. Hj. N. RATNANINGSIH, MM.Pd


NIP:

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan SMP Negeri 2 Rogojampi

Pada Hari

Tanggal

Pustakawan
SMP Negeri 2 Rogojampi

Kepala
SMP Negeri 2 Rogojampi

iii

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
karya ilmiah dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Belajar IPA Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun
2010/2011. Penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di
perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan
karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam
rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kab. Banyuwangi
2. Yth. Ketua PD II PGRI Kab. Banyuwangi
3. Yth. Kepala SMP Negeri 2 Rogojampi
4. Yth. Rekan-rekan Guru SMP Negeri 2 Rogojampi
5. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis

iv

ABSTRAK
Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Belajar IPA
Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun 2010/2011

Kata kunci: ilmu pengetahuan alam, metode demonstrasi

Penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas


siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu
aktivitas belajar mengajar tidak terjadi kejenuhn, dengan demikian siswa akan terlibat
secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep
perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a)
Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dengan diterapkannya metode demonstrasi? (b) Bagaimanakah pengaruh metode
demostrasi terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui
peningkatan Hasil Belajar belajar siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi.
(b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode
demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas 8A SMP
Negeri 2 Rogojampi Tahun 2010/2011. Data yang diperoleh berupa hasil tes , lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa Hasil Belajar belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (70,31%), siklus II (74,75%),
siklus III (82,09%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode
demonstrasi dapat berpengaruh positif terhadap Hasil Belajar dan motivasi belajar
Siswa di SMP Negeri 2 Rogojampi serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................................

Halaman Pengesahan ......................................................................................

ii

Kata Pengantar ................................................................................................

iv

Abstrak ............................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

vi

BAB

BAB

BAB

II

III

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................

D. Manfaat Penelitian ...........................................................

E. Batasan Masalah ...............................................................

KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran ......................................................

B. Hakekat ............ .................................................................

C. Proses Belajar Mengajar ............ .......................................

D. Hasil Belajar Belajar ............ .............................................

E. Metode demonstrasi ...........................................................

F. Motivasi Belajar ...............................................................

12

G. Gaya Belajar ......................................................................

16

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ............................

19

vi

BAB

BAB

IV

B. Rancangan Penelitian .......................................................

19

C. Instrumen Penelitian ........................................................

20

D. Metode Pengumpulan Data ...............................................

24

E. Teknik Analisis Data .......................................................

25

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Item Butir Soal ...................................................

27

B. Analisi Data Penelitian Persiklus .....................................

29

C. Pembahasan .......................................................................

37

PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................

39

B. Saran .................................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

41

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,
gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.
Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa
senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Berhasilnya

tujuan

pembelajaran

ditentukan

oleh

banyak

faktor

diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,


karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting
dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu

memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang
Nomor

tahuan

1989

yaitu

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan


Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat
jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung
jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:
3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas dan bersifat umum sehingga perlu
dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang disesuaikan dengan jenis dan
tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan kurikuler yang
merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci menurut bidang studi/mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto, 1988 :2). Dalam era
kurikulum saat ini lebih ditik beratkan kepada kompetensi, sehingga siswa tidak
hanya tahu tetapi lebih jauh dari itu faham dan menjadi satu kompetensi dalam
dirinya.
Dalam mencapai kompetensi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SMP Negeri 2 Rogojampi, khususnya di kelas 8A masih banyak
mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai-nilai hasil
ulangan mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai beberapa mata pelajaran
lainnya, padahal mata pelajaran IPA ini merupakan salah satu yang termasuk

mata pelajaran yang diujikan secara nasional, bertitik tolak dari hal tersebut di
atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar
siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan,
sehingga tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA
dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh
sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep IPA.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau
pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang
akan menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan penggunaan metode demonstrasi, yang merupakan salah satu
metode yang telah umum namun jika diterapkan dalam cara dan kondisi yang
tepat maka diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya
didominasi oleh guru tetapi siswa dapat pula berperan secara aktif sebagai pelaku
demonstrasi, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan
intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang
diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar
belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul Penerapan

Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas
8A di SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun 2010/2011.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar belajar IPA pada siswa kelas 8A
dengan diterapkannya metode demonstrasi?
2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar
siswa?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin

mengetahui

peningkatan

Hasil

Belajar

belajar

siswa

setelah

diterapkannya metode demonstrasi.


2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode
demonstrasi.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Belajar IPA Pada Siswa Kelas 8A di SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun


2010/2011 yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas 8A di SMP Negeri 2
Rogojampi Tahun 2010/2011 menggunakan metode demonstrasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil
belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang
sebelumnya dilakukan oleh guru ".

E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA dengan
metode demonstrasi.
2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan
bantuan metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah
satu alternative cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan
metode pengajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

F.Batasan Masalah
1. Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada pokok bahasan
Usaha dan energi.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi.
3. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas 8A di SMP Negeri 2 Rogojampi
Tahun 2010/2011

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
Sependapat

dengan

pernyataan

tersebut

Sutomo

(1993:

68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan


seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lainlain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa


belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.

B. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara profesional. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta,
tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan
pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana
konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).

C. Proses Belajar Mengajar


Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan pembelajaran

D. Hasil Belajar Belajar


Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

10

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang


dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), Hasil Belajar belajar adalah hasil yang
dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini Hasil Belajar belajar merupakan
hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa Hasil Belajar belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut
dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan Hasil Belajar belajar, maka dapt diartikan bahwa Hasil
Belajar belajar adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif

seluruh

potensi

yang

dimilikinya

baik

aspek

kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses


belajar mengajar.

11

E. Metode Demonstrasi
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di
mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan

hasil

percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu

disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini,
siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh
guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim
guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya cara melego ke
suatu perusahaan atau instansi, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat,
mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang
dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik
dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang
diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa
mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya
mendirikan perusahaan, cara mengelola suatu perussahaan, dengan demonstrasi
siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu perusahaan juga cara
pengelolaan perusahaan itu sendiri seperti cara memenejemen perusahaan
tersebut. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara tepat mengatur ,

12

memenej suatu perusahaan baik kecil atau pun besar, sehingga mereka dapat
memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui
kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek.
Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat
memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
2. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin
tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
3. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi
yang berhasil. Bila tidak anda harus mengambil kebijaksaaan lain.
4. Apakah anda telah mencoba, atau telah mempatekkan terlebih dahulu, agar
demonstasi itu berhasil.
5. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan
bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa
untuk mengamati dengan baik dan tertanya.
8. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu
berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

13

Penggunaan teknik demonstasi sangat menunjang proses interaksi


mengajar belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi
perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan,
kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi
melalui pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa
lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya
memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan
demonstasi itu siswa dapat partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman
langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita
masih melihat juga kelemahan teknik ini ialah:
Bila alatnya telalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat,
menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa.
Dalam hal ini dituntut pula guru harus mampu menjelaskan proses belangsungnya
demonstrasi, dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh siswa. Juga bila
waktu tidak tersedia dengan cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputusputus, atau tidak dijalankan tergesa-gesa, sehingga hasilnya memuaskan. Dalam
demonstasi bila siswa tidak diikutsertakan, maka proses demonstrasi akan kurang
dipahami oleh siswa, sehingga kurang berhasil adanya demonstrasi itu.
Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu
menyertai dengan teknik yang lain, atau menkombinasikan dengan lain, sehingga
mampu mengatasi teknik inti yang sedang dimanfaatkan itu.

14

F. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motifmotif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

15

3. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas
yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas
dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

16

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah


motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa

cara

membangkitkan

motivasi

ekstrinsik

dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:


1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan Hasil Belajar belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil Hasil Belajar yang telah dicapai sebelumnya dan
mengatasi Hasil Belajar orang lain.

17

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu
perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan
akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan
usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan
lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai

18

yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang
dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.

G. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan
oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka

19

mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya
rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka
sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan
penuh dengan variasi.

20

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social
eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti, bekerja sama dengan satu anggota dari guru
yang sama jurusan, anggota ini sebagai observer aktifitas guru maupun aktifitas siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas
sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga pengajaran guru tidak

21

terganggu dengan pecahnya perhatian untuk observasi. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
SMP NEGERI 2 ROGOJAMPI dengan alamat Jl.P. Diponegoro no 77
Rogojampi, Banyuwangi Tahun Pelajaran 2010 / 2011
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
semester genap tahun pelajaran 2010 / 2011
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas 8A SMP Negeri 2
Rogojampi Tahun Pelajaran 2010 / 2011 pada pokok bahasan Usaha dan
energi.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

22

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan


rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki


kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

23

Putaran 1
Refleksi

Rencana
awal/rancangan
Putaran 2

Tindakan/
Observasi
Refleksi

Rencana yang
direvisi

Tindakan/
Observasi
Refleksi

Putaran 3
Rencana yang
direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK


Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

24

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti


sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi .
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes di akhir masing
putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu

seperangkat

rencana

dan

pengaturan

tentang

kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.


2. Rencana Pelajaran (RP)

25

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai


pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar soal tes
Tes ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan guru (objektif).

D.

Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan belajar dengan metode demonstrasi, observasi aktivitas
siswa dan guru, dan soal tes.

E. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

26

mengetahui Hasil Belajar belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes dapat dirumuskan:

X
N

Dengan

: X

= Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa


N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai nilai diatas atau sama dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang telah ditetapkan diawal tahun pelajaran melalui
27

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) IPA , dalam hal ini
KKM yang ditentukan adalah 75, artinya siswa dianggap telah tuntas jika
mendapatkan nilai 75 atau diatas 75. Sedangkan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut:

Siswa. yang.tuntas.belajar x100%


Siswa

28

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode


demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan
data hasil tes siswa pada setiap siklus.
Data tes untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar belajar siswa setelah
diterapkan belajar dengan metode demonstrasi.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 7 Pebruari 2011 di Kelas 8A dengan jumlah siswa 32 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar.

29

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes I dengan


tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Table 4.2. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I
Keterangan
No.
Skor
Urut
T
TT
1
80

2
50

3
80

4
60

5
40

6
80

7
75

8
60

9
65

10
75

11
70

12
70

13
65

14
75

15
80

16
60

Jumlah
1085
7
9
Jumlah Skor 2250
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3200
Rata-Rata Skor Tercapai 70,31

Keterangan:

No.
Urut
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah

Skor
30
75
80
75
75
75
80
60
75
75
85
60
50
80
100
90
1165

Keterangan
T
TT

12
4

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

30

Jumlah siswa yang tuntas

: 19

Jumlah siswa yang belum tuntas

: 13

Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I


No

Uraian

Nilai rata-rata tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus I
70,31
19
59,38

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode


demonstrasi diperoleh nilai rata-rata Hasil Belajar belajar siswa adalah 70,31
dan ketuntasan belajar mencapai 59,38% atau ada 19 siswa dari 32 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh
nilai 75 hanya sebesar 70,31% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih
merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan metode demonstrasi.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan

31

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran


yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

II

dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2011di Kelas 8A dengan jumlah siswa


32 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

32

Table 4.4. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II


Keterangan
No.
Skor
Urut
T
TT
1
80

2
70

3
80

4
75

5
65

6
80

7
75

8
75

9
80

10
75

11
85

12
85

13
65

14
75

15
80

16
65

Jumlah
1210
12
4
Jumlah Skor 2392
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3200
Rata-Rata Skor Tercapai 74,75

Keterangan:

No.
Urut
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah

Keterangan
T
TT

12
4

Skor
40
80
77
75
75
75
80
60
85
75
85
50
60
80
90
95
1182

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 24

Jumlah siswa yang belum tuntas

:8

Klasikal

: Belum tuntas

33

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II


No

Uraian

Nilai rata-rata tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus II
74,75
24
75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata Hasil Belajar belajar


siswa adalah 74,75 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 24
siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
menerapkan metode demonstrasi.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.

34

b. Tahap kegiatan dan pengamatan


Pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

untuk

siklus

III

dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2011 di Kelas 8A dengan jumlah


siswa 32 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.

35

Table 4.6. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III


No.
Urut

Skor

Keterangan
T

TT

No.
Urut

Keterangan

Skor

97

17

60

78

18

87

87

19

87

85

20

75

65

21

85

90

22

90

87

23

80

85

24

60

90

25

85

10

75

26

75

11

85

27

85

12

90

28

75

13

75

29

80

14

85

30

87

15

80

31

97

16

65

32

100

Jumlah

1319

Jumlah

1308

14

14

TT

Jumlah Skor 2627


Jumlah Skor Maksimal Ideal 3200
Rata-Rata Skor Tercapai 82,09

Keterangan:

: Tuntas

TT

: Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas

: 28
36

Jumlah siswa yang belum tuntas

:4

Klasikal

: Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus III


No

Uraian

Nilai rata-rata tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

Hasil Siklus III


82,09
28
87,50

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes

sebesar

82,09 dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 4 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas).
Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaeruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan belajar dengan
metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan.
c. Refleksi

37

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
Penerapan metode demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan

pada

siklus-siklus

sebelumnya

sudah

mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.


4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan metode
demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi dapat

38

meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran


dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi
memiliki dampak positif dalam meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III)
yaitu masing-masing 70.31%, 74,75%, dan 82,09%. Pada siklus III ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap Hasil Belajar belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA pada pokok bahasan Usaha dan Energi dengan metode
demonstrasi yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, mendengar dan memperhatikan demonstrasi yang dilakukan

39

temannya serta diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan

untuk

aktivitas

guru

selama

pembelajaran

telah

melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode demonstrasi dengan


baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing

dan

mengamati

siswa

dalam

mengerjakan

kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya


jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

40

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (70,31%), siklus II
(74,75%), siklus III (82,09%).
2. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengn metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

41

1. Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan


persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan Hasil Belajar belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang
sederhana,

dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu


memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas 8A SMP Negeri 2 Rogojampi Tahun Pelajaran 2010/2011
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.

42

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi
UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

43

También podría gustarte