Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Terbentuknya gagasan makalah ini dikarenakan tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah dasar Kimia Fisika. Namun, besar harapan penulis
bahwa makalah ini memberikan manfaat yang aplikastif di masyarakat.
1|Kinetika Reaksi
BAB II
TEORI DASAR
Kinetika kimia adalah suatu cabang ilmu kimia fisik yakni suatu ilmu yang
membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme reaksifaktor-faktor yang
mempengaruhinya serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi. Dalam
prakteknya laju reaksi yang ditentukan adalah laju rata-rata reaksi dari sejumlah
besar molekul. Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju
reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya
gerakan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai
fungsi waktu. Syarat untuk terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan
energi bebas ( G < 0).
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari
produk atau reaktan terhadap waktu. Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia
ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan
kecepatan reaksi. Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses
berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satua waktu.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit,
sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
Termodinamika dapat memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi,
sedangkan kinematika kimia banyak digunakan untuk meramalkan dapat atau tidak
reaksi berlangsung atau membuktikan kebenaran dari langkah reaksi dalam bentuk
mekanisme. Sifat-sifat kinetik dapat diramalkan dari teori kinetik yang berdasarkan
teori kuantum dan mekanika statistik. Oleh karena itu kesukaran dalam variasi waktu
menjadi komplek, terutama pada penyebaran energi yang tidak berada dalam
keseimbangan akan mendapat kesukaran yang sangat besar juga pada perkembangan
teori dasar kinetika kimia. Beberapa pendekatan teori mekanisme masih sepenuhnya
tergantung dari hasil kerja percobaan yang dilakukan.
2|Kinetika Reaksi
Berupa reaksi homogen fase gas atau reaksi homogen fase cair.
b. Reaksi heterogen
Ada 2 macam, yakni reaksi katalitik homogen (jika fase katalis = fase
reaksi) dan reaksi katalitik heterogen (jika fase katalis fase reaksi).
b. Reaksi non-katalitik
Yakni sistem reaksi yang tidak menggunakan peran katalis.
3. Berdasarkan mekanisme atau kompleksitasnya
a. Reaksi sederhana (reaksi tunggal searah atau ireversibel)
b. Reaksi kompleks (reaksi bolak-balik atau reversibel, reaksi seri atau
konsekutif atau berurutan, reaksi paralel, reaksi seri-paralel, reaksi rantai,
reaksi polimerisasi)
4. Berdasarkan kemolekulan reaksinya
Reaksi unimolekuler, reaksi bimolekuler, reaksi trimolekuler atau termolekuler
5. Berdasarkan orde reaksinya
Reaksi berorde bilangan bulat, reaksi berorde bilangan pecahan
6. Berdasarkan jenis pengoperasian reaktornya
a. Reaksi pada sistem reaktor batch
3|Kinetika Reaksi
b. Reaksi pada sistem reaktor alir atau kontinyu (reaktor alir tangki
berpengaduk, reactor alir pipa).
7. Berdasarkan prosesnya (kondisi prosesnya)
a. Reaksi isotermal (pada volume tetap, pada tekanan tetap)
b. Reaksi adiabatik
c. Reaksi non-isotermal non-adiabatik
8. Berdasarkan arah reaksinya
a. Reaksi reversibel (bolak-balik)
Reaksi reversibel merupakan reaksi bolak-balik; dalam hal ini terjadi
kesetimbangan.
b. Reaksi ireversibel (searah)
Reaksi ireversibel merupakan reaksi satu arah; tidak ada keadaan
setimbang, meskipun sesungguhnya tidak ada reaksi kimia yang betul-betul
tidak dapat balik. Banyak kasus kesetimbangan berada sangat jauh di kanan
sedemikian sehingga dianggap ireversibel.
4|Kinetika Reaksi
2.3.1 Konsentrasi
Paling sedikit ada satu reaktan dalam suatu reaksi. Untuk
terbentuknya suatu produk akibat reaksi katalisis atau autokatalisis. Adakala
suatu produk boleh menghambat suatu reaksi, hal ini tidak diinginkan, karena
reaksi
tidak
menyajikan
hasil
yang
sempurna.Suatu
katalis
dapat
aram), dan
5|Kinetika Reaksi
Equation
x = kt
1
2
3
.
N
6|Kinetika Reaksi
plot (1/a-x) versus waktu adalah berupa garis lurus, artinya reaksi terjadi pada
orde kedua.Metode ini simple dan akurat dan diterapkan secara umum untuk
pencarian orde reaksi. Metode ini juga sangat bermanfaat, karena tetapan
konstan untuk reaksi dapat dievaluasi dengan slope garis lurus dan jika
konsentrasi awal reaktan tidak diketahui, dapat dijelaskan dengan pertolongan
intercept.
Jika
dan
percobaan reaksi yang sama dan (t1/2)1 dan (t1/2)2berhubungan dengan waktu
paruh, kemudian
dan
Atau
7|Kinetika Reaksi
Orde
plot logaritme rasio waktu paruh versus rasio konsentrasi awal akan menjadi
linear melewati tempat asal dengan sebuah slope sampai (n-1) dan orde reaksi
dapat didapatkan dari slopenya.
8|Kinetika Reaksi
A Produk
9|Kinetika Reaksi
Dan memperoleh :
persamaan
ini
merupakan
versi
dari
hukum
laju
10 | K i n e t i k a R e a k s i
11 | K i n e t i k a R e a k s i
penurunan/pertambahan
yang
konstan,
zat
tersebut
dapat
dimasukkan pada nilai konstan laju k. Reaksi ini dapat dimasukkan ke reaksi
orde bawahnya. Reaksi ini disebut reaksi orde pseudo ke n, dimana n adalah
jumlah dari eksponen dari konsentrasi yang berubah selama reaksi.
Misalkan reaksi pencampuran aldehid dengan bromide pada larutan
akuades, dimana reaksi ini mengikuti orde kedua :
Br2 + CH3CHO + H2O CH3COOH + 2H+ + 2Br
Laju reaksi penurunan konsentrasi Br2 adalah
[
][
12 | K i n e t i k a R e a k s i
2.8.2 Orde 1
Waktu untuk pengurangan [A] dari [Ao] menjadi
Ao dalam reaksi
Sehingga
Hal utama yang harus diperhatikan mengenai hasil ini adalah untuk
reaksi orde pertama, waktu paruh reaktan tidak bergantung pada konsentrasi
awal. Jadi, jika konsentrasi A pada suatu tahap sembarang reaksi adalah [A,
maka setelah selang waktu
A.
2.8.3 Orde 2
Untuk reaksi orde dua, kita dapat menggunakan persamaan untuk
mencari waktu paruhnya, dengan menggantikan t = t
Dimana Ea adalah energy aktivasi dari reaksi (dalam kilojoule per mol),
Radalah konstanta gas (8,314J/K.mol), T adalah suhu mutlak, dan e adalah basis dari
skala logaritma natural.Besaran A menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan
13 | K i n e t i k a R e a k s i
factor frekuensi.Faktor ini dapat dianggap sebagai konstanta tertentu dalam kisaran
suhu yang cukup lebar. Persamaan (8.1) menunjukkan bahwa jika konstanta laju
berbanding lurus dengan A dan, dengan begitu, berbanding lurus dengan frekuensi
tumbukan. Selain itu , tanda minus pada eksponen Ea/RT menunjukkan bahwa
konstanta laju menurun dengan meningkatnya suhu. Persamaan ini dapat dinyatakan
dengan dalam bentuk yang lebih baik dengan menghitung logaritma natural dkeidua
sisi :
y =
+b
Hukum Laju
Hukum Laju
Waktu
Intergrasi
Paruh
14 | K i n e t i k a R e a k s i
Laju = k
Laju = k[A]
ln[A]t=ln[A]0-kt
det-1
liter mol-1 det-1
Laju =
2.10
[A]t=[A]0-kt
k[A]2
PERSAMAAN KECEPATAN
[ ]
[ ]
] (
)
)
[ ]
[ ]
)
(
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
]
(
]{
)}
[ ]
](
[ ]
[ ]
[ ]
)[ ]
(
(
[ ]
([
])
])
[ ]
[ ]
16 | K i n e t i k a R e a k s i
[ ]
(
[ ]
)[ ]
[ ]
(
[ ]
([
])
}
])
[ ]
[ ]
[ ]
] (
menjadi
{
](
Persamaan kecepatan reaksi pada reaksi reversible lainnya dapat dilihat di table
bawah ini
17 | K i n e t i k a R e a k s i
[ ]
[ ]
(
[ ])
[ ]
)
(
)[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
REAKSI ELEMENTER
2.11.1 Pengertian
Mekanisme reaksi adalah kumpulan dari beberapa langkah reaksi
membentuk reaksi keseluruhan. Kandungan setiap langkah dari mekanisme
kesatuan reaksi disebut reaksi elementer, yang terdiri dari beberapa reaksi
sederhana. Suatu reaksi elementer menyajikan suatu proses pada tingkat
molekul, dapat pula dinyatakan sebagai molekularitas reaksi. Terdiri dari
sejumlah spesi terlibat dalam reaksi yang datang bersamaan membentuk
keadaan kritis, keadaan transisi. Umumnya, reaksi elementer adalah
bermolekul satu atau bermolekul dua, tergantung pada keterlibatannya dalam
18 | K i n e t i k a R e a k s i
reaksi, apakah berspesi satu atau dua. Kadang-kadang terjadi dari tiga
molekul, terutama antara beberapa atom atau molekul kecil dalam fasa gas.
Reaksi larutan dapat terjadi, tetapi sebenarnya adalah reaksi antara dua
molekul.
2.11.2 Molekular Reaksi
Molekularitas dari reaksi elementer adalah sejumlah molekul yang
berkumpul untuk bereaksi dalam reaksi elementer. Dengan demikian,
UNIMOLEKULAR
satu molekul bergetar sendiri terpisah atau atom ke dalam susunan baru,
seperti dalam isomerisasi siklopropana ke propena.
BIMOLEKULAR
sepasang molekul bertabrakan dan energi pertukaran, atom, atau kelompok
atom, atau mengalami beberapa perubahan-perubahan lain
Multi Molekular
Terdapat lebih dari dua molekul yang bereaksi
2.12
2.12.1 Hukum laju reaksi dasar unimolecular adalah orde pertama dalam
reaktan
Reaksi unimolecular adalah orde pertama karena jumlah A molekul
yang meluruh dalam interval pendek sebanding dengan jumlah yang tersedia
untuk peluruhan. Oleh karena itu laju dekomposisi A sebanding dengan
konsentrasi molarnya.
19 | K i n e t i k a R e a k s i
2.13
REAKSI INTERMEDIET
Beberapa reaksi dilanjutkan melalui pembentukan intermediate (I),
seperti dalam reaksi unimolecular berturut-turut:
Melalui
persamaan
ini
kita
dapat
20 | K i n e t i k a R e a k s i
21 | K i n e t i k a R e a k s i
dan hampir
tidak berubah
kata
lain,konsentrasi I dalam reaksi harus dijelaskan Oleh Gambar. 2 bukan oleh Gambar.
Secara matematis, kondisi yang diperlukan untuk SSA untuk vaild adalah [I]
<< [A] & [P]. Jadi karena kita memiliki:
Dengan kata lain, reaksi pertama yang
memproduksi antara I harus relatif lambat
terhadap tingkat di mana antara I bereaksi
dan
terkuras.
perbedaan
Bahkan,
antara
dua
semakin
besar
konstanta
laju,
22 | K i n e t i k a R e a k s i