Está en la página 1de 9

Pola Keruangan Desa

1. Definisi Desa

Desa atau kampung merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita. Dalam kehidupan
sehari-hari desa sering diartikan sebagai suatu wilayah yang letaknya jauh dari
keramaian kota, serta dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian besar mata
pencahariannya adalah di sektor pertanian. Ada kalanya wilayah pedesaan digambarkan
sebagai daerah yang masih alami dan sebagian besar arealnya dimanfaatkan untuk
persawahan, ladang, serta kebun penduduk.
Pengertian desa menurut para ahli kependudukan dan undang- undang sebagai berikut.

Menurut UU No. 5 tahun 1979, desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk, sebagai satu kesatuan hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah kecamatan dan mempunyai hak otonomi
dalam ikatan Negara Republik Indonesia.
Menurut Sutardjo Kartohadikususmo (1953), seorang ahli sosiologi mengemukakan
bahwa secara administratif desa diartikan seebagai satu kesatuan hukum dan
didalamnya bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut Bintarto, desa merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi politik budaya dan memiliki hubungan timbal
balik dengan daerah lain.
Menurut undang-undang nomor 22 tahun 1948 menyatakan bahwa desa adalah daerah
yang terdiri dari satu atau lebih dukuh atau dusun yang digabungkan hingga merupakan
suatu daerah yang memiliki syarat-syarat cukup untuk berdiri menjadi daerah otonom
yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri.
Berdasarkan pengertian diatas, pada dasarnya desa merupakan gabungan beberapa
dusun. Istilah dusun itu sendiri berbeda di massing-masing daerah. Di Sunda misalnya,
dusun lebih sering disebut kampung. Di Madura sering disebut kanpong yang dikepalai
Bapak Klebun. Di daerah Aceh dnamakan Gampong, di Padang disebut Nagari dan
sebagainya.


2. Unsur-Unsur Desa
Menurut R. Bintarto dalam bukunya Pengantar Geografi Desa paling sedikit ada tiga
(3) unsur-unsur desa yang kita ketahui, yaitu:
Daerah, suatu wilayah pedesaan pasti memiliki daerah tersendiri dengan berbagai
aspeknya seperti lokasi, luas, bentuk lahan, keadaan tanah, keadaan tata air, dan lain-
lain.
Penduduk, unsur penduduk yang perlu diperhatikan dalam memahami suatu desa antara
lain jumlah, tingkat kelahiran, tingkat kematian, persebaran kepadatan, pertumbuhan,
perbandingan jenis kelamin, mata pencaharian, struktur penduduk menurut umur dan
sebagainya.
Tata kehidupan, tata kehidupan berkaitan erat dengan adat istiadat, norma-norma yang
berlaku didaerah tersebut, pola pengaturan sistem pergaulan warga masyarakat dan
pola-pola budaya daerah lainnya.

3. Ciri-Ciri Desa
Desa sebagai suatu kesatuan wilayah geografis tentu memiliki ciri-ciri khas yang dapat
dibedakan dengan daerah-daerah lain disekitarnya. Ciri khas tersebut dapat berupa
kondisi alamiah ataupun kondisi penduduknya. Menurut dirjen bangdes ciri-ciri wilayah
pedesaan, antara lain:

Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar, artinya bahwa lahan-lahan di wilayah
pedesaan masih relatif luas dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menepatinya
sehingga kepadatan penduduk masih rendah
Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris)
Hubungan antar warga desa masih sangat akrab,
Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku
Ciri-ciri wilayah pedesaan yang lainnya dikemukakan oleh Surjono Sukamto (1982). Dia
memberikan ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya,antara lain:
Warga masyarakat pedesaan memiki hubungan kekerabatan yang kuat, karena
umumnya berasal dari satu keturunan. Karena itu biasanya dalam suatu wilayah
pedesaan, antara sesama warga masyarakat masih memiliki hubungan keluarga atau
saudara.
Karena mereka berasal dari satu keturunan, maka corak kehidupannya
bersifat gameinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu
penduduk desa juga merupakan masyarakat yang bersifat face to face group, artinya
bahwa antara penduduk yang satu dengan yang lainnya saling mengenal.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari sektor pertanian dan
perkebunan. Walaupun ada sebagian penduduk yang bekerja sebagai tukang kayu
(buruh bangunan), tukang genteng, pamong desa ataupun lainnya, namun tetap
pekerjaan pokoknya adalah petani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun
buruh tani.
Cara bertani yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk desa umumnya masih
tradisional, sehingga hasilnya rata-rata hanya memenuhi kebutuhannya sendiri atau
sering disebut subsistance farming.
Sifat gotong royong masih tertanam kuat pada warga masyarakat. Dalam sistem gotong
rooyong ini, warga masyarakat tidak lagi memikirkan masalah untung rugi tetapi lebih
mengutamakan unsur kekeluargaan dan kebersamaan.
Golongan orang-orang atau tetua kampung memegang peranan yang cukup penting
dalam masyarakat, khususnya mengenai persoalan pelik.
Masyarakat desa masih memegang norma-norma agama secara kuat.
4. Klasifikasi Desa
Fungsi desa dapat dilihat dari dua segi, yaitu kedudukan desa sebagai bentuk
pemerintahan terkecil di negara Indonesia dan desa dalam tinjauan region atau wilayah
geografis, yaitu sebagai daerah hinterland atau daerah belakang yang mendukung
keperluan masyarakat kota khususnya kebutuhan sumber bahan pangan.
Dalam fungsinya sebagai pemerintahan daerah tingkat terendah, pemerintahan desa
iharapkan mampu menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh
pemerintah yang lebih tinggi, misalnya kabupaten dan propinsi. Jadi pemerintah desa
dengan semua aparatnya harus mampu mengarahkan perubahan-perubahan,
melaksanakan fungsi administratif, membantu proyek-proyek masyarakat,
memperkenalkan pemikiran-pemikiran baru dan inovasi yang maju ke arah keajuan
dalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran penduduk yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam melaksanakan program-program pemerintah
daerah, aparat desa harus dapat menyelaraskan dengan kondisi dan potensi yang ada di
daerah masing-masing, baik potensi sumberdaya alam, keadaan sosial masyarakat
maupun tradisi dan adat istiadat yang berlaku di wilayah setempat.
Dilihat dari kedudukan desa sebagai suatu wilayah hinterland kota, daerah pedesaan
berfungsi :
Wilayah sumber bahan pangan bagi masyarakat kota, sebab sebagian besar lahan di
pedesaan dimanfaat sebagai daerah pertanian, baik pertanian sawah, pertanian lahan
kering seprti sayur mayor dan plawija maupun pertanian hortikultura seperti buah-
buahan dan bunga-bungaan. Produksi pertanian tersebut, selain dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hiupnya sehari-harijuga bisa dipasarkan ke kota.
Sumber daya manusia pedesaan usai produktif merupakan tenaga kerja. Beraneka
ragam lapangan pekerjaan di wilayah kota banyak menyerap atau membutuhkan tenaga
kerja. Selain itu proses pembangunan fisik di kota seperti pembangunan gedung-
gedung, pembuatan jalan raya atau pembangunan lainnya banyak menyerap tenaga
kerja khususnya tenaga kerja kasar seperti tukan gaji, tukang bangunan, pekerja pabrik
dan lain-lain. Kebutuhan tenaga kerja tersebutseringkali dipenuhi penduduk yang
berasal dari wilayah pedesaan.
Desa yang memiliki potensi keindahan alam dan kondisinya masih asri jauh dari
keramain kota dan polusi, kebudayaan masyarakat yang unik merupakan gaya tarik
sektor pariwisatayang dapat mengundang para turis dari kota untuk datang berkunjung.
Desa juga merupakan pusat-pusat industri kecil dan industri kerajinan rakyat, seperti
industri pengelolahan minuman dan makanan khas daerah, pengolahan hasil-hasil
pertanian rakyat. Produksi dari sector industri ini seringkali di pasarkan di wilayah kota.
Berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi-potensi
yang dimilkinya, desa yang diklasifikasikan menjadi:
Desa Swadaya atau desa Terbelakang. Desa swadaya dapat diartikan sebagai suatu
wilayah pedesaan dimana hampir seluruh masyarakatnya memenuhi kebutuhannya
dengan cara mengadakan sendiri. Masyarakat yang tinggal di wilayah ini sangat jarang
atau bahkan tidak pernah berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses
kemajuanyang diperolah sebagai hasil interaksi dengan wilayah lainnya berjalan sangat
lamban. Jenis desa ini biasany terletak di lokasi-lokasi yang terpencil dan belum memiliki
prasarana dan sarana transportasi yang dapat menghubungkan dengan wilayah lainnya.
Desa Swakarya. Masyarakat desa swakarya sudah lebih maju dibandingkan dengan desa
swadaya. Selain untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang
dihasilkan penduduk sudah mulai dijual ke daerah lainnya. Uang yang didapat dari hasil
penjualan itu digunakan untuk membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi oleh
penduduk setempat. Jadi pada desa swakarya, masyarakatnya sudah mulai mengadakan
kontak atau hubungan dengan warga daerah lain, walaupun intensitasnya tidak terlalu
sering.
Desa Swasembada atau Desa Maju. Desa swasembada yaitu desa yang sudah mampu
mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal. Desa jenis ini ditandai dengan
kemampuan masyarakatnya mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat
luar, melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan), serta
kemampuan masyarakatnya untuk saling mempengaruhi dengan penduduk yang ada
wilayah lain. Dari hasil interaksi ini, masyarakat yang tinggal di desa swasembada
mampu menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki,
sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.
5. Modernisasi Desa dan Permasalahannya
Usaha pemerintah kearah mengembangkan atau membangun desa
ialah a. Menempatkan warga desa dalam kedudukan yang sebenarnya sebagai warga
desa dalam wadah Indonesia, artinya tidak ada perbedaan status antara penduduk desa
dengan penduduk kota seprti pada zaman kolonial, b. Mengusahakan agar corak
kehidupan dan penghidupan warga desa dapat ditingkatkan atas dasar alam pikiran yang
logis, fragmatis, dan rasional, c. Mengusahakan agar warga desa dapat lebih bersifat
kreatif, dinamis, dan fleksibel dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang
dijumpai, sehingga dapat lebih meningkatkan semangat pembangunannya.
Sebagai tujuan dari modernisasi desa dapat dikemukakan beberapa hal antara lain:
Modernisasi dapat memberi gairah dan semgat hidup baru serta menghilangkan
monotoni dari kehidupan di desa, sehingga warga desa tidak akan merasa jenuh dengan
lingkungan hidupnya.
Modernisasi desa dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi warga desa,
sehingga dapat menahan arus urbanisasi. moderenisasi yang berarti suatu usaha
meningkatkan bidang pendidikan secara merata sehingga akan dapat mengurangi arus
pelajar ke kota dan tenaga terdidik akan tetap tinggal di desa membimbing warga desa
lain yang belum maju.
Moderenisasi di bidang pengangkutan akan secara berangsur mengalihkan sifat isolasi
desa.
Moderenisasi merupakan tumpuan bagi pengembangan teknologi pedesaan dan dalam
proses pengembangannya warga desa dapat diikutsertakan.
Dalam widyakarya nasional teknologi pedesaan, yang di adakan di Jakarta dalam bulan
maret 1997 dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
Pemilihan teknologi untuk pertumbuhan dan perkembangan desa perlu diselaraskan
dengan tujuan pembangunan desa sesuai dengan klasifikasi tingkat perkembangan desa,
yaitu desa swadaya, desa swakarya, desa swasembada.
Bentuk dan jenis teknologi untuk daerah pedesaan peru di pilih yang seteoat-tepatnya
sesuai dengan kebutuhan di dalam pembangunan dalam jangka panjang, yaitu untuk
mengingkankan kesejahteraan yang merata dan memperluas lapangan kerja serta
sesuai dengan program pembangunan desa.
Pemilihan teknologi pedesaan hendaknya memperhatikan akibat-akibat negative yang
timbul terhadap keseimbangan-keseimbangan ekologi, factor ekonomi dan social
budaya.
Secara umum permasalahan-permasalahan yang erat kaitannya dengan pembangunan
desa dapat di dinjau dari beberapa segi, antara lain:
Dari segi masyarakatnya, seprti kekurangan pangan dan gizi, terutama pada anak-anak
balita, penduduk jarang dan terpencar-pencar, tingkat kesehatan yang rendah, para
pemuda putus sekolah dan sebagainya.
Dari segi pemerintahan desanya, seperti struktur dan adaptur pemerintahan desa yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya ditambah belum mantabnya koordinasi
pelayanan pemerintah yang dilaksanakan oleh berbagai unsur aparatur vertikal dan
daerah sebagainya.
Dari segi geografisnya, seperti belum seimbangnya keadaan desa-desa di jawa dan di
bali dengan desa-desa di luar jawa dan bali. Desa-desa di daerah pantai dengan
lingkungan hidup yang tidak sehat sedangkan teknologi yang dimiliki justru dapat
membahayakan lingkungan hidup seselilingnya. Dalam hal ini termasuk pula desa-desa
kota (kelurahan) yang perkembangannya tidak terkendali lagi sebagai akibat urbanisasi,
sedangkan di pihak lain telah mengakibatkan permasalahan sampingan seperti masalah
sanitasi, perumahan di bawah standart dan sebagainya.
Dari segi kelembagaannya, seperti adanya perbedaan antara lembaga pemerintahan
desa sebagai daerah, terutama mengenai pemilihan atau pengangkatan struktur dan
system penggajiannya.
Pada orde pembangunan, dewasa ini, peledakan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin nyata menampakkan pengaruhnya pada setiap dan semua segi kehidupan
individu, masyarakat dan negara. Boleh dikatakan bahwa tidak ada orang yang dapat
mengelakkan dirinya dari perkembangan ilmi pengetahuan dan teknologi tersebut,
memang benar bahwa kebanyakan orang terutama masyarakat yang ada di daerah-
daerah pedesaan adalah orang-orang awam yang tidak mengerti bagaimana sampai
penemuan-penemuan dan penerobosan-penerobosan modern dewasa ini dapat
dilakukan oleh manusia. Merekan juga tidak mengerti implikasi daripada perkembangan
teknologi itu terhadap tata kehidupan mereka. Akan tetapi, dapat dipastikan bahwa
mereka dapat merasakan pengaruh teknologi, lansung atau tidak langsun, karena cara
hidup mereka, cara kerja mereka dan bahkan nilai-nilai hidup yang mereka anut begitu
cepat berubah dan jelas terlihat dipengaruhi oleh kemajuan yang sering tidak merekan
pahami itu. Pembangunan dalam hal ini pembangunan desa, pada hakikatnya adalah
suatu proses modernisasi yang mengantar masyarakat, bangsa, negara Indonesia ke
arah kehidupan dan penghidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Tiga unsur utama perlu diperhatikan bagi keberhasilan pembangunan desa, yaitu:
Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
Timbulnya gagasan-gagasan baru di masyarakat mengenai kehidupan mereka di masa
mendatang
Diterapkannya teknologi yang tepat guna dan padat karya
Apabila kita berbicara tentang moderniasi, maka kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi bagian yang integral daripada modernisasi tersebut. Alasannya
ialah bahwa proses modernisasi hanya dapat terjasi jika ditarik manfaat dari kemajuan
yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Pembangunan Masyarakat Desa
Pembangunan desa dapat diartikan sebagai pembinaan serta pengembangan swadaya
masyarakat desa melalui pemanfaatan potesi sember daya alam dan atau SDM
seoptimal mungkin, sehingga tercapai kesejahteraaan dan kemakmuran seluruh
masyarakat desa. Untuk dapat melaksanakn pembangunan desa, diperlukan:
Sumberdaya aparatur pemerintah desa yg berkualitas dan berdisilin dalam
melaksanakan program pembangunan desa dan program-program pemerintah ygang
telah dicanangkan oleh pemerintah pada tingkat yang lebih tinggi.
Para aparat harus mampu bersama-sama masyarakat desa setempatmelaksanakn
program pembangunan.
Penyaluran swadaya spontan yang masih belum berjalan dalam proses perwujudan
Penggalian dan penyaluran potensi sumberdaya yang karena beberaoa hal atau faktor
masih tetap penyaluranbeku (belum bermanfaat.
Penetuan arah baru dalam hal proses pembangunan yang sedang dan akan berjalan
Selain itu pembangunan masyarakat pedesaan juga dapat dipandang dari segi
perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini pembangunan masyarakat desa
diartikan sebagai suatu proses dimana masyarakat diharapkan mampumenyesuaikan
dirinya terhadap perubahan dan inovasi baru. Agar proses pembaharuan ini berjalan
denganlancar, dibutuhkan badan-badan atau lembaga pembanguan masyarakat desa
seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Lembaga Musyawarah Desa
(LMD) PKK dan sebagainya.
Badan-badan pembangunan masyarakat desa (LMD) tersebut diharapkan mampu:
Mewujudkan persahabatan dan kepercayaan dengan orang-ornag yang akan
dipengaruhinya. Seorang petugas PMD akan sangat mudah memperoleh simpati dan
kepercayaan masyarakt apabila dapat menemukan keinginan masyarakt. Selain itu,
petugas badan PMD harus dapat memperhitungkan perasaan-perasaan orang, adat
istiadat, dan norma yang berlaku di masyarakat dalam melaksanakan programnya.
Sebab bagaimanapun baiknya program yang diperkenalkan pada masyarakat pedesaan,
tetapi apabila cara penyampaiannya menyinggung masyarakat , maka jangan harap
program tersebut dapat diterima.
Program yang diperkenalkan oleh petugas PMD hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan, tingkat sosial dan budaya masyarakat pedesaan, agar mendapat sambutan
dari masyarakat atau semua penduduk.
Petugas-petugas badan PMD harus dapat mempelajari kesulitan-kesulitan yang di hadapi
masyarakat desa, untuk selanjutnya bersama-sama aparat desa dan seluruh masyarakat
memusyawarahkan jalan keluarnya.
Apabila badan PMD akan mengadakan proses-proses perubahan dan dan melaksanakan
suatu proses inovasi atau penemuan baru, harus diperhatikan benar jangan sampai
proses perubahan tersebut dapat membahayakan kepentingan atau menimbulkan
keresahan bagi masyarakat desa.
Petugas bandan PMD harus menyukai pekerjan kelompok dan musyawarah, sebab
bagaimanapun jug akebanyakn orang sangat terpengatuh oleh pendapat atau opini
kelompok, terutama masyarakat desa yang sudah sejak dahulu selalu melaksanakan
musyawarah dalam memecahkan permasalahan yang di hadapi.
7. Bentuk dan Pola Tata Guna Lahan Desa
Bentuk persebaran desa yang terdapat di permukaan bumi berbeda satu sama lain. Hal
ini sangat bergantung pada keadaan alamiah setempat. Sebagai contoh, bentuk desa
yang terletak di wilayah pedataran sudah barang tentu berbeda dengan desa-desa yang
terletak di daerah yang berbukit-bukit atau daerah pegunungan. Dilihat dari
bentuknya, pola persebaran desa dapat di bedakan atas:
Bentuk desa yang linier atau memanjang mengikuti jalur jalan raya atau alur
sungai. Pola persebaran desa semacam ini dapat kita temui di daerah yang merupakan
areal pedataran, terutama di dataran rendah. Maksud dari pola desa yang memanjang
atau linier tersebut adalah untuk mendekati prasarana transportasi (jalan atau
sungai), sehingga memudahkan untuk berpergian ketempat lain apabila ada keperluan.
Selain itu juga untuk memudahkan pergerakan barang dan jasa.
Bentuk desa yang memanjang mengikuti garis pantai Di daerah-daerah pantai, pola
persebaran desa biasanya memanjang mengikuti arah garis pantai.
Bentuk desa yang terpusat. Bentuk desa yang memusat terdapat di wilayah pegunungan
yang dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan yang sama, sehingga
umumnya semua warga masyarakat di daerah itu adalah keluarga atau kerabat. Dusun-
dusun yang terdapat di desa yang bentuknya terpusat biasanya sedikit saja, yaitu tidak
lebih dari 40 rumah.
Bentuk desa yang mengelilingi fasilitas tertentu. Bentuk desa semacam ini terdapat di
dataran rendah dan memiliki fasilitas-fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan oleh
penduduk setempat, misalnya mata air, danau, waduk, atau fasilitas lainnya.
Selain dimanfaatkan sebagai pemukiman penduduk, lahan di wilayah pedesaan juga
dimanfaatkan untuk aktivitas sosial ekonomi, seperti persawahan, kebun, areal
pengembangan ternak,empang, suara atau mesjid,lapangan olahraga,dan sebagainya.
Selain itu wilayah-wilayah tertentu juga sering digunakan sebagai rumah-rumah industri
kecil.

8. Penghuni Desa
Penghuni desa atau warga desa, terdiri atas:
Materi yang terikat pada tanah pertanian yang disebut Primary Producers
Mereka yang tinggal dalam desa pertanian, tetapi tidak mengolah tanah, melainkan
mengerjakan sesuatu yang penting bagi pengolahan tanah, seperti membuat
cangkul, pembuat bajak, dan lain-lain.
Mereka yang tinggal diperbatasan desa dan kota yang disebut sebagai penduduk rurban
(rural dan urban).
Pada masa ini dimana ada kemajuan dalam lalulintas dan komunikasi
penggolongan tersebut juga mengalami perubahan. Banyak pekerja)/pegawai dan
pelajar yang tinggal di kota yang tinggal di desa karena kekurangan kuranganya
perumahan dikota.

9. Keluarga Desa atau Masyarakat Desa
Keluarga adalah group sosial yang sangat penting dalam masyarakat desa dan
merupakan satu living working dan living unit. Golongan-golongan atau group-group
yang ada didesa :
Keluarga atau family
Tetangga atau Neighbourhood
Di luar kedua golongan ini adalah penduduk asing atau foreigners. Hubungan desa
dengan kota mengalami kemajuan hingga dapat terbentuk group lain, yaitu lewat
interest group, yang mempunyai perhatian yang khusus, misalnya persatruan-persatuan
sepak bola yang terdiri dari warga kota dan warga desa. Ikatan yang erat didesa
disebabkan adanya :
Kebiasaan yang sama (common beliefs)
Kepercayaan yang sama (common habits)
Tradisi yang sama (common traditions)
Tradisi-tradisi yang terdapat didalam desa tidak semuanya harus dipertahanka, sebab
ada tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan rising demands pada waktu ini, sehingga
kadang-kadang menjadi penghalang bagi usaha membangun desa. Tradisitradisi yang
menghalangi atau menghambat kemajuan desa disebut social connatus.

10. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Sosialisasi Desa
Kehidupan penduduk desa sangat erat. Mereka merupakan suatu face to face group atau
saling mengenal dengan baik. Perasaan sosialnya, hubungan sosialnya sangat
akrab. Dari segi geografi dapat diajukan beberapa sebab, antara lain:
Pengaruh hubungan fisis
Pengaruh lingkungan sosial
Pengaruh lingkungan kultur (bentang alam budidaya)
Pengaruh lingkungan fisis.Pengaruh kebudayaan disebabkan juga karena pengaruh-
pengaruh geografis. Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam kehidupan desa
disebabkankarena adanya bermacam-macam lokasi. Faktor lokasi ini menentukan corak
iklim: seperti daerah iklim basah, daerah iklim panas, iklim arctik dan sebagainya. Tiap-
tiap penduduk dalam daerah iklim tertentu mempunyai habit dan aktivitas ekonomi yang
dapat dikatakan sama. Lokasi morfologis sangat mempengaruhi human behavior. Human
Behavior di daerah daratan, di daerah pegunungan ditentukan oleh topografi dan
morfologi daerah itu. Bencana alam yang menimpa warga desa dihadapi dan dialami
bersama, sehingga menimbulkan pengalaman yang sama.
Irama musim yang menyimpang betul-betul mendatangkan banyak kesulitan ekonomi
dan ini dialami oleh seluruh warga desa dan harus diatasi bersama.Jadi kebahagiaan dan
kesedihan yang ditimbulkan oleh alam dirasakan bersama. Faktor-faktor ini yang
menimbulkan eratnya kehidupan bersama.

Jumlah penduduk desa yang tidak besar, transportasi yang sederhana dan jarak rumah
yang agak berjauhan menimbulkan seolah-olah adanya suatu isolasi, sehingga frekuensi
kontak sosial tidak besar. Oleh karenanya kemajuan-kemajuan tidak pesat dan ini
menyebabkan stratifikasi sosial tidak begitu rumit dan tidak menunjukkan perbedaan
sosial yang menyolok.

Pengaruh lingkungan sosial.Pengaruh terhadap kehidupan sosial di desa sesudah
lingkungan fisis ialah lingkungan sosial yang timbul dari pengaruh group dan individu.
Pengaruh dariprimary group atau face to face group dapat menimbulkan keseragaman
atau integritas sifat-sifat perorangan, jika dibanding dengan pengaruh dari secondary
group.

Individu dalam group itu dapat saling menghormati, saling bersimpati, saling
bekerjasama. Homogenitas dalam struktur sosialnya tidak banyak menimbulkan
differensiasi sosial, di kota berbeda keadaanya.Perasaan senasib banyak terdapat di
desa sehingga menimbulkan solidaritas dan tersebar merata. Mobilitas sosial di desa
berlaku dalam skala yang sempit dan prosesnya lambat, sehingga perubahan-perubahan
status sosial tidak cepat dan tidak menimbulkan masalah sosial yang ekstrim. Jadi
faktor-faktor lingkungan sosial ini juga berpengaruh terhadap eratnya pergaulan dan
tebalnya rasa sosial di desa.

Pengaruh lingkungan kultur. Pengaruh ketiga dalam sosialisasi desa terikat pada cultural
environment. Pengaruhnya dapat berlainan karena tiap individu adalah pengemban
budidaya yang memiliki sifat, bakat dan kemampuan yang tidak sama.

Komposisi poenduduk desa yang dapat dikatakan homogen dapat menyebabkan
pengaruh yang hampir sama dari lingkungan kultur terhadap penduduk desa, antara
lain:
Ekspresi kultur yang sederhana, misalnya tarian rakyat, dongeng rakyat dan
sebagainya.
Social Controle, tata tertib diatur oleh hukum-hukum formal yang timbul dari
masyarakat sendiri.
Pengetahuan yang sama di bidang pertanian tentang tanah, iklim, tanaman dan cara
pengolahan dan lain-lain, tidak banyak menimbulkan adanya golongan bodoh dan
golongan pandai, sehingga tidak saling merendahkan diri. Jadi ternyata bahwa juga
unsur geografi berpengaruh juga terhadap adanya sosialisasi di desa.

También podría gustarte