Está en la página 1de 14

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologik yang dewasa ini paling
banyak mendapat perhatian para ahli dinegara-negara maju maupun dinegara berkembang,
telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap endometriosis, namun hingga kini penyebab
dan patogenesisnya belum diketahui juga secara pasti. Namun dalam satu hal para ahli
sepakat, bahwa pertumbuhan endometriosis sangat dipengaruhi oleh hormon steroid,
terutama estrogen. Sebagian ahli sepakat bahwa nyeri pelvik, nyeri haid ataupun infertilitas
erat kaitannya dengan endometriosis. Pada infertilitas primer kejadianya sebesar 25%,
sedangkan pada infertilitas sekunder kejadianya sebanyak 15%. Pada wanita yang infertilitas
yang disertai dengan nyeri pelvik, nyeri haid, dijumpai endometriosis sebanyak 80%.
Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum
diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita
yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada
kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan
endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder
ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus
meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia
reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca
menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia
menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian
yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada
wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur
muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklus yang
terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya
endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992,
adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang
terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%.
Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi
pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di
Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William
dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan
sebesar 11,87%.



2

Berdasarkan fenomena yang telah diketahui bahwa semakin meningkatnya kejadian
endometriosis. Oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan terkhususnya perawat untuk,
lebih mengenal, memahami dan mempelajari tentang penyakit ini. Sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan optimal untuk meningkatkan
kesejahteraan klien


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2. Apa penyebab dari Endometriosis ?
3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
4. Bagaimana patofisiologi Endometriosis?
5. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Endometriosis?


C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan endometriosis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian endometriosis
b. Untuk mengetahui penyebab endometriosis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis endometriosis
d. Untuk mengetahui patofisiologi endometriosis
e. Untuk mengetahui pathway endometriosis
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang endometriosis
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan endometriosis
h. Untuk mengetahui komplikasi endometriosis

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di
dalam miometrium ataupun luar uterus. (Wiknjosastro, 2008).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Endometriosis adalah jaringan mirip selaput bagian dalam dinding rahim
(endometrium) yang tumbuh di luar rahim, di tempat tertentu. (Robbins, 1995).
Endometriosis merupakan jaringan endometrium yang terdapat diluar cavum uteri,
bersifat jinak, dan infiltratif terhadap jaringan sekitarnya, dan dipengaruhi oleh hormon
ovarium. Pada endometriosis jaringan endometrium dapat ditemukan di luar cavum uteri dan
diluar miometrium, menurut urutan yang paling tersering endometriosis dapat ditemukan
pada tempat-tempat sebagai berikut : ovarium, peritonium dan ligamentum sakrouterium,
cavum douglasi; dinding belakang uterus, tuba falopii, plika vesiko uterina, lidamentum
rotundum, dan sigmoid, septo retro vaginal, kanalis inguinalis, appendiks, umbilikus, Serviks
uteri, vagina, kandung kencing, vulva dan perineum. (Moelok, 1992)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Endometriosis
adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus. Atau
terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain dinding kavum
uteri.


B. KLASIFIKASI
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis
dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan
densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang
kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah
minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan
lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).









4

Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS
























Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut :
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut true
endometriosis

Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang
uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio
peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kemih.







Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm
Peritoneum Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Ovarium Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum
douglas
Sebagian Komplit
4 40
Ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
5

C. ETIOLOGI

Penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui, Ada beberapa faktor resiko
penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.

Etiologi endometriosis belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori yang telah
dikemukakan:
1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai
ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).



D. PATOFISIOLOGI

Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding
rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus,
daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu
infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja
pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita
perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim
menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri
menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim
oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang
tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir
siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30
hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah
menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding
rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
6

Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun,
ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel
yang salah letak, dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Berbagai penelitian
masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik sehingga dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus endometriosis, walaupun
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi imigran gelap di rongga perut
seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan
endometrium yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut
endometrial implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di
tanah air. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar
menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga,
mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di
daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh
endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial implant yang ada
pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat
menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi,
2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk
satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai
persediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini
akan runtuh dan dibuang sebagai haid.
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam
rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia
tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama,
selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan
menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan
membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri
Ismail, 2005).


E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
- Dismenore sekunder
- Dismenore primer yang buruk
- Dispareunia
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
- Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter


7

2. Perdarahan abnormal
- Hipermenorea
- Menoragia
- Spotting sebelum menstruasi
- Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan buang air keci
- Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
- Darah pada feces
- Diare, konstipasi dan kolik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain:
1. Uji serum
- CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
- Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam,
namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
- Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas
11%
- MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
- Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.


G. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolom atau
ureter.
2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
4. Infertilitas, ditemukan pada 30% 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)





8

H. PENCEGAHAN

Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk
endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah
sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh
sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan
hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu
dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.

I. PENATALAKSANAAN
1. Kolaborasi
a. Observasi dan Pemberian Analgetika

Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala
dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu
bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang
sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak
mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai
anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang
diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.

b. Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis

Obat Efek samping
Pil KB
kombinasi
estrogen-
progestin
Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
menstruasi, trombosis vena dalam
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi,
vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati,
kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
9

c. Pembedahan
Ada 2 macam yaitu :
a. Konservatif
- Laparatomi
- laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c. Ongkos perawatan lebih murah.

Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya
hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak keluhan.
Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan
pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita
kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.

d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

2. Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan
kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri
yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).



10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Dysmenore primer ataupun sekunder
b. Nyeri saat latihan fisik
c. Dispareunia
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h. Hipermenorea
i. Menoragia
j. Feces berdarah
k. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
l. konstipasi, diare, kolik

3. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.

4. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kesehatan







11

C. RENCANA TINDAKAN

1. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.

Tujuan: Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Kriteria Hasil: Klien dapat mengikuti program farmakologis yang diresepkan, dan
menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol
nyeri.

Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R: dengan mengetahui skala nyeri klien kita dapat membantu klien dalam menentukan
kebutuhan managemen nyeri.

b. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan klien.
R: matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.

c. Anjurkan klien untuk sering mengubah posisi dan bantu pasien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
R: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.

d. Berikan masase yang lembut.
R: Meningkatkan relaksasi atau mengurangi tegangan otot.

e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R : Untuk mengurangi rasa nyeri












12

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pada klien diharapkan
keseimbangan volume cairan dengan kriria hasil :
Turgor kulit elastis
Wajah tidak pucat
Badan klien tidak lemas
Hasil laboratorium dalam batas normal

Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R : Dapat mengetahui perkembangan klien dan memberi dasar untuk menentukan intervensi
yang selanjutnya.

b. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan.
R : Merupakan indikator secara dini tentang hypovelemia
c. Pantau Perdarahan
R : Untuk mengetahui besarnya jumlah perdarahan
d. Pantau hasil laboratorium
R : Mengetahui perkembangan penyakit yang akan muncul

e. Kolaborasi dalam pemberian infuse
R : Untuk mencegah dehidrasi/kehilangan cairan berlebihan.

3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak cemas lagi dengan kriteria hasil :
- Kecemasan pasien berkurang.
- Pasien tampak tenang dan rileks.
- Klien tidak gelisah.
Intervensi :
a. Kaji TTV
R : Dapat mengetahui perkembangan klien dan memberi dasar untuk menentukan intervensi
yang selanjutnya.

b. Kaji tingkat kecemasan klien
R : Untuk mengetahui Perubahan tingkat kecemasan membantu perawat dalam menentukan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.



13

c. Berikan informasi tentang penyakitnya, rencana tindakan yang akan dilakukan.
R : Informasi tentang penyakit, rencana tindakan yang akan dilakukan meningkatkan
konsistensi dan keyakinan dapat memberikan rasa aman dan mengurangi kecemasan dari hal-
hal yang tidak diketahui.

d. Ikut sertakan keluarga dan orang-orang yang berarti bagi pasien dalam setiap pemberian
informasi dan dukungan moril bagi pasien.
R : Dukungan yang kuat dari orang-orang yang berarti penting dalam membantu mengatasi
rasa cemas pasien.

e. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman
R : Keadaan dilingkungan dapat membantu pasien dalam mengurangi tingkat kecemasan.

f. Bantu pasien mengidentifikasi rasa cemas termanifestasi melalui perilaku dan cara-cara
mengantisipasi kecemasan dengan mekanisme koping.
R : Membantu pasien dalam memperoleh kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat
kecemasan dan perilaku serta keikutsertaan dalam menagani perawatan dirinya.

14

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori sistem kekebalan
3. Teori genetik
Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang
air kecil
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi

B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.

También podría gustarte