Está en la página 1de 5

Desak Made Trisna Ulandari

125070301111002 / A2

INVENTORY CONTROL TOOLS

1. The ABC method
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh HF. Dickie pada tahun 1950-an. Dalam
metode ini, beberapa item dimasukkan ke dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi ini
didasarkan pada nilai investasi yang terpakai dalam satu periode (harga per unit item x
volume penggunaan dari item tersebut selama periode tertentu). Periode waktu yang umum
digunakan adalah satu tahun. Biasanya, item diberdakan dalam tiga kelas, yaitu A, B,dan C.
Sehingga analisis ini dikenal sebagai klasifikasi ABC. Dengan adanya klasifikasi item ini,
maka pengendalian akan dilakukan lebih intensif terhadap item tertentu yang paling penting
dari seluruh item, dibandingkan dengan item-item lainnya.
Berikut adalah tabel Pengendalian Barang Berdasarkan Analisis ABC

Analisis ABC ini juga dapat diterapkan menggunakan kriteria lain selain berdasarkan
biasa. Yaitu tergantung pada faktor penting apa yang menentukan item tersebut. Klasifiasi
ABC ini biasa digunakan dalam pengendalian inventory material pada pabrik, inventori
produk akhir pada gudang barang jadi, inventori obat-obatan pada apotekm inventori suku
cadang pada bengkel atau toko, inventori produk pada supermarket / toserba, dll.
Ada beberapa faktor yang menetukan kepentingan suatu materian, yaitu:
a) Nilai total uang dari item
b) Biaya per unit dari item
c) Kelangkaan/kesulitan memperoleh item
d) Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk
membuat item tersebut
e) Panjang dan variasi waktu tunggu (lead time) dari item, sejak pemesanan item itu
pertama kali sampai kedatangannya
f) Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan item
g) Resiko pencurian item tersebut
h) Biasay ehabisan stok/persediaan (stockout cost) dari item tersebut
i) Kepekaan material terhadap perubahan desain.
Item persediaan yang termasik Klasifikasi A adalah item yang memilik jumlah fisik yang
relatif sedikt (sekitar 20%), akan tetapi memiliki nilai rupiah tahunan yang tinggi (mencapai
70%) dari seluruh investasi persediaan. Kelompok inilah yang menjadi kelompok terpenting
karena bisa berdampak pada biaya tinggi dalam persediaan.
Klasifikasi B adalah kelompok persediaan yang memiliki volume fisik sekitar 30% item
dan nilai investasi tahunannya sekitar 20%. Terhadap kelompok ini, pengendalian dilakukan
secara moderat.
Klasifikasi C adalah barang-barang yang secara fisik mencapai sekitar 50% item dan
sekitar 10% nilai inverstasi tahunan. Kelompok ini hanya memerlukan teknik pengendalian
yang sederhana dan pemeriksaan yang dilakukan sekali-kali.
Contohnya:
Item Volume (unit) Harga/unit
Volume
(nilai uang)
Persentase
(nilai uang)
Kelas
G-103 1000 $ 90,00 $ 90.000 38,8 % A
G-204 500 $ 154,00 $ 77.000 33,2 % A
G-109 1550 $ 17,00 $ 26.350 11,3 % B
G-524 350 $ 42,86 $ 15.001 6,4 % B
G-702 100 $ 12,50 $ 12.500 5,4 % B
G-693 600 $ 14,17 $ 8.502 3,7 % C
G-906 2000 $ 0,60 $ 1.200 0,5 % C
G-507 100 $ 8,50 $ 850 0,4 % C
G-592 1200 $ 0,42 $ 504 0,2 % C
G-345 250 $ 0,60 $ 150 0,1 % C

Penggunaan Analisi ABC adalah untuk menetapkan hal-hal berikut:
a) Frekuensi penghitungan inventori (cycle counting)
b) Prioritas rekayaran (engineering)
c) Prioritas pembelian
d) Keamanan
e) Sistem pengisian kembali (replenishment system)
f) Keputusan investasi
2. Fixed Item Inventory
Sistem persediaan dengan ukuran pemesanan tetap (fixed order size system) adalah
jumlah pemesanan yang dilakukan ketika jumlah persediaan menipis dan menunjukkan
saatnya untuk melakukan pemesanan kembali (reorder point), selain itu, adanya keharusan
bagi perusahaan untuk menentukan persediaan pengaman (safety stock). Dimana hal ini
berdampak pada adanya jangka waktu antara dua pemesanan yang tidak sama.
Sistem ini digunakan bila memiliki cora-ciri sebagai berikut:
a) Pesanan atau pembelian persedian selalu dilakukan apabila jumlah persediaan
telah mencapai tingkat pemesanan kembali
b) Besarnya pemesanan sesuai dengan jumlah yang ekonomis
c) Jarak antara dua pemesanan tidak sama (T
1
T
2
T
3
) dimana T : waktu
d) Terdapat persediaan pengaman (safety stock)
Sistem persediaan dengan jangka waktu tetap (fixed order interval system) bertumpu
pada pemeriksaan persediaan pada interval waktu yang teratur, dan mengakibatkan kuantitas
pesanan selalu berubah.
Sistem ini digunakan bila ada ciri-ciri :
a) Jumlah yang di pesan atau dibeli setiap kali tidak sama
b) Selang waktu antara dua pemesanan adalah tetap (T
1
= T
2
= T
3
)
c) Tidak ada titip pemesanan kembali, sehinga titik pemesanan kembali sama
dengan selang waktu pemesanan
d) Terdapat perseiaan yang akan digunakan untuk menghadapi adanya perubahan
permintaan selama waktu pemesanan
3. Par Stock System
Par stock adalah standart jumlah stock yang telah ditentukan jumlah maksimum dan
minimmnya (Knight, 2000, p.110). Par jga didefinisikan sebagai jumlah barang yang harus
ada (required on-hand).
Contohnya : Barang A telah ditentukan par stock sejumlah 20. Maka, barang A yang
harus dimiliki adalah 20 buah. Jika barang A yang tersedia tinggal 5 buah, maka diperlukan
penambahan stock sebanyak 15 buah lagi, sehingga jumlahnya akan sesuai dengam par
stocknya.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah untuk meminimalisisr kekurangan atau
kelebihan stock item yang akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya biaya inverstasi.
4. Mini Max System
Prinsip kerja Min-Mac System ini adalah apabila persediaan suatu item telah melewati
batas-batas minimum dan mendekati batas safety stock, maka reorder harus dilakukan. Batas
minimum stock merupakan batas reorder level. Sedangkan batas maksimumnya adalah batas
ketersediaan perusaahn atau manajemen untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk
persediaan bahan baku.
Dalam inventory control, dasar reorder dengan parameter :
a) Average monthly consumption (CA)
b) Suplier lead time (LT)
c) Procurement period, time until the next order will be place (PP)
d) Stock on hand in Inventory (S1)
e) Stock now on order from supplier but not yet receibed (S0)
f) Quantity of stock back ordered to lower levels (SB)
Beberapa persamaan yang digunakan:
Safety Stock (SS)
SS = (LT x CA)
Smin (Stock minimum)
Smin = (LT x CA) + SS
= 2 SS
Smax (Stock maksimum)
Smax = Smin + (PP x CA)
Order Quantity (Qo)
Qo = (Smax + SB) (S1 + S0)
5. Economic Order Quantity
Economic Ordr Quantity (EOQ) merupakan suatu metode manajemen persediaan paling
terkenal dan paling tua. Diperkenalkan oleh FW. Harris sejak tahun 1914. Metode ini
digunakan untuk menghitung minimasi total biaya persediaan berdasarkan persaman tingkat
atau titil equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan. Model ini memiliki asumsi-
asumsi:
=


a) Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan
b) Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu)
c) Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedian (instaneously)
d) Tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah
e) Ancang-ancang (lead time) bersifat konstan
f) Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan
g) Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (shortage)
h) Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak (quntity discount).
Besarnya biaya persediaan total dihitung dengan persamaan sebagai berikut:



Sedangkan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis digunakan
formulasi sebagai berikut :



Keterangan:
D = kebutuhan per tahun
S = biaya pemesanan untuk setiap pesanan (ordering cost)
H = biaya penyimpanan per tahun per unit (holding cost)
Q = jumlah pesanan setiap pemesanan
TC = total biaya
Frekuensi pemesanan adalah jumlah permintaan per tahun dibagi dengan jumlah
pemesanan yang paling ekonomus, secara matematis ditulis :



Jangka waktu antar setiap pesanan adlaah jumlah hari kerja dalam satu tahun dibagi
dengan frekuensi pemesanan, persamaannya:

=


= =

También podría gustarte