Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbilalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya serta kerja keras, sehingga saya dapat menyusun makalah ini mengenai beberapa metode yang kami lakukan untuk mendapatkan informasi yang kami butuhkan, sebagai hasilnya dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah semester I, yang berjudul Manusia dan Penderitaan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusun, semoga Allah SWT senantiasa membalas dengan pahala dan mohon maaf atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan selama menyusun laporan ini baik disengaja atau tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini belum sempurna, untuk itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya serta penulis membutuhkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun adalah harapan pribadi penyusun guna kesempurnaan laporan ini. Harapan terakhir, semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Yaa Robbalaalamin. Wassalamualaikum Wr. Wb.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2 DAFTAR ISI.....................................................................................................................3 MANUSIA DAN PENDERITAAN.................................................................................4 A. Pengertian Penderitaan..........................................................................................4 B. Siksaan...................................................................................................................5 C. Kekalutan Mental..................................................................................................5 D. Penderitaan Dan Perjuangan..................................................................................7 E. Penderitaan, Media Masa Dan Seniman................................................................7 F. Penderitaan Dan Sebab-Sebabnya.........................................................................8 G. Pengaruh Penderitaan............................................................................................8 PENGALAMAN..............................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
4
MANUSIA DAN PENDERITAAN
A. PENGERTIAN PENDERITAAN Penderitaan dari kata dasar derita yang berasal dari bahasa sansekerrta. Dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau bisa juga lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan bagi seseorang belum tentiu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal mencapai kebahagiaan. Penderitaan merupakan sebuah resiko hidup. Selain memberikan kebahagiaan, Tuhan juga memberikan penderitaan agar manusia sadar untuk tidak berpaling dari- Nya. Pada umumnya manusia sudah diberikan wangsit atau tanda sebelumnya, hanya saja manusia sadar atau tidak sudah diberikan tanda dari-Nya. Tanda atau wangsit tersebut bisa berupa mimpi, atau dari media lainnya. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaanya yang lain. Dalam hal ini tebal imanlah yang sangat berpangaruh atas penderitaan yang ia alami sebagai resiko kehidupan. Banyak macam kasus penderitaan dikehidupan ini. Penderitaan fisik yang dialami manusia dapat diatasi dengan medis untuk meyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya tertata pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Ini semua merupakan resiko, sehingga enak tidak enak, bahagia atau sengsara, semua merupakan dua sisi yang harus diatasi.
5
B. SIKSAAN Siksaan dapat diartikan siksaan pada badan atau jasmani dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbulah penderitaan. Didalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman yang dialami manusia diakhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang yang musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, dan sebagainya. Dengan siksaan itu Allah tidak menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya. Sedangkan siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian, dan ketakutan. Kebimbangan dialami oleh seseorang bila pada suatu saat tidak dapat menetukan pilihan yang mana yang akan ia ambil. Akibat dari kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Kesepian merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat dialami oleh seseorang. Seseorang perlu melakukan kesibukan sehingga tidak merasakan hal semacam ini. Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut yang dibesar-besarkan bukan pada tempatnya, maka disebabkan sebagai phobia. Seperti phobia pada hewan, ketinggian, kegelapan, kesakitan dan lain sebagainya. Phobia disebabkan karna tekanan emosional pada waktu tertentu.
C. KEKALUTAN MENTAL Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang ajar. Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalamai kekalutan mental adalah : a. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung. 6
b. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, cemburu dan mudah marah. Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah : a. Nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani. b. Usaha mempertahankan diri dengan cara yang negatif yaitu mundur atau lari. c. Kekalutan merupakan titik patah dan yang bersangkutan mengalami gangguan. Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental antara lain : a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. b. Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat. Sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. c. Cara pematangan batin yag salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial. Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya kearah : a. Positif : trauma yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. b. Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi. Salah satu bentuk frustasi yaitu agresi berupa kemarahan yang melup-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan berakibat darah tinggi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang lain. Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan sebagai berikut : a. Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan hidup yang berat. 7
b. Anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya. c. Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati tetapi sulit mengeluarkannya. d. Orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan sehingga mudah pasrah, dan mengalami penderitaan. e. Orang terlalu mengejar materi, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan masalah spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu.
D. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN Setiap manusia pasti mengalami penderitaan baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya untuk meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya. E. PENDERITAAN, MEDIA MASA DAN SENIMAN Dalam dunia modern sekarang ini memungkinkan terjadinya penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya yang menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita. Penciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia, merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia. Beberapa sebab lainnya penderitaan manusia karena kecelakaan. Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, TV, radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari 8
penderitaan manusia lainnya. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Selain media massa, tidak kalah pentingnya, komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seninya, sehingga para pembaca, penonton dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seninya. Misalnya melalui film. F. PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA Secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan. Sebagai berikut : 1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia . Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam disekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. 2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan. Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit, siksaan atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Misalnya seorang anak yang buta sejak lahir, namun karna diasuh dengan sabar dan disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan mendapat gelar Doktor di Universitas tersebut. G. PENGARUH PENDERITAAN Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap yang positif maupun yang negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa dan ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rantaian penderitaan melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu hanyalah bagian dari kehidupan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus terus disingkirkan.
9
PENGALAMAN Ingatan saya kembali kepada 6 tahun yang lalu, kira-kira saya berumur 11 tahun saat itu. Saya memang terlahir dari keluarga yang hidup sederhana dan penuh perjuangan. Ayah saya seorang pedagang mie ayam keliling setiap harinya, lalu Ibu saya hanya sebagai Ibu rumah tangga yang bertugas mengurus kami dirumah, serta mengatur keuangan yang kami butuhkan. Gaya hidup kami tentunya sangat sederhana jika dibandingkan dengan orang-orang yang Ayahnya kerja dikantor. Saat itu kira-kira saya baru lulus Sekolah Dasar, dan kakak laki-laki saya juga sudah SMA dan ingin lanjut ke Universitas Negeri. Keadaan saat itu kami sedang benar-benar kesulitan. Namun kakak saya tetap bersemangat untuk tetap melanjutkan sekolahnya, sedangkan keadaan berbanding terbalik dengan keinginan yang kuat. Penghasilan Ayah saya semakin tidak menentu. Belum lagi sekolah saya juga harus berlanjut juga, dan tidak mungkin berhenti hanya di tingkat Sekolah Dasar. Kedua orang tua saya mulai berfikir keras bagaimana kami harus lanjut sekolah saat keadaan sangat tidak mendukung. Orang tua saya kemudian mulai menjual apa yang bisa dijual. Mulai dari tanah simpanan untuk masa depan nanti ketika orang tua saya tua, kemudian rumah yang sudah orang tua saya bangun dengan susah payah, belum lagi tabungan-tabungan yang akhirnya juga harus dikuras sampai habis. Mereka bilang tidak menyesal saat mereka memang harus menjual itu semua demi pendidikan anak-anaknya. Saat itu kami hanya bisa menangis lalu mulai memperjuangkan apa yang sudah dikorbankan orang tua kami. Akhirnya saya bersekolah disalah satu SMP Negeri tidak jauh dari rumah. Sedangkan kakak saya masih terus mengikuti ujian untuk bisa masuk di Universitas Negeri. Dengan segala perjuangan Ayah saya yang mencari nafkah, dan Ibu saya yang selalu setia menemani kakak saya ujian dan keperluan lainnya, akhirnya kakak saya diterima Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA). Betapa senangnya kami sekeluarga saat itu. Tentu saja kedua orang tua kami bangga karena hal itu. 10
Hingga 3 semester kuliah kakak saya masih berlanjut, saat itu kami mengalami masa-masa sulit lagi. Sampai keadaan kami memaksa untuk benar-benar hidup susah, mulai dari hanya makan nasi aking atau nasi sisa yang dikeringkan lalu dimasak lagi. Atau hanya sekedar makan nasi dengan garam saja. Namun, kedua orang tua saya tidak patah semangat. Hingga kami benar-benar berada dalam keterpurukan, antara harus lanjut sekolah atau tidak. Putus asa pun sempat Ayah saya rasakan, namun kesabaran Ibu saya yang luar biasa membuat kami bertahan. Karena hal itu kakak saya mengusahakan beasiswa untuk kuliahnya, dengan kemudahan yang Allah kasih, semua terasa ringan dan kakak saya akhirnya mendapatkan beasiswa itu. Sampai semua tiba pada tahap akhir kuliah kakak saya. Dan begitu bangganya kedua orang tua saya saat mendapatkan kabar kakak saya mahasiswa terbaik dengan mendapatkan nilai tertinggi saat sidangnya. Singkat cerita akhirnya kakak saya mulai ditawari berbagai pekerjaan dan diterima pada salah satu PT tersebut, dengan jabatan yang baik tentunya. Saya merasa saat itu keluarga saya begitu bahagia. Apa yang mereka perjuangkan kini tidak sia-sia, semua yang pernah dikorbankan, kini mulai kembali secara perlahan. Waktu berlalu begitu cepat hingga saya sekarang berada dibangku SMA. Semua kebutuhan sudah menjadi tanggung jawab kakak saya, namun Ayah saya tidak mau hanya berpangku tangan saja. Ia mencoba mengelolah lahan di daerah Sumatra dengan bercocok tanam disana, keuntungan yang ditawarkan memang sangat menjajikan. Dan akhirnya Ayah saya memilih untuk melakukan hal tersebut. Ia pergi dan tinggal disana. 8 bulan Ayah saya tidak pulang, hanya bertukar kabar dengan Ibu dan sesekali hanya mengirim pesan singkat kepada saya atau kakak saya. Kemudian pada suatu saat Ayah pulang dan banyak menceritakan bagaimana usaha yang ia jalankan disana. Ayah sangat antusias karena menurutnya usahanya kan berhasil. Hingga pada waktunya Ayah harus kembali pulang ke Sumatra. Namun saat yang bersamaan saya sudah ada jadwal untuk keluar. Jadi saya tidak mengantar Ayah saya ke terminal. Ia hanya pamit lewat pesan singkatnya yang ia kirimkan. Dua minggu kemudian, ada hal yang aneh ketika ponsel Ayah tidak dapat kami hubungi. Kami cemas, dan kabar mendadak bahwa Ayah saya meninggal dunia. Hal 11
tersebut jelas menjadi tekanan buat kami yang ditinggalkan. Lagi-lagi cobaan menggoyahkan keimanan kami, yang tidak terima akan hal tersebut. Seminggu lagi saya berulang tahun yang ke-16 dan saya beniat untuk merayakannya. Tapi keadaan berkata lain. Perasaan menyesal menyeruak kedalam dada saya, mengapa saat terakhir bersama ayah saya, saya malah lebih memilih untuk pergi keluar, bukannya mengantar ayah saya pergi ke terminal. Sungguh saat itu saya membenci diri saya sendiri. Sampai saat ayah saya dibawa ke jawa, dimandikan hingga dimakamkan saya sama sekali tidak melihat wajahnya. Bahkan untuk yang terakhir kalinya sebelum ia dimakamkan. Saya terlalu merasa frustasi saat itu, benar-benar merasa bersalah yang luar biasa. Saya mengingat bagaimana saya selalu menyepelekan kebersamaan dengan ayah saya, belaku kasar, dan hal lainnya yang membuat dada saya terasa sesak. Hal ini juga yang sudah pasti dirasakan Ibu, kakak, juga adik saya. Ketika seharusnya Ayah tinggal menikmati apa yang sudah ia tanam, ia malah meninggalkan kami. Ia hanya tau bagaimana susahnya berjuang tanpa menikmati hasilnya. Itu yang kami sesalkan. Beberapa bulan kami lalui dengan penderitaan tersebut, namun pada saatnya tiba kami sadar bahwa hidup memang harus terus berlanjut. Meneruskan perjuangan yang Ayah saya mulai. Dan dengan ketabahan yang Allah kasih, kami diberikan kekuatan untuk melanjutkan hidup sampai saat ini dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.elearning.gunadarma.ac.id Prasetya, Joko Tri. 2013. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta