Está en la página 1de 60

Oleh :

Dina Kartika M
Jurusan Kimia FMIPA Unesa
2011
Teori warna komplementer
Teori CFT
Faktor yang mempengaruhi warna seny.
kompleks
Deret spektrokimia
Kemagnetan seny. kompleks
Moment magnetik seny. kompleks
Bil. Oksidasi bervariasi
Warna
Kemagnetan
Ikatan kovalen koordinasi
Interaksi asam-basa lewis
Colors of representative compounds of the Period 4 transition metals
titanium oxide
sodium chromate
potassium
ferricyanide
nickel(II) nitrate
hexahydrate
zinc sulfate
heptahydrate
scandium oxide
vanadyl sulfate
dihydrate
manganese(II)
chloride
tetrahydrate
cobalt(II)
chloride
hexahydrate
copper(II) sulfate
pentahydrate
5











warna berbagai senyawa kompleks dalam
larutan air :


3+ 3+ 2+ 2+ 2+ 2+ 2+
Ti , Cr , Mn , Fe , Co , Ni , Cu .
Mn(II) Mn(VI) Mn(VII)
V(V)
Cr(VI)
Mn(VII)
Warna seny. Kompleks dgn biloks bervariasi
[V(H
2
O)
6
]
2+

[V(H
2
O)
6
]
3+

[Cr(NH
3
)
6
]
3+

[Cr(NH
3
)
5
Cl

]
2+

warna senyawa kompleks kobalt (III) dalam larutan air
dengan berbagai macam ligan
Kiri : weak-field ligand serapan pada energi rendah -
warna merah - warna tampak : hijau
Kanan : strong-field ligan serapan pada energi besar
- warna ungu - warna tampak : oranye/kuning
warna rubies dan emeralds tergantung pada
adanya ion Cr
3+

Beberapa ion
Al
3+
dalam
Al
2
O
3

digantikan Cr
3+

Beberapa ion
Al
3+
dalam
Be
3
Al
2
(SiO
3
)
6

digantikan Cr
3+

10
Melibatkan serapan cahaya tampak.
Warna yang tampak adalah warna komplemen
dari warna yang diserap.
Blue light
absorbed
Red light
transmitted
Warna yang tampak adalah komplemen dari
Warna yang diserap
Warna yg
diserap
Warna
tampak
Dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetukan :
1. warna
2. kemagnetan


CFT : energi orbital d ion logam terpisah
(split) akibat adanya medan elektrostatik dari
ligan


Warna seny. kompleks berkaitan dengan
adanya transisi elektron antar sub level
orbital d yang terpisah (split)

Panjang gelombang pada serapan maks seny.
komplek dapat digunakan untuk menghitung
energi pemisahan antar sub level orbital d
yang terpisah
E
photon
= hn = hc/l = D

Absorpsi radiasi UV-visible radiation oleh
atom, ion, molekul:
Terjadi jika radiasi memiliki energi yang sama yang
dibutuhkan oleh atom, ion, molekul untuk eksitasi
elektron dari ground state ke excited state.

white
light
red light
absorbed
green light
observed

17
Quantum-mechanical
description

Absorption of light may occur
when the frequency of the
incoming photon, multiplied by
the Plank constant, is equal to the
difference in energy between
these two levels.

18
Example:


Ion cupric hidrat menyerap foton pada frekuensi Hz
or 600 nm.


Energi yang melibatkan transisi elektron pada ion
adalah



Dapat dikatakan bahwa ion (Cu(H2O)
6
)
2+
berwarna biru
maka ini berarti ion menyerap foton pada panjang
gelombang 600 nm (oranye) sehingga memberikan
warna biru pada mata kita

34 14 -1 -19
(6.63 10 J s)(5 10 s ) 3 10 J E hn

D
2+
2 6
Cu[H O]
14
5 10
2+
2 6
Cu[H O]


20
Example


Ti memiliki konfigurasi , sehingga ion menjadi
ion. Ini berarti pada groundstate, 1 elektron akan menempati level
energi terendah pada d orbitals, sedangkan level energi yang lebih
tinggi kosong, setelah menyerap foton dengan energi tertentu, level
energi terendah pada d orbitals akan kosong.

3+
2 6
Ti[H O]
2 2
4s 3d
3+
Ti
1
d
21






ion absorbs light in the visible region; the wavelenght corresponding
to maximum absorption is 498 nm.










Crystal field splitting :




Itu adalah energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasisatu elektron pada
ion
-34 8
-19
-9
(6.63 10 Js)(3 10 m/s)
3.99 10 J=240 kJ/mol
498 10 m
hc
hn
l
D
3+
2 6
Ti[H O]
3+
2 6
Ti[H O]
22
Spliting d-orbital sebesar 240 kJ per mol sesuai dengan panjang
gelombang cahaya warna blue-green ; absorpsi cahaya ini
mempromosikan elektron ke level energi yang lebih tinggi pada d
orbitals, yang merepresentasikan keadaan tereksitasi dari kompleks
Apabila kita melewatkan cahaya pada larutan maka cahaya
warna blue-green akan diabsorb dan larutan akan menampakkan
warna violet .
3+
2 6
Ti[H O]
3+
2 6
Ti[H O]
Serapan larutan [Ti(H
2
O)
6
]
3+
Perbedaan warna senyawa menimbulkan perbedaan
spektra elektronik

1
T
1g

1
A
1g
and
1
T
2g

1
A
1g


[Co(NH
3
)
6
]Cl
3
Absorbs violet/blue, ends up being orange-yellow
2 absorption bands, symmetrical, O
h

[CoCl(NH
3
)
5
]Cl
2
Absorbs green, ends up being magenta
2 absorption bands, broadening on one
C
4v
symmetry
Perbedaan warna disebabkan oleh perbedaan
besarnya D
D besar = energy untuk menyerap cahaya besar
Panjang gelombang pendek
D kecil = energy untuk menyerap cahaya kecil
Panjang gelombang panjang

Besarnya D tergantung pada:
ligand
logam

Logam
a. logam ukuran besar D besar

[Fe(H
2
O)
6
]
3+
[Co(H
2
O)
6
]
2+
[Ni(H
2
O)
6
]
2+
[Cu(H
2
O)
6
]
2+
[Zn(H
2
O)
6
]
2+

b. biloks logam tinggi D besar

[V(H
2
O)
6
]
2+

[V(H
2
O)
6
]
3+

Mn(II) Mn(VI) Mn(VII)
Ligan
a. Weak field ligan
interaksi elektrostatik ligan dengan
logam rendah - kecil

b. Strong field ligan
interaksi elektrostatik ligan dengan logam
tinggi - besar






N C
*
Splitting from - bonding: Weak and Strong Field ligands
Contoh ligan Cl
-
(weak) danCN
-
(strong)
Cl
N C
M
N C
- bonding as before
Now - bonding between p & d
xy
, d
xz
, d
yz

- bonding as before
Now - bonding between CN
-
* & d
xy
, d
xz
, d
yz
No - bonding with CN
-

M
sp hybridized for -bonding,
left over p orbitals make and * orbitals

s
*

p
*
d
xy
, d
xz
, d
yz


d
* = e
g

= t
2g

6
4p
4s
3d
6 Ligands
Cl
-
sp orbitals
Metal
Ligand
Molecule
12 Cl
-
p orbitals
E (Cl
-
p) < E (M d) !!!
Decrease D
oct
Weak Field Ligand



- bonding: p orbitals give Weak Field Ligands (Cl
-
example)
Input d e
-
s
Cl
-bonding orbitals
*-antibonding orbitals

s
*

p
*
d
xy
, d
xz
, d
yz


d
* = e
g

= t
2g

6
4p
4s
3d
6 Ligands
CN
-
sp orbitals
Metal
Ligand
Molecule
12 CN
-
* orbitals
E (CN
-
* ) > E (M d) !!!
Increase D
oct
Strong Field Ligand
- bonding: * orbitals give Strong Field Ligands
Input d e
-
s
N C
*
-bonding orbitals
*- antibonding orbitals
Molecular Orbital Theory Explains Field Strength of Ligands

1) Ligand p orbitals cause - bonding that raises t
2g
energies
Weak Field Ligands




2) Ligand * orbitals cause - bonding that lowers t
2g
energies
Strong Field Ligands






3) sp
3
hybridized ligands do not change t
2g
orbitals very much
Medium Field Ligands
d
xy
, d
xz
, d
yz

d
* = e
g

= t
2g

12 Cl
-
p orbitals
d
xy
, d
xz
, d
yz

d
* = e
g

= t
2g

12 CN
-
* orbitals
*

No p or * orbitals for -bonding !!!
Metal to ligand : M---L
Phi akseptor/phi acid

Ligan to metal : L---M
phi donor/phi base


Deret yang menyatakan urutan kekuatan ligan
berdasarkan besarnya yang dihasilkan

Ligan diklasifikasikan berdasarkan kemampuan
donor atau akseptor

Ligan dgn orbital p terisi ----- donor
Ligan dgn orbital * atau d kosong ---- akseptor


CN
-
is a strong field ligand with a large magnitude for
oct
. Instead of p
orbitals on the ligand, there are * orbitals that interact with the metal d
xy
,
d
yz
, d
xz
orbitals. Similar to the Cl
-
, there are two of these * orbitals on
each ligand. With 6 ligands we then have 12 * which, because they are
anti-bonding orbitals, are higher in energy than the metal atom d orbitals.
When these orbitals interact with the d
xy
, d
yz
, d
xz
orbitals, they form
antibonding * in the complex that are higher in energy than the ligand
* orbitals.
When the d
xy
, d
yz
, d
xz
orbitals interact with the ligand * orbitals, 3
bonding orbitals are formed that are primarily of metal d character and are
lower in energy than the d
xy
, d
yz
, d
xz
orbitals. Thus, the splitting in energy
between these orbitals and the
d
* is greater causing
oct
to increase. The
bonding causes CN
-
to be a strong field ligand.
We now know why ligands that have * orbitals are strong field ligands
and what the nature of these upper orbitals are.
Cl
-
is a weak field ligand. We can understand
this small
oct
by considering the bonding
which raises the energy of the d
xy
, d
yz
, d
xz

orbitals. We begin with the sigma bonding
molecular orbital energy diagram that we
produced before.

Kemagnetan senyawa kompleks
berhubungan dengan bagaimana elektron
terdistribusi pada orbital d.

Kemagnetan senyawa kompleks diukur pada
suatu medan magnet.
Senyawa kompleks dengan elektron tidak
berpasangan : menghasilkan medan magnet /
tertarik pada medan magnet.

Senyawa kompleks dengan elektron
berpasangan : tidak menghasilkan medan
magnet / menolak medan magnet.

Momen magnetik

Suatu ukuran yang berkaitan dengan jumlah
elektron tidak berpasangan.
Moment magnetik :



Dimana :
Dengan g = 2,0003 = 2 dalam Bohr magneton,
dan momentum orbital diabaikan, maka






Dan S = n/2, maka momen magnetik :



Satuan moment magnetik = BM (Bohr
Magneton)

1 BM = 9,27 x 10
-24
Joule/Tesla



Hitung moment magnetik komplek Cr(III) dan
Ti (III)
Moment magnetik Kompleks Co(II) adalah
4,0BM. Prediksikan konfigurasi elektron
orbital d pada kompleks tersebut!
Moment magnetik Kompleks Fe(III) adalah
5,3BM. Prediksikan konfigurasi elektron
orbital d pada kompleks tersebut!

También podría gustarte