Está en la página 1de 22

MODEL JENJANG KARIR PERAWAT

BERDASARKAN PEDOMAN
PENGEMBANGAN JENJANG KARIR
PROFESIONAL PERAWAT, DEPKES,
2006.
Jenjang karir profesional perawat
terdiri dari 4,yaitu:
Perawat Klinik (PK),
Perawat Manajer (PM),
Perawat Pendidik (PP),
Perawat Peneliti/Riset (PR),
dengan pengembangan berjenjang,
mulai level I sampai V.
Jenjang karir profesional Perawat Klinik
(PK) beserta syaratnya :
1. PK I/Novice
- Perawat lulusan D-III Keperawatan +
2 tahun pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 0 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK I
1. PK II/Advance Beginner
- D-III Keperawatan + 5 tahun
pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 3 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK II
1. PK III/Competen
- D-III Keperawatan + 9 tahun
pengalaman kerja
- S-1 Keperawatan (Ners) + 6 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 0 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK III
1. PK IV/Proficient
- S-1 Keperawatan (Ners) + 9 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 2 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK IV
1. PK V/Proficient
- S-1 Keperawatan (Ners) + 12 tahun
pengalaman
- Ners Spesialis 1 (S-2 Kep) + 5 tahun
pengalaman
- Mempunyai sertifikat PK V

PENGEMBANGAN SISTEM JENJANG KARIR PERAWAT
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali terjadi perubahan baik ilmu pengetahuan,
tehnologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan
profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Keperawatan sebagai
profesi dan perawat sebagai tenaga professional juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara
mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat merupakan
back bone untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan
karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani pasien selama
24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar yakni 40 %
dibanding tenaga kesehatan lainnya. Tenaga tersebut 65% bekerja di Rumah Sakit, 28 % di
Puskesmas dan selebihnya 7 % di sarana kesehatan lainnya Dari aspek kualifikasi tinkat
pendidikan terdapat beberapa kategori tenaga perawat yaitu perawat SPK 74 %, DIII 23%, S1
(Ners) 2,75 %, S-2 (Magister)/Spesialis dan S-3 (Doktor) Keperawatan 0,25 %. (PPNI, 2005)
Jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme
perawat sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensi. Perawat profesional yang
saat ini diakui di Indonesia dimulaui dari lulusan D-3 Keperawatan dan akan terus meningkat.
Sehingga pada tahun 2010 diharapkan yang dikategorikan sebagai perawat profesional adalah
lulusan S-1 keperawatan dan jenjang lebih tinggi.
Dasar pemikiran penyusunan jenjang karir profesi keperawatan RS beranjak dari
kepentingan profesi untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pada tiap jenjang karir, perawat mempunyai kompetensi tertentu dalam
memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Jenjang karir diperlukan untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang bemutu mengingat
perawat mempunyai tenaga terbanyak dan terlama mendampingi pasien. Dengan dijaminnya
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki, maka akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan
ditetapkannya kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen,
seleksi, orientasi, pembinaan dan pengembangan SDM keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Penetapan dan penyelenggaraan jenjang karir perawat untuk menjamin pemberian
asuhankeperawatan yang profesional;
b. Menumbuh kembangkan motivasi para profesional keperawatan untuk selalu menempuh dan
menambah pengetahuan serta kompetensi dengan laju pertumbuhan IPTEK;
c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan jangka panjang bagi para profesional keperawatan,
guna memanfaatkan kompetensi penyelenggaraan asuhan keperawatan;
2. Tujuan Khusus
a. Ditetapkannya pedoman penyelenggaraan jenjang karir perawat di RS.
b. Dilaksanakannya pengelompokan perawat.
c. Sesuai dengan jenjang karir.
d. Dilaksanakannya pembinaan perawat sesuai dengan jenjang karir.
e. Dilaksanakannya pengembangan perawat sesuai dengan jenjang karir

C. SASARAN
Seluruh praktisi keperawatan meliputi; perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik
dan perawat peneliti


BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN
Pengembangan Sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yg lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yg telah ada.
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu
upayanya adalah pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dan sistem reward. Karir
diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja,
sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.

B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi keperawatan di RS adalah :
1. UU No. 8b Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana dirubah dengan UU
No. 49 tahun 1999;
2. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. UU RI No. 22 tahun 2000, tentang Otonomi Daerah.
4. Kep. Men. Kes. No 1239 tahun 2001, tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
5. PP No. 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan.
6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan Fungsional Perawat Dan Angka Kreditnya.

Dengan ditetapkannya dan dilaksanakannya jenjang karir perawat, maka tiap perawat dapat
fokus memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan kompetensinya, hubungan kerja
disesuaikan dengan jenjang karirnya, pengembangan dan peningkatan karir serta sistem
penghargaan sesuai kinerja berdasakan jenjang karir.

C. TUJUAN PENGEMBANGAN JENJANG KARIR PERAWAT
Tujuan penerapan dan perkembangan jenjang karir perawat
1. Meningkatnya praktik asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien/keluarga.
2. Meningkatnya kemampuan kepemimpinan individu perawatan.
3. Mendorong pengembangan pribadi dan profesional.
4. Memfasilitasi pengembangan karir perawat.
5. Menata sistem promosi berdasarkan persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan.
6. Mendukung program retensi dan rekruitmen staf.
7. Menata sistem remunerasi sesuai dengan prestasi kerja.
8. Meningkatkan moral kerja, motivasi, dan kepuasan kerja staf keperawatan.

D. MODEL JENJANG KARIR
Ketentuan jenjang karir Profesional keperawatan yang diajukan ke RS mengacu pada
ketentuan Direktorat Keperawatan Depkes RI dan Program Pengembangan Profesi oleh
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). RS selaku RS yang digunakan sebagai tempat
pendidikan perawat dipandang perlu memiliki keterkaitan kompetensi praktisi perawat dalam
lingkup manajerial, pendidikan dan penelitian.

Bagan I .
I ntegrasi Penjenjangan antara Perawat Klinik, Manajer, Pendidik dan Riset
L. V PK. V PM. IV PP. III PR. II
L. IV PK. IV PM. III PP. II PR. I
L. III PK. III PM. II PP. I

L. II PK. II PM. I

L. I PK I

Keterangan ;
L = Level PP = Perawat Pendidik
PK = Perawat Klinik PR = Perawat Riset
PM = Perawat Manajerial

Untuk Level I masih termasuk perawat generalis dengan kompetensi perawatan dasar.
Sedangkan Level II termasuk perawatan dasar dengan kompetensi lanjutan yang merupakan
dasar spesialistik sesuai lingkup area. Mulai Level III termasuk perawat spesialistik dengan
kompetensi meliputi :
1. Perawat Medikal
2. Perawat Bedah
3. Perawat Anak
4. Perawat Maternitas
5. Perawat ICU/CCU
6. Perawat Gawat Darurat
7. Perawat Gerontik
8. Perawat Kesehatan

E. PRINSIP-PRINSIP SISTEM PENGEMBANGAN KARIR
1. Saat ini kualifikasi tenaga keperawatan dimulai dari D.III Keperawatan sampai dengan tahun
2010. Tahun 2010 kualifikasi tenaga perawat profesional dimulai dari S-1 Keperawatan.
2. Jenjang mempunyai makna kompetensi untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai lingkup
dan bertingkat sesuai dengan kompleksitas masalah klien dalam uapaya pemenuhan kebutuhan
dasar.
3. Fungsi utama yang menjadi pegangan adalah fungsi pemberian asuhan keperawatan.
4. Setiap perawat pelaksana mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan karirnya
sampai jenjang yang paling atas.
5. Jenjang karir mempunyai dampak terhadap tanggung jawab dan akontabel terhadap tugas serta
terkait dengan sistem penghargaan.
6. Pimpinan tertinggi RS Bhakti Yudha harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap sistem
pengembangan karir tenaga perawat pelaksana sehingga dapat dijamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
7. Bidang pengembangan karir mencakup spesialisasi : Keperawatan Medikal, Bedah, Maternitas,
Anak, ICU/CCU, Gawat Darurat, Gerontik dan Jiwa.

F. STANDAR KOMPETENSI PERAWAT
Penetapan kompetensi perawat Indonesia mengacu pada ketentuan Standar Kompetensi
Perawat Indonesia dari PPNI dan Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medis.
Kompetensi jenjang terbagi dalam lima macam kompetensi :
1. Kompetensi Keperawatan Dasar Umum.
2. Kompetensi Keperawatan Lanjutan atau Kompetensi Keperawatan Dasar Spesialistik.
3. Kompetensi Keperawatan Spesialistik Umum.
4. Kompetensi Keperawatan Spesialistik Khusus.
5. Kompetensi Keperawatan Konsultan Spesialistik

Standar Kompetensi Perawat tiap jenjang :
1. Perawat Klinik I (Dasar Umum).
2. Perawat Klinik II (Dasar Khusus).
3. Perawat Klinik III (Lanjutan Khusus).
4. Perawat Klinik IV (Lanjutan Khusus).
5. Perawat Klinik V (Konsultan Spesialistik)

1. Kompetensi Perawat Klinik I
a. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tanpa risiko (Klien minimal/partial care).
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan.
c. Memahami teknik isolasi dan teknik desinfeksi.
d. Mampu mempersiapkan pasien pulang.
e. Mampu melakukan penyuluhan kesehatan pada klien tanpa risiko.
f. Mampu memberikan keperawatan dasar untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene pada
klien tanpa risiko, meliputi :
1) Memandikan
2) Kebersihan mulut
3) Perawatan kuku
4) Merapikan tempat tidur pada klien tirah baring
5) Membantu eliminasi
6) Mengatur posisi tidur
7) Membantu mobilisasi (membantu latihan fisik sederhana)
8) Monitoring TTV, intake-output
9) Terampil memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

2. Kompetensi Perawat Klinik I I
a. Kompetensi Keperawatan Lanjutan Umum adalah kompetensi yang harus dimulai oleh semua
Perawat Klinik II disemua area ;
1) Identifikasi klien yang memerlukan pemasangan gastrointestinal tube.
2) Mampu/terampil memasang gastrointestinal intubation pada klien tanpa risiko.
3) Mampu memberi makan/minum melalui internal tube feeding.
4) Identifikasi klien yang memerlukan kateterisasi urine.
5) Mampu/terampil memasang kateter urine pada klien tanpa risiko.
6) Identifikasi klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Mampu/terampil memasang infus (limpah wewenang).
8) Monitoring IVFD (intra vena fluid doix).
9) Mampu melakukan injeksi sc/ic/im/iv (limpah wewenang).
10) Analisa nyeri dan pengelolaan nyeri.
11) Mampu memberikan teknik relaksasi.
12) Perawatan pre operatif.
13) Perawatan post operatif.
14) Perawatan luka operasi tanpa kontaminasi.
15) Terampil BHD.
16) Terampila melakukan EKG dasar.
17) Terampil identifikasi tanda-tanda syok hypovolemik, cardiogenik, hemoragik dan neurologik.
18) Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien partial care.
19) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan teknik isolasi.
20) Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada klien dengan risiko.
21) Mampu membimbing PK I.
22) Identifikasi tanda-tanda kegawat daruratan semua area
b. Keperawatan Lanjutan Khusus adalah keperawatan lanjutan sesuai area atau disebut juga
Keperawatan Dasar Spesialistik ;
1) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Pediatrik
a. Asuhan keperawatan bayi segera setelah lahir pada persalinan normal dan aterm.
b. Perawatan tali pusat.
c. Perawatan mata.
d. Perawatan telinga.
e. Memandikan bayi.
f. Perawatan bayi premature.
g. Perawatan bayi dengan foto therapy.
h. Perawatan bayi dan anak dengan combustio 10%-20%


2) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Maternitas
a. Mampu melakukan pemeriksaan kehamilan (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi).
b. Mengidentifikasi dan monitoringpersalinan normal.
c. Mampu memberikan asuhan keperawatan masa nifas pada klien tanpa risiko, meliputi ;
1. Vulva hygiene
2. Perawatan payudara
3. Monitoring pendarahan
d. Identifikasi tanda-tanda persalinan normal.
e. Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi
3) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medical/Surgical
a. Mampu melakukan kateterisasi urine pada klien dengan risiko.
b. Mampu melakukan pemasangan infus pada klien dengan risiko.
c. Mampu melakukan perawatan WSD.
d. Mampu menguidentifikasi tanda-tanda gangguan metabolisme.
e. Mobilisasi klien dengan risiko.
f. Identifikasi kasus kardiogenik dan neurogenik.
g. Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi dan monitoring.

3. Kompetensi Perawat Klinik I II
a. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Pediatrik
1) Mahir perawatan perinatal risiko tinggi.
2) Mahir perawatan bayi dan anak dengan total care.
3) Mahir perawatan bayi dan anak dengan ostomi.
4) Mahir perawatan bayi dan anak dengan combustio grade 30% 50%.
5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan kegawatdaruratan.
6) Mampu membimbing PK I dan PK II.
7) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dengan total care
b. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Maternitas
1) Mampu memberikan pertolongan persalinan normal.
2) Semua kompetensi keperawatan dasar spesialistik area pediatric.
3) Monitoring dan identifikasi persalianan risiko tinggi.
4) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil monitoring.
5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan total care (perawatan PEB, eklamsi).
6) Mampu membimbing PK I dan PK II
c. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medikal/Surgikal
1) Mampu mengidentifikasi EKG emergensi.
2) Mampu melakukan pertolongan pertama klien dengan kegawat daruratan.
3) Mampu memasang NGT dengan risiko.
4) Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan total care.
5) Mampu membimbing PK I dan PK II.
6) Mampu ACLS.

G. MEKANISME KENAIKAN JENJANG KARIR PERAWAT DI RS
Uji kompetensi jenjang karir SDM Keperawatan dilakukan pada saat rekruitmen dan
pengembangan SDM Keperawatan yang sedang bekerja di RS . Pada tahap awal, uji kompetensi
difokuskan untuk perawat klinik. Proses pelaksanaannya dibagi dalam empat tahap, sebagai
berikut :
1. Tahap 1 : Pendaftaran
Setiap perawat yang mengikuti proses jenjang karir harus mendaftar pada pusat
pengembangan SDM Keperawatan RS.
Persyaratan pendaftaran :
a. Surat keterangan lulus masa orientasi.
b. Pas foto 3 x 4 sebanyak 2 lembar.
c. Mengisi formulir pendaftaran
Setelah mendaftar akan menerima kartu pengenal peserta jenjang karir dan penetapan
pembimbing klinik. Kemudian pembimbing klinik akan memberikan berkas yang berisi kegiatan
yang harus diikuti dan penilaian-penilaian yang harus dicapai.

2. Tahap 2 : Proses Pemenuhan Kompetensi
Perawat peserta jenjang karir harus memenuhi hal-hal berikut :
a. Pendidikan Formal Keperawatan
Pendidikan formal keperawatan yangdiakui sebagai perawat profesional minimal Ners-
Sarjana Keperawatan (Ns-Skep) pada tahun 2010. Perawat lulusan D III Keperawatan dapat
mencapai jenjang PK III. Perawat lulusan Sarjana Keperawatan dapat mencapai jenjang PK IV.
Perawat lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan dapat mencapai jenjang PK V.
b. Lama Bekerja di klinik
Perawat lulusan D III Keperawatan dapat ditetapkan sebagai PK I setelah lulus masa
orientasi 1 tahun. Setelah 4 tahun sebagai PK I dapat mengikuti uji kenaikan jenjang ke PK II,
jika memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan. Setelah 4 tahun sebagai PK II, jika memenuhi
persyaratan lain yang ditetapkan dapat naik menjadi PK III. Selanjutnya untuk naik ke PK IV
tidak cukup hanya memenuhi lama kerja, tetapi juga harus memenuhi pendidikan formal Ners-
Sarjana Keperawatan (Ns Skep).
Perawat lulusan Ners Sarjana Keperawatan dan Sarjana Keperawatan dapat ditetapkan
sebagai PK I setelah lulus masa orientasi selama 6 bulan. Setelah 2 tahun sebagai PK I dapat
mengikuti uji kenaikan jenjang karir ke PK II, jika memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan.
Setelah 2 tahu sebagai PK II dapat mengikuti uji kenaikan jenjang karir ke PK III, dan demikian
pula ke PK IV, jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Selanjutnya untuk naik ke PK V,
tidak cukup hanya memenuhi lama kerja, tetapi juga harus memenuhi pendidikan formal
Magister/S2/Sp. Keperawatan.
Perawat lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan yang belum memiliki pengalaman klinik
maka dapat menjadi PK I setelah lulus masa orientasi selama 3 bulan. Setelah 1 tahun
menjadiPK I dapat mengikuti uji kenaikan jenjang karir ke PK II dan seterusnya sampai ke PK
V, jika memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Perawat lulusan magister/S2/Sp. Keperawatan yang telah memiliki pengalaman klinik, maka
pengalaman klinik dan kemampuan kompetensi yang dimiliki akan diperhitungkan untuk
menetapkan jenjang karirnya.
c. Rekomendasi
Untuk mengikuti uji kenaikan jenjng karir, setiap perawat harus mendapatkan rekomendasi
dari :
1) Atasan langsung tentang penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang memenuhi syarat untuk uji
kenaikan jenjang karir minimal B.
2) Teman sejawat. Isi rekomendasi adalah hubungan kerja perawat dengan tim kerja dalam
penyelenggaraan asuhan keperawatan (sesuai dengan formulir yang ditetapkan).
3) Pembimbing klinik. Pembimbing klinik memberikan rekomendasi tentang aktifitas yang harus
dipenuhi sebagai syarat uji kenaikan jenjang karir.
4) Klien dan keluarga (Pelanggan Eksternal). Perawat yanga akan diuji kompetensinya diharapakan
tidak ada komplain dari klien atau keluarga.
d. Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan
Untuk dapat mengikuti uji jenjang karir, maka tiap perawat harus memenuhi sejumlah SKP
(Satuan Kredit Partisipan) yang ditetapkan dalam PKB. PKB akan dirancang oleh Bagian Bidang
Keperawatan bekerja sama dengan Diklat RS sesuai dengan pedoman dari PPNI.

3. Tahap 3 : Uji kompetensi
Uji kompetensi dilakukan terhadap dokumen, ujian tertulis dan ujian praktik.
a. Dokumen
Bidang keperawatan dan Diklat RS menelaah dan menilai keabsahan dan kelegkapan dokumen.
Kemudian menetapkan jenjang karir yang akan diuji
b. Ujian tertulis
ujian tertulis diselenggarakan untuk semua jenjang. Materi yang akan diuji sesuai dengan
kompetensi yang harus dicapai
c. Ujian praktek
Ujian praktik diselenggarakan jika telah terpenuhi kelengkapan dokumen dan lulus ujian tertulis.
langkah-langkah ujian praktik adalah sebagai berikut :
1) Persiapan uji kompetensi
2) Pelaksanaan uji kompetensi
3) Penetapan hasil uji kompetensi

4. Tahap 4 : Penetapan J enjang Karir Yang Baru
Bidang keperawatan dan Diklat RS mengirimkan berkas-berkas ke bagian personalia.
Selanjutnya disiapkan surat keputusan, Surat Keputusan untuk PK I III ditandatangani oleh
Direktur. Selanjutnya dilaksanakan penyesuaian pekerjaaan dan sistem penghargaan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu
upayanya adalah pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dann sistem reward. Karir
diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja,
sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B. Saran
Agar kompetensi tenaga perawat bisa meningkat perlu upaya pengembangan mutu sumber daya
manusia (SDM) perawat melalui pendidikan, pelatihan, dll.









PENGEMBANGAN SISTEM JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT
DI RSUD Ungaran

1. A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan di rumah sakit dan merupakan
komponen yang menentukan kualitas baik buruknya pelayanan suatu rumah sakit.
Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit ditentukan oleh 3 komponen utama
yaitu : jens pelayanan keperawatan yang diberikan, sumber daya manusia perawat sebagai
pemberi pelayanan dan manajemen sebagai tata kelola pemberi pelayanan. Jenis pelayanan
keperawatan di rumah sakit terdiri dari pelayanan keperawatan umum atau dasar serta pelayanan
spesialis atau lanjut. Untuk penyelenggaraannya diperlukan standar pelayanan, pendekatan
proses keperawatan serta indikator mutu pelayanan sebagai tolak ukur keberhasilannya.
Pelayanan bermutu memerlukan tenaga professional yang didukung oleh factor internal antara
lain motivasi untuk mengembangkan karir professional dan tutjuan pribadinya maupun factor
ekternal, anatara lain kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem penugasan
dan pembinaan.
Proporsi tenaga perawat di RSUD Ungaran mencapai 50-60% dari jumlah tenaga kesehatan yang
ada. Dari kualifikasi pendidikan terdapat beberapa kategori tenaga perawat yaitu terdiri dari :
SPK,DIII, S1/Ners.
Pada saat ini, system pengembangan jenjang karier dalam konteks system penghargaan bagi
perawat sudah dikembangkan untuk PNS di RSUD Ungaran melalui jabatan fugsional perawat
yang ditetapkan berdasarkan SK MENPAN No. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsinal perawat dan angka kreditnya, walaupun belum sepenuhnya berbasis kompetensi.
Dengan adanya system jenjang karier professional perawat diharapkan kinerja perawat semakin
meningkat sehingga mutu pelayanan keperawatan juga meningkat. Akan tetapi pengembangan
karier perawat yang ada sekarang lebih menekankan pada posisi / jabatan baik structural maupun
fungsinal (job career) sedangkan jenjang karier professional berfokus pada pengembangan
jenjang karier professional yang sifatnya individual. Untuk itu perlu dikembangkan jenjang
karier professional bagi perawat yang bekerja di RSUD Ungaran dan buku pedomanya. Pedoman
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan Komite Keperawatan dalam upaya
mengembangkan jenjang karier dalam konteks system penghargaan bagi perawat RSUD
Ungaran .

1. B. TUJUAN
1. 1. Tujuan Umum
Meningkatkan professionalisme dan akuntabilitas perawat klinik yang bekerja di RSUD Ungaran
terhadap masyarakat
1. 2. Tujuan Khusus
a) Adanya persamaan persepsi berbagai pihak tentang system pengembangan karir professional
perawat klinik di RSUD Ungaran.
b) Adanya system jenjang karir professional perawat dalam konteks system penghargaan bagi
perawat klinik di RSUD Ungaran.
c) Sebagai pedoman Komite Keperawatan dalam mengengembangan pola karir professional
perawat klinik di RSUD Ungaran.

1. C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup system jenjang karier professional perawat di RSUD Ungaran adalah
yaitu :
1. Perawat Klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung pada
klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan disarana
kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah, tingkat menengah maupun tingkat atas.

1. D. JENJANG KARIR PERAWAT
1. Pengertian
Jenjang karier merupakan system untuk meningkatkan kinerja dan professionalism, sesuai
dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi (Depkes, 2008) Dalam pengembangan
system jenjang karir professional dapat dibedakan antara pekerjaan (job) dan karir (career).
Pekerjaan diartikan sebagai suatu posisi atau jabatan yang diberikan , serta ada keterikatan
hubungan antara atasan dan bawahan dan mendapat imbalan uang.
Karir diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih individu untuk dapat memenuhi kepuasan kerja
perawat dan mengarah vpada keberhasilan pekerjaan sehingga pada akhirnya akan memberikan
kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.

1. Prinsip Pengembangan
1. Kualifikasi
Kualifikasi dimulai dari perawat dengan Pendidikan DIII Keperawatan.
1. Penjenjangan
Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.yang akuntabel dan etis sesuai dengan batasan kewenangan praktik dan
kompleksitas masalah klien.
1. Penerapan asuhan keperawatan.
Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan keperawatanlangsung sesuai standar
praktik dank ode etik.
1. Kesempatan yang sama
Setiap perawat klinik yang bekerja di RSUD Ungaran mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan karir sampai jenjang karir professional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
1. Standar profesi.
Perawat yang bekerja di RSUD Ungaran dalam memberikan asuhan keperawatan mengacu pada
standart praktek dank ode etik keperawatan.

1. Penjenjangan Karir Professional Perawat Klinik
1. Perawat Klinik I (novice)
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 0 tahundan memiliki sertifikat PK I.
1. Perawat Klinik II (Advence Beginer)
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 5 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 3 tahun dan memiliki sertifikat PK II.
1. Perawat Klinik III (Competent)
Perawat lulusan D III keperawatan memiliki pengalaman kerja 9 tahun atau Ners dengan
pengalaman keja 6 tahun atau Ners Specialis dengan pengalaman kerja 0 tahun dan memiliki
sertifikat PK III.
Bagi lulusan D III yang tidak melanjutkan S1 tidak dapat melanjutkan ke jenjang karier PK
IV.
1. Perawat Klinik IV
Perawat lulusan Ners dengan pengalaman keja 9 tahun atau Ners Specialis dengan pengalaman
kerja 2 tahun dan memiliki sertifikat PK IV. UNTUK Ners Konsultan dengan pengalaman kerja
0 tahun.
1. Perawat Klinik V (expert)
Perawat klinik V adalah ners specialis dengan pengalaman kerja 4 tahun atau ners specialis
konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun dan memiliki sertivikat PK V.
1. Penjenjangan Karir Professional Perawat Manajer
1. Perawat Manajer I
2. Perawat Manajer II
3. Perawat Manajer III
4. Perawat Manajer IV
5. Perawat Manajer V

1. E. SARAT SARAT PENJENJANGAN KARIR PERAWAT
1. Memiliki kompetensi yang di persyaratkan
2. Memiliki pengalaman kerja
3. Mengikuti pendidikan formal / serifikasi
4. Lulus uji kompetensi
5. Memiliki SIP, SIK dan SIPP

1. F. SERTIFIKASI
Program sertifikasi dilaksanakan oleh organisasi PPNI. Dalam masa transisi sebelum terbentuk
konsil keperawatan Indonesia, uji sertifikasi dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP) yang terdiri dari unsure PPNI dan stakeholders terkait.

1. G. REMUNERASI
Agar jenjang karir dapat dilaksanakansecara optimal harus didukung oleh system remunerasi.
Setiap kenaikan dari satu jenjang karir ke jenjag karir lebih tinggi perlu dikuti dengan pemberian
remunerasi sesuai dengan kinerja pada setiap jenjang.

1. H. EVALUASI JENJANG KARIR PERAWAT PROFESSIONAL
Jenjang kari professional perawat harus dievaluasi secara konsisten dan tersetruktur dan
mencakup komponen meliputi :
1. Evaluasi Kompetensi Asuhan keperawatan
2. Evaluasi Penampilan Kerja
3. Evaluasi Pengetahuan Profesional
4. Evaluasi Komunikasi dan organisasi
5. Evaluasi Kompetensi Manajemen
6. Evaluasi Mnajemen Riset

1. I. MASA PERALIHAN
Pemberlakuan jenjang karir professional perawat dilakukan secara bertahap berdasarkan
kebutuhan dengan mempertahankan kelangsungan asuhan keperawatan serta kebijakan dari
manajemen.
Aadapun langkah langkah dalam penjenjangan karir perawat adalah sebagai berikut ;
1. Mapping ketenagaan
2. Maching kualifikasi dengan pedoman jenjang karir :
3. Pendidikan
4. Pengalaman kerja keperawatan klinik
5. Sertifikasi
6. Challenge test sesuai dengan proses dengan jenjang karir
7. Jika tidak lulus dialihkan jenjang yang lebih rendah
8. Pendidikan formal bagi yang mau dan mampu sesuai dengan persiapan jenjang karir PK
yang lebih tinggi.

1. J. PENUTUP
Hal hal yang belum diatur dalam kerangka acuan kerja ini akan diatur kemudian.
Jenjang Karir Perawat di RS
Sebenarnya yang dicanangkan oleh PPNI tentang penetapan jenjang karir perawat pada Perawat
Klinik menurut saya cukup ideal. Ada PK 1, PK 2, PK 3, PK 4. Seorang perawat yang telah
memiliki kompetensi PK 3 maka dia tinggal mempertahankan kompetensi secara periodik untuk
di asses kembali. Karena bicara jenjang karir, tentu dia tidak akan turun menjadi PK 1 atau PK 2
lagi, kecuali karena alasan tertentu yang sangat ekstrim.
Berbeda dengan pemahaman banyak teman-teman perawat di rumah sakit, yang menganggap
sebagai Perawat Pelaksana, Ketua Team, Kepala Ruang, Supervisor adalah jenjang karir.
Pemahaman ini akan membawa mindset perawat dalam kondisi stagnan. Bisa dibayangkan,
apabila ada seorang perawat baru berusia 35 tahun, karena dinilai kompeten, kemudian dia
diangkat menjadi Kepala Ruang. Pertanyaannya, apakah dia akan menjadi Kepala Ruang sampai
pensiun karena tidak ada job di atasnya? Supervisor sudah penuh, Kasie sudah lengkap, Kabid
juga sudah ada.
Bila terus berlanjut, kapan perawat yunior dengan pendidikan tinggi dan dia memiliki
kompetensi yang baik dalam manajerial bisa menjadi kepala ruang? Kapan dia memiliki
kesempatan untuk naik menjadi Ketua Team karena Ketua Team dan Kepala Ruang di situ rata-
rata masih muda.
Keadaan ini akan menjadikan lingkungan yang tidak kondusif, tidak ada atmosfer kompetisi,
perawat yunior pun hanya akan menjadi penonton tanpa ada kemauan untuk berkembang lebih
baik, karena yang tertanam dalam pikiranya ngapain begini begitu, toh sama saja. Ini tentu
akan merusak suasana pembelajaran dan kompetisi untuk lebih maju dan lebih baik.
Sebenarnya kita bisa menerapkan model seperti di sekolah. Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional nomor : 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah telah
mengarah pada sistim pembinaan yang cukup baik. Ada dua aspek penting dalam kedua Kepmen
tersebut yaitu : Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala
Sekolah dan masa jabatan Kepala Sekolah selama 4 (empat) tahun serta dapat diperpanjang
kembali selama satu masa tugas berikutnya bagi kepala sekolah yang berprestasi sangat baik.
Status Kepala Sekolah adalah guru dan tetap harus menjalankan tugas-tugas guru, mengajar
dalam kelas minimal 6 jam dalam satu minggu di samping menjalankan tugas sebagai seorang
manajer sekolah. Begitu juga ketika masa tugas tambahan berakhir maka statusnya kembali
menjadi guru murni dan kembali mengajar di sekolah.
Bila gambaran ini diterapkan di rumah sakit kepada perawat, maka setiap perawat memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi ketua team, kepala ruang atau supervisor. Cukup seorang
kepala ruang memiliki masa kerja empat tahun, bisa diperpanjang satu periode di ruang yang
sama, setelah dua periode tapi kompetensinya tetap baik, bisa dipindah ke ruang lain tapi tetap
sebagai kepala ruang. Atau bahkan menjadi supervisor, atau menjadi ketua team atau menjadi
perawat pelaksana biasa.
Ini mungkin hanyalah wacana yang memunculkan pro dan kontra. Penentangan pertama jelas
dari mereka yang merasa senior. Karena mereka merasa tidak pantas lagi kalau harus masuk shift
sore dan shift malam ketika menjadi perawat pelaksana.
Kondisi ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan cara atmosfer pembelajaran tetap diciptakan,
kesadaran sebagai perawat dipertahankan. Orang yang memiliki kompetensi manajerial baik dan
diakui betul oleh komunitasnya, mengapa tidak dipertahankan sebagai kepala ruang dan mungkin
hanya dipindahkan ke ruang lain. Dan kalau toh dengan terpaksa harus menjadi perawat
pelaksana lagi, itupun harus disadari betul, karena memang pasien kita membutuhkan waktu 24
jam mendapatkan perawatan. Tidak senior tidak yunior, kalau kita menyadari posisi kita sebagai
perawat, konsekuensi itu musti harus diterima.

Dengan wacana Jenjang Karir Perawat yang dicanangkan PPNI (PK1, PK2, PK3, PK4) bila
diterapkan betul, niscaya akan mampu membawa kualitas perawat menuju kepada arah yang
ideal, membawa kompetisi ke arah yang baik dan membangkitkan semangat perawat untuk
selalu berpacu meningkatkan kompetensinya.
TEORI JENJANG KARIR PERAWAT
Patricia Benner (1984)
Teori From Novice To Expert yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari Model Dreyfus
yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5
tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advance Beginner, (3)
competent, (4) proficient, dan (5) expert. Penjelasan dari kelima tingkatan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang tanpa latar belakang
pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk
memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum
level ini diaplikasikan untuk mahasiswa keperawatan.
b. Advance Beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi
masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup
untuk memegang suatu situasi. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi
pada penyelesaian tugas. Advance beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk
melakukan manajemen asuhan pada pasien. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap
ini.
c. Competent
Advance beginner akan menjadi competent setelah menyelesaikan pembelajaran praktik dalam situasi
yang nyata. Tahap competent dari Model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan
membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan. Tahap
competent ditandai dengan konsisten dan kemampuan memprediksi serta manajemen waktu. Perawat
competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
d. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan pada
situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Proficient akan menunjukan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan
keterampilannya. Pada tingkatan ini perawat banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
e. Expert
Benner menjelaskan, perawat expert mempunyai pegangan intuitiv dari situasi yang terjadi sehingga
mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat
diagnosa alternatif dan penyelesaian. Perubahan kualitatif pada expert adalah mengetahui pasien
yang berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek kunci pada
perawat expert adalah:
a. Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
b. Mewujudkan proses know-how
c. Melihat gambaran yang luas
d. Melihat yang tidak diharapkan
2.
Model karir dari Swansburg (2000)
Swansburg (2000), mengelompokkan jenjang karir menjadi empat, yaitu perawat klinik, manajemen,
pendidik dan peneliti. Model tahapan perawat klinik adalah sebagai berikut :
a. Perawat klinis / perawatan I ( pemula / belum berpengalaman )
b. Perawat klinis / Staf II ( pemula tahap lanjut)
c. Perawat klinis / staf III ( kompeten)
d. Perawat klinis / staf IV ( terampil)
e. Perawat klinis / staf V ( ahli)

3. Model Career pathways yang dikembangkan di UK (Blakemore, S., 2010)
Blakemore memaparkan Nursing Careers di United Kingdom ( UK ) sejak tahun 2006 mengalami proses
modernisasi dengan model karir yang lebih fleksibel tertuang dalam career pathways. Karir yang
dikembangkan sejalan dengan konsep Benner (84) dan Swansburg (2000), yang menetapkan empat jalur
karir, meliputi perawat klinik, manajemen, pendidik dan peneliti. Namun demikian, konsep
pengembangan karir selanjutnya diarahkan pada lima career pathways yang meliputi :
a. Family and public health
b. Acute and critical care
c. First contact, acces and urgent care
d. Supporting long-term care
e. Mental health and psychosocial care

También podría gustarte