STEP 2 1. Why is the patient feel very sudden and intense pain his side and lower back ? 2. Why is the patient breathing deeply and the pain began to recede? 3. Why is the doctor told the patient to eat fewer foods containing calcium or oxalate? 4. Why is the patient feel nauseous? 5. Why is the urin test show high calcium level and how is metabolism of calcium in body? 6. What is the food that containing high calcium or oxalate? 7. Why is the pain spreading into his lower abdomen and groin? 8. Why is the doctor told him to drink at least two liters of water each day? 9. What is the presciption for pain medication in the patient? 10. What is the risk factor? 11. How is the physical examination of kidney? 12. DD? 13. Phatogenesis?
STEP 3 1. Why is the patient feel very sudden and intense pain his side and lower back ? jelaskan dan beserta gambar Adanya benda asing dibagian proximal ureter rasa sakit sepanjang ureter(tlg blkg)dijalarkan saraf genitocruralis mengiritasi pusat refleks di medula spinalis (T11-12) rasa sakit di testis pada atau ovarium pada wanita dan kadang2 dirasakan sakit dimeatus uretra internus dan uretra rasa sakit waktu kencing.Adanya viscerosensory refleks n.ilioinguinalis hipertensi dipaha bagian medial yg dibatasi oleh ligamentum inguinale dibagian cranial, otot sartorius dibagian lateral dan otot aduktor dibagian medial.Bila pada daerah ini dicubit maka timbul rasa sakit yg hebat dan testis tertarik ke inguinal sbg pembanding bila sisi yg kontra lateral dicubit hanya akan terjadi kontraksi otot kremaster Nyeri ureter dijalarkan sampai ke testis pada laki2 atau ovarium pada wanita mell nervus genito cruralis. Segmentasinya T11 sampai T12. kadang timbul neusea karena adanya medula seminalis segmen T10 sampai lumbal 1, mensrafi ginjal dan organ2 gastrointestinal seperti gaster. Sumber : Ilmu Bedah 2 seri catatan kuliah edisi 2005 ; hal 442
Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo
Batu ureter pada peralihan pelvis ureter : T 10
Batu ureter pada saat menyilang a.iliaka : L2-L4
Batu ureter saat masuk V.U : S2-S3
Nyeri kolik ureter atau kolik ginjal adalah nyeri pinggang hebat yang mendadak, hilang-timbul (intermitten) yang terjadi akibat spasme otot polos untuk melawan suatu hambatan. Nyeri mula-mula akan dirasakan di daerah sudut costovertebra dan akan menjalar ke seluruh perut, ke daerah inguinal, bahkan sampai ke daerah kemaluan. Penyebab sumbatan umumnya adalah batu, debris, atau bekuan darah yang berasal dari ginjal dan turun ke ureter. Batu kecil yang turun ke pertengahan ureter pada umumnya menyebabkan penjalaran nyeri ke pinggang sebelah lateral dan seluruh perut. Jika batu turun mendekati buli-buli biasanya disertai dengan keluhan lain berupa nyeri kencing dan urgensi. Tidak jarang nyeri kolik disertai dengan gangguan pada saluran perncernaan, berupa mual dan muntah. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik yang meningkat. Hal ini akan menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri no kolik juga terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Obstruksi di Ureter (batu, bekuan darah,atau debris) Gerakan peristaltik ureter terhambat Spasme otot polos ureter Nyeri Kolik
Lokasi dan penjalaran sakit tergantung letak sumbatan (obstruksi) : Sumbatan pada ureter proksimal sering menyebabkan cresendolike di daerah pinggang, menjalar ke arah lateral perut, lipat (pangkal) paha, testis (pria) dan labia (wanita) Sumbatan pada pertengahan ureter sering menyebabkan sakit yang menjalar ke daerah tungkai sebelah lateral dan perut Sumbatan pada ureter distal (uretero vesical junction) menyebabkan keluhan- keluhan iritasi kandung kemih Intensitas kolik ginjal juga tidak meningkat atau menurun seperti kolik usus atau kolik bilier tetapi cenderung konstan. Mekanisme lokal seperti inflamasi, edema, hyper- peristaltis, dan iritasi mukosa mungkin berkontribusi besar pada nyeri yang dialami oleh pasien batu ginjal. Pada ureter, nyeri lokal yang dialami berhubungan dengan distribusi dari nervus ilioinguinal dan cabang nervus genitofemoral. Umumnya urolitiasis ditandai dengan nyeri yang beronset akut akibat obstruksi akut pula dan distensi traktus urinarius bagian atas. Keparahan dan lokasi sakit dapat bervariasi dari pasien ke pasien ke pasien lain bergantung pada ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi, ketajaman obstruksi, dan variasi dalam anatomi individu (misalnya, intrarenal versus extrarenal pelvis). Besar batu tidak berhubungan dengan keparahan gejala. Batu ureter kecil sering hadir dengan rasa sakit yang sangat, sementara batu ginjal staghorn besar dapat hadir dengan rasa pegal atau ketidaknyamanan
Purnomo B, Buku Dasar-dasar Urologi, Edisi I, CV.Sagung Seto, Jakarta : 2000
Peristaltik ureter berapa kali sehari? Spasme ? kontraksi terus menerus Nyeri Intermitten
Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Rasa nyeri (kolik renal) merupakan gejala utama pada episode akut dari calculus renal. Lokasi rasa nyeri tergantung kepada lokasi dari batu. Bila baru berada dalam piala ginjal, rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan, terutama timbul pada sudut costovertebral. Bila batu berjalan di sepanjang ureter rasa nyeri menjadi menghebat dan sifatnya intermiten. Disebabkan oleh spasme ureter akibat tekanan batu. Rasa nyeri menyelusuri jalur anterior dari ureter turun ke daerah supra pubis dan menjalar ke eksternal genetalia. Seringkali batu diam-diam dan tidak menimbulkan gejala-gejala selama beberapa tahun, dan ini sungguh-sungguh terjadi pada batu ginjal yang sangat besar. Batu yang sangat kecil dan halus bisa berlalu tanpa disadari oleh orangnya. Mual dan muntah sering menyertai kolik renal.
NYERI KOLIK Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam system koliktikus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau infeksi di dalam sumbatan saluran kemih. Nyeri akibat batu saluran kemih yang dapat dijelaskan melalui 2 mekanisme: (1) Dilatasi system sumbatan dengan peregangan reseptor sakit (2) Iritasi local dinding ureter atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan pelepasan mediator sakit. Nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga Disebabkan : - obstruksi usus - batu ureter - batu empedu - peningkatan tekanan intraluminer timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, maka kolik dirasakan hilang timbul. Biasanya disertai oleh perasaan mual, bahkan sampai muntah. Penderita gelisah saat serangan (berguling-guling di atas tempat tidur atau di jalan). Yang khas adalah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa Buku Ajar Ilmu Bedah. Wim de Jong. EGC
2. Why is the patient breathing deeply and the pain began to recede?
3. Why is the doctor told the patient to eat fewer foods containing calcium or oxalate? Because if calcium and oxalate higher than other product especially solvent material that can be easily make the stone because based on the theory of formation stone if there are dissolved material higher than solvent material that become supersaturated and can cause sedimentation crystal Pardede, O. Sudung, Partini P. Trihono, Buku ajar Nefrologi Anak, edisi 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Urinary supersaturation is a measure of the likelihood of stone-forming salts to form a crystal complex, which can ultimately become a stone. Supersaturation calculations for salts, such as calcium oxalate, calcium phosphate, and uric acid, can reliably predict stone formation. The supersaturation value depends on the concentration of dissolved salt relative to its solubility. It is calculated using the total concentration of urinary sodium, potassium, calcium, magnesium, ammonia, phosphate, sulfate, oxalate, citrate, uric acid, pyrophosphate, carbon dioxide, chloride, and pH. Medical evaluation and management of urolithiasis Michelle Jo Semins.The James Buchanan Brady Urological Institute, The Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore, MD 21287, USA
Teori Pembentukan Batu a. Teori Supersaturasi/ Kristalisasi Urin memiliki kemampuan melarutkan lebih banyak zat yg terlarut bila dibandingkan air biasa. Campuran ion aktif dalam urin dapat menimbulkan interaksi sehingga mempengaruhi kelarutan elemen2 urin. Dg adanya molekul2 zat organic (urea, asam urat, sitrat) juga akan mempengaruhi kelarutan zat2 lain. Bila konsentrasi zat2 yg relative tdk larut dlm urin (Ca, oksalat, fosfat) akan terbentuk kristalisasi zat tsb b. Teori Nukleasi/ adanya nidus Nidus/ Nukleus yg terbentuk akan mjd inti presipitasi yg kemudian tjd. Zat / keadaan yg bersifat mjd nidus adl ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel / pus, bakteri, jaringan nekrotik iskemi yg berasal dr neoplasma atau infeksi dan benda asing c. Teori Tidak Adanya Inhibitor Supersaturasi Ca, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya inhibitor kristalisasi. Hal ini yg dapat menjelaskan mengapa pd sebagian individu tjd pembentukan batu, sedangkan pd individu lain tidak, meskipun sama2 terjadi supersaturasi. Ternyata pd pasien BSK, tdk terdapat zat yg bersifat sbg inhibitor dlm pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan pirofosfat diketahui dapat menghambat nukleasi spontan Kristal Ca. Beberapa jenis glikosaminoglikans (Chondroitin sulfat) dpt menghambat pertumbuhan Kristal Ca yg telah ada.Zat lain yg punya peran inhibitor : asam ribonukleat, asam amino terutama alanin, sulfat, flourida dan seng. d. Teori Epitaksi Epitaksi adl peristiwa pengendapan suatu Kristal di atas permukaan Kristal lain. Bila supersaturasi urin oleh asam urat telah tjd misal krn dehidrasi / masukan purin konsentrasi asam urat terjadi pembentukan Kristal asam urat. Bila pada pasien ini terjadi masukan kalsium dan oksalat terbentuk Kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan menempel di permukaan Kristal asam urat tdk jarang ditemukan BSK yg intinya asam urat yg dilapisi oleh kalsium oksalat pd bagian luar e. Teori Kombinasi Teori ini merupakan gabungan dr berbagai teori diatas. (1) Fungsi ginjal harus cukup baik utk dapat mengekskresi zat yg dapat membentuk Kristal scr berlebih. (2) ginjal hrs dpt menghasilkan urin dg pH yg sesuai utk kristalisasi. Dr ke2 hal tsb, disimpulkan bhw ginjal harus mampu melakukan ekskresi zat secara berlebihan d pH urin yg sesuai shg tjd presipitasi zat tsb. (3) urin hrs tdk mengandung sebagian/ seluruh inhibitor kristalisasi. (4) Kristal yg telah terbentuk harus berada cukup lama dlm urin, utk dpt slg beragregasi membentuk nucleus yg selanjutny akan mengganggu aliran urin. Statis urin memegang peranan penting dalam pembentukan BSK, shg nucleus yg terbentuk bisa tumbuh.
2. Teori vaskuler Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya batu saluran kemih. a. Hipertensi Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolis 140 mm Hg atau lebih, atau tekanan darah diastolis 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi. Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 1800 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbulen ini berakibat penendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu. b. Kolesterol Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
Pardede, O. Sudung, Partini P. Trihono, Buku ajar Nefrologi Anak, edisi 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
4. Why is the patient feel nauseous? 5. Why is the urin test show high calcium level and how is metabolism of calcium in body? Proses pembersihan mg, ca?
6. What is the food that containing high calcium or oxalate? 7. Why is the doctor told him to drink at least two liters of water each day? Perbanyak air putih Minum air putih yang cukup, kurang lebih 8 gelas tiap hari. Tujuannya agar menghasilkan air seni yang cukup untuk membilas zat-zat kimia yang mungkin akan mengendap di batu ginjal. Because to help the stone escape from urinary track, the water will push down stone from urinary track Cahyono, Suharjo B. 2009. Batu Ginjal Bagaimana Mencegah dan Mengobatinya
8. What is the risk factor and phatogenesis? Faktor-faktor resiko terdiri dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsiknya adalah: a) Hereditair (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya b) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun c) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki 3x lebih banyak dari pasien perempuaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang mencegah terjadinya agregasi garam kalsium Faktor ekstrisik diantarany adalah: a. Geografi: pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. b. Iklim dan temperatur Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D(memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden BSK akan meningkat. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan BSK. c. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih d. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan BSK. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. e. Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih f. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sendetary life Purnomo, Basuki B., 2007, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta, EGC Stone compose into crystal arrange into organic and anorganic material dissolved in urin crystal in metastable condition if no cause crystal precipitate if no metastable crystal compose into precipitate stone nucleation aggregration and extract other material forming the bigger crystal although the bigger stone but still brittle crystal agregrate adhere in epitel of urinary track (make crystal retention) other materials make sedimentation to aggregate the bigger stone that can close up urinary track Metastable condition affected with : temperature, pH, solution, koloid in urin, slut concentration in urin, urin flow in urinary track, there is corpus alienum in urinary track that can become stone nucleation Purnomo B, Buku Dasar-dasar Urologi, Edisi I, CV.Sagung Seto, Jakarta : 2000
1. Teori Fisiko Kimiawi Prinsip teori ini yaitu terbentuknya batu saluran kemih karena adanya proses kimia, fisiko maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui terjadinya batu di dalam sistem pielokaliks ginjal sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu dalam tubulus renalis. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu sebagai berikut: a. Teori Supersaturasi Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan prasyarat untuk terjadinya presipitasi (pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila ada penambahan yang bisa mengkristal dalam air dengan pH dan suhu tertentu, sehingga suatu saat terjadi kejenuhan dan selanjutnya terjadi kristal. Bertambahnya bahan yang dapat mengkristal yang disekresikan oleh ginjal, maka pada suatu saat akan terjadi kejenuhan sehingga terbentuk kristal. Proses kristalisasi dalam pembentukan batu saluran kemih berdasarkan adanya 4 zona saturasi , terdapat tiga zona yaitu: 1) Zona stabil, tidak ada pembentukan inti batu 2) Zona metastabil, mungkin membesar tetapi tidak terjadi disolusi batu, bisa ada agregasi dan inhibitor bisa mencegah kristalisasi 3) Zona saturasi tinggi
Gambar 2.1 Proses kristalisasi Batu Saluran Kemih. Berdasarkan gambar 2.1 terlihat bahwa saturasi dalam pembentukan batu saluran kemih dapat digolongkan menjadi 3 bagian berdasarkan kadar bahan tersebut dalam air kemih. Bila kadar bahan pengkristal air kemih sangat rendah maka disebut zona stabil saturasi rendah. Pada zona ini tidak ada pembentukan inti batu saluran kemih, bahkan bisa terjadi disolusi batu yang sudah ada. Bila kadar bahan pengkristal air kemih lebih tinggi disebut zona supersaturasi metastabil. Pada zona ini batu saluran kemih yang ada dapat membesar walaupun tidak terbentuk inti batu saluran kemih yang baru, tetapi tidak dapat terjadi disolusi dan dapat terjadi agregasi kristal-kristal yang sudah terbentuk. Inhibitor sangat penting pada zona ini, yaitu untuk mencegah terjadinya kristal batu saluran kemih. Bila kadar bahan pengkristal air kemih tinggi disebut zona saturasi tinggi. Pada keadaan ini mudah terbentuk inti batu saluran kemih spontan, batu begitu cepat membesar karena terjadi agregasi. Inhibitor tidak begitu efektif untuk mencegah terbentuknya kristal batu saluran kemih. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih. Secara kasar separuh total konsentrasi kalsium dan oksalat berada dalam bentuk ion bebas, sisanya dalam bentuk kompleks. Kekuatan ion terutama ditentukan oleh natrium, kalsium dan klorida. Bila kekuatan ion naik, maka akan menyebabkan AP CaOx turun dan risiko pembentukan kristal kalium oksalat, sebab jumlah konsentrasi ion biasanya akan menurun. Kalsium dapat membentuk kompleks dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih akan mempengaruhi pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada kenaikan pH terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat serta penurunan kompleks kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampir semua ion sitrat terionisasi sehingga sangat mudah membentuk kompleks dengan 3 ion kalsium. Pada penurunan pH terjadi sebaliknya yaitu penurunan kemampuan ion sitrat untuk mengikat kalsium sehingga lebih mudah membentuk kompleks kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana basa, maka ion hidrogen bebas turun sehingga menaikkan ion fosfat bebas.
b. Teori matrik Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitochondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti sarang laba-laba yang berisi protein 65%, Heksana10%, Heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu xxxvi yang sebabkan batu makin lama makin besar. Matrik tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu
c. Teori Inhibitor Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan pembentuk batu sama tingginya pada beberapa orang tetapi tidak semua menderita penyakit batu. Hal tersebut disebabkan pada orang yang tidak terbentuk batu dalam air kemihnya mengandung bahan penghambat untuk terjadinya batu (inhibitor) yang lebih tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu. Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik yang sering terdapat adalah asam sitrat, nefrokalsin dan tamma-horsefall glikoprotein dan jarang terdapat yaitu gliko-samin glikans, uropontin. Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc. Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen menjadi magnesium oksalat. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa kandungan sitrat jeruk nipis lebih tinggi daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494 mg/10ml air perasan jeruk
d. Teori Epitaksi Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat menempel pada krital asam urat yang ada
e. Teori kombinasi Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada
f. Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah sebagai berikut: 1) Teori terbentuknya batu struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi mempunyai komposisi magnesium amonium fosfat. Terjadinya batu jenis ini dipengaruhi pH air kemih 7,2 dan terdapat amonium dalam air kemih, misalnya pemecah urea (urea splitting bacteria). Urease yang terbentuk akan menghidrolisa urea menjadi karbon dioksida dan amonium dengan reaksi seperti dibawah ini
Akibat reaksi ini maka pH air kemih akan naik lebih dari 7 dan terjadi reaksi sintesis amonium yang terbentuk dengan molekul magnesium dan fosfat menjadi magnesum amonium fosfat (batu struvit). Bakteri penghasil urease sebagian besar Gram negatif yaitu golongan proteus, klebsiela, providensia dan pseudomonas. Ada juga bakteri gram positif yaitu stafilokokus, mikrokokus dan korinebakterium serta golongan mikoplasma, seperti T strain mikoplasma dan ureaplasma urelithikum 2) Teori nano bakteria Nanobakteria merupakan bakteri terkecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong Gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding sel bakteri ini mengeras xxxviii membentuk cangkang kalsium (karbonat apatite) kristal karbonat apatit ini akan mengadakan agregasi dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel disitu sehingga makin lama makin besar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bacteria 3) Oxalobacter Dalam usus manusia terdapat bakteri pemakan oksalat sebagai bahan energi yaitu Oxalobacter formigenes dan Eubacterium lentrum tetapi hanya Oxalobacter formigenes saja yang tak dapat hidup tanpa oksalat
2. TEORI VASKULER Pada penderita batu saluran kemih sering didapat adanya penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya batu saluran kemih. a. Hipertensi Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolis 140 mm Hg atau lebih, atau tekanan darah diastolis 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbulen ini berakibat penendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu
b. Kolesterol Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah xxxix akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi)
http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf
JENIS-JENIS BATU PADA SALURAN KEMIH Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%), xanthyn dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%). 6 1. Batu Kalsium Batu jenis ini dijumpai lebih dari 80% batu saluran kemih, baik yang berikatan dengan oksalat maupun fosfat.
Gambar 2. Gambaran bentuk batu kalsium oksalat 7
Etiologi : 1. Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain : a. Hiperkalsiuri absorptif, terjadi karena peningkatan absorpsi kalsium melalui usus. b. Hiperkalsiuri renal, terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal. c. Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid. 2. Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan usus passca operatif usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, seperti : teh, kopi instan, minuman soft drink, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam. 3. Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. 4. Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang bersifat lebih mudah larut, sehingga menghalangi kalsium berikatan dengan oksalat atau fosfat. Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazid dalam waktu lama. 5. Hipomagnesuria. Sama seperi sitrat, magnesium bertindak sebagai inhibitor timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat membentuk magnesium oksalat, sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat. 5
2. Batu Struvit Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperi pada reaksi : CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2 Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP).
Gambar 3. Gambaran bentuk batu struvit 7
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk pemecah urea. 5
3. BATU ASAM URAT 5 Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.
Gambar 4. Gambaran bentuk batu asam urat 7
Penyakit ini banyak diderita oleh pasien dengan penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Obesitas, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mendapatkan penyakit ini. Asam urat relatif tidak larut dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat.
Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah : 1. urine yang terlalu asam (pH urine < 6), 2. volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau dehidrasi, 3. hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.
Batu asam urat bentuknya halus dan bulat, sehingga seringkali keluar spontan. Bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan filling defect pada saluran kemih sehingga harus dibedakan dengan bekuan darah.
4. BATU JENIS LAIN 5 Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase.
Gambar 5. Gambaran bentuk bati sistin 7
Berdasarkan jenisnya bibagi dalam : Batu Pelvis Ginjal Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi (5) . Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik. Batu Ureter Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (2) . Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (2) . Batu Vesika Urinaria Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik (1,4) . Batu Prostat Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih (4) . Batu Uretra Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain. Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin . Batu Kalsium : Terbentuk oleh karena a. Hiperkalsiuri b. Hiperurikosuri ( 20% ) dari batu kalsium c. Hiperoksaluri d. Batu kalsium fosfat terjadi karena hiperkalsiuri (pH urine alkalis) e. Volume urin yang kurang
Batu Infeksi : Batu stagorn (batu Strufit / Batu infeksi / triple fosfat) batu campuran bersifat radioopaque Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Bakteri pemecah urea : Proteus, Pseudomonas, Klebsiela, Yersinea, Haemophilus - pH urine yang bersifat basa - Stasis Urine - kateter - neurogenic bladder
Batu asam urat : a. Hiperurikosuri (25% penderita gout) b. Volume urin yang kurang (< 500 cc/24 jam) c. pH urin (< 5.5 ) d. Gout e. Hiperuricemi
9. How is the physical examination of kidney? Abdominal X-Ray
Blood tests Blood screening tests should be a routine component of the diagnostic evaluation for all stone formers (Table 1). Serum electrolyte, calcium, carbon dioxide, and uric acid measurements should all be obtained as well as measurement of serum creatinine to assess renal function. These tests are generally inexpensive, and will effectively screen for metabolic abnormalities that may contribute to recurrent stone formation.
Table 1. Blood tests. Primary hyperparathyroidism may manifest with hypercalcemia. This disorder can be confirmed by determining the patients intact serum parathyroid hormone level and serum phosphorous, as an elevated intact parathyroid hormone level and depressed phosphorous supports the diagnosis. Repeat calcium measurements are sometimes necessary for the proper diagnosis of this condition, as hypercalcemia may be intermittent. In addition, ionized calcium values may be helpful, particularly if serum albumin levels are abnormal. Alternatively, if the diagnosis is suspected but the calcium level is normal, the administration of a short course of thiazide-type diuretic can unmask occult cases with resultant hypercalcemia [Eisner et al. 2009]. Distal renal tubular acidosis (RTA) may be suspected in the setting of low potassium and carbon dioxide values. This disorder, part of a spectrum of clinical syndromes of metabolic acidosis, results from a defect in renal tubular hydrogen ion secretion, and therefore is associated with an abnormal urinary acidification process. Serum carbon dioxide is reduced, as a consequence of the chronic metabolic acidosis, which also results in decreased tubular potassium reabsorption. Patients with distal RTA generally form calcium phosphate stones [Evan et al. 2007]. Elevated serum uric acid levels may suggest a gouty diathesis. These patients will commonly form stones composed of uric acid, although in rare situations calcium oxalate stone formation may also occur. In some cases of hyperuricemia, patients may manifest symptoms of gouty arthritis, as well as symptoms from their stones. Less-commonly encountered conditions may require alternative blood tests for diagnosis. Elevated serum oxalate levels and vitamin D levels can diagnose primary hyperoxaluria and hypervitaminosis D, respectively, both conditions that can be associated with urinary calculi. Sarcoidosis can also be associated with hypercalcemia and kidney stones, and an elevated serum angiotensin-converting enzyme (ACE) and calcitriol may provide supportive evidence of this disorder. Urine tests A simple clean catch urinalysis can be very informative and should be performed for all stone formers (Table 2). The specific gravity of urine reflects the general state of hydration of a patient; chronically volume depleted patients will demonstrate an elevated specific gravity, thereby implying an elevated stone risk. A simple urinalysis will also measure urinary pH. Persistently low urinary pH (<5.5) increases the risk for uric acid calculi formation. A persistently elevated pH (>6.5) can be associated with distal RTA or the presence of urease-producing bacteria. Infection is supported with the concomitant presence of nitrites, leukocyte esterase, and bacteria.
Table 2. Urinary tests. If infection is suspected, a urine culture can be instructive. The results of the urine culture can demonstrate the presence of a urea-splitting organism, such as Proteus, Pseudomonas, or Klebsiella, all of which may be associated with the formation of struvite calculi. Microscopic examination of the urine sediment can identify crystals that can predict the stone composition formed by the patient. Hexagonal crystals are pathognomonic for cystinuria [Prezioso et al. 2007]. Rectangular coffin-lid crystals indicate struvite calculi. In some patients, tetrahedral envelope crystals can be detected which are present in the setting of calcium oxalate stones. Medical evaluation and management of urolithiasis Michelle Jo Semins.The James Buchanan Brady Urological Institute, The Johns Hopkins University School of Medicine, Baltimore, MD 21287, USA
1. Urinalisa Proteinuria jika ada hematuria ; pH yang lebih tinggi daripada 7,6 menunjukan adanya organisme pemecah urea (pH urin rendah 6-6,5) berhubungan dengan batu asam urat atau renal tubular acidosis, harus dicari dalam sedimen urin (BJ urin normal: 1,010-1,030) apakah terdapat eritrosit, leukosit, bakteri, kristal ( oksalat, fosfat, asam urat, sistin). Eritrosit : hematuria mikroskopis yang ditemukan dapat mendukung diagnosa urolitiasis, namun tanpa adanya hematuria, diagnosa urolitiasis tidak dapat disingkirkan. Hal ini terjadi terutama pada obstruksi komplit. Leukosit : Pyuria ringan dapat terjadi pada urolitiasis sebagai respons peradangan akibat adanya batu
a. Pemeriksaan radiologi batu ada yang radiopak pemeriksaan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila diambil foto 2 arah batu yang radiolusen dari jenis asam urat murni b. Foto pielografi intravena sbg tambahan foto polos yg dilakukan jika batu terletak di depan bayangan tulang shg terhindar dari pengamatan c. Pielografi retrograd dilakukan bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi shg kontras tidak muncul cara : dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistoskop pada ureter ginjal yg tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras d. Pemeriksaan laboratorium untuk mencari kelainan kemih yg dapat menunjang akan adanya batu disaluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu Pemeriksaan renogram untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Pemeriksaan ultrasonografi untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada radiolusen atau radioopak dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi ; R.Sjamsuhidajat ; hal 1028
10. DD? a. BSK (BATU SALURAN KEMIH) Definisi Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. www.usu.ac.id
Etiologi
Faktor resiko intrinsik berasal dari tubuh seseorang jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dari pasien perempuan. keturunan : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. umur paling sering usia 30-50 tahun Peminum alkohol Kegemukan ekstrinsik berasal dari lingkungan sekitar Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai batu saluran kemih. Iklim dan Temperatur Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life. Dasar-dasar Urologi, Purnomo, Basuki B, 2000 Klasifikasi
Batu saluran kemih menurut tempatnya di golongkan menjadi Batu ginjal, Batu Ureter, Batu kandung kemih dan Batu uretra. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis renalis, ureter, kandung kemih atau uretra. Batu saluran kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat ataupun kasium posfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di negara maju seperti Amerika serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai pada batu saluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu saluran kemih. www.usu.ac.id Batu Kalsium Batu jenis ini dijumpai lebih dari 80% batu saluran kemih, baik yang berikatan dengan oksalat maupun fosfat.
Batu Struvit Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperi pada reaksi : CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2 Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP).
Gambar 3. Gambaran bentuk batu struvit 7
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk pemecah urea.
Batu asam urat Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat.
Batu jenis lain
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase.
FACTOR PENDUKUNG TERJADINYA BATU batu kalsium batu jenis ini banyak dijumpai, yaitu 70-80 % dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu ini terdiri dari kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran kedua unsur itu. Faktor terjadinya : Hiperkalsiuri : kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Hiperoksaluri : ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Hiperurikosuri : kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24 jam. Hipositraturi Hipomagnesiuri batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebakan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. batu urat batu asam urat merupakan 5-10 % dari seluruh batu saluran kemih. Banyak diderita pada pasien gout, penyakit mieloproliteratif, pasien yang mendapat terapi anti kanker, dan yang mempergunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazone, tiazid, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar mendapat penyakit ini. Faktor yang menyebabkan batu asam urat : a. Urine yang terlalu asam (pH urine < 6) b. Volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter per hari) atau dehidrasi c. Hiperurikosuri batu xanthin batu triamteren batu silikat Dasar-dasar Urologi, Purnomo, Basuki B, 2000 MANIFESTASI KLINIS Berdasarkan letaknya : Batu pelvis ginjal a. Tidak ada gejala atau tanda b. Nyeri pinggang c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik d. Pielonefritis dan atau sistisis. e. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing. f. Nyeri tekan kostovertebral g. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan. h. Gangguan faal ginjal. Batu ureter a. Kolik i. Serangan nyeri ii. Kegelisahan b. Nyeri alih ke region inguinal c. Perut kembung (ileus paralitik) d. Hematuria e. Batu tampak pada pemeriksaaan pencitraan.
Batu kandung kemih a. Urine tiba-tiba terhenti dan menetes disertai nyeri. b. Pada anak-anak tampak penis lebih panjang. c. Miksi akan terdapat nyeri di suprapubik. d. Beralih posisi akan mengurangi nyeri.
Batu prostat a. Pada umumnya tidak menimbulkan gejala sama sikalu karena tidak menyebabkan gangguan pasase kemih.
Batu uretra a. Miksi tiba-tiba terhenti dan menetes disertai nyeri. b. Penyulinya dapat terjadi divertikulum abses, fistel proksimal dan uremia kerena obstruksi urin.
Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo
PATOGENESIS PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN DIAGNOSIS - Anamnesis - Pemeriksaan fisik : nyeri ketok pada daerah kostovertebra dan teraba ginjal pada sisi yg sakit PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan radiologi - batu ada yang radiopak pemeriksaan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila diambil foto 2 arah - batu yang radiolusen dari jenis asam urat murni
b. Foto pielografi intravena sbg tambahan foto polos yg dilakukan jika batu terletak di depan bayangan tulang shg terhindar dari pengamatan c. Pielografi retrograd dilakukan bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi shg kontras tidak muncul cara : dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistoskop pada ureter ginjal yg tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras d. Pemeriksaan laboratorium untuk mencari kelainan kemih yg dapat menunjang akan adanya batu disaluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu e. Pemeriksaan renogram untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. f. Pemeriksaan ultrasonografi - untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada radiolusen atau radioopak - dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih - untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi ; R.Sjamsuhidajat ; hal 1028 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain : 1. Pencegahan Primer Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis. 2. Pencegahan Sekunder Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis. 3. Pencegahan Tersier Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya. www.usu.ac.id KOMPLIKASI - Obstruksi Akibat obstruksi khususnya di ginjal atau ureter daat terjadi hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yg berakhir dengan kegagalan faal ginjal yg terkena Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena gagal ginjal total Khusus pada batu urethra dapat terjadi divertikulum uretra. Bila obstruksi berlangsung lama dapat terjadi ekstravasasi air kemih dan terbentuklah fistula yg terletak proximal dari batu ureter - Infeksi sekunder - Iritasi yg berkepanjangan pada urotelium yg dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yg sering berupa karsinoma epidermoid Sumber : Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi ; R.Sjamsuhidajat ; hal 1030 hidronefrosis hidroureter pielonefrosis urosepsis gagal ginjal Dasar-dasar Urologi, Purnomo, Basuki B, 2000
11. What is the presciption for pain medication in the patient? PENATALAKSANAAN Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah batu yang telah menimbulkan obstruksi, infeksi atau indikasi social Batu dapat dikeluarkan dengan cara : Medikamentosa Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ESWL adalah alat pemecah batu yang dikenalkan Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih Endourologi Adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan mengeluarkannya melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat ini dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Sedangkan pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidrolik, energi gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan endourologi : a. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy) : yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke system kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah dahulu. b. Litotripsi : yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. c. Ureteroskopi / uretero-renoskopi : yaitu memasukkan alat ureteroskopi per- uretra guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi / uretero-renoskopi ini. d. Ekstraksi Dormia : yaitu pengeluaran batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk pengambilan batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter Bedah terbuka Pielolitotomi / nefrolitotomi untuk mengambil batu di saluran ginjal Ureterolitotomi untuk batu ureter Vesikolitotomi untuk batu buli-buli Uretrolitototomi untuk batu uretra Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi / pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis) akibat dari batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun Dasar-dasar Urologi, Purnomo, Basuki B, 2000 EDUKASI UNTUK PASIEN Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine 2-3 liter per hari Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu Aktivitas harian yang cukup Medikamentosa Diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah : a. Rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam b. Rendah oksalat c. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri d. Rendah purin e. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuri absorbtif Type II. Dasar-dasar Urologi, Purnomo, Basuki B, 2000