Está en la página 1de 46

1

1 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah
mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai
tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan beberapa faktor
pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga
khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat.
1
Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi, tulang alveolar,
ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Kehilangan gigi
geligi pada umumnya disebabkan karena karies gigi yang tidak dirawat, tetapi banyak
pula disebabkan rusaknya salah satu atau lebih jaringan penyangga gigi yang akan
menyebabkan gigi menjadi kehilangan dukungan, goyang dan sampai terlepas dari
socketnya. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk
membuat diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dalam perawatan gigi dan
jaringan penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan gigi tiruan cekat
pada khususnya, yang setelah dipasang didalam mulut akan merupakan satu kesatuan
dengan gigi yang masih ada beserta jaringan penyangganya.
1
Pemakaian restorasi cekat, khususnya gigi tiruan cekat secara ideal
menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya. Karena itu

2

2 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan mulut pasien
sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan pencegahan
terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta pembuatannya yang
memenuhi syarat-syarat terutama syarat histologis.
1

I.2. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan adalah :
1. Apakah definisi dari gigitiruan mahkota ?
2. Bahan-bahan apa sajakah yang dapat digunakan dalam pembuatan gigitiruan
mahkota ?
3. Apakah yang dimaksud dengan jaringan gingiva ?
4. Bagaimana gambaran klinis dari gingiva yang normal atau sehat ?
5. Apa yang dimaksud dengan gingivitis ?
6. Apakah ada dampak pemakaian gigitiruan mahkota terhadap kesehatan
jaringan gingiva ?

I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi dari gigitiruan mahkota
2. Untuk mengetahui bahan-bahan apa sajakah yang dapat digunakan dalam
pembuatan gigitiruan mahkota

3

3 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
3. Untuk mengetahui pengertian dari jaringan gingiva
4. Agar dapat memahami gambaran klinis dari gingiva normal atau sehat
5. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan gingivitis
6. Untuk mengetahui dampak pemakaian gigitiruan mahkota terhadap kesehatan
jaringan gingiva

I.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan mengenai dampak pemakaian gigitiruan penuh
terhadap jaringan pendukung gigitiruan
2. Sebagai bekal ilmu untuk tugas pengabdian sebagai dokter gigi di masa
mendatang

I.5. Hipotesis
Ada dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian gigitiruan mahkota terhadap
jaringan gingiva.







4

4 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Gigitiruan Mahkota
Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang
dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah
sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang
rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti
dengan bahan akrilik/porselen/ kombinasi logam-porselen yang menyerupai
selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau
menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas
oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus.
2

Dental crown atau mahkota tiruan diibaratkan seperti sarung yang berbentuk
gigi. Gigi yang dimasukkan ke dalam sarung gigi ini berguna untuk mengembalikan
bentuk, ukuran, dan kekuatan gigi palsu. Gigi tiruan mahkota terbuat dari porselen,
campuran porselen, dan berbagai bahan metal dan emas.
3
II.1.1. Mahkota Penuh
Mahkota Penuh adalah restorasi yg menutupi seluruh permukaan mahkota
gigi (mesial, distal, bukal, lingual & oklusal), jenis mahkota penuh adalah :
4
1. Jacket Crown = Mahkota Jaket
2. Full Casted Crown ( FCC) = Mahkota tuang penuh
3. Full Veneer Crown ( FVCr)= Mahkota Pigura

5

5 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva

Gambar 1. Mahkota Jaket
(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from
:http://www.google.co.id/image/jacketcrown.php)



Gambar 2. Full Cast Crown
(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from
:http://www.google.co.id/image/fullcastcrown.php)

II.1.2. Mahkota Sebagian
Mahkota Sebagian adalah restorasi yang menutupi sebagian permukaan
mahkota gigi (mesial, distal, lingual & oklusal saja), jenis mahkota sebagian adalah
sebagai berikut :
4

1. Mahkota anterior = Crown = Incisivus, caninus

6

6 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
2. Mahkota posterior = 4/5 Crown = Premolar dan Molar
3. Mesial Half Crown = Gigi Molar
II.1.3. Tujuan Pembuatan Gigitiruan Mahktota
Tujuan pembuatan Mahkota :
4
Memperbaiki permukaan struktur gigi yang rusak karena:
o fraktur
o karies
o perubahan warna
o cacat enamel bawaan
Pegangan klamer/cengkeram GTS
Mengganti mahkota lama yang rusak

II.2. Desain Preparasi Tepi Restorasi Gigitiruan Mahkota
Preparasi gigi merupakan salah satu tahap yang penting dalam pembuatan
mahkota logam porselen sehingga harus dilakukan secara hati-hati terutama pada
preparasi subgingiva, agar tidak melukai jaringan gingiva terutama yang tipis dan
halus. Bila perlekatan gingiva mengalami luka yang terjadi selama preparasi, dapat
menyebabkan resesi. Preparasi subgingiva harus berakhir 0,5 mm lebih pendek dan
perlekatan epitel.
5
Bur yang digunakan dapat melukai dan merusak jaringan gingiva, sehingga
kontur jaringan lunak secara estetis menjadi buruk. Oleh karena itu diperlukan

7

7 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
pengurangan jaringan gigi yang memadai untuk memberi ruangan yang cukup, baik
untuk penampilan estetik maupun fungsi yang normal.
5
Berdasarkan lokasinya dikenal tiga jenis akhiran preparasi, yaitu akhiran
preparasi supragingiva, akhiran preparasi subgingiva, dan akhiran preparasi setinggi
gingiva. Sedangkan menurut bentuknya dikenal empat macam akhiran preparasi.
yaitu knif-edgeijeather edge, preparasi shoulder, preparasi bevel shoulder, dan
akhiran preparasi chamfer.
5

II.3. Bahan Restorasi Gigitiruan Mahkota
Restorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan
restorasi diantaranya akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan
restorasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan jari ngan periodontal,
terutama dalam hubungannya dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat
bahan harus dipertimbangkan ketika bahan tersebut dipilih untuk digunakan
secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia,
karakteristik penanganan, estetik, dan segi ekonomis.
6
Pada permulaan abad ke-19 penggunaan basis dari bahan logam emas
dimulai. Teknik casting bahan logam emas sudah lama dikenal oleh bangsa Mesir
dan pandai emas dari Salomon dalam pembuatan perhiasan kuil-kuil. Pada tahun
1907 Taggart adalah orang pertama yang menggunakan teknik tersebut dalam
pembuatan inlay dan gigitiruan dari bahan emas. Namun karena sifat emas yang
lunak akhirnya dikembangkanlah logam aloi yang mempunyai kekuatan yang

8

8 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
lebih baik daripada logam emas yaitu sifatnya yang lebih tahan terhadap tekanan
kunyah.
7
Namun lambat laun kebutuhan akan estetis pasien pengguna gigitiruan
meningkat sehingga sekitar tahun 1935 penggunaan akrilik sebagai bahan
restorasi gigi tiruan mulai dijajaki. Tetapi sekarang akrilik tidak dipergunakan
lagi sebagai bahan pembuat gigi tiruan karena banyaknya laporan tentang
seringnya bahan ini menimbulkan reaksi alergi bagi penggunaannya.
7
Akibat reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh akrilik orang mulai
mencari bahan restorasi lain yang mempunyai estetik yang memuaskan tetapi
tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi terhadap jaringan mukosa rongga
mulut dan bahan restorasi itu biasa disebut porselen. Pengguna porselen mulai
populer sejak 1970 sebagai bahan dari basis gigi tiruan karena selain lebih estetik,
porselen tidak menimbulkan reaksi alergi pada pasien.
7
II.3.1. Akrilik
Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin
akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin
memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil
metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa
dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan
silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis
protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya

9

9 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya
menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan.
8

Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki
sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah
dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.
9
Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat.
Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk
mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di
bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis
gigitiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak
cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin.
8

II.3.2. Porselen
Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang
mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-fusing
yang mungkin mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti khusus ( alumina,
alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD CAM.
10

Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic,
porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca,
spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir,
porselen logam, inlai, mahkota, dan jembatan anterior), menurut metode
pemprosesan sintering, pengecoran, atau mesin ), menurut metode pemprosesan

10

10 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
(sintering, pengecoran, atau mesin), menuntut materi substruktur (logam cor,
logam swaged, porselen-kaca, porselen CAD-CAM atau inti porselen sintering).
Metode pembuatan restorasi porselen mencakup koridensasi dan sintering.
10
Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti
kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO
2
) dan feldspar potas
(K
2
OAl
2
O
3
.6SiO
2
) atau keduanya. Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan
untuk mengontrol temperatur penggabungan, temperatur sintering, koefisien
ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi
relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai
dengan gigi tetangganya.
10

Gambar 3. Mahkota Porselen
(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from
:http://www.google.co.id/image/.php)

Sifat-sifat porselen :
10
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan
hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40

11

11 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
persen; terutama disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama
proses pembulatan. Porselen tidak popular selama pembuatan inlay, oleh
karena sukar mendapatkan hasil dengan ketepatan yang dibutuhkan.
2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak
dapat dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan
bahan dan translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa
peneliti menganjurkan cara sebagai berikut :
a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air
b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari
porselen
c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya
pori-pori
3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan
restorasi gigi adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada
hampir semua pada kondisi lingkungan mulut
4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen
beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik.
seperti pada porselen alumina.
5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal
ekspansinya sangat mendekati email dan dentin

12

12 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian
apabila semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.
Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain :
10
1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu
2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan
dengan baik)
3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi
4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian
5. Tidak memberikan reaksi jaringan
Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang
penyusutan selama pembakaran.
10
II.3.3. Logam
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam,
akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi
chromium cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat
dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan ketersediaan biaya.
11
Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material
ini sering digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium,
restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi
dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan
lebih ekonomis dari segi biaya bila dibandingkan dengan paduan logam mulia

13

13 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu
tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan
sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya
kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah
pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya
precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang
untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan
logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan logarn, terutama pada daerah
tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari
restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau polishing dan dapat
memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan faktor
yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak.
12







Gambar 4. Mahkota Tiruan dari Logam
(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from
:http://www.google.co.id/image/.php)


14

14 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
II.4. Jaringan Gingiva
II.4.1. Anatomi Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus alveolar
dan mengelilingi leher gigi. Gingiva meluas mulai dan daerah batas servical gigi,
sampai ke daerah batas mucobuccal fold. Gingiva merupakan bagian dan apparatus
pendukung gigi dan jaringan periodonsium, yang berfungsi melindungi jaringan
dibawahnya terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.
13
Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva secara jelas dibatasi
mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang bergelombang disebut
perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga ditemukan pada aspek
lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada palatum, gingiva
menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang nyata.
14









Gambar 5. Anatomi Jaringan Gingiva
(Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-
image.dentistry.org)

15

15 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Gingiva dibagi menjadi tiga menurut daerahnya yaitu marginal gingival,
attached gingival dan gingival interdental. Marginal gingival adalah bagian gingival
yang terletak pada daerah korona dan tidak melekat pada gingiva. Dekat tepi gingiva
terdapat suatu alur dangkal yang disebut sulkus gingiva yang mengelilingi setiap gigi.
Pada gigi yang sehat kedalaman sulkus gingival bervariasi sekitar 0,5 2 m.
Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini
terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival juntion. Interdental gingiva
mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang interproksimal dibawah tempat
berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk
seperti lembah.
14
Suplai darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu :
14
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva pada
daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar yaitu arteri
infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal, mental dan lingual.
b. Pada daerah interdental percabangan arteri intrasepatal.
c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah
gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama dengan
distribusi suplai darah.


16

16 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
II.4.2 Gambaran Klinis Gingiva Sehat
1. Warna Gingiva
Dalam keadaan normal, akibat permukaan pada epitelium lebih tipis dan
vaskularisasi yang lebih banyak dibanding orang dewasa, gingiva pada anak berwarna
merah tua. Warna gingiva normal pada anak sangat dipengaruhi oleh vaskularisasi
pada pembuluh darah dan jaringan pendukung. Mukosa alveolar berwarna merah,
halus dan lebih terang.
13
Warna gingiva sangat bervariasi pada setiap orang dan berhubungan dengan
pigmentasi kulit. Warna gingiva lebih terang pada orang kulit putih dibandingkan
pada orang kulit hitam. Melanin berperan pada pigmentasi normal kulit, gingiva, dan
membaran mukosa mulut, dimana melanin ini lebih banyak terdapat pada orang kulit
hitam. Menurut Dummet ( Carranza, 2002 ), distribusi pigmen pada orang kulit hitam
yaitu gingiva 60 %, palatum 61 %, membran mukosa 22 %, dan lidah 15%.
13
2. Kontur Gingiva
Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung, pada bentuk maupun
kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal,
serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva
mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju. Selama masa erupsi gigi
permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan.
Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi, lokasi,
bentuk daerah kontak, dan luas embrassure gingiva.
13


17

17 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
3. Konsistensi
Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal, dan melekat erat pada tulang
alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara
alami dan hubungannya dengan mucoperiosteum tulang alveolar, sedangkan
kepadatan marginal gingiva di dukung oleh serat-serat gingiva.
13
4. Tekstur Permukaan
Gingiva memiliki telcstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan
dengan adanya penyakit gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan 10
tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi gigi
permanen, stippling menunjukkan gambaran yang beregerombol dan lebih lebar 1/8
inchi, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva.
13


Gambar 6. Gingiva Sehat
(Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-
image.dentistry.org)


18

18 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
5. Keratinisasi
Epitel yang menutupi permukaan luar marginal dan attached gingiva
mengalami keratinisasi maupun parakeratinisasi. Keratinisasi dianggap sebagai suatu
bentuk perlindungan terhadap penyesuaian fungsi gingiva dari rangsangan atau
iritasi. Lapisan pada permukaan dilepaskan dalam bentuk helaian tipis dan diganti
dengan sel dari lapisan granular dibawahnya. Keratinisasi mukosa mulut bervariasi
pada daerah yang berbeda. Daerah yang paling banyak mengalami keratinisasi
adalah palatum, gingiva, lidah dan pipi.
13
6. Posisi
Posisi gingiva menunjukkan tingkatan dimana marginal gingiva menyentuh
gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus gingiva berada di puncak mahkota.
Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan sulkus gingiva terlihat lebih dekat ke
arah apikal.
13
7. Ukuran
Ukuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler,
serta vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan
ukiiran dari komponen mikroskopik.
13

II.5. Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva
sekitar gigi. Secara mikroskopik, gingivitis ditandai dengan adanya eksudat inflamasi
dan oedem, kerusakan serat kolagen gingiva, terjadi ulserasi, proliferasi epithelium

19

19 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
dan permukaan gigi sampai ke attached gingiva. Gingivitis atau inflamasi gingiva
adalah bentuk umum dari penyakit gingiva. Inflamasi hampir selalu ada pada semua
bentuk penyakit gingiva karena bakteri OA yang menyebabkan inflamasi dan faktor
iritasi yang membantu akumulasinya sangat sering tampak pada lingkungan
gingiva.
13
Ada suatu kesepakatan bahwa gingivitis disebabkan oleh plak. Plak bakteri
dihasilkan oleh deposit bakteri yang berada pada permukaan gigi. Dalam jumlah
tertentu plak ini dapat menganggu kehidupan parasit normal sehingga bisa
menyebabkan karies dan penyakit periodontal. Kalkulus pada gigi terbentuk sebagai
akibat proses kalsifikasi dari plak. Proses kalsifikasi ini biasa terbentuk pada daerah
supragingiva atau subgingiva. Kalkulus adalah suatu faktor penting yang berperan
dalam proses terjadinya gingivitis dan penyakit periodontal.
13
Gingivitis menurut etiologinya dibagi atas etiologi utama dan penunjang.
Dimana etiologi utama adalah bakteri plak, sedangkan etiologi penunjang dapat
dibagi dua yaitu lokal seperti kalkulus, tambalan overhanging, stain, tepi tambalan
yang buruk, frenulum yang tinggi, traumatik oklusi dan penyebab sistemik yaitu
penyakit-penyakit vaskuler dan defek pada fungsi imun.
13
Secara klinis plak merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi,
menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan Benda lain yang berada pada
rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan, maupun kalkulus. Dalam bentuk lapisan
tipis, plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan Disclosing
Solutions.
13

20

20 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Gingivitis terjadi dalam 3 tahap. Batas setiap tahap tidak terlalu jelas. Tahap I
berupa lesi inisial atau awal dengan adanya perubahan vaskular berupa dilasi kapiler
dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini terjadi sebagai respons dari aktivasi
mikroba terhadap leokosit setempat dan stimulasi terhadap sel endotel.respons awal
dari gingiva ini subklins. Juga dapat sudah terjadi perubahan pada perlekatan
epitelium dan jaringan ikat perivaskuler. Leukosit bermigrasi dan berakumulasi
didalam sulkus menyertai peningkatan aliran cairan gingiva ke dalam sulkus, jika
keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi dalam beberapa
hari.
15

Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap
ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah
epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah
berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan
inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar
kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem
inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga
cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan
beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada
tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke
permukaan akar.
16


21

21 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting
dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada
jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa
daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan
pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan
karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta
inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama
dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan
proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila
inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila
produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna
merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.
16

Gambar 7. Gingivitis
(Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-
image.dentistry.org)

22

22 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
II.6. Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan
Gingiva
Menurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara,
penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang pada gigi
yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu berasal dari
sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga terjadi penumpukkan dan
menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka
akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak juga ditemukan pada
orang yang menggunakan gigitiruan yang tidak pernah memperhatikan faktor
kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika gigitiruan itu terbuat dari
bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa melukai gusi sehingga
menyebabkan radang.
17

Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi
tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga
gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan cekat
yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis.
1
Faktor yang juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan
jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat dibahas
dari 4 sudut pandang yaitu :
1
1. Hubungan kontur mahkota dengan perlindungan jaringan gusi. Wheeler (1961),
Bessett dkk (1964), -Glickman (1972) dan Kornfeld (1974) mendukung
pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan melindungi

23

23 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self cleansing).
2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands
dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat
mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur mahkota
yang berlebihan (overcontured) akan menghalangi efek pembersihan ini.
3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch (1971)
dan Beaudreau (1973) menganjurkan bahwa pembuatan mahkota tiruan harus
meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh penelitian.
4. Hubungan kontur mahkota dengan kontrol plak. Berdasarkan pengertian bahwa
terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan
Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur
mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan
Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang
berlebihan menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta
menyebabkan peradangan jaringan gusi, sedangkan kontur mahkota yang kurang
(undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.
1

Ketahanan struktur restorasi pada gigitiruan cekat, harus cukup kuat untuk
mencegah lapisan semen dibawahnya agar tidak patah. Oleh karena itu jaringan gigi
yang dihilangkan harus cukup, sehingga terdapat jarak untuk membentuk kontur
restorasi yang normal. Jika restorasi dibuat dengan kontur normal pada preparasi
dengan pengurangan aksial yang tidak adekuat, maka dinding restorasi akan tipis dan
mudah terjadi distorsi. Kurangnya celah pada daerah aksial menyebabkan tekniker

24

24 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
sulit membuat pola malam, memendam dan menuang tanpa terjadi distorsi. Biasanya
sebagai kompensasi, tekniker akan membuat dinding overcontour. Cara ini akan
menimbulkan masalah pada jaringan periodontium. Prinsip berikutnya adalah
integritas marginal.
18
Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus
serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan kunyah,
dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah diperiksa oleh
dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita. Restorasi cekat dapat bertahan
lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan cavosurvace finish
line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk dan ketebalan dari
logam serta kecekatan tepi restorasi.
18
Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat
sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,
sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena ketebalan
porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan preparasi
minimal tebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang estetis. Akan
tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-
kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi trauma pada
pulpa.
19
Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan metal
porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva

25

25 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada
tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.
19


Dampak desain tepi restorasi yang buruk terhadap jaringan gingiva
5
Knife-edge/feather edge atau shoulderless
Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari logam.
Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan yang lebih
sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian
tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi servikal terlalu dalam di
sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.
5
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk akhiran
ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat
membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang
digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya
dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak,
sehingga tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.
5
Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)
Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi
seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya
bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di

26

26 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik.
Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang
mempunyai ruang pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran
tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini
digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari
porselen.
5

Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu)
Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu penuh
yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan
kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada
lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa
mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada
daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang
diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel. untuk
membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi
yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini
memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel shoulder
ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun
porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati

27

27 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari
logam.
5
Akhiran preparasi bentuk chamfer
Beberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut tumpul
atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan chamfer.
Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan
dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dari sudut
cavosurface sebesar 135. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika
dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis.
Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang
terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer lebih istimewa jika
dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya.
5










28

28 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah Observasional Analitik. Yaitu mengamati sampel
tanpa memberikan perlakuan, kemudian dari hasil pengamatan dilakukan uji statistik
untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya.

III.2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional Study.

III.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di kecamatan Panakukkang pada tanggal 1
Desember sampai 20 Desember 2010.

III.4. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah karyawan pengguna gigitiruan mahkota di
kecamatan Panakukkang.

III.5. Metode Sampling
Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling

29

29 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
1. Penelitian dilakukan pada seluruh pasien pengguna gigitiruan sebagian
lepasan yang terdapat di kecamatan Panakukkang.
2. Dari sebanyak 56 pasien pengguna gigitiruan mahkota dilakukan pemilihan
secara acak, sehingga terpilih 48 pasien pengguna gigitiruan mahkota yang
menjadi sampel.

III.6. Jumlah Sampel
Jumlah sampel adalah sebanyak 48 sampel

III.7. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuisioner
2. Alat Diagnostik Oral
3. Masker dan Handskun
4. Alkohol dan Betadine

III.8. Data
1. Jenis data : Data primer
2. Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel
3. Pengolahan data : Data diolah dengan program SPSS
4. Analisis data :

30

30 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pemakaian gigitiruan cekat
mahkota yang dilakukan secara deskriptif.
Mengetahui hubungan antara stabilitas gigitiruan mahkota dengan
kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square
Mengetahui hubungan antara retensi gigitiruan mahkota dengan kesehatan
jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square
Mengetahui hubungan antara keadaan gigi penyangga gigitiruan mahkota
dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square
Mengetahui hubungan antara Oral hygiene pemakai gigitiruan mahkota
dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square.

III.9. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependent : Kesehatan jaringan gingiva
2. Variabel Independent : - Stabilitas gigitiruan
- Retensi gigitiruan
3. Variabel Antara : Oral Hygiene


III.10. Kriteria
1. Kriteria inklusi : - Pasien pengguna gigitiruan mahkota
- Pasien yang menyetujui untuk diteliti
2. Kriteria eksklusi : Pasien yang tidak menyetujui untuk diteliti


31

31 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
III.11. Jalannya Penelitian
1. Kecamatan Panakukang ditentukan sebagai lokasi penelitian. Dari 56 pasien
pengguna gigitiruan mahkota di kecamatan Panakukkang dilakukan pemilihan
secara acak atau pengambilan sample dengan metode simple random
sampling, sehingga terpilih 48 pasien yang menjadi sampel.
2. Peneliti mendatangi rumah sampel satu persatu dan melakukan pendataan
serta pemeriksaan mengenai dampak pemakaian gigitiruan terhadap jaringan
gingiva, kemudian mengisi kuesioner penelitian.
3. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan
program SPSS.
4. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square












32

32 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB IV
KERANGKA KONSEP




1.















Stabilitas Support Retensi
Oral Hygiene
Proses pembuatan
Baik Buruk Denture
stomatitis
Jaringan
periodontal sehat
Gigitiruan
Cekat Mahkota

33

33 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB V
HASIL PENELITIAN

V.1. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 1. Karakteristik sampel (n=48)

Karakteristik Sampel n %
Kelompok umur (tahun)
16 - 20 9 18,8
21 - 25 17 35,4
26 - 30 11 22,9
31 - 35 9 18,8
36 - 40 2 4,2
Jenis kelamin
Laki-Laki 27 56,3
Perempuan 21 43,8
Tempat pembuatan Gigitiruan
Mahkota

Dokter Gigi 28 58,3
Mahasiswa/Coass 11 22,9
Tukang Gigi 9 18,8
Bahan
Akrilik 37 77,1
Logam 6 12,5
Porselen 5 10,4
Sumber : Data Primer

Pada tabel 1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian yaitu terdiri dari
jenis kelamin laki laki 27 orang (56,3%) dan jenis kelamin perempuan 21 orang

34

34 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
(43,8%). Tempat melakukan perawatan pada dokter gigi lebih dominan (28 orang,
58,3%) dibanding pada mahasiswa/coass (11 orang, 22,9%) dan pada tukang gigi (9
orang, 18,8%). Bahan yang paling banyak digunakan adalah akrilik yaitu 37 orang
(77,1%), kemudian logam 6 orang (12,5%), dan terakhir adalah porselen 5 orang
(10,4%).
Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian

Variabel Penelitian n %
Sisa makanan nempel
Tidak 18 37,5
Ya 30 62,5
Sulit dibersihkan
Tidak 17 35,4
Ya 31 64,6
Stabilitas
Baik
Buruk
31
17
64,6
35,4
Retensi
Baik
39 81,3
Buruk 9 18,8
Gingiva
Sehat
Tidak sehat
32
16
66,7
33,3
Sariawan
Tidak
22 45,8
Ya
26 54,2
Inflamasi
Ada
27 56,3
Tidak ada 21 43,8
Perdarahan
Ada 20 41,7
Tidak ada 28 58,3
Sumber : Data Primer

35

35 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Pada tabel 2 diperlihatkan distribusi variabel penelitian yang terdiri dari sisa
makanan yang menempel pada gigitiruan dimana 30 orang (62,5%) terdapat sisa
makanan dan 18 orang (37,5%) yang tidak terdapat sisa makanan yang menempel
pada gigitiruan mahkotanya. Menurut kesulitan pembersihannya terdapat 31 orang
(64,6%) yang gigitiruannya sulit dibersihkan dan 17 orang (35,4%) yang tidak sulit
dibersihkan. Untuk stabilitas, terdapat 31 orang (64,6%) yang memiliki stabilitas baik
dan 17 orang (35,4%) yang stabilitasnya buruk. Untuk retensi dominan memiliki
retensi yang baik yaitu 39 orang (81,3%) dan retensi buruk 9 orang (18,8%). Keadaan
jaringan gingiva responden umumnya sehat yaitu 32 orang (66,7%) dan tidak sehat
ada 16 orang (33,3%). Peneliti juga mendeteksi ada tidaknya sariawan pada
responden, dan ditemukan 26 orang (54,2%) menderita sariawan dan 22 orang
(45,8%) tidak mengalami sariawan. Dominan responden mengalami inflamasi 27
orang (56,3%) dan tidak mengalami inflamasi sebesar 21 orang (43,8%). 20 orang
(41,7%) mengalami perdarahan pada gingiva dan 28 orang (58,3%) tidak mengalami
perdarahan gingiva.

V.2. Analisis Hubungan
1. Hubungan Stabilitas Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan
Gingiva
Tabel 3. Hubungan Stabilitas Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan
Gingiva

36

36 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Stabilitas
Gingiva
Jumlah
p Sehat Tidak Sehat
n % n % n %
Baik 28 58,3 3 6,3 31 64,6
0,0001 Buruk 4 8,3 13 27,1 17 35,4
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukan hubungan antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan
jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik
mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva
tidak sehat sebanyak 3 orang (6,3%). Sedangkan pasien yang memiliki stabilitas
gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya
memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 13 orang (27,1%). Dari hasil analisis data
dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,0001 yang berarti bahwa ada
hubungan bermakna antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva,
karena nilai p < 0,05.
2. Hubungan Retensi Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan Gingiva
Tabel 4. Hubungan Retensi Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan Gingiva
Retensi
Gingiva
Jumlah
p Sehat Tidak Sehat
n % n % n %
Baik 28 58,3 11 22,9 39 81,3
0,121 Buruk 4 8,3 5 10,4 9 18,8
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0

37

37 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Tabel 4 menunjukan hubungan antara retensi gigitiruan dengan kesehatan
jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki retensi gigitiruan yang baik
mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva
tidak sehat sebanyak 11 orang (22,9%). Sedangkan pasien yang memiliki retensi
gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya
memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 5 orang (10,4%). Dari hasil analisis data
dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,121 yang berarti bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara retensi gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva,
karena nilai p > 0,05.
3. Hubungan Oral Hygiene Pemakai Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan
Jaringan Gingiva
Tabel 5. Hubungan Oral Hygiene dilihat dari Sisa Makanan yang Menempel
Sisa
Makanan
Menempel
Gingiva
Jumlah
p Sehat Tidak Sehat
n % n % n %
Tidak 14 29,2 4 8,3 18 37,5
0,02 Ya 18 37,5 12 25,0 30 62,5
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5 terlihat bahwa responden yang tidak memiliki sisa makanan yang
menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 14 orang (29,2%) dan
gingiva tidak sehat sebanyak 4 orang (8,3%). Sedangkan yang mempunyai sisa
makanan yang menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 18

38

38 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
orang (37,5%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 12 orang (25%). Dari hasil analisis
data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,02 yang berarti bahwa ada
hubungan bermakna antara sisa makanan yang menempel dengan kesehatan jaringan
gingiva, karena nilai p < 0,05.

Tabel 6. Hubungan Oral Hygiene dilihat dari Tingkat Kesulitan Pembersihan
Gigitiruan Mahkota
Sulit
Gingiva
Jumlah
p Sehat Tidak Sehat
n % n % n %
Tidak 10 20,8 7 14,6 17 35,4
0,03 Ya 22 45,8 9 18,8 31 64,6
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
Pada tabel 6 terlihat bahwa responden yang tidak sulit membersihkan
gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 10 orang (20,8%) dan gingiva tidak
sehat sebanyak 7 orang (14,6%). Sedangkan yang sulit membersihkan gigitiruannya
memiliki gingiva sehat sebanyak 22 orang (45,8%) dan gingiva tidak sehat sebanyak
9 orang (18,8%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p
= 0,393 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesulitan
membersihkan gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.



39

39 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB VI
PEMBAHASAN

VI.1. Karakteristik Sampel Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pada tabel 1
menunjukkan sebagian besar responden melakukan perawatan gigitiruan mahkota
pada dokter gigi dan sisanya lagi melakukan perawatan pada mahasiswa/coass dan
tukang gigi. Sebagian besar responden masih mempercayakan perawatan
gigitiruannya pada dokter gigi, hal ini mungkin disebabkan karena responden pada
umumnya lebih memmercayai dokter gigi dalam membuat gigitiruan mahkota yang
diharapkan minim komplikasi daripada mahasiswa/coass dan tukang gigi.
Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik,
hal ini mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik
serta tahan lama, bila dirawat dengan baik.
Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata yang paling banyak melakukan
perawatan gigitiruan cekat mahkota adalah laki-laki. Seperti diketahui, gigitiruan
mahkota umumnya dipasang di daerah anterior, dan sebagian besar karena mengalami
fraktur karena kecelakaan. Banyaknya responden laki-laki yang memakai gigitiruan
mahkota mungkin saja disebabkan oleh resiko laki-laki mengalami kecelakaan yang
terbilang lebih tinggi dibanding wanita.
Data stabilitas gigitiruan menunjukkan perbandingan yang sama antara
responden yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik dengan responden yang

40

40 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
memiliki stabilitas gigitiruan yang buruk. Sedangkan berdasarkan data retensi
gigitiruan menunjukkan sebagian besar gigitiruan memiliki retensi yang bagus,
sedangkan sisanya lagi memiliki retensi yang buruk yang mengakibatkan mudahnya
mengalami kelainan gingiva.
Data keadaan jaringan gingiva menunjukkan sebagian besar responden
mengalami sariawan, inflamasi, dan perdarahan pada gingiva. Hal ini berhubungan
dengan stabilitas, retensi, serta tingkat kebersihan rongga mulut responden yang
memakai gigitiruan cekat mahkota.

VI.2. Hubungan antara Stabilitas Gigitiruan Mahkota dan Kesehatan Jaringan
Gingiva
Pada tabel 3 menunjukkan hasil uji chi-square yang menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan jaringan
gingiva (p<0,005). Hal ini disebabkan karena stabilitas gigitiruan yang buruk
memudahkan terjadinya trauma pada jaringan gingiva, selain itu faktor
mikroorganisme juga berperan dalam hal ini, sehingga mengakibatkan munculnya
penyakit gingiva.

VI.3. Hubungan antara Retensi Gigitiruan dan Kesehatan Jaringan Gingiva
Pada tabel 4 menunjukkan hasil uji chi-square yang menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara retensi gigitiruan dengan kesehatan jaringan
gingiva (p>0,05).

41

41 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Disini retensi berhubungan dengan desain tepi restorasi gigitiruan dan bentuk
desain mahkota gigitiruan yang baik. Berdasarkan pengertian bahwa terdapatnya plak
adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan Osbone (1967),
Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur mahkota yang
memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan Gildenhuys (1976)
menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang berlebihan
menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta menyebabkan peradangan
jaringan gusi, sedangkan kontur mahkota yang kurang (undercontoured) tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti.

VI.3. Hubungan antara Oral Hygiene Gigitiruan dan Kesehatan Jaringan
Gingiva
Hubungan oral hygiene dengan gigitiruan diperlihatkan dalam dua tabel, pada
tabel 5 menunjukkan oral hygiene dilihat dari sisa makanan yang menempel, dimana
ketika ada sisa makanan yang menempel berarti oral hygiene responden buruk.
Sedangkan pada tabel 6 oral hygiene dilihat dari sulit tidaknya gigitiruan dibersihkan,
dan jika sulit berarti oral hygiene responden buruk.
Kedua tabel menunjukkan hasil uji Chi-square p<0,05, yang berarti ada
hubungan bermakna antara oral hygiene responden dengan kesehatan jaringan
gingiva.

42

42 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
Hal ini sesuai dengan penelitiaan Wyatt CCL dimana kontrol plak harus
dipertahankan selama pemakaian gigitiruan, hal ini karena plak merupakan awal
terjadinya penyakit periodontal.




















43

43 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
BAB VII
PENUTUP

VII.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah :
1. Masalah utama pasien yang memakai gigitiruan cekat adalah desain tepis
retsorasi dan desain mahkota yang biasanya kurang baik. Hal ini
menimbulkan mudahnya pasien menderita penyakit gingiva.
2. Salah satu cara menjada kondisi rongga mulut pasien gigitiruan mahkota
adalah dengan menjaga oral hygiene agar tetap bersih dan sehat.

VII.2. Saran
Penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak penggunaan gigitiruan
mahkota terhadap jaringan gingiva ini masih membutuhkan penelitian yang lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasilnya dapat lebih baik dan
lebih berguna kedepannya.







44

44 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
DAFTAR PUSTAKA

1. RA Lesmana. Faktor-faktor periodontal yang harus dipertimbangkan pada
perawatan dengan gigitiruan cekat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia; 1999. Volume 06 No.03. p. 35-36.
2. Rikmasari Rasmi. [internet]. December 2010. Pilih gigi palsu sesuai kondisi
anda. Accessess on : 22 December 2010. Available from : http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php.
3. [internet]. Selasa 28 December 2010. Mahkota tiruan solusi terkhir
penggantian gigi. Accessess on : 22 December 2010. Available from :
http://www.harianjoglosemar.com/berita/mahkota-tiruan-solusi-terakhir-
penggantian-gigi-32437.html.
4. [internet]. 2008. Crown. Accessess on : 22 December 2010. Available from :
http://www.qualitydentistry.com/dental/restorative/crown.
5. Edy Machmud. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan
jaringan priodontal. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi; 2009. Volume 08
No.02. p. 14-15.
6. [internet]. 2008. Mengenal jenis-jenis gigitiruan. Accessess on : 22 December
2010. Available from : http://www.mengenal-jenis-jenis-gigitiruan-
denture.com/dental.html.
7. [internet]. 20 October 2010. History of dentures. Accessess on : 23 December
2010. Available from : http://www.orawave.llc.html.

45

45 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
8. Kenneth J Anusavice. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Alih
bahasa, Johan Arief Budiman. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2003. p. 223-224.
9. David, Munadziroh E. [internet]. Januari 2005. Perubahan warna lempeng
resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan
klorheksidin. Accessess on : 23 December 2010. Available from :
http://www.journal.unair.ac.id/filePDF/DENT.
10. Nurhikmah. [internet]. 2008. Bahan restorasi. Accessess on : 23 December
2010. Available from : http://www.medal.org/visitor.aspx.
11. Watt MD, Mac Gregor AR. Designing partial dentures. Alih Bahasa, Lilian
Yuwono, Sherley. Jakarta: Hipokrates; 1986.
12. [internet]. Perbandingan kekasaran permukaan logam tuang Cu Aloi
(ORDEN), Ag Aloi (WASHI) dan Ni-Cr (DURABON). Accessed on : 24
December 2010. Available from :
http://www.top/indonesiaDLN/koleksiperpustakaan-universitasjember.
13. Newman MG, Takei RI. Caranzas clinical periodontology. 9
th
ed. W.B.
Saunders Company : USA ; 2002. p. 16-9, 22-30, 269-81, 303-10.
14. Yayan A. [internet]. Penyakit gigi dan mulut. FK UNRI. Accessess on : 29
Desember 2010. Available from : http://yayanakhyar.wordpress.com.
15. Nurul Dewi. Gingiva yang mudah berdarah serta pengelolaannya. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ; Maret 2003. Volume 10 No.01. p.
51.

46

46 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva
16. Cilmiaty Risya. [internet]. 4 April 2009. Kelainan jaringan penyangga gigi.
Accessess on 29 Desember 2010. Available from :
http://cilmiaty.blogspot.com/2009/04/kelainan-jaringan-penyangga-gigi-
by.html.
17. [internet]. 18 October 2010. Jangan sepelekan, infeksi gusi berujung pada
penyakit sistemik. Accessess on : 29 December 2010. Available from : http://
http://www.suaramedia.com/jangan-sepelekan-infeksi-penyakit-sistemik.
18. Ardiansyah S Pawinru, Edy Machmud. Respon jaringan periodontal terhadap
penggunaan nikel kromium sebagai komponen gigitiruan cekat. Dentofasial
Jurnal Kedokteran Gigi ; April 2009. Volume 08 No.01. p. 43-44.
19. Roeli Ardi Andries, Farisza Gita. Mahkota tiruan metal porselen anterior
dengan modifikasi tepi poreselen. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi ;
Oktober 2010. Volume 09 No.02. p. 102.

También podría gustarte