Está en la página 1de 11

1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN


PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN TAHUN 2014
1
Sutrisno,
2
Sri Maryatun,
3
Muhammad Bahori
1.
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang
2.
Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I
3.
Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, Indonesia
Ners.sutrisno@ymail.com
ABSTRAK
Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang
mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak
dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat
pasien halusinasi adalah cemas. Data jumlah pasien dalam masalah perawatan utama halusinasi di Poliklinik
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun
2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental
Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang
dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien
tidak mampu mengontrol halusinasi. Analisis dilakukan dengan uji Chi-Square didapatkan value 0,028 (
value < 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai
intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada
keluarga tentang cara mengurangi kecemasan.
Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, Halusinasi.
ABSTRACT
Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting
recurrence of hallucinations patients is the inability of patients to control hallucinations and didnt care by the
family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious
hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number of
patients in the outpatient hallucinations are 129 people in 2013. The purpose of this study was to determine the
relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling
technique using Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17
to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had
severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to
control the hallucinations . The analysis by Chi-Square test obtained value 0,028 ( value < 0,05 ) showed
no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations.
Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for
health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety.
Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.
2
A. PENDAHULUAN
Permasalahan hidup yang berat
dialami oleh semua kalangan masyarakat
mulai dari masalah rumah tangga, stress
di tempat kerja, tingginya tingkat
pengangguran, sampai sulitnya mencari
penghasilan, pekerjaan, dapat
menyebabkan gangguan jiwa seperti
cemas, stres, depresi, bahkan kasus-kasus
bunuh diri (Suprajitno, 2004).
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan fisik maupun mental.
Keabnormalan gangguan jiwa tersebut di
bagi kedalam dua golongan yaitu:
gangguan jiwa (neurosa) dan gangguan
jiwa (psikosa), terlihat dalam berbagai
macam gejala yang terpenting di
antaranya adalah: ketegangan, hysteria,
rasa lemah dan tidak mampu mencapai
tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan
sebagainya (Yosep, 2007).
World Health Organization (WHO)
tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar
450 juta orang di dunia memiliki
gangguan mental. Fakta lainnya adalah
25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya (Hawari, 2009).
Gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit di dunia, Sementara itu
berdasarkan data survei kementrian
kesehatan, sebanyak 30% dari 235 juta
jiwa warga Indonesia mengalami
gangguan jiwa. Data Profil Kesehatan
Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan
bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185
penduduk mengalami gangguan jiwa
diantaranya halusinasi (Depkes RI,
2005).
Berdasarkan rekam medik Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2009 jumlah kunjungan
pasien skizofrenia berjumlah 1535, 2010
berjumlah 2040, 2011 berjumlah 2049
dan 2012 jumlah kunjungan pasien
penderita skizofrenia berjumlah 1570
diantaranya mengalami halusinasi, dan
pada tahun 2013 data jumlah pasien
dengan masalah perawatan utama
halusinasi berjumlah 129 orang (Medical
Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan, 2014).
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan fisik maupun mental,
salah satu gangguan jiwa adalah
halusinasi.
Halusinasi adalah terganggunya
persepsi seseorang dimana tidak
terdapatnya stimulus dari ke lima
pancaindra, penderita halusinasi pasca
rawat di rumah sakit dapat kembali
kambuh apabila pasien tidak dapat
3
mengontrol halusinasinya dan tidak
dilakukannya perawatan oleh keluarga di
rumah.
Kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi merupakan faktor
utama yang menentukan keberhasilan
tindakan medis dan keperawatan dalam
mengobati pasien dengan halusinasi
(Maramis, 2004). Penyebab utama
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
ketidakmampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi serta keluarga
yang merasa cemas dengan kondisi
pasien (Nurdiana, 2010).
Kecemasan merupakan salah satu
masalah yang teridentifikasi dialami oleh
keluarga yang mempuanyai anggota
keluarga gangguan jiwa dengan
halusinasi, dalam menghadapi keluarga
yang cemas ada beberapa cara untuk
mengatasi cemas tersebut sehingga
keluarga tidak lagi merasakan kecemasan
terhadap pasien yang mengalami
gangguan jiwa (Notosoedirdjo & Latipun,
2005).
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Aditya (2012) yang berjudul
Gambaran tingkat kecemasan keluarga
dengan Pasien Skizofrenia Residual di
Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang, dari 41 keluarga yang
menjadi responden bahwa 23 responden
(56,1%) memiliki tingkat kecemasan
sedang.
Berdasarkan studi pendahuluan di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
dengan menggunakan kuesioner pada 10
keluarga yang anggota keluarganya
mengalami halusinasi, didapatkan
keluarga yang di wawancarai mengatakan
cemas ringan 6, cemas sedang 4,
dikarenakan keluarga merasa takut akan
kekambuhan jika pasien tidak dapat
mengontrol halusinasi dan biaya
pengobatan yang cukup mahal bagi
masyarakat menengah kebawah.
Berdasarkan uraian diatas, maka
penulis merumuskan permasalah belum
diketahuinya Hubungan tingkat
Kecemasan keluarga dengan kemampuan
pasien dalam mengontrol halusinasi di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2014.
Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui Hubungan Kecemasan
Keluarga dengan Kemampuan Pasien
dalam Mengontrol Halusinasi di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2014.
Tujuan khusus penelitian ini
Diketahuinya tingkat kecemasan keluarga,
kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi, hubungan tingkat kecemasan
keluarga dengan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2014.
4
Hasil penelitian ini beranfaat sebagai
masukkan untuk keluarga mengetahui
tentang gangguan jiwa, cara mengontrol
halusinasi dan mengurangi perasaan
cemas keluarga, dan anfaat untuk petugas
kesehatan dapat menambah
informasi/data yang berguna dala
pemberian asuhan keperawatan
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain survey
analitik dengan metode cross sectional
adalah suatu penelitian dimana variabel-
variabel yang termasuk efek di observasi
sekaligus pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan keluarga
dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2014.
Populasi pada penelitian ini adalah
keluarga inti yang salah satu anggota
keluarganya yang pernah mengalami
gangguan jiwa dengan halusinasi yang
rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2014.
Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan cara accidental sampling, yaitu
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada dan tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Responden pada penelitian ini berjumlah
39 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Sumatera Selatan. Penelitian ini
dilakukan dengan beberapa rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal
17 sapai dengan 31 Maret 2014.
Tehnik pengumpulan data yaitu data
primer yang diperoleh melalui
wawancara dan pengisian lembar
kuesioner yang telah disiapkan. Lembar
kuesioner mengacu pada GAD (General
Anxiety Disorder) yang terdiri dari 7
pertanyaan yang sudah di uji validitas
dan redibilitas dan sudah baku oleh
peneliti (Med, 2006). Kuesioner
kemampuan pasien terdiri dari 10
pertanyaan pertanyaan meliputi
kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi diantaranya mengenal
halusinasi, menghardik halusinasi,
berinteraksi dengan orang lain atau
bercakap-cakap dengan orang lain,
Beraktivitas secara teratur dengan
menyusun kegiatan harian dan
menggunakan obat atau teratur minum
obat (Keliat, 2005).
Data sekunder terdiri dari data yang
didapat dari catatan Medical Record
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2014.
Analisa data yang dilakukan adalah
analisa univariat dan bivariat. terhadap
tiap variabel dari hasil penelitian dengan
5
maksud untuk mengetahui disribusi
frekuensi dari variabel-variabel yang
diteliti adalah variabel mengenai tingkat
kecemasan keluarga. Penyajian data akan
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Analisis Univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel
yaitu variabel independen : tingkat
kecemasan keluarga sedangkan variabel
dependen : kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi.
Analisis bivariat dilaksanakan untuk
mendapatkan nilai kemaknaan hubungan
(korelasi) antara variabel independen
dengan variabel dependen. Uji statistik
yang digunakan untuk menguji data
kategorik pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Chi Square dengan derajat
kepercayaan 95% atau alpha 0,05.
Apabila p value 0,05 berarti Ho ditolak,
dapat disimpulkan terdapat hubungan
bermakna antara variabel Independen
dengan Dependen. Apabila p value >
0,05 berarti Ho diterima.
C. HASIL PENELITIAN
Analisa yang dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel independen
(tingkat kecemasan keluarga) dan
variabel dependen (kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi) di
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2014.
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Keluarga di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera
Selatan Tahun 2014 (n = 39)
No Tingkat kecemasan N %
1 Ringan 13 33,3
2 Sedang 18 46,2
3 Berat 8 20,5
Jumlah 39 100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat
dilihat mengenai proporsi tingat kecemasan
keluarga. Proporsi responden terbanyak
terdapat pada tingkat kecemasan keluarga
responden kecemasan sedang 46,2% dan
proporsi responden terkecil terdapat pada
responden kecemasan berat sebesar 20,5 %.
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Berdasarkan
Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol
Halusinasi Responden di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera
Selatan Tahun 2014 (n = 39).
No
Kemampuan pasien
dalam mengontrol
halusinasi
N %
1 Mampu 29 74.4
2 Tidak Mampu 10 25.6
Jumlah 39 100
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat
dilihat mengenai proporsi kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
6
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan. Proporsi responden
terbanyak terdapat pada responden pasien
mampu mengontrol halusinasinya sebesar
74,4%
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara
variabel independen (Tingkat Kecemasan
Keluarga) dengan variabel dependen
(Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol
Halusiasi) dengan menggunakan Uji Statistik
dengan metode Chi Squere dengan
keputusan bermakna dengan C1 95% atau
nilai = 0,05.
Tabel 41.2
Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga
Dengan Kemampuan Pasien Dalam
Mengontrol Halusinasi Di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera
Selatan Tahun 2014 (n = 39).
No
Tingkat
Cemas
Kemampuan Pasien
dalam mengontrol
Halusinasi
Total
p
Va
lu
e
Mampu
Tidak
Mampu
n % n % n %
1 Cemas
Ringan
11
28
,2
2 5,1
1
3
33,
3 0,
0
2
8
2 Cemas
Sedang
15
38
,5
3 7,7
1
8
46,
2
3 Cemas
Berat
3
8,
3
5
12,
8
8
20,
5
Jumlah 29
1
0
3
9
10
0
Berdasarkan tabel 5.6 di dapat diketahui
dari 41 responden proporsi responden
terbanyak adalah reponden mengalami
kecemasan sedang (46,2%) ternyata pasien
dapat mengontrol halusinasi sebanyak 15
orang (38,5%) dan pasien yang tidak dapat
mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang
(7,7%), sedangkan proporsi sedikit adalah
responden yang mengalami kecemasan berat
(20,5%) ternyata pasien yang mampu
mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang
(8,3%) dan pasien yang tidak dapat
mengontrol halusinasi sebanyak 5 orang
(12,8%). Berdasarkan Hasil uji statistik chi-
square dengan batas kemaknaan = 0,05
diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil
p value < , ini menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara tingkat kecemasan
keluarga dengan kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi. Dengan demikian
hipotesis menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara tingkat kecemasan keluarga
dengan kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi terbukti secara statistik.
D. HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan bahwa, proporsi
responden yang terbanyak adalah
kecemasan sedang 46,2% dan proporsi
responden terkecil terdapat pada
responden dengan kecemasan berat
sebesar 20,5 %.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Suci (2013),
yang berjudul gambaran tingkat
kecemasan keluarga dalam merawat
anggota yang mengalami gangguan jiwa
di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang tahun 2013, responden yang
mempunyai tingkat kecemasan sedang
7
sebanyak 28 orang (46,67%), dari 60
Responden. Kecemasan sedang
memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada masalah yang penting
dan mengesampingkan yang lain
sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah (Videbeck, 2009).
Kecemasan merupakan respons
individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan dapat dirasakan
oleh individu ataupun sekelompok orang
termasuk keluarga, kecemasan meliputi
keluarga dan mereka sangat terbebani
dengan kondisi penderita. Bahkan tidak
sedikit keluarga yang sama sekali tidak
mengetahui rencana apa yang harus
mereka lakukan untuk menghadapi
masalah gangguan jiwa salah satu
anggota keluarganya. Kecemasan akan
semakin meningkat tanpa pemahaman
yang jernih mengenai masalah besar yang
dihadapi keluarga.
Keluarga mengalami cemas ketika
anggota keluarganya mengalami sakit.
Pasien yang dirawat di Rumah dalam
waktu yang lama akan lebih membuat
cemas. Hal ini karena mereka takut
terjadinya kekambuhan pada pasien, serta
biaya yang banyak. Semua stresor ini
menyebabkan keluarga jatuh pada
kondisi krisis dimana mekanisme koping
yang digunakan menjadi tidak efektif dan
perasaan menyerah atau apatis dan
kecemasan akan mendominasi perilaku
keluarga.
Kemampuan Pasien dalam
Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, proporsi responden
terbanyak terdapat pada pasien mampu
dalam mengontrol halusinasinya sebesar
74,4% dengan keluarga mengalami
kecemasan sedang dan proporsi
responden terkecil terdapat pada
responden pasien tidak mampu dalam
mengontrol halusinasi sebesar 25,6 %
dengan keluarga mengalami kecemasan
berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Qodir
(2012) yang berjudul hubungan stres
keluarga dengan kemampuan pasien
mengontrol halusinasi pada klien
halusinasi di RSUP Dr. Amino
Gondohutomo Semarang, pasien yang
mampu mengontrol halusinasi sebanyak
36 responden (65,5%) dengan keluarga
mengalami stres ringan sedangkan pasien
yang tidak mampu mengontrol halusinasi
sebanyak 19 responden (24,5%) dengan
keluarga yang mengalami stres sedang.
Stres merupakan salah satu gangguan
kesehatan jiwa, respon dari stres adalah
cemas atau kecemasan, kecemasan yang
dialami keluarga berdampak negatif
terhadap kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi. Kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan,
8
kekuatan manusia untuk berusaha dengan
diri sendiri. Kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi merupakan
kesanggupan (potensi) pasien dalam
menguasai persepsi sensori secara
langsung, kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi sangat
mempengaruhi kekambuhan pasien
halusinasi, jika tidak dapat mengontrol
halusinasi kecenderungan terjadinya
kekambuhan akan besar.
Nurdiana (2007), Penyebab utama
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
ketidakmampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi serta keluarga
yang merasa cemas dengan kondisi
pasien. Kemampuan dalam mengontrol
halusinasi pasien dengan halusinasi
dipengaruhi keadaan individu yang
mengalami suatu gangguan dalam
aktivitas mental seperti berpikir sadar.
Analisa Bivariat
Hubungan tingkat kecemasan
keluarga dengan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan menunjukan bahwa keluarga
yang mengalami kecemasan ringan
sebanyak 18 responden (42,2%) ternyata
pasien mampu mengontrol halusinasi
sebanyak (38,5%), pasien yang tidak
tidak mampu mengontrol halusinasi
sebanyak (7,7%) dan keluarga yang
mengalami kecemasan sedang sebanyak
13 responden (33,3%) ternyata pasien
mampu mengontrol halusinasi sebanyak
(28,2%), tidak mampu (5,1%) serta
keluarga yang mengalami kecemasan
berat sebanyak 8 responden (20,5)
ternyata pasien mampu mengontrol
halusinasi sebanyak (8,3%), tidak mampu
(12,8%).
Hasil uji statistik chi-square dengan
batas kemaknaan = 0,05 diperoleh
nilai p value = 0,028. Dengan hasil p
value < , ini menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara tingkat
kecemasan keluarga dengan kemampuan
pasien dalam mengontrol halusinasi.
Penelitian ini juga diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sopyan
(2008) yang berjudul Hubungan
Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan
keluarga dengan kemampuan pasien
mengontrol halusinasi pasca rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara
sebanyak 58 responden 78% keluarga
dengan pengetahuan kurang baik pasien
tidak dapat mengontrol halusinasi pasca
rawat inap dan 64% memiliki kecemasan
sedang dan pasien tidak dapat mengontrol
halusinasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori (Nurdiana, 2010), penyebab utama
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
adalah ketidakmampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi. Keluarga yang
merasa cemas dengan kondisi pasien,
cemas yang rasakan oleh keluarga dapat
dirasakan anggota keluarga yang lainnya
9
salah satunya adalah pasien dan cemas
bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.
Kecemasan keluarga terjadi karena
adanya stresor kurang pengetahuan
keluarga dalam perawatan keluarga
dirumah keluarga takut dan merasa cemas
jika anggota keluarganya yang menderita
halusinasi tidak dapat mengontrol
halusinasinya maka akan berdampak
kekambuhan. Cemas yang dirasakan oleh
keluarga dapat menular ke anggota
keluarga salah satunya adalah pasien,
karena cemas dapat meningkatkan
hormon yang mempengaruhi proses pola
fikir (Serotonin dan dopamin) untuk
mengatasi halusinasi tersebut.
Kecemasan dapat mempengaruhi proses
pola pikir seseorang yang ada
disekitarnya, khususnya orang-orang
yang lebih dekat pasien seperti keluarga,
keluarga cemas maka salah satu anggota
keluarga juga akan dirasaka kecemasan.
Pada hasil penelitian ini, peneliti
berpendapat bahwa keluarga yang
mengalami kecemasan sedang namun
masih ada pasien yang tidak dapat
mengontrol halusinasi disebabkan bahwa
kesemasan sedang juga mempengaruhi
pola proses berfikir seseorang atau
individu yang ada disekitar keluarga yang
mengalami kecemasan, ketika kecemasan
itu dirasakan oleh keluarga maka anggota
keluarga yang lain juga mengalami
kecemasan, hal ini sangat berdampak
pada kondisi pasien dengan halusinasi,
ketika ada stresor yang mempengaruhi
proses pola pikir pasien maka akan
berdampak terhadap kemampuan pasien
dalam tindakan, namum masih dalam
perilaku yang terarah dan sadar. Hal ini
diperkuat teori Videbeck (2008),
Kecemasan sedang memungkinkan
sesorang untuk memusatkan pada
masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga
seseorang mengalami perhatin yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah.
Menurut peneliti, Kecemasan yang
dialami oleh anggota keluarga dapat
mempengaruhi kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi, apalagi keluarga
dengan tingkat kecemasan berat.
E. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian
mengenai hubungan tingkat kecemasan
keluarga dengan kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2014, maka
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan keluarga di
poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014
terbanyak terdapat pada tingkat
kecemasan keluarga responden
kecemasan sedang sebanyak 18
responden atau sebesar 46,2%.
10
2. Proporsi kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi di Poliklinik
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan terbanyak
pasien mampu mengontrol
halusinasinya sebanyak 29 responden
atau sebesar 74,4%.
3. Ada hubungan antara tingkat
kecemasan keluarga dengan
kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2014 dengan p value
0,028.
F. SARAN
Dari kesimpulan diatas, peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi petugas kesehatan Rumah
Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang
khususnya petugas kesehatan di
poliklinik jiwa rawat jalan diharapkan
dapat memberikan penyuluhan tentang
cara mengurangi kecemasan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah
Palembang diharapkan dapat
meningkatkan sumber-sumber bacaan
baik buku keperawatan yang berkaitan
dengan tingkat kecemasan yang dapat
digunakan untuk melengkapi dan
digunakan sebagai bahan referensi
perpustakaan bagi Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Palembang
di masa yang akan datang.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan tentang
halusinasi dan cara merawat untuk
mengurangi tingkat kecemasan
keluarga serta ebantu partisipasiaktif
keluarga untuk merawat pasien
dengan halusinasi .
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan agar dimasa yang akan
datang dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan metode dan desain
berbeda serta melakukan penelitian
lebih lanjut tentang intervensi pada
kecemasan keluarga.
G. DAFTAR REFERENSI
Aditya. 2012. Gambaran tingkat
kecemasan keluarga dengan Pasien
Skizofrenia Residual di Poliklinik
Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang. KTI STIKES
Muhammadiyah palembang
Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada
Gangguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta
: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesi
Keliat, B. A. 2005. Keperawatan Jiwa
(Peran serta keluarga dalam
perawatan klien gangguan jiwa).
Jakarta: EGC
Maramis, F. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa
(Edisi 9). Surabaya: Univeraitas
Airlangga
Med, A, Robert, S , MD. 2006. The
(General Anxiety Disorder) GAD
7 (Http//www. Patient.co.uk)
11
Medical Record, 2014. Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2014. Palembang
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Notosoedirdjo & Latipun. 2005 .
Kesehatan Mental, Konsep dan
Penerapan. Malang: UMM Press
Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga
Terhadap Tingkat kekambuhan Klien
gangguan jiwa Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1
Qodir, A. 2012. Hubungan stres keluarga
engan kemampuan pasien
mengontrol halusinasi pada klien
halusinasi di RSUP Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. JNS.
Semarang. 3(2). November 14. 2013
Singgih. 2008. Cara mengurangi ansietas
dalam kehidupan keluarga.
Bandung: Media kesehatan
Sopyan. 2008. Hubungan Pengetahuan
dan Tingkat Kecemasan Keluarga
dengan Kemampuan Pasien
Mengontrol Halusinasi Pasca Rawat
Inap Rumah Sakit Sumatera tara.
JNS. Medan. 9(1). April 03. 2014
STIKes Muhammadiyah Palembang.
2013. Pedoman Penulisan Skripsi
Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Tahun 2013.
Palembang. Desember. 2013
Stuart & Laraia. 2001. Principles and
Practice of Psychiatric Nursing.
USA: Mosby
Suci. R. 2013. Gambaran tingkat
kecemasan keluarga dalam merawat
anggota yang mengalami gangguan
jiwa di poliklinik Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang tahun
2013. KTI STIKes uhamadiyah
Palebang tahun 2013
Videbeck. 2008. Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
WHO. 2001. The World Health Report:
2001: Mental Health : New
Understanding, New Hope. Diunduh
pada 10 Desember 2013 dari
www.who.int/whr/2001/en/
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama

También podría gustarte