Está en la página 1de 56

LAPORAN PRAKTIKUM

KEUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


(AGT 215)





SEMESTER
GANJIL 2011/2012

OLEH
NAMA : YOGA ADITIA
NIM : A1L010259
ROMBONGAN : D


KEMENTERIA PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULATS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
LAPORAN PRAKTIKUM
KEUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
(AGT 215)

ACARA I
PENGENALAN PUPUK ANORGANIK



SEMESTER
GANJIL 2011/2012

OLEH
NAMA : YOGA ADITIA
NIM : A1L010259
ROMBONGAN : D

KEMENTERIA PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULATS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud untuk menambah unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang
diberikan ke dalam tanah dan atau tanaman dengan maksud untuk mengubah
kondisi fisik, kimia, dan hayati dari tanah dan atau tanaman sehingga sesuai
dengan tuntutan tanaman.
Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan
meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan
pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea
disebut pupuk. Namun menurut beberapa pengertian pupuk dibatasi menjadi
pengertian secara khusus. Pengertian pupuk secara khusus ialah suatu bahan
yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan demikian kapur tidak
termasuk dalam kategori pupuk berdasarkan pengertian secara khusus.
B. Tujuan
1. Mengenal berbagai macam pupuk dan dapat membedakannya
2. Mengetahui sifat masing-masing pupuk dalam hal warna, bentuk, pH, sifat














II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini
jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan
terkecoh. Apapun namanya dan Negara manapun pembuatnya, dari segi unsur
yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk yaitu pupuk makro
dan pupuk mikro. Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur yang
dikandungnya.Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur
dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin
bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil
conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea
dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut.
Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur,
legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung
satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang
disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang
mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.
Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung
bahan lain, yaitu:
1. Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat
pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P)
2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran
bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure
amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam
bebas (H2SO4) dan sebagainya.
3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan
maksud agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya
berkurang, tersebut juga diberi lapisan penahan air, yang hanya dapat
menyerap air jika kadar air cukup banyak.
4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya
tinggi sering diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai
dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar
lebih merata.

Higroskopisitas
Adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada di udara. Pupuk
yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi basah atau mencair
bila tidak tertutup. Bila kelembapan udara menurun, pupuk dapat menjadi
kering kembali tetapi terjadi bongkah-bongkah yang keras. Pada suhu
udara rata-rata berbagai jenis pupuk mulai menarik uap air pada
kelembapan nisbi udara lebih dari 50 %. Di Indonesia kelembapan nisbi
udara rata-rata sekitar 80%, sehingga pupuk yang mudah menarik air
(higroskopis) seperti urea akan menjadi rusak kalau tidak disimpan dengan
baik.Untuk mengurangi higroskopisitas tersebut biasanya pupuk dibuat
menjadi butir-butiran sehingga luas permukaan yang menarik air menjadi
berkurang. Kadang-kadang butiran tersebut juga diberi lapisan penahan
air, yang hanya dapat menyerap air jika kadar air cukup banyak
Kelarutan
Menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air dan mudah tidaknya
unsur yang terdapat dalam pupuk diambil oleh tanaman. Umumnya pupuk
N dan K mudah sekali larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat
dibedakan menjadi (1) mudah larut dalam air (superpospat), (2) larut
dalam asam sitrat atau ammonium sitrat (FMP Fused Magnesium
Phosphate) dan (3) larut dalam asam keras (fosfat alam).
Daya Kristalisasi
Daya kristalisasi kelembaban dimana pupuk tersebut disimpan. Apabila
suhu dan kelembaban rendah maka daya pengkristalan pupuk akan tinggi
.Daya pengkristalan ini bisa dikurangi dengan pemakaian bahanbahan
yang disebut conditioner. Conditioner ini diberikan pada saat
pembentukan pupuk.
Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa
anorganik dengan kandungan unsur hara utamanya (hara makro) satu
macam, misalnya N, P, atau K.
Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain hewan.
Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai pupuk
kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos.
Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui
yang tidak tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat
menanggulangi adanya timbunan sampah yang menggunung serta
megurangi polusi dan pencemaran di perkotaan.
Pupuk Kandang
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada
pupuk organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
1. Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-
unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu
dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan
banyak mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat
meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan
tanah lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara
akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
2. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang
sangat penting unuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa
disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-
lain
3. Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat
membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa
senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk
kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi
tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat
digantikan oleh pupuk lain.
Pupuk Cair
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti
pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam
jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.Bahan
baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan
perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan,
air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.Penggunaan
pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga. Keuntungan pupuk
cair antara lain :
1. pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
2. penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman
sehingga dapat menjaga kelembaban tanah
3. aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah
dan pemberantas penggangu tanaman.








III. METODE PRAKTIKUM

A. BAHAN DAN ALAT
Bahan
1. Urea
2. ZA
3. SP-36
4. KCL
5. ZK
6. NPK
7. PHONSK
8. Glandasl-D
9. Glandasil-B.

Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas piala
3. Cawan petridish
4. Kertas buram
5. Aquades
6. Sendok
7. Kertas label
8. pH-meter universal
9. timbangan analitik

B. PROSEDUR KERJA
Kelarutan
1. Masing-masing pupuk diambil satu sendok
2. Dilarutan pada beker gelas yang berisi air yang sama (50 ml),
3. Diamkan 1 jam tanpa di aduk atau dikocok sama sekali.
4. Diamati dan catat kecepatan melarutnya (lambat, agak cepat, cepat dan
sangat cepat)
pH
1. Diambil contoh pupuk padat dan masukkan kedalam tabung reaksi
kurang lebih 1 cm,
2. Ditambahkan aquades sehingga tingginya menjadi kurang lebih 3 cm.
3. Tabung reaksi ditutup dengan plastik, dan kocoklah hingga larut
semua.
4. Diamkan selama 1 jam dan ukurlah pH larutan (bagian yang bening)
dengan pH stick.
Higroskopisitas
1. Diambil contoh bahan pupuk padat,
2. Diletakkan di atas sehelai kertas buram yang di landasi dengan
petridis.
3. Diletakkan ditempat terbuka (temperatur kamar) selama 1 minggu.
4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi (kecepatan melarut dari
pupuk tersebut) dan tentukan higrokopisitasnya (higroskopis, agak
higrokopis dan tidak higroskopis).









IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel pengamatan sifat-sifat pupuk

NO Nama Pupuk Warna
Komposisi/
bentuk
pH Higroskopis
Unsur
Tersedia
Prosentasi
Umur
Kelarutan Rumus KP
1 Urea Putih Kristal 7 Tinggi NH4
+
46% Cepat {(COCNH2)
2
}
2 ZA Putih Kristal 5,5 Rendah NH4
+
21% Sedang (NH4)
2
SO4
3 SP-36 Abu-abu Granula 3 Rendah P2O5 36% Lambat Ca (H2PO4)
4 KCL Orange Serbuk 8 Sedang K2O 50-52% Sedang
5 NPK Merah bata Granula 8 Sedang
NH4
+,
P2O5,
K2O
N=5%,
P=15%,
K=15%
Lambat
NH4 NO3-NH4
H2 P-O4 KCL
6 Gandasil Hijau Serbuk 8 Tinggi
NH4
+,
P2O5,
K2O, Mg
SO4
N=20%,
P=15%,
K=15%, Mg
1%
Cepat
B. PEMBAHASAN
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,
kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang
mengandung satu atau lebih hara tanaman.
Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung
bahan lain, yaitu:
1. Zat pembawa atau karier (carrier). Contoh: Double superfosfat (DS): zat
pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan
lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (Zwavelzuure Amoniak)
sering mengandung kotoran sekitar 3% sekitar khlor, asam sulfat
(H2SO4).
3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud
agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya
berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin
lebih menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin,
malam, wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih
mahal dibandingkan tanpa mantel.
4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya
tinggi sering diberi filler agar ratio fertilizernya dapat tepat sesuai
dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih
merata.
Pengelompokan pupuk
Pupuk dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, antara lain:
1. Pupuk alam dan buatan
Pupuk alam antara lain: pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk
kompos. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
meramu bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara yang tinggi,
sedangkan pupuk alam adalah pupuk yang terbuat secara alami
melalui proses degradasi dan dekomposisi.
2. Pupuk menurut unsur yang terkandung
Menurut unsur yang terkandung, pupuk dapat dibedakan sebagai
pupuk nitrogen. Contohnya, pupuk urea, ZA, NPK, dan lain-lain.
3. Pupuk organik dan anorganik
Pupuk organik yaitu terdiri atas senyawa-senyawa organik (C, H, O),
sedangkan pupuk anorganik tersusun atas senyawa-senyawa anorganik
Berdasarkan pada proses terjadinya:
1. Pupuk Buatan
Adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan kimia
(anorganik) dengan kadar hara yang tinggi.
2. Pupuk Alam
Adalah pupuk yang terjadi dari akibat mekanisme alam terhadap
bahanbahan alami melalui proses degradasi dan dekomposisi.
Berdasarkan pada kandungan kimia
1. Pupuk Organik
Yaitu pupuk yang terdiri dari senyawa-senyawa organik seperti C, H,
dan O.
2. Pupuk Anorganik
Yaitu pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa anorganik.
Berdasarkan fasanya:
1. Pupuk padat
Yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan beragam mulai
yang mudah larut air sampai yang sukar larut air.
2. Pupuk cair
Yakni pupuk yang berupa cairan yang cara pengunaannya dilarutkan
terlebih dahulu dengan air. Umumnya, pupuk ini disemprotkan ke
daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro,
harga pupuk ini relatif mahal. Pupuk amoniak merupakan pupuk yang
memiliki kadar N sangat tinggi, yakni sekitar 83%. Penggunaan pupuk
ini lewat tanah dengan cara diinjeksikan dari tangki bertekanan.

Berdasarkan cara penggunaannya:
1. Pupuk daun
Yakni pupuk yang cara pemupukan dilarutka terlebih dahulu dalam air,
kemudian disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah
Yakni pupuk yang diberikan ke dalam tanah di sekitar akar agar
diserap oleh akar tanaman.

Berdasarkan reaksi fisiologisnya:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam
Yakni pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan
tanah menjadi lebih asam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA
dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basa
Yakni pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH
tanah cenderung naik, misalnya pupuk cili salpeter, calnitro, dan
kalsium sianida.

Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman
misalnya pupuk urea yang hanya mengandung hara N dan TSP hanya
dipentingkan P saja (sebetulnya juga mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung dua atau lebih
hara tanaman.
Misalnya, NPK, amophoska, nitrophoska, dan rustika.

Berdasarkan macam hara tanaman:
1. Pupuk makro
Yakni pupuk yang mengandung hara makro saja, misalnya, NPK,
nitrophoska, gandasil.
2. Pupuk mikro
Yakni pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja, misalnya
mikrovet, mikroplet, dan metalik.
3. Campuran makro dan mikro
Misalnya pupuk gandasil, bayfolan, dan rustika. Dalam
penggunaannya, kedua jenis pupuk ini sering dicampur dan
ditambahkan zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh)
(Afandie dan Nasih, 2002).

Kandungan Unsur Hara Pada Pupuk Dan Manfaatnya Bagi Tanaman
1. Pupuk Urea [(CO (NH
2
)
2
]

Kandungan hara utama : N (Nitrogen)
Kadar hara : 45-47 %
Rumus Kimia : CO(NH
2
)
2

Indek Garam (IG) : 75,40
Warna : Putih
Bentuk : Tepung kasar
Struktur : Agak keras
Higroskopisitas : Tinggi
Kelarutan : Tinggi
pH : -
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia)
dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan
ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-
46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret
yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang
banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang
1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada
pertumbuhan awal tanaman. (Ruskandi, 1996).
2. Pupuk SP 36 (Superphospat 36)


Kandungan hara utama : P (Pospor)
Kadar hara : 36 % atau 18 %
Rumus Kimia : NH
4
NO
3
PO
4
KCl
Indek Garam (IG) : -
Warna : Putih pucat
Bentuk : Butiran
Struktur : keras
Higroskopisitas : Rendah
Kelarutan : Rendah
pH : -

SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang
ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P
2
O
5
SP 36 adalah
46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika
ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat
oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi
tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).
3. Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium)


Kandungan hara utama : N,P,K (Nitrogen, Pospor, Kalium)
Kadar hara : 10-10-10 % atau 15-15-15 %
Rumus Kimia : NH
4
H
2
PO
4
KCl
Indek Garam (IG) : 47
Warna : Kuning kemerahan
Bentuk : Butiran
Struktur : Agak keras
Higroskopisitas : Tinggi
Kelarutan : Sedang
pH : -

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara
utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15
% dalam bentuk NH
3
, fosfor 15 % dalam bentuk P
2
O
5
, dan kalium 15
% dalam bentuk K
2
O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama
dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat
menunjang pertumbuhan tanaman.(Hardjowigeno, 1992).




4. Pupuk KCl (Kalium Klorida)


Kandungan hara utama : K (Kalium)
Kadar hara : 50%, 55%
Rumus Kimia : KCl
Indek Garam (IG) : 116,16
Warna : Merah bening
Bentuk : Butiran kristal
Struktur : keras
Higroskopisitas : Sedang
Kelarutan : Sedang
pH : -

Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit
K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui
penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl)
merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk
tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan
sedikit K
2
SO
4
. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan
bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu.
Hasil pemurniannya mengandung K
2
O sampai 60 %. Pupuk Kalium
(KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat
batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan
karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak
tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu
yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat
menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium
daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah
sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.
5. Pupuk ZA


Kandungan hara utama : N (Nitrogen)
Kadar hara : 21%, 25 %
Rumus Kimia : (NH
4
)
2
SO
4

Indek Garam (IG) : 68,96
Warna : Biru muda
Bentuk : Butiran
Struktur : Agak keras
Higroskopisitas : Sedang
Kelarutan : Sedang
pH : -

Pupuk ZA (Zwavelzuur Amonium) mengandung senyawa amonium
sulfat (NH4)2SO4, di mana garam tersebutu dibuat dari reaksi
amoniak dengan asam sulfat. Pupuk ZA bersifat asam lemah dan
apabila digunaka secara berlebihan secara terus menerus akan
mengakibatkan peningkatan keasaman tanah.



6. Pupuk Gandasil B



Kandungan hara utama : NPK (Nitrogen, Pospor, Kalium)
Kadar hara : 18-20 %
Rumus Kimia : Komplek
Indek Garam (IG) : -
Warna : Merah muda
Bentuk : Tepung halus
Struktur : Remah
Higroskopisitas : Tinggi
Kelarutan : Tinggi
pH : -

7. Pupuk Gandasil D




Kandungan hara utama : NPK (Nitrogen, Pospor, Kalium)
Kadar hara : 18-20 %
Rumus Kimia : Komplek
Indek Garam (IG) : -
Warna : Biru muda
Bentuk : Tepung halus
Struktur : Remah
Higroskopisitas : Tinggi
Kelarutan : Tinggi
pH : -
















V. KESIMPULAN
1. Sifat fisik pupuk dapat diamati melalui berbagai bentuk, warna, fase, dosis
serta kegunaan yang tercantum dalam kemasan dari tiap-tiap pupuk.
2. Sifat pupuk dapat dilihat dari higroskopisitasnya, kelarutannya, keasamannya.
Urutan pupuk dari yang paling higroskopis adalah Urea, ZA, KCL,
Gandasil , PHONSKA, dan SP-36.
Urutan pupuk dari yang paling asam adalah ZA, Urea, KCl,
PHONSKA, dan SP-36.
Pupuk yang paling cepat tingkat kelarutannya adalah pupuk Urea dan
Gandasil.
pH pupuk yang paling tinggi adalah pupuk NPK, KCL, dan Gandasil.













DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hardjodinomo, 1970. Ilmu Memupuk. Bandung : penerbit Binacipta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Bogor; CV Akademika pressindo.
___________________. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Pressindo
Lingga dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nurjaya dan Setyorini, D. 2009. Uji Tanah Untuk Menilai Kesuburan
Tanah Mendukung Produksi Tanaman. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor. Bogor.
Rosmarkam, Afandi. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta; Kaninisus.
http://www.agroinformatika.net/2011/11/pupuk-anorganik-adalah-pupuk-
yang.html. Diakses 10 januari 2012.
LAPORAN PRAKTIKUM
KEUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
(AGT 215)

ACARA II
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR (MI XED FERTI LI ZER)



SEMESTER
GANJIL 2011/2012

OLEH
NAMA : YOGA ADITIA
NIM : A1L010259
ROMBONGAN : D

KEMENTERIA PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULATS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembuatan pupuk campur adalah mendapatkan pupuk yang
mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu,
tenaga, dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah memasok dua atau
lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Banyak produk yang tersedia di
pasaran dengan berbagai kombinasi atau grade pupuk sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Pupuk campur dapat dibuat dari.
Pupuk buatan atau sebutan lainnya pupuk anorganik, adalah pupuk yang
dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk, dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik)
dengan kadar hara tinggi. Misalnya, pupuk Urea yang kadar hara nitrogen 45-
46%. Artinya setiap 100 kg Urea, di dalamnya terdapat 45-46 kg N (Nitrogen)
Pupuk majemuk NPK yang siap pakai harganya amat mahal ketimbang
pupuk tunggal. Supaya harga ini tidak terlalu mencekik, ada baiknya membuat
sendiri dengan cara mencampur pupuk tunggal. Untuk mendapatkan NPK yang
dikehendak, tinggal menjumlahkan masing-masing pupuk tunggal itu dan itu
berarti kita memperoleh NPK sebanyak yang diinginkan sesuai perbandingan
Pemberian pupuk atau pembuatan pupuk campur harus sesuai dengan
perbandingan, karena pemberian pupuk harus diberikan dalam jumlah yang tepat.
Apabila pemberian pupuk berlebihan maka proses atau metabolism tanaman
untuk tumbuh terganggu. Perbandingan harus sesuai agar tingkat pemupukan
seimbang dan dapat memenuhi semua unsure yang dibutuhkan tanaman.
Penggunaan pupuk campur lebih menguntungkan bagi patani karena lebih
menghemat biaya. Selain itu, penggunaan pupuk campuran bias menambah
kreatifitas patani dalam pemupukan. Cara pembuatan pupuk campur mudah dan
keuntungan yang diperoleh pun besar tanpa mengurangi kualitas NPK buatan
sendiri itu.

B. TUJUAN
1. Mampu mengetahui cara pembuatan pupuk campur.
2. Mampu membuat pupuk campur dari pupuk tunggal yan ada.



















II. TINJAUAN PUSTAKA
Paling sedikit ada tiga belas unsur hara yang sangat penting yang
didapatkan tanaman dari dalam tanah, dua diantaranya adalah kalsium dan
magnesium diberikan sebagi kapur di daerah yang kekurangan unsur itu.
Walaupun biasanya tidak dinilai sebagai pupuk kapur, efek pemupukannya
menyolok. Sulfur terdapat dalam beberapa pupuk buatan dan pengaruhnya
dianggap penting. Akan tetapi unsur ini tidak kritis kecuali di tempat tertentu,
karena itu hanya mendapat perhatian kedua sebagai pupuk. Dengan demikian,
selain unsur hara mikro tinggal tiga unsur, yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Oleh
karena unsur tersebut biasa diberikan dalam pupuk buatan, mereka sering disebut
sebagai unsur pupuk. Ketiga unsur tersebut kalau digunakan dengan tepat tidak
hanya cenderung untuk mengendalikan, menciptakan keseimbangan, menunjang
dan melengkapi satu sama lain, tetapi juga unsur hara yang lain. Hubungan ini
sangat penting dalam praktek pemupukan, karena banyak sangkut-pautnya dengan
ekonomi dan efektifitas pupuk (Buckman dan Brady, 1982).
Unsur yang ideal ialah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang
telah tersedia dalam tanah hingga jumlah nitrogen, fosfor dan kalium yang
tersedia untuk tanaman menjadi tepat. Bersama dengan ini jumlah yang
tersedianya unsur esensial yang lain harus pula ideal. Singkatnya keseimbangan
kesuburan secara keseluruhan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang wajar. Akan tetapi dalam praktek hal yang ideal
tersebut sukar dicapai, lagipula sukar untuk meramalkan reaksi yang akan terjadi
kalau pupuk bersinggungan dengan tanah (Buckman dan Brady, 1982).
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara yang berbeda-
beda. Sedangkan kandungan unsur hara dalam tanah berbeda-beda dan jumlahnya
yang berbeda-beda juga. Agar tanah menjadi ideal perlu ditambahkan pupuk yang
tepat untuk pertumbuhan. Pupuk majemuk yang tersedia jumlah unsur hara tidak
selalu sama dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan (Buckman dan Brady, 1982).
Kebutuhan akan unsur hara itu dapat dipenuhi dengan cara pemupukan.
Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk buatan, dimana kandungan unsur
haranya telah diketahui. Pupuk buatan yang diguakan tidak mengandung semua
jenis unsur hara dan jumlahnya tidak tepat. Pupuk tunggal tidak hanya
mengandung satu jenis unsur hara dan apabila untuk mempupuk maka akan
kekurangan unsur hara yang lain. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung lebih dari satu unsur hara, tetapi kandungan unsur hara dan
jumlahnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk
menciptakan pupuk yang ideal maka perlu pupuk campuran yang kandungan
unsur hara dan jumlah unsur hara dapat ditentukan sendiri (Buckman dan Brady,
1982).
Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk dinyatakan dalam tiga
angka yang berturut-turut menunjukkan kadar N, P
2
O
5
dan K
2
O. Misalnya pupuk
majemuk 15-25-10 menunjukan bahwa tiap 100 kg pupuk majemuk mengandung
15 kg N, 25 kg P
2
O
5
dan 10 kg K
2
O. Kadang-kadang pupuk majemuk hanya
dilengkapi dengan dua unsur hara, misalnya pupuk ammo-Phos yang hanya
dilengkapi dengan pupuk N dan P. Pupuk majemuk yang mengandung unsur N,
P, dan K disebut pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk yang terdiri dari dua
unsur saja dinamakan pupuk majemuk tidak lengkap (Hardjowigeno, 1992).
Pupuk majemuk umumnya dibuat dalam bentuk butiran yang seragam
sehingga memudahkan penaburan yang merata. Butiran-butirannya biasanya agak
keras dengan permukaan licin sehingga dapat menggurangi sifat menarik air dan
udara lembab. Pupuk majemuk juga bisa dibuat sendiri dengan jalan
mencampurkan pupuk tunggal untuk melengkapi jumlah pupuk yang kurang atau
yang tidak tersedia sehingga tercipta pupuk majemuk atau pupuk campuran yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Hardjowigeno, 1992).
Disamping diperlukan perbandingan dalam pemberian unsur pupuk, pupuk
buatan harus juga mempunyai sifat lain yang tertentu, yang paling penting dalam
hal ini ialah keadaan fisik benda yang dicampur. Pupuk ini harus ditaburkan pada
waktu membeli dan juga demikian sesudah dikeluarkan dari simpanan di gudang
(Buckman dan Brady, 1982).
Campuran bahan tertentu tidak dapat digunakan untuk pupuk campuran
karena kecenderungan untuk mengeras. Diantara bahan pupuk yang biasanya
dapat dicampur, keadaan-keadaan fisiknya yang tidak memuaskan amonium
nitrat, amonium sulfat, amonia dan kalium klorida. Pemakaian superfosfat yang
kurang tepat, yang dapat menimbulkan kesukaran. Beberapa garam yang sangat
higroskopis, terutama amonium niitrat, cenderung menjadi pupuk campuran yang
lengket dan sukar ditaburkan (Buckman dan Brady, 1982).




















III. METODE PRAKTIKUM
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan
1. Pupuk ZA (20%)
2. Pupuk SP-36 (36% P
2
O
5
)
3. Pupuk KCL (50% K
2
O)
4. Bahan pengisi (abu gosok dapur)

Alat
1. Timbangan analitik
2. Sendok
3. Plastic
4. Alat tulis dan lembar pengamatan

B. PROSEDUR KERJA
1. Bahan pupuk yang akan dibuat campuran disiapkan, yaitu ZA, SP-36, KCl
dan abu gosok.
2. Sebelum melakukan pencampuran dihitung dahulu jumlah perbandingan
pupuk yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dengan perbandingan N :
P : K yaitu kebutuhan 50 gr dengan perandingan 8 9 10.
3. Masing-masing bahan pupuk ditimbang sesuai dengan perhitungan yang
telah didapatkan. Jik jumlah berat ketiga pupuk belum mencapai
kebutuhan (50 gram), maka selebihnya ditambahkan abu gosok.
4. Campuran antar pupuk dan bahan pengisi dimasukkan kedalam plasti yang
telah diberi label dan diaduk sampai merata.





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
50 gr pupuk organic 8 - 9 10 dari bahan pupuk ZA (20%), SP-36 (36%),
KCL (50%)
1. Kebutuhan masing-masing pupuk =
ZA = (8 x 50) / 20 = 20 gr
SP-36 = (9 x 50) / 20 = 12,5 gr
KCL = (10 x 50) / 20 = 10 gr +
Jumlah = 42,5 gr
Jumlah = 42,5 gr, sehingga:
Kebutuhan filler = 50 -42,5 = 7,5 gr
2. Tambahkan bahan pengisi (abu dapur) sebanyak 7,5 gr

B. PEMBAHASAN
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu
kandungan unsur pupuknya. Penggunaan pupuk majemuk pada umumnya
sama saja dengan pupuk tunggal. Tetapi kesukaran pupuk majemuk yang
timbul akibat dari penggunaan pupuk majemuk adalah tidak sesuainya antara
kebutuhan masing-masing unsur yang dikehendaki oleh kebutuhan dan
tanaman dengan yang terkandung di dalam pupuk. Keuntungan penggunaan
pupuk majemuk adalah bahwa dengan satu kali pemberian pemupukan, telah
terpenuhinya tiga unsur pupuk. Dengan demikian penggunaan pupuk
majemuk atau pupuk campuran dapat menghemat tenaga kerja serta ongkos
pengangkutan pemakainya (Hakim. dkk, 1986).
Pupuk campuran dapat dikerjakan dengan cara yang relatif sederhana,
khususnya bila campuran terdapat pada derajat yang rendah (misalnya pupuk
yang mengandung presentase nitrogen yang rendah). Mereka dibuat dari
bahan campuran penting yang cocok dan yang besar menentukan derajat atau
susunan yang dinginkan. Terdapat perlengkapan yang mencampur massa
pupuk.
Pemakaiannya pupuk buatan terbukti mempunyai kelebihan yang positif
daripada pupuk organik, seperti pupuk kandang, air kotoran dari kandang,
kotoran manusia dan kompos sebagai berikut (Hardjodinomo, 1970). Dalam
melakukan pencampuran pupuk maka kita harus menghitung kandungan
unsure hara masing masing pupuk.
Dalam praktikum kali ini perbandingan NPK yang digunakanan adalah
8:9:10. Pupuk yang digunakan adalah ZA, SP-36 dan KCL. Setelah dilakukan
perhitungan dapat diketahui jumlah kebutuhan pupuk tersebut, yaitu pupuk
ZA 20gr, pupuk SP-36 12,5gr dan KCl 10gr.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat pupk campur
adalah:
1. Pupuk yang akan di campur harus berfasa sama
2. Tidak menimbulkan efek campuran yang merugikan tanaman
3. Pencampuran pupuk harus dilakukan dalam keadaan kering
4. Kandungan haranya harus dihitung
5. Kekurangan bahan pupuk dapat diisi dengan bahan pengisi yang
berbentuk serbuk, tanah kering dan abu gosok.
Keuntungan dari pupuk campur ini antara lain:
1. Dapat menggantikan pupuk majemuk NPK yang relatif mahal
2. Dalam sekali pemupukan unsut hara yang diberikan sudah terlengkapi
3. Murah harganya, serta meningkatkan kreatifitas pemupukan
Kelemahan pupuk campur yaitu diperlukan perhitungan dan ketelitian
yang cermat dan sukar untuk dapat dilakukan oleh petani, bila kurang hati-
hati dapat meninbulkan efek racun bagi tanaman, terutana bila
pencampuran dilakukan dengan bahan pupuk yang tidak diperlukan untuk
dicampur, tidak dapat disimpan untuk waktu yang relative lama, karena
dapat terjadi pelarutan dari bahan pupuk yang dicampur.

Pupuk buatan yang secara umum digunakan dalam usaha pertanian
antara lain: Urea, ZK, SP-36, KCl, ZA, dan TSP (Lingga dan Marsono,
2000).
Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk,
keadaan tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan
(Rosmarkam, 2002). Unsur hara dalam tanah dapat menjadi berkurang
atau hilang karena terserap oleh tanaman dan selanjutnya terbawa keluar
ketika panenan berlangsung.
Pedoman Pencampuran Pupuk
Tidak semua pupuk serta merta dapat dicampur tanpa menimbulkan
kerugian. Ada beberaa pupuk yang jika dicampur akan terjadi satu atau
lebih proses berikut:
1. Campuran mempunyai higroskopis tinggi yang menyebabkan
terjadinya penggumpalan sehingga sukar digunakan atau ditabur.
2. Campuran kehilangan kandunagan haranya ( N menguap sebagai NH
3
)
3. Terbebtuk senyawa baru, sehingga hara menjadi tidak tersedia bagi
tanaman (P membatu).
Pupuk buatan tunggal yang mengandung NH
4
, pupuk kandang, dan guano
tidak boleh dicampur dengan pupuk yang mengandung Ca bebas (CaCo
3
),
sebab akan mengakibatkan penguapan N dalam bentuk NH
3
. Pupk buatan
yang mengandung Ca bebas tidak boleh dicampur dengan pupuk yang
nemnagndung fosfat yang parut dalam air, miasalnya ES dengan
ammonium super fosfat akan menguranig kelarutan dan daya guna sam
fosfatnya. Pupuk yang mengandung kapur bila dicampur dengan tepung
tulang, fosfat alam atau agrofos akan menurunkan mutu pupuk karena
asam-asam di tanah yangs eharusnya melarutkan fosfat sebagian akna
membentuk garam dengan Ca, sehingga mengurangi kelarutan fosfat
tersebut. Garam-garam K hanya boleh dicampur dengan berbagai pupuk
buatan seperti: Thomas sesaat sebelum penebaran pupuk karena campuran
tersebut akna mengeras dalam beberapa hari atau menggumpal terlebih
jika kelengasan udara tinggi.
Tabel. Pedoman pencampuran pupuk
Nama pupuk Urea ZA SP-36 KCL ZK Batuan fosfat
Urea A B E E A A
ZA B A C A A B
SP-36 E C A A A E
KCL E A A A A B
ZK A A A A A B

Berdasarkan table diatas pencampuran dua macam pupuk dapat
dimasukkan ke dalam salah satu kriteria berikut :
A. Selalu dapat dicampur
B. Dapat dicampur menjelang pemakaian
C. Campuran menjadi keras, tetapi dapat dihaluskan dengan mudah dan
dapat disimpan
D. Campuran menjadi keras
E. Sama sekali tidak dapat dicampur.



Membuat pupuk campur
Sebagai contoh akan dibuat 50 kg pupuk campur 8 - 12- 10 dari bahan
pupuk ZA (20%N), SP-36 (36% P
2
O
5
) dan KCL(50% K
2
O).
1. Hitungan kebutuhan masing-masing pupuk
ZA = (8 x 50)/20 = 20,00 g
SP-36 = (12 X 50 )/36 = 16,67 g
KCL = (10 X 50)/50 = 10,00 g
Jumlah = 46,67 g, sehingga kebutuhan filler = 50 46,67 g = 3,33
gram.
2. Tambahan bahan pengisi (abu dapur) sebanyak 3,33 gram.
Berdasarkan perhiutngan pembuatan pupuk campur tersebut, untuk
membuat pupuk campur sebanyak 50 kg dengan masing-masing
kebutuhan pupuk campur adalah 8 - 12 10 dari bahan pupuk ZA, SP-
36 dan KCL. Didapat perhitungan kebutuhan masing-masing pupuk
ZA 20,00 g, SP-36 16,67 g Dan KCL 10,00 g. Jumlah keeluruhan
pupuk tersebut adalah 46,67 kg, sehingga kebutuhan filler sebagai
bahan pengisi berupa abu gosok adalah 50 46,67 g = 3,33 gram.






























V. KESIMPULAN
Pencampuran pupuk dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
perhitungan yang tepat dan takaran yang pas, sesuai dengan kebutuhan. Dalam
praktikum kali ini perbandingan NPK yang digunakan adalah 8 : 9 : 10. Pupuk
yang di gunakan adalah ZA, SP-20 dan KCl. Setelah dilakukan perhitungan dapat
diketahui jumlah kebutuhan pupuk tersebut, yaitu pupuk ZA 20 gr, pupuk SP-36
12,5 gr dan KCl 10 gr serta tambahan bahan pengisi (filler) 7,5 gr.
















DAFTAR PUSTAKA
Afandie, R. dan Nasir W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta.
Buckman, Harry O dan Brady, Nyle C. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara,
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Nurhajati, H. dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung.
Setiadi. 1987. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sunaryono, H. 1989. Budidaya Cabe Merah. Sinar Baru : Bandung.













LAPORAN PRAKTIKUM
KEUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
(AGT 215)

ACARA III
ANALISIS KADAR BAHAN ORGANIK TANAH



SEMESTER
GANJIL 2011/2012

OLEH
NAMA : YOGA ADITIA
NIM : A1L010259
ROMBONGAN : D

KEMENTERIA PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULATS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil
mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang
terlibat dan berada didalamnya.
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan
organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah
yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan
tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Kesehatan tanah penting untuk menyamin produktivitas pertanian.
Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang
melapuk. Tingkat pelapukan bahan organik berbeda-beda dan tercampur dari
berbagai macam bahan.
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
1. sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa:
daun, ranting dan cabang, batang, buah, dan akar.
2. sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat
berupa:kotorannya dan mikrofauna.
3. sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk
kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk
hayati.
Komposisi Biokimia Bahan Organik
Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan
organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari: air (75%) dan
biomass kering (25%).


B. TUJUAN
Mampu melakukan analisis kadar bahan organic yanah berdasrkan metode
Walkley dan Black.




























II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik berperan penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik adalah
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan
memperbaiki media perkembangan mikroba tanah. Tanah berkadar bahan organik
rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman rendah. Hasil
dekomposisi bahan organik berupa hara makro (N, P, dan K), makro sekunder
(Ca, Mg, dan S) serta hara mikro yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman.
Hasil dekomposisi juga dapat berupa asam organik yang dapat meningkatkan
ketersediaan hara bagi tanaman.
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat
tanah, yangmempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk
bersatu menjadiagregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam
pembentukan struktur tanah.Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur
tanah sangat berkaitan dengantekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah
lempung yang berat, terjadi perubahanstruktur gumpal kasar dan kuat menjadi
struktur yang lebih halus tidak kasar, denganderajat struktur sedang hingga kuat,
sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponenorganik seperti asam humat dan
asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasipertikel lempung dengan
membentuk komplek lempung-logam-humus.
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan
organik tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis
oleh mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat,
amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
1. bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran
yang kecil menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan
persatuan bobot lebih tinggi, sehingga daya jerap tinggi melebihi liat.
KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300 me/100 g yang lebih
tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki
daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi
daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus
fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak.
2. daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat
tanah dan membantu granulasi aggregat tanah.
3. Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
4. berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah
menjadi gelap.





















III. METODE PRAKTIKUM
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan
1. Larutan kalium dikromat 1N
2. Asam sulfat pekat
3. Sukrosa
4. Tissue
5. Aquades

Alat
1. Spektrofotometer
2. Cuvet
3. Timbangan analitik
4. Labu takar
5. Labu Erlenmeyer
6. Botol semprot
7. Pipet ukur

B. PROSEDUR KERJA
Pembuatan kurva kalibrasi
1. Larutan yang mengandung 100 mg C dibuat sebanyak 100 mL, dengan
cara ditimbang 0,377 gram sukrosa dimasukkan ke dalam labu takar
diambah aquadest sampai 100 mL. Tiap 1 mL menganidng 1 mg C.
2. 5 buah labu takar 100 mL yang bersih dan kering disiapkan.
3. Masing-masing labu takar diisi dengan larutan yang mengadung C
sebanyak 5; 10; 15; 20 dan 25 mg C dengan cara memipet 5; 10; 15;
20 dan 25 mL larutan.
4. Ke dalam masing-masing labu takar yang telah berisi larutan C
ditambah 10 mL larutan 1 N K
2
Cr
2
O
7
lalu dikocok hingga merata.
5. Dengan hati-hati ditambah 10 mL asam sulfat pekat, lalu dikocok
pelan-pelan (labu jagna diangkat).
6. Dibiarkan selama 30 menit sampai dingin.
7. Diencerkan dengan aquadest hingga volume 100 mL.
8. Disaring, lalu bagian yang bening diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
9. Dibuat persamaan regresi linear Y = Bx, hubungan antara kadar C-
organik (sumbu X) dengan absorbansi larutan (sumbu Y).

Analisis Kadar C-organik Tanah
1. Sebanyak 0,50 gram tanah kering udara lolos ayakan 0,5 mm
ditimbang dlaam labu Erlenmeyer 500 mL.
2. Dengan menggunakan pipet ukur ditambah 10 mL larutan 1 N
K
2
Cr
2
O
7
dikocok supaya homogen.
3. Dengan hati-hati ditambah 10 mL asam sulfat pekat , lalu dikocok
dengan gerakan pelan-pelan (labu jangan diangkat).
4. Dibiarkan selama 30 menit dingin.
5. Diencerkan dengan aquadest hingga volume 100 mL.
6. Disaring, lalu bagian yang bening diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
7. Berdasarkan persamaan regresi yang telah dibuat sebelumya, kadar C
dlam sampel tanah dapat ditentukan.












IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Standar
No
Kadar C
Mg (x)
Transmtasi
(%)
(Y) Absorbansi (%)
[A = log 1/T]
1 0 100 -
2 5 87 0,0604
3 10 68 0,167
4 15 53 0,276
5 20 44 0,357
6 25 30 0,523

2. Kadar C
No X Y XY X
2

1 0 - - -
2 5 0,0604 0,302 25
3 10 0,167 1,67 100
4 15 0,276 4,14 225
5 20 0,357 7,14 400
6 25 0,523 13,075 625
26,327 1375






b = XY / X
2
= 0,019
y = 0,019 X
Jenis
Tanah
Massa
(Mg)
Transmitasi
(%)
Absorbansi
(%)
Y
X
Kadar
Air (%)
Kadar
C-O (%)
Kadar
B-O (%)
Ultisol 500,8 89 0,051 2,684 8,217 0,597 0,0998
Vertisol 506,8 81 0,09 4,737 13,1634 1,1 1,896
Inceptisol 501,,5 77 0,113 5,947 8,769 1,290 2,224
Entisol 501,5 92 0,036 1,895 17,1497 0,442 0,762
Andisol 500,5 30 0,522 27,526 11,0514 6,107 10,528

Kadar air:
Ultisol = 8,217 %
Vertisol = 13,1634 %
Inceptisol = 8,769 %
Entisol = 17,1497 %
Andisol = 11,0514 %
Perhitungan
1. Ultisol
Y = 0,019X
0,051 = 0,019X
X = 2,684
Kadar air = 8,217 %
Kadar C O =





Kadar B O =




2. Vertisol
Y = 0,019X
0,09 = 0,019X
X = 4,789
Kadar air = 13,1364 %
Kadar C O =




Kadar B O =




3. Inseptisol
Y = 0,019X
0,113 = 0,019X
X = 5,947
Kadar air = 8,769 %
Kadar C O =




Kadar B O =





4. Entisol
Y = 0,019X
0,036 = 0,019X
X = 1,895
Kadar air = 17,1497 %
Kadar C O =




Kadar B O =




5. Andisol
Y = 0,019X
0,523 = 0,019X
X = 27,526
Kadar air = 11,0514 %
Kadar C O =




Kadar B O =








B. PEMBAHASAN
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova,
1961).
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran
penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman,
sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam
mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan
organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi.
Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena
intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak
yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun
biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik
terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut
(Stevenson,1994):
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur
mikromaupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan
organikmembantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan
caramenyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat
yangdifiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona
perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih
baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam
tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang
masuk dalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi
(bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah
dari ranting pohon yang.berjatuhan,limbah pertanian dan peternakan, industri
makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu,
endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat
perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan
baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.
Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu
akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya
dengan penggunaan kompos.
Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kesuburan
tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman dan akan berperan
baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah Senyawa humus juga
berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan bahan
kimia toksik dalam tanah dan air Selain itu humus dapat meningkatkan
kapasitas kandunganair tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik
larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat
menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik
toksik Dengan demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organik yang kaya
akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga
kualitas tanah.
Metode penetapan bahan organik tanah berdasarkan jumlah bahan organik
yang mudah teroksidasi. Caranya adalah bahan organic yang mudah
teroksidasi dalam tanah dioksidasi dengan campuran K
2
Cr
2
O
7
(kalium
dikarbonat) dan asam sulfat pekat, menurut reaksi
3 C + 2 Cr
2
O
7
2-
+ 16 H
+
3 CO
2
+ 4 Cr
3+
+ 8 H
2
O
(warna jingga) (warna hijau)
Makin tinggi kandungan kadar bahan organic, makin banyak ion Cr
2
O
7
2-

yang diperlukan sehingga makin banyak ion Cr
3+
yang terbentuk. Oleh karena
itu makin tinggi kadar bahan organic warna larutan makin hijau jumlah ion
Cr
3+
yang terbentuk dapat diukur secara spektrofotometri pada panjang
gelombang sekitar 595 nm.
Macam-macam tanah:
1. Tanah ultisol
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan
sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam
menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH
yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa
cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang
lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH
meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986).
2. Tanah vertisol
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa
yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline
lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada
Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur
liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas
tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar
luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
3. Tanah inceptisol
Inceptisol adalah tanah tanah yang dapat memiliki epipedon
okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang
menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi
belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah
yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya (Hardjowigeno,1993)
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat sifat
tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3
bulan berturut turut dalam musim musim kemarau, satu atau lebih
horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau
silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa
mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam
tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah
inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat
terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup
sampai tropika. (Darmawijaya, 1990).
4. Tanah entisol
Untuk tanah entisol, kadar kelembapan atau pH-nya selalu
berubah-ubah. Hal ini terjadi karena keadaan tanah yang selalu basah dan
terendam air di daerah cekungan. Tanah dengan kadar asam yang rendah
kurang baik untuk ditanami. Tanah entisol dalah tanah yang kadar
asamnya kadang tinggi dan terkadang bisa jadi sangat rendah.
Jika dilihat dari bentuk dan kadar awal tanahnya, tanah jenis ini
bukanlah tanah yang menguntungkan. Namun, dengan sedikit upaya,
seperti pemupukan dan drainase buatan, dapat menjadikan tanah muda ini
memiliki nilai komoditi sendiri. Tanah entisol memiliki tekstur yang
cenderung kasar dan kadar organik dan nitrogen rendah. Tanah ini mudah
teroksidasi oleh udara.
5. Tanah andisol
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan nama tanah andosol
rata-rata berwarna kehitaman. Tekstur dari tanah ini beragam. Tanah ini
bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat
yang terkandung di dalamnya adalah sebagian besar berasal dari abu
vlkanik letusan gunung. Tanah jenis ini banyak di jumpai di daerah-daerah
yang berada di sekitar gunung berapi.
Berdasarkan hasil dari praktikum ini, didapat hasil kadar bahan oranik dan
kadar c organic nya yang dinyatakan pada grafik berikut.




0
2
4
6
8
10
12
ultisol vertisol inceptisol entisol andisol
Kadar C-
Oraganik (%)
Kadar Bahan
Organik (%)
V. KESIMPULAN

1. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur
ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.
2. Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk
inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah.
3. Metode penetapan kadar bahan organik anah bisa dikelompokkan menjadi:
Berdasarkan kehilangan bobot karena pemanasan, Berdasarkan kadar
unsur C, dan Berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi.
4. Kadar C-Oraganik tanah ultisol, vertisol, inceptisol, dan entisol
menunjukkan bahwa tanah terebut sudah mengalami penurunan
produktivitas, karena Kadar C-Oraganik masing-masing tanah tersebut
kurang dari 2%. Sedangkan unutk tanah andisol merupakan tanah yang
masih memiliki produktivitas, karena Kadar C-Oraganik lebih dari 2%
yaitu 6,107%.














DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. and N.C Brady.1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Foth, Henry D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. UGM-Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Meditama Sarana Perkasa, Jakarta.
Hardjodinomo, S. 1970. Ilmu Memupuk. Binacipta, Jakarta.
Lingga P dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk (edisi revisi).
Penyebar Swadaya, Jakarta.
Rosmarkam, A. dan Nasih W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung.
Sutejo, Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

También podría gustarte