Está en la página 1de 67

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERAKTIF PADA KONSEP


SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada MTsN 6 Jakarta)







Disusun Oleh:
DWI APRIYANI
103016127079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
id16410046 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan bagi perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara.
kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana bangsa tersebut
mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal
ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
masyarakat terutama kepada pesrta didik.
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting penentu keberhasilan
pembangunan nasional, baik dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum
dalam UU Sisdiknas Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
pesrerta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif
mandiri, dan menjadi warga negar yang demokratis serta bertanggung jawab.
1



Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah
pada semua kegiatan pendidikan dalam satu-satuan pendidikan yang ada.
Tujuan pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan umum yang hendak
dicapai oleh semua satuan pendidikan nasional tersebut, merupakan tujuan
umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya, meskipun
setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun
semua itu tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada.

1
Diknas, Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanannya 2000-2004,
(Jakarta: Tamita Utama, 2004), h. 7
id16449875 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
2
Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan
sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional yang ada. Biologi merupakan wahana untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab
kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran
biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses
penemuan.
Selain itu Biologi merupakan salah satu pendidikan dan langkah awal
bagi seorang anak mengenal dan memahami konsep-konsep tentang alam
untuk membangun keahlian dan kemampuan berpikirnya agar dapat berperan
aktif menerapkan ilmunya dalam dunia teknologi. Untuk merealisasikan hal
tersebut maka harus terjadi peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran
biologi dan sains.
Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan sains atau biologi
belum adanya peningkatan mutu pendidikan. Masalah-masalah pembelajaran
sains atau biologi diantaranya adalah: pengajaran sains hanya mencurahkan
pengetahuan (tidak berdasarkan praktek). Dalam hal ini, fakta, konsep dan
prinsip sains lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau
diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek.Variasi kegiatan belajar
mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada saat ini, guru hanya mengajar dengan
ceramah dikombinasi dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran.
Menurut Paolo dan Martin sebagaimana yang dikutip oleh Iskandar
dalam Sofyan, mendefinisikan IPA atau sains untuk anak-anak terdiri dari
kegiatan mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati,
mempergunakan pengatahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, dan
menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi apakah ramalan itu benar.
2


2
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar Internasional
Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 3
3
Dari penjelasan diatas bahwa biologi merupakan bagian dari sains,
yang menekankan pembelajaran yang memberikan pengalaman secara
langsung, atau siswa ditekankan untuk aktif dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Pada dasarnya pelajaran sains berupaya membekali siswa dengan
berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang
dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar. Atas dasar pemikiran
tersebut maka pendekatan pembelajaran yang perlu dikembangkan perlu
penekanan pada kegiatan belajar siswa aktif.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah peningkatan mutu dalam
pendidikan sains atau biologi tersebut adalah dengan menerapkan
pembelajaran yang menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan tertentu
seperti keterampilan dalam menyelesaikan masalah, ketrampilan dalam
mengamati obyek, keterampilan dalam mengambil keputusan, keterampilan
dalam menganalisis data, berfikir secara logis, sistematis serta keterampilan
dalam mengajukan pertanyaan. Sehingga pembelajaran akan lebih menitik
beratkan kepada siswa dan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Menurut pandangan konstruktivisme belajar berarti membentuk
makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan dan alami.
3
Bagi kaum konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
4

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menitik beratkan kepada
siswa dan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah
pendekatan interaktif. Pendekatan interaktif dikenal sebagai pertanyaan anak,
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan kemudian
dilanjutkan dengan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang
mereka ajukan.
5


3
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Kanisius,
1997), h. 61
4
Ibid, h. 65
5
Sri Handayani, Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Makhluk Hidup dan
Tumbuhan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas III, Jurnal
Pendidikan dan Humaniora No. 07 Tahun IV, September 2005, h. 13
4
Salah satu kebaikan dari pendekatan interaktif adalah bahwa peserta
didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan
mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan
melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu peserta didik
menjadi kritis dan aktif belajar.
6

Dengan demikian diharapkan penggunaan pendekatan interaktif dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk melakukan pengkajian secara teoretis maupun praktis
permasalahan ini dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa
dengan Pendekatan Interaktif .

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Apakah penggunaan pendekatan interaktif dalam pembelajaran dapat
memberikan pemahaman kepada siswa?
b. Apakah pendekatan interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Fokus Penelitian
Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu meluas dan menyimpang,
maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem
pernapasan.
2. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan
interaktif.
3. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif dan aspek psikomotorik.




6
Sri Handayani, Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Makhluk Hidup dan
Tumbuhan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas III, Jurnal
Pendidikan dan Humaniora No. 07 Tahun IV, September 2005, h. 20
5
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam ini penelitian ini adalah: Apakah pendekatan interaktif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah:
1. Agar dapat menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan guru
SMP/MTs khususnya yang berkaitan dengan penyusunan perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran biologi dan dapat menjadikannya sebagai
alternatif pembelajaran.
2. Memotivasi siswa dalam belajar, karena dalam pembelajaran ini siswa
belajar secara aktif dengan mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi
yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota
tubuh lainnya, demikian pula aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat,
motivasi, minat dan sebagainya.
1

Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku.
2

Dari beberapa definisi di atas belajar ialah suatu proses usaha dan
perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan
memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman
baru dalam hidupnya.
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan tingkah laku, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, dan daya pikirnya. Selain itu seseorang yang melakukan
aktivitas belajar akan terjadi perubahan yang bersentuhan dengan aspek
yang mempengaruhi tingkah laku.


1
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, (Jakarta: RIneka Cipta, 2005), h. 49
2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta),
2003, h., 2

id16464843 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
7
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is devined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
3

Menurut Skinner yang dikutip Barlow dalam Muhibbin belajar
adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung
secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguatan (reinforcer).
4

Perubahan dan hasil belajar terjadi manakala penguatan terus
menerus diberikan. Dalam penguatan ini hubungan stimulus dan respon
sebagai bagian dari proses belajar mengalami proses intersifikasi.
Perubahan perilaku siswa terwujud dalam hasil belajar sebagai bentuk
respon siswa t terhadap stimulus yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Hitzman dalam Muhibbin berpendapat bahwa
Learning is a change in organism due to experience which can effect the
organism behavior. Belajar adalah suatu suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organisme, manusia dan hewan disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
5

Dari devinisi di atas bahwa belajar adalah aktivitas pengembangan
diri melalui serangkaian proses kegiatan atau pengalaman dalam menuju
perubahan dalam diri sesorang. Pengalaman dapat diartikan segala bentuk
pengalaman atau hal-hal yang pernah dialami seperti pengalaman karena
membaca, mendengarkan, merasakan, melakukan, menghayati,
merencanakan dan melaksanakan.
Proses kegiatan yang dimaksud adalah suatu proses yang aktif dan
proses yang aktif ini bukan hanya aktivitas yang nampak seperti seperti
gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas mental, seperti proses
berpikir, mengingat, dan sebagainya. Sehingga belajar dapat diartikan

3
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27
4
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 64
5
Ibid. h. 65
8
sebagai suatu proses kegiatan gabungan antara gerakan-gerakan badan dan
berpikir untuk memperoleh suatu pengetahuan.
Bigg dalam Muhibbin mendefinisikan belajar dalam tiga macam
rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan
kualitatif. Secara kuantutatif belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
6

Secara intitusional (tinjauan kelembagaan) belajar dipandang
sebagai proses validasi atau pengabsahan tehadap penguasaan siswa atas
materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan
siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar.
7

Sedangkan belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
8

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut
dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya.
9

Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu diantaranya
menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu.
10

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik
faktor fisik maupun sosial maupun sosial-psikologis yang berada pada
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
11

Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari
individu. Seseorang yang mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang
baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti proses belajar. Selain itu

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendedekatan Baru, (Bandung: Rosda,
1997), h. 91

7
Ibid., h. 92
8
Ibid.
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 162
10
Ibid.
11
Ibid., h. 163
9
kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam belajar.
Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula
terhadap usaha dan hasil tujuan belajarnya.
Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis,
kemampuan intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat
kecerdasan dan bakat. Selain itu minat dan motivasi juga mempengaruhi
dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam pelajaran tertentu
biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang
diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari
dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya dukungan dari orang
tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan lingkungan
pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh.
Yang termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan
lingkungan dan anggota keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana
belajar, dan suasana keadaan tenag dalam keluarga.
Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada
di lingkungan rumah. Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar
pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu dalam kegiatan proses
belajar.

2. Hakikat Hasil Belajar
Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang
melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi
yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap
materi yang diberikan. Dengan adnya pemahaman dan penguasaan yang
didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami
10
suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah
yang disebut dengan hasil belajar.
Menurut Crow and Crow dalam Sofyan mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan sesuatu dan cara
mengatasi masalah pada situasi baru.
12

Sedangkan menurut Skiner dalam teori Kondisioning yang dikutip Gladler
dalam Ibrahim mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah
laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu sama pengertiannya
dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru.
13
Dari
beberapa devinisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang
berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh
seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti
sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku.Dengan
demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap
sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada
akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.
14









Bagan 2.1 Proses Hasil Belajar


12
Ahmad Sofyan, Prilaku Belajar Siswa MAN, Didaktika Islamika Jurnal Kependidikan,
Keislaman, dan Kebudayaan, Vol. IV No. 1, Juni 2003, h. 65
13
Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil
Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , No. 044 Tahun Ke-9, September 2003, h. 735
14
Usman Melayu, Hakikat Minat dan Hasil Belajar, Berita STMT Trisakti, Edisi 084,
Januari 1999, h. 55
Pengetahua
Perilaku
Belajar Tes
Hasil
belajar
Nilai

11
Dari bagan di atas mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya
kegiatan evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya
kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari
pengetahuan dan perubahan perilaku individu yang besangkutan terhadap
yang dipelajari.
15

Proses pendidikan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yang dapat
dikategorikan menjadi tiga bidang, yakni bidang kognitif (penguasaan
intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang
psikomotorik (kemampuan/keterampilan untuk bertindak/prilaku).
16

Tipe belajar hasil kognitif meliputi tipe belajar hasil pengetahuan
hafalan (knowledge), tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), tipe hasil
belajar penerapan (aplicationi), tipe belajar hasil analisis, dan tipe belajar
evaluasi. Tipe hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.
17

Sedangkan tipe hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu (perseorangan).
18

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran
dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
19

Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya
suuatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar
merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar
mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai.
20

Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan
pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di

15
Ibid.
16
Robertus Angkowo dan A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 56
17
Ibid.
18
Ibid., h 57.
19
Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., h. 5
20
Bambang Subali dan Paidi, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi, (Universitas
Negeri Yogyakarta, 2002), h. 3
12
sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan
untuk membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran
dengan baik.

3. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan teori belajar yang berhubungan dengan
cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan
makna (meaningfulness). Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi
dalam struktur kognitif yang telah ada hasil sebelumya dan siap dikonstruk
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
21

Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan
konstruksi pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimilki siswa
mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi
pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas yang
telah terbentuk di dalam pikiran siswa.
22
Sedangkan menurut Battencourt
dalam Pannem konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti kenyataan
tetapi lebih menggambarkan proses kita menjadi tahu akan sesuatu.
23

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa siswa belajar
dengan cara mengkonstruksi pemahaman baru tentang fenomena dari
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang
mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka. Mereka harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya.
Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Dengan kata
lain konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan

21
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar
Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 8
22
Johar Makmur, Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Seminar
Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h. 29
23
Paulina Panem, dkk., Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Universitas
Terbuka PAU-PPAI-UT, 2001), h. 8
13
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran sesorang. Unsur-unsur
konstruktivime telah lama dipraktikkan dalam pembelajaran ditiap tingkatan
sekolah atau pendidikan.
Dalam perspektif konstruktivisme, proses pembelajaran merupakan
proses membangun ulang/rekonstruksi pengetahuan. Layton dalam Suratno
menyatakan bahwa proses membangun pengetahuan ilmiah harus bersifat
useful (bermanfaat) dan mengarah pada hal-hal yang praktis.
24

Proses pembelajaran konstruktivisme yang dikemukakan oleh Layton
dalam Suratno adalah sebagai berikut:
25









Bagan 2.2
Proses Membangun Pengetahuan Ilmiah

Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Sesorang
berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dengan melihat, mendengar,
menjamah, mencium, dan merasakannya. Dari sentuhan inderawi itu sesorang
menbangun gambaran dunianya.
26


24
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran dan Pengajaran Sains,
Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h.86
25
Ibid.
26
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Cetakan ke-5, (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), h. 18

14
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih diarahkan pada
pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Karenanya dalam kegiatan belajar mengajar tidak terfokus pada si pendidik
melainkan pada si pembelajar.
Menurut pandangan konstruktivisme setiap individu mengkonstruksi
pengetahuan secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan membentuk bayangan
dari sesuatu tang diamati atau diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut
menyeleksi, menyaring, memberi arah dan menguji atas informasi yang
diterimanya.
27

Menurut Shapiro dalam Munas menyatakan bahwa dalam
mengaplikasikan konstruktivisme siswa mempunyai sifat dan prilaku yang
sama dengan saintis yaitu dengan membangun hipotesa, mengumpulkan data
dengan percoban atau observasi, dan membangun konsep berdasarkan
hipotesis dan fakta yang mereka peroleh.
28

Jadi secara ringkas, gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan
yaitu: a) pengetahuan bukan merupakan gambaran dunia belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui pengalaman seseorang b) dalam
proses pembentukan pengetahuan kebermaknaan dalam pengalaman
merupakan interpretasi atau penafsiran seseorang terhadap pengalaman yang
dialaminya.

4. Keterampilan Proses Sains
Pembelajaran sains yang sekarang dikehendaki dalam kurikulum
KTSP sekarang ini adalah pembelajaran yang disarkan pada prinsip-prinsip
ilmiah, proses ilmiah maupun produk ilmiah. Dalam proses belajar mengajar

27
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme Mengajar Sain: Pembelajaran Berbasis
Komputer, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h.25
28
Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan Dengan Metode
Konstruktivisme, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Metamorfosa Jurnal Pendidikan IPA, Volume
1 No. 2, Oktober 2006, h.,51
15
menghendaki berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dalam
kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah untuk
memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam merencanakan dan
melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah. Jadi dalam kegiatan
pembelajaran sains maka guru memberikan memberikan sejumlah kegiatan
yang memberikan peluang kepada pesrta didik untuk mengarah pada kegiatan
pembelajaran sains.
Aspek-aspek kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan
proses sains dalam Rustaman adalah: mengamati, mengelompokan,
menafsirkan/interpretasi, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep
dan berkomunikasi.
29
Adapun penjelasan dari masing-masing aspek adalah
sebagai berikut:
a) Mengamati
Mengamati merupakan suatu kemampuan menggunakan indera yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berati
memilih fakta-fakta yang relevan dengan tugas tertentu dari hal-hal yang yang
diamati, atau memilih fakta-fakta untuk menafsirkan. Dengan hal-hal yang
diamati maka akan berkembang kemampuan untuk mencari persamaan dan
perbedaan.
b) Mengelompokan
Keterampilan mengelompokan adalah salah satu kemampuan penting
dalam kerja ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengenal
perbedaan dan persamaan antar benda-benda agar kita mudah dalam
mempelajarinya.
c) Menafsirkan
Hasil pengamatan tidak akan berguna, bila tidak ditafsirkan. Karena itu
dari mengamati langsung, dan mencatat setiap pengamatan secara terpisah,
kemudian menghubungkan hasil-hasil pengamatan itu, mungkin ditemukan

29
Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Universitas Negeri
Malang, 2005), h. 86

16
pola-pola tertentu dalam hasil pengamatan. Penemuan pola ini merupakan
dasar untuk menyatakan kesimpulan.
d) Meramalkan
hasil-hasil pengamatan tidak berguna, bila tidak ditafsirkan. Karena itu
dari mengamati langsung, dan mencatat setiap pengamatan secara terpisah,
kemudian menghubungkan hasil-hasil pengamatan itu, mungkin ditemukan
pola-pola tertentu dalam seri pengamatan.
e) Mengajukan pertanyaan
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir diatas, anak
diberi kesepatan untuk menggunakan pikirannya. Maka dihadapkan pada
masalah-masalah yang ada di sekitar. Sejauh mana anak menggunakan
pikirannya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Kualitas pertanyaan
yang diajukan anak menunjukan rendah tingginya berpikir anak itu.
f) Berhipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuan
biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen
g) Merencanakan percobaan
setelah melihat suatu hubungan dari pengamatan-pengamatan yang
dilakukan, perlu kesimpulan sementara atau hipotesis yang dirumuskan itu
diuji. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk merencanakan suatu percobaan
yang meliputi alat-alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan
percobaan.
h) Menggunakan alat dan bahan
Melakukan percobaan dalam sains membutuhkan alat dan bahan. Berhasil
atau tidaknya suatu percobaan tergantung pada kemampuan memilih dan
menggunakan alat secara tepat dan efektif. Pengalaman menggunakan alat dan
bahan merupakan pengalaman konkret yang dibutuhkan siswa untuk
menerima gagasan-gagasan baru.


17
i)Menerapkan konsep
Kemapuan untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi, merupakan tujuan pelajaran sains yang
penting.
j) Berkomunikasi
Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya
kepada orang lain. Dalam hal ini siswa juga belajar menyampaikan hasil
penemuannya dari apa yang ditemukan setelah melakukan eksperimen atau
praktikum.

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Desain-Desain
Alternatif Interfensi Tindakan yang Dipilih
1. Pendekatan Interaktif
Menurut Faire dan Cosgrove dalam Rustaman pendekatan interaktif
dikenal sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa
untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan
yang mereka ajukan.
30

Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk
pada pandangan konstruktivis yang menitikberatkan pada pertanyaan siswa
sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyn-pertanyaan siswa. Di
dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan
keingintahuannya terhadap obyek yang akan dipelajari, kemudian melakukan
penyelidikan tentang pertanyaan mereka sendiri.
31


Menurut faire dan Cosgrove dalam Margareth pembelajaran interaktif
digambarkan sebagai berikut:
32





30
Ibid., h. 97
31
Margaret, The Development of Interactive Teaching Model To Enhance The Grade 3
Students Rational Thinking Skliis, Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004, h..4
32
Ibid., h. 5
18

Persiapan

Pengetahuan awal

Kegiatan eksplorasi

Pertanyaan siswa perbandingan

Penyelidikan

Pengetahuan akhir

Refleksi

Bagan 2.3. Langkah-langkah Pendekatan Interaktif

Berdasarkan gambar di atas pendekatan pembelajaran interaktif
memiliki langkah-langkah persiapan, pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi,
pertanyaan siswa, penyelidikan atau investigasi, pengetahuan akhir dan
refleksi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahapan ini guru memilih topik yang akan dibahas dalam
pembelajaran.
2. Pengetahuan awal
Pada tahapan ini guru bertanya mengenai hal-hal yang sudah diketahui
siswa mengenai topik.
3. Kegiatan Eksplorasi
Pada tahapan ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan merangsang
siswa mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan Susulan
19
4. Pertanyaan siswa
Pada tahapan ini masing-masing kelompok mengajukan prtanyaan. Semua
pertanyaan yang diajukan oleh semua kelompok di tulis di papan tulis.
5. Penyelidikan/Investigasi
Pada tahapan ini semua pertanyaan yang terkumpul diseleksi, didasarkan
pada kemungkinan untuk diselidiki. Setelah itu siswa melakukan
penyelidikan atas pertanyaan yang telah diseleksi dengan cara observasi
atau pengamatan.
6. Pengetahuan akhir
Setelah melaksanakan penyelidikan siswa membacakan hasil
penyelidikann mereka untuk mengatahui penngetahuan akhir siswa setelah
melakukan penyelidikan/investigasi. Pendapat siswa dikumpulkan dan
dibandingkan dengan pengetahuan awal.
7. Refleksi
Langkah ini penting karena siswa dirangsang untuk urun pendapat
mempertimbangkan secara kritis apa yang telah dilakukan dan mengetahui
apa yang sudah diketahui.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa
peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya
sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu
peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar.
33

Selain itu keunggulan pendekatan interaktif adalah melatih
keterampilan berpikir rasional dan keterampilan proses dalam memecahkan
suatu persoalan melalui aktivitas hands-on dan minds-on, memberi sarana
bermain bagi siswa melalui aktivitas eksplorasi dan penyidikan, melatih siswa
untuk mengungkapkan rasa ingin tahuannya pada tahap pertanyaan siswa.
34


33
Prayekti, Penerapan Model Pembelajaran Interaktif dalam Mata Pelajaran IPA SD
Dengan Kerja Kelompok, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 059. Tahun ke-12, Maret 2006,
h. 288
34
Sri Handayani, Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Makhluk Hidup dan
Tumbuhan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas III, Jurnal
Pendidikan dan Humaniora No. 07 Tahun IV, September 2005, h. 21
20
Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah dan menampilkan
suatu struktur pembelajaran IPA melibatkan pengumpulan dan pertimbangan
terhadap pertanyaan-pertanyaan peserta didik sebagai pusatnya. Keberanian
siswa untuk mengajukan pertanyaan yang diajukan terhadap obyek yang
diamati merupakan langkah awal untuk belajar terampil dalam berpikir.
Sesuai dengan karakteristik pendekatan interaktif, maka pertanyaan-
pertanyaan siswa perlu digali. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul
mencerminkan rasa ingin tahu siswa setelah melakukan kegiatan eksplorasi.
Kegiatan bertanya dapat membantu siswa untuk memperoleh umpan balik.
Dengan siswa mengajukan pertanyaan guru dapat mengetahui pengetahuan
awal siswa dengan pertanyaan yang diajukannya. Pertanyaan ini dimaksudkan
untuk mengundang rasa ingin tahu siswa agar mereka termotivasi atau muncul
minatnya untuk meneliti atau berinvestigasi.
Menurut Car dalam Yuhasriati untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa untuk
mengajukan soal. Demikian juga menurut Suranto menyatakan bahwa
mengajukan soal dapat melatih siswa untuk terbiasa berpikir secara matematis
atau menggunakan polapikir matematis.
35

Sedangkan menurut Bell, White dan Gustone dalam Widodo salah satu
bentuk rasa ingin tahu anak adalah mengajukan pertanyaan. Bagi guru,
pertanyaan yang diajukan siswa merupakan kunci untuk mengetahui tentang
diri siswa sebab pertanyaan merupakan indicator tentang pengetahuan awal
mereka.
36

Pentingnya peranan pertanyaan dalam proses pembelajaran sains salah
satunya diungkapkan oleh Costa dalam Suartini menyatakan bahwa,
Questions are the intellectual tools by which teachers most often elicit the
desired behavior of their students. Thus, they can use questions to elicit
certain cognitive objectives of thinking skill. Jadi, menurut Costa pertanyaan
merupakan alat intelektual yang sering digunakan oleh guru untuk

35
Yuhasriati dan Anwar, Analisis Problem Posing Mahasiswa Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 5
Nomor 3, September 2004, h. 162
36
Ari Widodo, Yeti Semiati dan Cucu Setiawati., Peningkatan Kemampuan Siswa SD
Untuk Mengajukan Pertanyaan Produktif, Jurnal Pendidikan dan Pembudayaan, Volume 4 nomor
1, Maret 2006, h. 1
21
menimbulkan perilaku keingintahuan siswanya, sehingga dapat digunakan
untuk memperoleh tujuan kognitif atau memperoleh keterampilan-
keterampilan berpikir tertentu.
37


Louisel dan Descamps dalam Suartini mengemukakan bahwa
pertanyaan dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:
meningkatkam tingkat berpikir siswa, mengecek pemahan siswa,
meningkatkan parsipasi belajar siswa.
38

Menurut Saidiman dalam Hamzah bertanya merupakan ucapan verbal
yang meminta respon dari seseorang yang dikenali. Respon yang diberikan
dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi betanya, merupakan stimulus efektif yang mendorong
kemampuan berpikir.
39

Keterampilan bertanya bertujuan untuk merangasang beripkir siswa,
membantu siswa dalam belajar, mengarahkan siswa pada tingkat interaksi
belajar yang mandiri, meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah
ketingkat tinggi, dan membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang
dirumuskan.
40

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk: 1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) mengecek pemahan 3) membangkitkan respon pada siswa 4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) mengetahui hal-hal yang
sudah diketahui siswa 6) memfokuskan perhatian siswa 7) untuk
membangkitkan lagi pertanyaan dari siswa 8) untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
41


Setelah mengajukan pertanyaan siswa melakukan investigasi untuk
memperoleh jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan adanya

37
Kinkin Suartini, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model
Konstruktivisme, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h. 4
38
Ibid.
39
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 170
40
Ibid.
41
Syaiful, Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 88
22
pertanyaan-pertanyaan dari siswa maka akan timbul masalah yang harus
dipecahkan oleh siswa dengan cara investigasi atau penyelidikan.
Menurut Orton dalam Misrinawatie dengan investigasi siswa akan
belajar aktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir
sendiri.
42
Menurut Handselsman dalam Angraeni mengajak siswa dalam
investigasi ilmiah dan berdebat secara intelektual akan membuat mereka
menjadi termotivasi dalam belajar, menurunkan beberapa keterampilan
analisis, kemampuan menemukan informasi, meningkatkan semangat
ingin tahu, dan kemampuan bertanya.
43

Dalam tahap investigasi ini digunakan cara observasi atau
pengamatan. Dalam investigasi/penyelidikan dengan cara observasi atau
pengamatan pengetahuan yang diperoleh sebagian besar didasarkan pada
hasil usaha sendiri atas keterampilan yang dimikinya sehingga pesrta didik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri
apa yang dibutuhkannya.
Selain itu pada tahap investigasi siswa diberi kesempatan untuk
menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan penginterpretasikan data dalam suatu kegiatan yang
telah dirancang oleh guru. Pada tahap ini akan memenuhi rasa
keingintahuan siswa tentang fenomena alam sekelilingnya.
Menurut Bruner dalam Dahar belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
44
Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.
Pertama, pengetahuan itu bertahan lama diingat. Kedua, hasil belajar
penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Ketiga, secara

42
Misrinawatie A. S., Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Luas Dengan
Investigasi Matematika di Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan, Mei 2000, h. 116
43
Sri Angraeni, Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri, Seminar Internasional
Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 118
44
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 103
23
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas.
45


2. Sistem Pernapasan Pada Manusia
a. Pengertian pernapasan
Bernapas adalah proses mengisap udara yang mengandung oksigen
dan mengembuskan udara pernapasan yang mengandung karbon dioksida
serta uap air. Oksigen diserap untuk menghasilkan energi. Energi yang
dihasilkan digunakan untuk kegiatan tubuh.
b. Alat pernapasan manusia
Sistem pernapasan pada manusia terdiri dari organ-organ
pernapasan, yaitu hidung, faring, laring, trakea, bronkus, alveolus. Uadar
dari luar, masuk ke dalam paru-paru melalui hidung. Di dalam rongga
hidung terdapat rambut-rambut hidung yang berfungsi menyaring debu
yang masuk bersama udara, udara akan mengalami penyesuaian suhu di
dalam rongga hidung.
Dari rongga hidung, udara masuk ke faring. Faring terletak diantara
rongga hidungdan kerongkongan. Faring merupakan suatu saluran sebagai
persimpangan tempat makanan dan udara lewat. Di samping faring
terdapat katup yang disebut epiglotis yang berfungsi mencegah makanan
masuk ke dalam tenggorokan. Dengan cara menutup pada waktu menelan.
Dari faring udara masuk ke trakea melalui laring. Laring
merupakan tempat melekatnya pita suara. Trakea merupakan pipa saluran
udara yang tersusun dari tulang rawan berbentuk cincin elastis.
Bagian bawah batang tenggorokan (trakea) bercabang menjadi
bronkus kanan dan bronkus kiri cabang kiri menuju paru-paru bagian
sebelah kiri, sedangkan cabang kanan menuju paru-paru kanan. Bronkus
merupakan saluran penghubung antara tenggorokan dan paru-paru. Trakea
dan bronkus dilapisi oleh selaput lendir dan selnya mempunyai rambut
getar yang selalu bergetar ke rah laring. Bronkus bercabang tiga menuju

45
Ibid.
24
paru-paru kanan dan bercabang dua menuju paru-paru kiri. Setiap cabang
akan bercabang lagi membentuk saluran-saluran kecil di sebut bronkiolus.
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berup
gelembung-gelembung yang mengandung kapiler-kapiler darah. Di dalam
alveolus terjadi pengeluaran karbon dioksida dan penyerapan oksigen oleh
sel darah merah. Dinding alveolus tipis dan lembab serta berlekatan
dengan dengan pembuluh darah kapiler. Adanya gelembung-gelembung
alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaaan yang
berperan untuk pertukaran gas.
c. Mekanisme Pernapasan
Pada pernapasan dada terjadi akibat kontraksi otot-otot antar tulang
rusuk. apabila otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang rusuk terangkat
dan rongga dada membesar. Akibatnya, tekanan dalam rongga mengecil.
Hal itulah yang menyebabkan paru-paru mengembang dan tekanan udara
di dalam menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar. Akibatnya,
udara luar masuk ke paru-paru. Inilah yang disebut inspirasi. Pada saat
ekspirasi otot antartulang rusuk mengendur (relaksasi), tulang rusuk turun
ke posisi semula. Hal itu menyebabkan volume rongga dada mengecil
sehingga tekanan dalam rongga dada membesar. Keadaan demikian akan
menekan paru-paru sehingga paru-paru mengempis selanjutnya, tekanan
udara di dalam paru-paru bertambah besar sehingga udara dalam paru-paru
diembuskan ke luar.
Pada pernapasan perut adalah pernapasan sebagai akibat dari
aktivitas otot diafragma. Apabila otot diafragma berelaksasi, bentuk
diafragma melengkung atau cembung kea rah rongga dada. Sebaliknya
apabila otot berkontraksi, diafragma akan datar. Perubahan diafragma dari
cembung ke datar atau sebaliknya menyebabkan perubahan volume dan
tekanan pada rongga dada. Pada saat tekanan rongga dad mengecil, paru-
paru mengembang sehingga udara luar masuk inilah yang disebut nspirasi.
Apabila diafragma mengendur, diafragma akan melengkung kea rah
25
rongga dada dan mendesak paru-paru. Karena rongga dada dan paru-paru
mengecil, udar diembuskan ke luar inilah yang disebut dengan ekspirasi.
Pada pernapasan perut otot yang berperan adalah otot diafragma.
Pada saat inspirasi otot diafragma berkontraksi, yang semula cekung
menjadi datar, volume rongga paru-paru membesar, maka udara masuk.
Pada saat ekspirasi otot diafragma relaksasi, rongga dada kembali kecil,
tekanan udara naik, maka udra dari paru-paru keluar.
d. Kapasitas vital paru-paru
! Jumlah udara maksimal yang dapat diembuskan setelah usaha menarik
napas maksimal disebut kapasitas vital paru-paru. Udara di dalam
paru-paru tidak keluar semuanya, ternyata masih ada yang tersisa
setelah mengembuskan napas maksimal disebut udara residu.
Kapasitas vital paru-paru merupakan jumlah dari volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi.
! Volume udara inspirasi dan ekspiarasi dalam keadaan normal 500 cc,
disebut udara pernapasan atau udara tidal. Volume udara cadangan
inspirasi (udara komplementer) merupakan volume udara yang masih
dapat dimasukkan secara maksimal bernapas. Volume udara yang
masih dapat dikeluarkan setelah bernapas dinamakan volume cadangan
ekspirasi (udara suplementer).
e. Mekanisme pertukaran udara
Pertukaran gas pernapasan terjadi pada permukaan alveolus dan
dinding kapiler. Dinding alveolus terdiri atas selaput sel tipis sehingga
oksigen maupun karbondioksida mudah menembusnya.
Udara masuk alveolus dengan cara divusi menembus dinding
alveolus dan masuk ke dalam pembuluh darah kapiler. Selanjutnya,
oksigen berikatan dengan hemoglobin sel darah merah membentuk
oksihemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, HbO
2
beredar menuju sel-sel jaringan di seluruh
tubuh. Di sel-sel tubuh HbO
2
terurai lagi menjadi Hb dan O
2
. Selanjutnya
26
O2 berdifusi ke dalam sel untuk di gunakan dalam mengoksidasi zat
makanan.
Energi hasil oksidasi ini digunakan untuk melakukan berbagai
aktifitas tubuh, misalnya bernapas, bergerak, berbicara, dan bekerja. Selain
energi, oksidasi zat makanan dihasilakn karbondioksida yang diangkut
oleh darah menuju paru-paru melewati jantung terlebih dahulu. Di paru-
paru, karbondioksida masuk menembus dinding alveolus dengan cara
divusi dan akan diembuskan ketika bernapas. Hanyasebagian kecil
karbondioksida yang dikeluarkan melalui pernapasan. Sebagian besar
karbondioksida diangkut sebagai ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi
keluar dari sel darah merah diangkut ke plasma darah.
Sebenarnya tidak hanya oksigen yang masuk ke dalam paru-paru,
tetapi juga ada gas lain. Namun, yang mampu berikatan dengan
hemoglobin darah hanyalah aoksigen, sedangkan gas-gas lainnya
dikeluarkan kembali lewat saluran pernapasan.
f. Gangguan pada sistem pernapasan
Pada sistem respirasi atau organ respirasi khususnya, bisa terdapat
kelainan ataupun penyakit. Kelainan ini ada yang disebabkan oleh infeksi
dan ada pula yang disebabkan oleh non-infeksi. Beberapa kelainan dan
penyakit pada system pernapasan antara lain: merokok, ranitis, TBC dan
lain-lain.
Merokok terbukti dapat menggangu kesehatan, terutama kesehatan
organ pernapasan. Berbagai penelitian merokok dapat menyebabkan
impotensi, jantung koroner, keguguran, kanker mulut, kanker hati dan
kanker darah. Senyawa-senyawa dalam rokok dapat merusak paru-paru
karena dalam rokok mengandung karbon monoksida, nikotin dan tar. Tar
dalam bersifat karsinogenik yang dapat tertimbun dalam paru-paru yang
dapat menyebabkan penyakit kanker.
Ranitis dan sinusitis merupakan radang yang tejadi pada rongga
hidung hingga menyebabkan bengkak dan mengeluarkan banyak lendir.
Pleuritis yakni pembengkakan yang terjadi pada selaput pembungkus paru-
27
paru. Emfisema merupakan penurunan fungsi bronkiolus dan alveolus
akibat adanya radang pada permukaan dalam alveolus sehingga
menghalangi pertukaran gas.
TBC merupakan penyakit akibat infeksi oleh bakteri oleh bakteri
Myocobacterium tuberculosis pada bronkiolus, alveolus. Asma adalah
penyakit yang menyerang cabang-cabang halus bronkus yang sudah tidak
memiliki kerangka cincin tulang rawan akibatnya terjadi penyempitan
yang mendadak .Bronkitis merupakan peradangan pada trakea dan
bronkus. Peradangan ini dapat menyebabkan batuk dan dan demam.
ASFIKSI adalah gangguan sistem pernapasan yang lain berupa
gangguan pengangkutan oksigen oleh jaringan. Asfiksi dapat terjadi dalam
paru-paru, pembuluh darah, ataau dalam jaringan tubuh. Pada peristiwa
tenggelam, alveolus terisi oleh air sehingga pemasukkan oksigen
berkurang. Pada saat keracunan karbon monoksida, hemoglobin mengikat
karbon monoksida sehingga darah kurang dapat mengikat oksigen. Hal
tersebut dapat terjadi karena hemoglobin mempunyai daya ikat yang lebih
besar terhadap karbon monoksida daripada oksigen. TBC adalah
tumbuhnya bintil-bintil kecil pada dinding alveolus. Gangguan ini
disebabkan oleh infeksi bacterium tuberculose yang akan mempersempit
rongga alveolus dan menghambat proses divusi oksigen.

C. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakuka oleh Margareth dalam penilitiannya
berjudul The Development Of Interactive Teaching Model To Enhance The
Grade 3 Students Rational Thinking Skliis menyatakan bahwa
pembelajaran dengan model pembelajara interaktif mendapat tanggapan
positif dari siswa karena kegiatan ini menyenangkan dengan melakukan
kegiatan di laboratorium, dan konsep-konsep yang diperoleh dalam
pembelajaran ini akan lebih teringat dalam pikiran siswa karena siswa
melakukan sendiri dan mengamati kegiatan-kegiatan di laboratorium dan
dapat meningkatkan penguasaan konsep pada siswa.
28
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayekti dalam judul
Penerapan Model Pembelajaran Interaktif dalam Mata Pelajaran IPA di SD
Dengan Kerja Kelompok menyimpulkan bahwa siswa terlihat aktif dalam
mengikuti pembelajaran dengan melakukan diskusi dan kerja kelompok.
Dengan model pembelajaran ini kinerja siswa meningkat selain itu
kreatifitas pesrta didik meningkat dan mendukung peningkatan prestasi
belajar.

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
manusia sebagai hasil dari latihan dan penguatan. Perubahan terjadi
manakala penguatan terus menerus diberikan. Dalam penguatan ini
hubungan stimulus dan respon sebagai bagian dari proses belajar
mengalami proses intersifikasi. Perubahan perilaku siswa terwujud dalam
hasil belajar sebagai bentuk respon siswa terhadap siswa terhadap stimulus
yang diberikan guru. Faktor internal dan eksternal juga merupakan faktor
yang berpengaruh dalam keberhasilan belajar seorang siswa.
Penerapan suatu strategi, model dan pendekatan dalam pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan
siswa secara konstruktif dan mengarah kepada hasil belajar, oleh karena
itu proses dalam belajar mengajar guru harus memiliki strategi dan
pendekatan pembelajaran yang tepat, efektif , efisien dan mengenai pada
tujuan yang diharapkan. Salah satunya dapat melibatkan siswa secara aktif,
menarik minat, perhatiansiswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Sains (Biologi) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan sekedar pengumpulan penguasaan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi suatu
proses penemuan. Sehingga dalam pembelajaran dituntut adanya situasi
belajar yang kondusif dan efisien dengan penggunaan pendekatan
29
pembelajaran yang menjadikan siswa menjadi aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang memusatkan pembelajaran
pada siswa yaitu dengan penggunaan pendekatan interaktif. Dalam
pendekatan interaktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan
dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dapat merangasang siswa
untuk memperoleh umapan balik dan mengundang rasa ingin tahu siswa
agar mereka termotivasi untuk menyelidiki jawaban dari pertanyaan yang
mereka ajukan.
Setelah mengajukan pertanyaan siswa melakukan investigasi atau
penyelidikan menjadikan siswa aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. karena mereka menemukan secara langsung pengetahuan
dengan melakukan eksperimen atau praktikum. Observasi atau
pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar.
Pengalaman atau mengalami mempunyai nilai yang tinggi dalam proses
belajar. Kita tidak cukup hanya memberikan atau penjelasan fakta-fakta
tanpa adanya suatu saat anak-anak mengalami sendiri maslah yang sdang
dipelajarinya. Dalam pelajaran sains pengalaman melakukan sendiri
merupakan suatu cara belajar yang baik.
Dalam pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara mental
menemukan pengetahuan yang berupa konsep, prinsip maupun
keterampilan pengetahuan yang dapat bertahan lama, mempunyai efek
transfer yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
mereka.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain dan Jenis Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek
yang diteliti.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat dokumenter, yang
terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer yang akan dihimpun dalam penelitian ini adalah penerapan
pembelajaran di SMP Internat Al-Kausar yang meliputi:
1. Penerapan strategi pembelajaran PAI di SMP Internat Al-Kausar
2. Bentuk penilaian/evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran di SMP
Internat Al-Kausar.
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
4. Penguasaan guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih
variatif
5. Dukungan kepala sekolah
Data sekunder merupakan data yang telah didokumentasikan dari SMP
Internat Al-Kausar, data tersebut mencakup gambaran umum SMP Internat Al-
Kausar yang meliputi:

56
id16486296 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com



57
a. Sejarah berdirinya SMP Internat Al-Kausar
b. Visi dan misi SMP Internat Al-kausar
c. Ketenagaan
d. Sarana dan prasarana
e. Kegiatan belajar mengajar di SMP Internat Al-Kausar.

B. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
Kualitatif, dengan mendeskripsikan fenomena yang menjadi sasaran penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang bertempat di SMP Internat Al-Kautsar Parungkuda
Sukabumi, dilakukan selama kurang lebih satu bulan atau sampai batas waktu
yang telah ditentukan.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam upaya memperoleh data lapangan dalam menyusun skripsi ini,
penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:
a) Teknik wawancara sering juga disebut dengan interview yaitu sebuah dialog
yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari
terwawancara. Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru
bagian kurikulum,guru bidang studi agama dan siswa di SMP Internat Al-



58
Kausar. Dengan pedoman wawancara yang bersifat umum, tidak terlalu
terinci. Pedoman tersebut berisi tentang aspek atau dimensi-dimensi yang
berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan. Peneliti tidak menentukan
urutan pernyataan secara ketat, pernyataan akan dikembangkan sesuai dengan
jawaban yang diberikan subjek penelitian.
b) Observasi, ysaitu mengadakan pengamatan secara langsung ketempat-tempat
atau instansi terkait, yaitu SMP Internat Al-Kausar. Dengan Pedoman
observasi yang berisi mengenai gambaran nyata yang akan dijadikan objek
penelitian diantaranya adalah bagaiman kondisi dari SMP Internat Al-Kausar
serta proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Internat Al-Kausar.
c) Studi dokumen, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan judul skripsi ini dari lokasi yang diteliti, yaitu SMP Internat
Al-kausar.

E. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud dengan teknik analisis data dalam pembahasan ini adalah
langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam
penelitian. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan, diolah dan dianalisis
secara deskriptif kualitatif yang kemudian diambil atau dijadikan sebuah
kesimpulan.
Hal yang akan diteliti adalah mengenai penerapan KBK dalam
pembelajaran PAI di SMP Internat Al-Kausar.



59
TABEL 1
Pedoman Wawancara
No Sasaran Pokok-pokok masalah yang diwawancarakan
1.




2.












Kepala Sekolah




Wakil kepala Sekolah
Bidang Kurikulum











a. Untuk Kepala Sekolah
1) Sejarah berdirinya SMP Al-Kautsar.
2) Visi dan misi SMP Al-Kautsar.
3) Tujuan didirikan SMP Al-Kautsar.
4) Program Pendidikan.
b. Untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum
1) Pandangan tentang KBK khususnya dalam
pembelajaran PAI.
2) Pemahaman guru khususnya guru Agama
terhadap KBK.
3) Kurikulum yang diterapkan di SMP Al-
Kautsar.
4) Pelaksanaan pengembangan kurikulum di
SMP Al-Kautsar.
5) Kendala yang dihadapi dalam penerapan
KBK.




60
3.















4.
Guru Bidang Studi















Siswa
c. Untuk Guru Bidang Studi PAI
1) Pandangan guru Agama terhadap KBK
dalam pembelajaran PAI.
2) Pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran PAI.
3) Cara Pemilihan strategi dalam
pembelajaran PAI yang sesuai dengan
KBK.
4) Efektivitas strategi yang digunakan dalam
pembelajaran PAI.
5) Pembuatan program tahunan dan semester.
6) Penggunaan metode yang bervariasi.
7) Penggunaan penilaian untuk mengukur
pencapaian kompetensi.
8) Kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran PAI.
d. Untuk Siswa
1) Perasaan (kesan emosional) pada waktu
belajar mata pelajaran PAI
2) Keteladanan guru
3) Pandangan siswa terhadap pentingnya



61
pembelajaran PAI
4) Peran serta siswa dalam belajar.


TABEL 2
Pedoman Observasi
No Sasaran Pokok-pokok yang diamati
1.
2.
3.

Sekolah
Guru Bidang Studi PAI
Siswa
1. Kondisi lokasi/fisik sekolah
a. Sarana dan prasarana yang
menunjang aktivitas belajar
b. Kegiatan belajar mengajar
2. Proses pembelajaran
a. Pendekatan dan metode yang
dikembangkan oleh guru dalam
proses pembelajaran
b. Cara pemilihan strategi
pembelajaran.
c. Partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran


40
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Aspek kognitif atau Penguasaan Konsep
Pada Siklus Pertama
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Mts N 6
Jakarta dilakukan 2 siklus atau 4 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas VIII satu yang berjumlah 34 orang.
Sebelumnya siswa diberi tes awal (pretes) untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa. Instrumen tes yang digunakan sebelumnya telah
diuji validitas dan reabilitasnya sehingga instrumen ini telah layak pakai.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran
dengan pendekatan interaktif pada aspek kognitif adalah berupa tes
obyektif multiple choice (pilihan ganda). Untuk mengetahui nilai yang
diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Data Nilai Pretes dan Postes Siklus Pertama
NO PRETES POSTES
1
30 70
2
20 70
3
35 75
4
20 50
5
35 85
6
35 70
7
30 85
8
25 50
9
40 75
10
35 80
11
20 65
12
25 75
13
30 65
14
15 55
id16515406 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
41
15
35 75
16
25 60
17
30 75
18
30 80
19
20 60
20
30 55
21
35 75
22
25 65
23
20 55
24
25 65
25
25 55
26
35 80
27
20 50
28
35 75
29
25 50
30
30 65
31
30 70
32
20 50
33
40 80
34
35 75
Mean 28,38 67,20

Berdasarkan data dari tabel di atas pada nilai pretes belajar
siswa nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 15. Sedangkan pada nilai
postes nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Nilai rata-rata pada
pretes 28, 38 sedangkan pada postes 67,20

2. Deskripsi data hasil belajar Aspek Kognitif atau Penguasaan
Konsep pengamatan pada siklus kedua
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa setelah mengalami
pembelajaran dengan pendekatan interaktif dapat dilihat pada tabel 4.2.




42
Tabel 4.2
Data Nilai Pretes dan Postes Pada Siklus kedua
No PRETES POSTES
1
30 85
2
25 75
3
40 90
4
20 65
5
40 90
6
25 80
7
35 85
8
25 65
9
30 80
10
25 80
11
30 75
12
50 80
13
30 65
14
25 65
15
40 80
16
20 70
17
40 80
18
30 80
19
40 75
20
20 70
21
25 75
22
33 73
23
20 60
24
20 65
25
30 75
26
40 85
27
35 75
28
20 75
29
30 85
30
20 75
31
25 70
32
25 75
33
30 80
34
40 85
Mean
29,79 76,11

43
Berdasarkan data pada tabel di atas pada nilai pretes belajar siswa
nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 20. Sedangkan pada nilai postes nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Nilai rata-rata pada pretes 29,79
sedangkan pada postes 76,11.
3. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
(Psikomotor) Pada Siklus Pertama
Hasil belajar siswa pada aspek psikomotor (kemampuan
keterampilan proses sains) penilaian dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi keterampilalan proses sains dengan skala penilaian.
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. 3 Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Siklus Pertama Pada Pertemuan Pertama
Kelompok No Keterampilan
Proses Sains
Indikator
1 2 3 4 5 6
a. Mengajukan pertanyaan
sesuai materi yang
dipelajari
5 5 5 5 5 5
b. Mengajukan pertanyaan
produktif
5 2 2 2 2 5
1. Mengajukan
pertanyaan
c. Mengajukan pertanyaan
berlatar belakang hipotesis
1 1 1 1 1 1
a. Ketepatan membuat
model alat peraga
4 3 3 3 3 4 2. Menggunakan
alat dan bahan
b. Kelengkapan membawa
alat dan bahan
5 3 4 3 3 4
a. Mencatat hasil
pengamatan
5 5 5 5 5 5
b. Ketepatan membuat
kesimpulan berdasarkan
hasil pengamatan
4 3 3 3 4 4
3. Menginterpre-
tasi data
c. Membuat laporan secara
rapi, lengkap, sistematis
3 3 3 3 3 3
Skor Total
32 25 26 25 26 31


Keterangan Skor Penilaian:

5 = Sangat Tepat 4 = Tepat 3 = Cukup 2 = Kurang Tepat 1 = Sangat kurang Tepat


44
Berdasarkan data pada tabel di atas pada keterampilan proses sains
mengajukan pertanyaan pada indikator mengajukan pertanyaan produktif
hanya terdapat dua kelompok yang membuat pertanyaan dengan sangat
tepat. Hal ini disebabkan karena belum mengertinya siswa dengan
pertanyaan produktif sehingga pertanyaan yang mereka ajukan bersifat
pertanyaan non produktif. Pada indikator membuat pertanyaan berlatar
belakang hipotesis tidak terdapat kelompok yang dapat membuat
pertanyaan berlatar belakang hipotesis, hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan siswa untuk berhipotesis. Pada keterampilan proses sains
menggunakan alat dan bahan pada indikator ketepatan menggunakan alat
dan bahan terdapat hanya terdapat dua kelompok yang menggunakan alat
dan bahan dengan tepat. Hal ini terjadi dikarenakan pada pembelajaran
yang sebelumya siswa jarang melakukan praktikum dalam pembelajaran
sehingga kurang terampil dan kreatifnya siswa dalam menggunakan alat
dan bahan. Sedangkan pada keterampilan proses sains menginterpretasi
data pada indikator ketepatan membuat kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan terdapat tiga kelompok yang membuat kesimpulan hasil
pengamatan dengan tepat dan tiga kelompok yang membuat kesimpulan
hasil pengamatan dengan kategori cukup. Dalam membuat kesimpulan
siswa hanya mencantumkan kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan
tidak menghubungkan dengan teori yang ada pada materi pelajaran.
Sedangkan untuk melihat nilai keterampilan proses sains pada
pertemuan kedua pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel 4.4.







45
Tabel 4.4 Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Siklus Pertama Pada Pertemuan Kedua
Kelompok No Keterampilan
Proses Sains
Indikator
1 2 3 4 5 6
a. Mengajukan pertanyaan
sesuai materi yang
dipelajari
5 5 5 5 5 5
b. Mengajukan pertanyaan
produktif
5 5 5 5 5 5
1. Mengajukan
pertanyaan
c. Mengajukan pertanyaan
berlatar belakang hipotesis
1 1 1 1 1 1
a. Ketepatan membuat
model alat peraga
4 3 3 4 3 4 2. Menggunakan
alat dan bahan
b. Kelengkapan membawa
alat dan bahan
4 4 3 3 3 3
a. Mencatat hasil
pengamatan
5 5 5 5 5 5
b. Ketepatan membuat
kesimpulan berdasarkan
hasil pengamatan
4 4 3 3 4 4
3. Menginterpre-
tasi data
c. Membuat laporan secara
rapi, lengkap, sistematis
3 3 3 3 3 3
Skor Total
31 30 28 29 29 30

Berdasarkan data pada tabel di atas pada keterampilan proses sains
mengajukan pertanyaan pada indikator mengajukan pertanyaan produktif
mengalami peningkatan. Pertanyaan produktif adalah suatu pertanyaan
yang jawabannya bisa ditemukan melalui pengamatan. Seluruh kelompok
telah dapat membuat pertanyaan dengan sangat tepat. Hal ini terjadi karena
siswa telah mengerti tentang pertanyaan produktif. Pertanyaan produktif
adalah pertanyaan yang dapat merangsang kegiatan ilmiah. Pada indikator
mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis belum terdapat
peningkatan. Pada keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan
pada indikator ketepatan menggunakan alat dan bahan terdapat
peningkatan, terdapat tiga kelompok yang menggunakan alat dan bahan
dengan tepat. Sedangkan pada keterampilan proses sains menginterpretasi
data pada indikator ketepatan membuat kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan terdapat empat kelompok yang membuat kesimpulan hasil
pengamatan dengan tepat dan dua kelompok yang membuat kesimpulan
hasil pengamatan dengan kategori cukup.
46


4. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
(Psikomotor) Pada Siklus kedua
Tabel 4. 5 Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Siklus Kedua Pada Pertemuan Pertama
Kelompok No Keterampilan
Proses Siains
Indikator
1 2 3 4 5 6
a. Mengajukan pertanyaan
sesuai materi yang
dipelajari
5 5 5 5 5 5
b. Mengajukan pertanyaan
produktif
5 5 5 5 5 5
1. Mengajukan
pertanyaan
c. Mengajukan pertanyaan
berlatar belakang
hipotesis
1 1 1 1 1 1
a. Ketepatan membuat
model alat peraga
5 4 5 5 4 4 2. Menggunakan
alat dan bahan
b. Kelengkapan membawa
alat dan bahan
5 4 3 3 3 4
a. Mencatat hasil
pengamatan
5 5 5 5 5 5
b. Ketepatan membuat
kesimpulan berdasarkan
hasil pengamatan
5 4 5 4 4 4
3. Menginterpre-
tasi data
c. Membuat laporan secara
rapi, lengkap sistematis
5 3 5 3 3 3
Skor Total
36 31 34 31 30 31

Keterampilan proses sains siswa pada siklus kedua mengalami
peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh, pada keterampilan proses
sains mengajukan pertanyaan pada indikator mengajukan pertanyaan
produktif seluruh kelompok membuat pertanyaan dengan kategori sangat
tepat namun pada indikator mengajukan pertanyaan berlatar belakang
hipotesis belum terdapat peningkatan. Pada keterampilan proses sains
menggunakan alat dan bahan pada indikator ketepatan menggunakan alat
dan bahan mengalami peningkatan, terdapat tiga kelompok yang dapat
menggunakan alat dan bahan dengan sangat tepat dan tiga kelompok
menggunakan alat dan bahan dengan kategori tepat. Hal ini terjadi karena
siswa sudah mulai terampil dan kreatif dalam praktikum atau
47
menggunakan alat dan bahan. Sedangkan pada keterampilan proses sains
menginterpretasi data pada indikator ketepatan membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan mengalami peningkatan, terdapat empat
kelompok yang membuat kesimpulan hasil pengamatan dengan tepat dan
dua kelompok yang membuat kesimpulan hasil pengamatan dengan
kategori tepat. Hal ini terjadi disebabkan karena mereka sudah bisa
menghubungkan antara hasil pengamatan dengan teori atau materi
pelajaran.
Sedangkan untuk mengetahui nilai keterampilan proses sains siswa
pada siklus kedua pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4. 6 Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Siklus Kedua Pada Pertemuan Kedua
Kelompok No Keterampilan
Proses Siains
Indikator
1 2 3 4 5 6
a.Mengajukan
pertanyaan sesuai
materi yang dipelajari
5 5 5 5 5 5
b.Mengajukan
pertanyaan produktif
5 5 5 5 5 5
1. Mengajukan
pertanyaan
c.Mengajukan
pertanyaan
berlatar belakang
hipotesis
5 5 5 5 5 5
a.Ketepatan membuat
model alat peraga
5 4 5 5 5 4 2. Menggunakan alat
dan bahan
b.Kelengkapan
membawa alat dan
bahan
4 4 4 5 5 3
a.Mencatat hasil
pengamatan
5 5 5 5 5 5
b.Ketepatan membuat
kesimpulan
berdasarkan hasil
pengamatan
5 5 4 4 5 4
3. Menginterpretasi
data
c. Membuat laporan
secara rapi, lengkap,
sistematis
5 4 3 5 4 3
Skor Total
39 37 36 39 39 34

Pada pertemuan kedua siklus kedua seluruh keterampilan proses
sains siswa mengalami peningkatan.Berdasarkan data yang diperoleh pada
keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan pada indikator
mengajukan pertanyaan produktif dan mengajukan pertanyaan berlatar
48
belakang hipotesis seluruh kelompok membuat pertanyaan dengan
kategori sangat tepat. Hal ini terjadi karena siswa telah mengerti tentang
pertanyaan produktif dan pertanyaan berlatar belakang hipotesis. Pada
keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan pada indikator
ketepatan menggunakan alat dan bahan terdapat empat kelompok
menggunakan alat dan bahan dengan kategori sangat tepat dan dua
kelompok menggunakan alat dan bahan dengan kategori tepat. Sedangkan
pada keterampilan proses sains menginterpretasi data pada indikator
ketepatan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terdapat
tiga kelompok yang membuat kesimpulan hasil pengamatan dengan
kategori sangat tepat dan tiga kelompok yang membuat kesimpulan hasil
pengamatan dengan kategori tepat. Dalam membuat kesimpulan siswa
telah dapat menghubungkan kesimpulan hasil pengamatan dengan teori
atau materi pelajaran.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Analisis soal uji coba dengan bentuk pilihan ganda, sebanyak 30
butir soal dengan menguji validitas dan reabilitas soal. Validitas dapat
diartikan tepat atau sahih, yakni sejauhmana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Artinya, bahwa valid
tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Pada siklus
pertama berdasarkan hasil perhitungan uji validitas terdapat 18 butir soal
yang valid, yaitu nomor: 1, 2, 3, 6, 8, 10, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 25,
26, 27, 29. Sedangkan pada siklus pada siklus kedua terdapat 17 butir soal
yang vali, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
24, 29.
Reliabilitas berarti bermakna, keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan, atau konsisten, dapat diartikan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. Secara umum, pengertian
reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur dianggap sama, sekalipun
49
penggunaanya sedikit berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas
pada siklus pertama yaitu 0,819. Sedangkan pada siklus kedua 0,83.
C. Analisis Data
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, data yang terkumpul
dianalisis dan dibahas sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar baik hasil belajar pada aspek kognitif (penguasaan konsep) dan
psikomotorik (keterampilan proses sains).

1. Analisis data hasil belajar aspek kognitif atau penguasaan konsep
Dalam menganalisis data pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep dengan menggunakan Gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai
postes dan pretes, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau
penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.
1

Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari N-gain.
2

g = Skor postes Skor pretes
Skor ideal Skor pretes

Dengan kategori :
3

g tinggi: nilai (g) > 0.70
g sedang: 0.70 > (g) > 0.3
g rendah: nilai (g) < 0.3
Tabel 4. 7
Data Skor N Gain Pada Siklus Pertama
NO PRETES POSTES NGAIN KATEGORI
1
30 70
0.57143 Sedang
2
20 70
0.625 Sedang
3
25 75
0.66667 Sedang

1
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, Jakarta: Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah , h.70
2
David E. Meltzer, The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible hidden variable in Diagnostic Pretest Scores, Department
of Physics and Astronomy State University Ames, Am, J, Phys, 70 (12), December 2002, p. 1260.
3
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, http://Lists.Asu.Edu/Egi-
Bin/Wa?A2=Ind9903&L =Aera_D&P=R6855, American Educational Research Associations
Division, Measurement And Research Methodology, 1999, p. 1.
50
4
20 50
0.375 Sedang
5
35 85
0.76923 Tinggi
6
35 70
0.53846 Sedang
7
30 85
0.78571 Tinggi
8
25 50
0.33333 Sedang
9
40 75
0.58333 Sedang
10
35 80
0.69231 Sedang
11
20 65
0.5625 Sedang
12
25 75
0.66667 Sedang
13
30 65
0.5 Sedang
14
15 55
0.47059 Sedang
15
20 75
0.6875 Sedang
16
30 75
0.64286 Sedang
17
30 85
0.78571 Sedang
18
30 80
0.71429 Tinggi
19
20 70
0.625 Sedang
20
30 55
0.35714 Sedang
21
35 75
0.61538 Sedang
22
20 67
0.5875 Sedang
23
20 55
0.4375 Sedang
24
25 65
0.53333 Sedang
25
25 55
0.4 Sedang
26
35 80
0.69231 Sedang
27
20 50
0.375 Sedang
28
35 75
0.61538 Sedang
29
25 50
0.33333 Sedang
30
30 65
0.5 Sedang
31
30 70
0.57143 Sedang
32
20 50
0.375 Sedang
33
40 80
0.66667 Sedang
34
35 75
0.61538 Sedang

Mean
0,54

Berdasarkan data pada tabel di atas setelah mengalami pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan interaktif pada siklus pertama diperoleh
kategori N-gain atau peningkatan pemahaman dengan kategori sedang sebanyak
91% dan kategori tinggi sebesar 9%.
51
Sedangkan untuk mengetahui skor gain yang diperoleh siswa pada
siklus kedua dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Data Skor N Gain Pada Siklus Kedua
No PRETES POSTES NGAIN KATEGORI
1 30 85 0.785714 Tinggi
2
25 75
0.666667 Sedang
3
40 90
0.833333 Tinggi
4
20 65
0.5625 Sedang
5
40 90
0.833333 Tinggi
6
25 80
0.733333 Tinggi
7
35 85
0.769231 Tinggi
8
25 65
0.533333 Sedang
9
30 80
0.714286 Tinggi
10
25 80
0.733333 Tinggi
11
30 75
0.642857 Sedang
12
50 80
0.6 Sedang
13
30 65
0.5 Sedang
14
25 65
0.533333 Sedang
15
40 80
0.666667 Sedang
16
20 70
0.625 Sedang
17
40 80
0.666667 Sedang
18
30 80
0.714286 Tinggi
19
40 75
0.583333 Sedang
20
20 70
0.625 Sedang
21
25 75
0.666667 Sedang
22
33 73
0.597015 Sedang
23
20 60
0.5 Sedang
24
20 65
0.5625 Sedang
25
30 75
0.642857 Sedang
26
40 85
0.75 Tinggi
27
35 75
0.615385 Sedang
28
40 75
0.583333 Sedang
29
30 85
0.785714 Tinggi
30
20 75
0.6875 Sedang
31 20 65 0.5625 Sedang
32
25 75
0.666667 Sedang
52
33
30 80
0.714286 Tinggi
34
40 85
0.75 Tinggi
Mean 0,66

Pada siklus kedua setelah mengalami pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan interaktif diperoleh kategori N-gain atau
peningkatan pemahaman dengan kategori sedang sebesar 65% dan
kategori tinggi sebesar 35%. Berdasarkan data di atas bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua.
Selain data dianalisis dengan skor gain data dianalisis dengan
menggunakan uji-T (Paired sample T-Test). Uji ini dimaksudkan untuk
membuktikan kebenaran apakah terjadi peningkatan hasil belajar atau
tidak dari siklus satu ke siklus kedua. Pada penghitungan ini penulis
menggunakan program SPSS. Adapun ketentuan hipotesisnya sebagai
berikut:
Ho :Rata-rata nilai skor n gain siklus satu dan dua tidak mengalami
peningkatan
HI :Rata-rata nilai skor n gain siklus satu ke siklus dua mengalami
peningkatan
a) Uji persyaratan analisis
Sebelum melakukan uji T, diperlukan pemeriksaan terlebih
dahulu terhadap data penelitian, seperti uji normalitas. Dalam
penelitian ini tidak menggunakan uji homogenitas dikarenakan sampel
dalam penelitian ini tidak diambil secara acak, jadi sample penelitian
ini dianggap homogen. Persyaratan analisis data yang perlu dipenuhi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan dengan program SPSS untuk menguji
signifikansi normalitas distribusi. Hasil perhitungan uji normalitas
dari program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


53
Tabel 4.9
One Sample Kolmograf-Smirnov Tes
Ngain1 Ngain2
N
Normal Parameters a.b Mean
Std. Deviation
Most Extreme Absolute
Difference Positive
Negative
Kolmogorof-Smirnov Z
Asymp. Sig (2-tailed)
34
, 5485
,12500
,115
,094
-,115
,673
,755
34
,6632
,08964
,074
,073
-,074
,433
,992

Ketentuan pengujian one sample Kolmograf-Smirnov Tes adalah:
a. Jika probalitas > 0,05, maka data normal
b. Jika probabilitas < 0,05, maka data tidak normal
Dari hasil uji one Sample Kolmograf- Smirnof Tes di atas, tampak
bahwa nilai probabilitas n gain siklus I adalah 0,755. jadi 0,755 > 0,05
sedangkan nilai probabilitas n gain siklus II 0,992 > 0,05. jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa distribusi normal gain siklus I dan II adalah
normal.
2) Uji T- Test (Paired Sample T-Test)
Setelah uji prasyarat di atas diperoleh bahwa kedua siklus
berdistribusi normal. Pengujian selanjutnya dilakukan uji T-Test.
Dalam rumus statistik pendidikan untuk uji t apabila datanya normal
adalah sebagai berikut:
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan program SPSS.
Adapun hasil perhitungan data tertera di bawah ini:




54
Tabel 4. 10
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Diference

Mean Std.
Dev.
Std.
Error
Mean
Lowe
r
Upper
t Df Sig.
(2-
taile)
Pair N
gain1-N
Gain 2
-,
11468
,
10857
,01862 -
,1525
6
-, 07679 -6,
159
33 ,000

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
(tingkat signifikans) = 0, 000. Adapun penentuan kesimpulan berdasarkan
tabel jika:
a. Jika probabilitas ( signifikans) > 0,05, maka Ho : diterima
b. Jika probabilitas ( signifikans) < 0,05, maka Ho : ditolak
Probobilitas ( tingkat signifikans) pada tabel di atas 0,000 < 0,05. dengan
demikian, Ho : ditolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat signifikans antara rata-rata nilai N gain siklus satu
dan siklus dua dan terdapat peningkatan dari siklus satu ke siklus
kedua.Perbedaan itu dapat terlihat dimana nilai rata-rata N gain siklus
pertama adalah 0, 54 dan rata-rata N gain siklus kedua adalah 0,66.

2. Analisis Data Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains
(Psikomotor)
Untuk melihat prosentase peningkatan skor total keterampilan
proses sains, data dianalisis dengan menggunakan rumus:

Skor = % 100 x
total skor
siswa diperoleh yang skor



55
Adapun perolehan rentang penilaian dengan ketentuan sebagai
berikut:
Rentang penilaian (%) Arti Nilai
85 100 baik sekali
80 84 lebih dari baik
70 79 baik
65 69 lebih dari cukup
60 - 64 cukup
< 60 kurang dari cukup

Tabel 4. 11
Prosentase skor total penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa
No Kelompok Skor total nilai
KPS siklus 1
Skor total nilai
KPS siklus 2
1 Satu 79% 93%
2 Dua 69% 85%
3 Tiga 67% 87%
4 Empat 67% 87%
5 Lima 69% 86%
6 Enam 76% 81%

Berdasarkan data pada tabel di atas skor total penilaian
keterampilan proses sains siswa pada masing-masing kelompok terdapat
peningkatan dari siklus satu ke siklus kedua. Hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan keterampilan proses pada setiap indikatornya. Pada
keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan pada indikator
mengajukan pertanyaan produktif mengalami peningkatan dari siklus satu
ke siklus kedua karena pada siklus pertama siswa belum mengerti tentang
pertanyaan produktif namun pada siklus kedua siswa telah mengerti
tentang pertanyaan produktif. Pada indikator mengajukan pertanyaan
berlatar belakang hipotesis meningkat pada siklus kedua. Pada
56
keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan pada indikator
ketepatan menggunakan alat dan bahan mengalami peningkatan dari siklus
satu ke siklus kedua karena siswa mulai terbiasa dan terlatih dalam
melaksanakan praktikum sehingga siswa lebih terampil dan kreatif dalam
melaksanakan praktikum. Pada keterampilan proses sains
menginterpretasi data pada indikator ketepatan menggunakan alat dan
bahan juga mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus kedua karena
pada siklus kedua, dalam pembuatan kesimpulan siswa telah dapat
menghubungkan antara hasil pengamatan dengan teori atau materi
pelajaran.

3. Tangapan Siswa Tentang Pembelajaran dengan Pendekatan
Interaktif
Untuk mengetahui tanggapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan interaktif dengan menggunakan angket.
Adapun hasil dari tanggapan siswa tertera pada tabel.di bawah ini:
Tabel 4. 12
Hasil kuisioner tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
pendekatan interaktif
Pilihan
Jawaban
No. Sikap Siswa
Ya Tidak
1. Apakah kamu lebih mudah memahami materi
yang disampaikan guru dengan pendekatan
interaktif ini?
97% 3%
2. Apakah kamu menjadi lebih senang dan
termotivasi dalam mempelajari Sains dengan
pendekatan pembelajaran interaktif ini?
94% 6%
3. Apakah dengan pendekatan pembelajaran ini
lebih memudahkan kamu dalam memahami
konsep sistem pernapasan?
88% 12%
57
4. Apakah dengan mengajukan pertanyaan dalam
kegiatan pembelajaran ini membuat kamu lebih
termotivasi dalam mengikuti pelajaran?
79% 21%
5. Apakah dengan kegiatan investigasi (praktikum)
membuat kamu lebih jelas dalam memahami
konsep pernapasan?
91% 9%
6. Apakah kamu merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran dengan pendekatan interaktif ini?
9% 91%

Berdasarkan data tabel di atas bahwa pembelajaran dengan
pendekatan interaktif 94% siswa merasa senang dan termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran sains, sehingga mereka lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan bahwa
97% siswa merasa lebih mudah dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Sedangkan dengan mengajukan pertanyaan pada
awal pembelajaran 79% siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran
dan dengan adanya investigasi atau pengamatan 91% siswa menjadi lebih
mudah dalam memahami materi. Dengan melibatkan keaktifan siswa
berarti memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri, sehingga dapat
mengembangkan ide-ide yang mereka miliki. Pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran pengetahuan yang mereka
dapat bertahan lama dala ingatan mereka, mempunyai efek transfer yang
lebih baik dalam menerima pelajaran.

D. Interpretasi Hasil Analisis
Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pada siklus pertama meliputi:
1) Merencanakan pembelajaran pembelajaran yang akan diterapkan
dengan pendekatan interaktif
2) Menentukan pokok bahasan
58
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
4) Menyiapkan instrumen (tes penguasaan konsep, pedoman
observasi, dan kuisioner)
5) Pembentukan kelompok belajar siswa
6) Menyiapkan sumber belajar
2. Tindakan
Pada tahap tindakan yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan interaktif yang tertera pada skenario pembelajaran/
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Tahap Observasi (pengamatan)
Hasil observasi (pengamatan) pada siklus pertama pertemuan pertama
yaitu:
1) Pada awal pembelajaran suasana kelas belum kondusif, suasana
kelas masih terlihat belum tertib dikarenakan mereka belum
terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
interaktif sehingga ketika pembelajaran dimulai masih ada siswa
yang bergurau saat mengikuti pelajaran.
2) Pada tahap diskusi untuk mengajukan pertanyaan (tahap
pertanyaan siswa) diskusi belum berjalan dengan baik, sebagian
siswa masih ada yang bergurau dengan temannya dan siswa masih
belum terbiasa dalam mengajukan soal dalam pembelajaran
sehingga pertanyaan yang mereka ajukan masih bersifat pertanyaan
non produktif.
3) Pada saat tahap melaksanakan investigasi atau pengamatan
kerjasama kelompok belum terjalin dengan baik, sebagian dari
mereka masih mengandalkan teman yang pintar.
4) Pada saat mempresentasikan hasil pengamatan siswa belum terlihat
berani dalam mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan
mereka, karena mereka belum terbiasa dalam mempresentasikan
hasil diskusi dan pengamatan mereka.
59
Sedangkan hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan
kedua yaitu sebagai berikut:
1) Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai tertib dalam mengikuti
pembelajaran.
2) Pada tahap mengajukan pertanyaan (tahap pertanyaan siswa), siswa
terlihat antusias, diskusi berjalan dengan baik, dan pertanyaan-
pertanyaan yang mereka ajukan telah mengarah pada pertanyaan
produktif namun pada indikator pertanyaan berlatar belakang
hipotesis belum adanya siswa yang mengajukan pertanyaan
berlatar belakang hipotesis.
3) Pada tahap investigasi (penyelidikan) terlihat siswa mulai antusias
dalam melakukan pengamatan atau investigasi, mereka mulai
menyukai dalam kegiatan investigasi (pengamatan) dan guru
memberikan penjelasan kepada siswa dalam kerja kelompok agar
bekerjasama dengan baik, karena dengan terjalinnya kerjasama
yang baik akan menghasilkan hasil pekerjaan yang baik pula,
sehingga seluruh siswa terlihat aktif dalam tahapan ini.
4) Pada saat mempresentasikan hasil pengamatan siswa mulai berani
dalam mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan mereka.
5) Pada akhir pertemuan dilakukan postes untuk melihat hasil belajar
mereka. Berdasarkan data yang diproleh terjadi peningkatan nilai
rata-rata postes. Nilai rata-rata pretes sebesar 28,38 dan nilai rata-
rata postes siswa sebesar 67,20. Berdasarkan kategori N-gain yang
diperoleh kategori sedang sebanyak 91% siswa, dan kategori tinggi
sebanyak 9% siswa.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus satu yaitu:
1) Pada tahap mengajukan pertanyaan pada pertemuan pertama hanya
terdapat dua kelompok yang mengajukan pertanyaan produktif
dengan kategori sangat tepat. Hal ini dikarenakan siswa belum
mengerti tentang pertanyaan produktif sehingga pertanyaan yang
60
mereka ajukan bersifat pertanyaan non produktif. Pada indikator
pertanyaan berlatar belakang hipotesis belum terdapat kelompok
yang mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis dengan
tepat, hal ini terjadi karena mereka belum mengerti tentang
pertanyaan berlatar belakang hipotesis dan kurangnya pengetahuan
siswa untuk berhipotesis. Sedangkan pada pertemuan kedua siswa
telah mengerti tentang pertanyaan produktif sehingga pertanyaan
yang mereka ajukan bersifat pertanyaan produktif dan pada
indikator mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis
belum mengalami peningkatan.
2) Pada saat investigasi atau penyelidikan pada siklus pertama pada
keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan pada
indikator ketepatan menggunakan alat dan bahan terdapat dua
kelompok yang menggunakan alat dan bahan dengan tepat, empat
kelompok dengan cukup. Hal ini terjadi disebabkan karena mereka
jarang melakukan praktikum dalam pembelajaran sehingga mereka
kurang terampil dan kurang teliti dalam menggunakan alat dan
bahan. Sedangkan pada pertemuan kedua kerjasama kelompok
telah terjalin dengan bagus namun siswa masih belum terampil
dalam menggunakan alat dan bahan (praktikum) sehingga hasil
yang diperoleh hanya terdapat tiga kelompok yang dapat
menggunakan alat dan bahan dengan tepat.
3) Pada hasil nilai postes terdapat 26% siswa yang mendapat nilai
< 60, hal ini terjadi karena pada pertemuan pertama siswa kurang
memperhatikan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga
penelitian dilanjutkan pada siklus kedua
5. Keputusan
Dari hasil refleksi pada siklus satu ini maka diambil keputusan:
1) Guru harus lebih menjelaskan kembali tentang pertanyaan berlatar
belakang hipotesis.
61
2) Karena masih terdapat 26% siswa yang mendapat nilai < 60 maka
penelitian dilanjutkan ke siklus dua.

Siklus Dua
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pada siklus pertama meliputi:
1) Merencanakan pembelajaran pembelajaran yang akan diterapkan
dengan pendekatan interaktif
2) Menentukan pokok bahasan
3) Mengembangkan skenario pembelajaran
4) Menyiapkan instrument (tes penguasaan konsep, pedoman
observasi, dan lembar kuisioner)
5) Menyiapkan sumber belajar
2. Tindakan
Pada tahap tindakan yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan interaktif yang tertera pada skenario pembelajaran/
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Tahap Observasi (pengamatan)
Hasil observasi (pengamatan) pada siklus kedua pertemuan pertama
yaitu:
1) Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran sudah
mulai tertib, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik.
2) Pada tahap diskusi mengajukan pertanyaaan (tahap pertanyaan
siswa) diskusi berjalan dengan baik dan seluruh siswa telah dapat
mengajukan pertanyaan produktif, namun pada indikator
mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis belum
mengalami peningkatan.
3) Pada saat melaksanakan investigasi seluruh siswa siswa
berpartisipasi aktif dalam melakukan investigasi (penyelidikan).
62
4) Pada saat mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa
terlihat lebih berani dalam mempresentasikan hasil diskusi dan
pengamatan mereka.
Sedangkan hasil observasi (pengamatan) pada pertemuan kedua
yaitu sebagai berikut:
1) Pada siklus kedua pertemuan pertama suasana pembelajaran tertib,
siswa mengikuti pembelajaran dengan baik.
2) Pada saat mengajukan pertanyaan seluruh siswa telah dapat
mengajukan pertanyaan produktif dan pertanyaan berlatar belakang
hipotesis dengan sangat tepat.
3) Pada saat melaksanakan investigasi seluruh siswa berpartisipasi
aktif dalam melakukan investigasi dan siswa terlihat sudah
terampil dan teliti dalam menggunakan alat dan bahan.
4) Pada saat mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatan siswa
sudah terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi sehingga
mereka berani dalam mempresentasikan hasil dari diskusi dan
pengamatan mereka.
5) Pada akhir pertemuan dilakukan postes untuk melihat hasil belajar
mereka. Berdasarkan data yang diproleh terjadi peningkatan nilai
rata-rata postes. Nilai rata-rata pretes sebesar 29, 79 dan nilai rata-
rata postes siswa sebesar 76, 11. Berdasarkan kategori N-gain
diperoleh kategori sedang sebanyak 65% siswa dan kategori tinggi
sebanyak 35% siswa.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus dua yaitu:
1) Pada siklus kedua ini pada tahap mengajukan pertanyaan
meningkat pada indikator mengajukan pertanyaan produktif pada
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, namun pada
indikator mengajukan pertanyaan berlatar belakang hipotesis
meningkat pada pertemuan kedua. Hal ini dikarenakan siswa telah
63
mengerti tentang pertanyaan produktif dan pertanyaan berlatar
belakang hipotesis.
2) Pada saat melakukan investigasi atau pengamatan seluruh siswa
terlihat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, kerjasama
kelompok telah terjalin dengan baik dan siswa terlihat lebih
terampil, kreatif dan teliti dalam melaksanakan penyelidikan atau
praktikum. Hal ini terlihat pada hasil kinerja siswa dalam kegiatan
penyelidikan atau praktikum. Pada pertemuan pertama terdapat
tiga kelompok yang dapat menggunakan alat dan bahan dengan
sangat tepat dan tiga kelompok menggunakan alat dan bahan
dengan kategori tepat. Sedangkan pada pertemuan kedua pada
indikator ketepatan menggunakan alat dan bahan empat kelompok
menggunakan alat dan bahan dengan kategori sangat tepat, dan
dua kelompok menggunakan alat dan bahan dengan kategori tepat.
5. Keputusan
Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran interaktif dapat
meningkatkan hasil belajar, baik pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep maupun aspek psikomotor (keterampilan proses sains). Pada
aspek kognitif atau penguasaan konsep terlihat pada peningkatan hasil
belajar siswa pada nilai rata-rata postes. Berdasarkan data yang
diproleh terjadi peningkatan nilai rata-rata postes. Nilai rata-rata pretes
sebesar 29, 79 dan nilai rata-rata postes siswa sebesar 76, 11.
Berdasarkan kategori N-gain yang diperoleh kategori sedang sebanyak
65% siswa, dan kategori tinggi sebanyak 35% siswa. Pada aspek
psikomotor (keterampilan proses sains) juga mengalami peningkatan
pada seluruh indikator pada setiap keterampilan proses sains.

E. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan interaktif dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada aspek kognitif atau penguasaan konsep. Hal ini
64
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata postes hasil belajar
siswa. Nilai rata-rata pretes pada siklus pertama sebesar 28, 38 dan
nilai rata-rata postes siswa meningkat sebesar 67, 20. Sedangkan pada
siklus kedua nilai rata-rata pretes sebesar 29, 79 dan nilai rata-rata
postes siswa meningkat sebesar 76,11. Berdasarkan kategori N-gain
yang diperoleh kategori sedang sebanyak 91% siswa, kategori tinggi
sebanyak 9% siswa. Sedangkan pada siklus kedua kategori sedang
sebanyak 65% siswa, dan siswa yang mengalami peningkatan
pemahaman dengan kategori tinggi sebanyak 35% siswa.
Selain meningkatkan hasil belajar pada penguasaan konsep,
pendekatan interaktif juga meningkatkan hasil belajar pada aspek
psikomotoris atau keterampilan proses sains. Hal ini dikarenakan pada
pendekatan interaktif banyak terjaring keterampilan proses sains dalam
kegiatan belajar mengajar, diantaranya pada aspek mengajukan
pertanyaan, menggunakan alat dan bahan dan menginterpretasi data.
Sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran interaktif
dikenal sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan
pada siswa untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan
dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Mengajukan petanyaan dapat
mengarahkan siswa untuk mendalami masalah atau tahap pemahaman
yang dimilik oleh siswa. Dengan mengajukan pertanyaan akan
mengundang rasa ingin tahu terhadap materi yang akan dipelajari.
Pentingnya peranan pertanyaan dalam proses pembelajaran
sains salah satunya diungkapkan oleh Costa dalam Suartini yang
menyatakan bahwa, Questions are the intellectual tools by which
teachers most often elicit the desired behavior of their students. Thus,
they can use questions to elicit certain cognitive objectives of thinking
skill. Jadi, menurut Costa pertanyaan merupakan alat intelektual yang
sering digunakan oleh guru untuk menimbulkan perilaku
keingintahuan siswa.
4



4
Kinkin Suartini, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model
Konstruktivisme, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h. 4
65
Setelah mengajukan pertanyaan siswa melakukan investigasi atau
pengamatan untuk menemukan jawaban yang mereka ajukan.
Pengalaman akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Carin dan
Sund dalam Margaret mengatakan memperkaya pengalaman yang
bermakna menimbulkan kaya akan berpikir.
5

Menurut Orton dalam Misrinawatie dengan investigasi siswa akan
belajar aktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir
sendiri.
6
Menurut Handselsman et. al., dalam Anggraeni mengajak
siswa dalam investigasi ilmiah akan membuat mereka menjadi
termotivasi dalam belajar, menurunkan beberapa keterampilan analisis,
kemampuan menemukan informasi, meningkatkan semangat ingin
tahu, dan kemampuan bertanya.
7
Dengan melibatkan keaktifan siswa
berarti memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri, sehingga
dapat mengembangkan ide-ide yang mereka miliki. Pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran pengetahuan yang mereka
dapat bertahan lama dalam ingatan mereka, mempunyai efek transfer
yang lebih baik dan dapat meningkatkan daya nalar siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.




5
Margaret, The Development Of Interactive Teaching Model To Enhance The Grade 3
Students Rational Thinking Skliis, Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004, h..10
6
Misrinawatie A. S., Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Luas Dengan
Investigasi Matematika di Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan, Mei 2000, h. 116
7
Sri Angraeni, Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri, Seminar Internasional
Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007 , h. 118

66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, terkait dengan pengaruh
pendekatan pembelajaran interaktif terhadap hasil belajar siswa, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada aspek kognitif atau penguasaan konsep. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata postes hasil belajar siswa. Nilai rata-rata pretes
pada siklus pertama sebesar 28, 38 dan nilai rata-rata postes siswa meningkat
sebesar 67, 20. Sedangkan pada siklus kedua nilai rata-rata pretes sebesar
29,79 dan nilai rata-rata postes siswa meningkat sebesar 76,11.
2. Pendekatan interaktif dapat meningkatkan hasil belajar yang ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata N gain siklus satu ke siklus kedua, hal ini
dibuktikan dengan uji T- Test. Dari hasil perhitungan bahwa probobilitas
(tingkat signifikan) < 0,05, dengan demikian Ho ditolak dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikans antara rata-rata
nilai N gain siklus satu ke siklus kedua.
3. Pendekatan pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada aspek psikomotor atau kemampuan keterampilan proses sains aspek
mengajukan pertanyaan, menggunakan alat bahan dan menginterpretasi data.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran
agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya:
1. Diharapkan para pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat agar memicu semangat dan aktifitas belajar
siswa, seperti pendekatan interaktif yang dapat menciptakan suasana belajar yang
aktif.
id16535578 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
67
2. Diharapkan guru bidang studi biologi untuk dapat menerapkan pendekatan
pembelajaran interaktif pada materi-materi yang dianggap sesuai untuk
menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut karena dapat meningkatkan hasil
belajar dalam penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.
3. Perlu adanya validasi konstruk pada instrumen untuk menguatkan temuan hasil
penelitian.


DAFTAR PUSTAKA


Angkowo, Rubertus dan A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta:
Grasindo, 2007.

Angraeni, Sri, Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri, Seminar Internasional
Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31
Mei 2007.

Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara,
2006.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2003

Dahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989.

Dalyonono, M., Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Endah, Diana, dkk., Pengembangan Keterampilan Proses SAINS Bagi Mahasiswa
Calon Guru Melalui Praktikum Fisika Dasar Pada Pokok Bahasan
Fluida, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 2, No. 2, Juli 2005

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Handayani, Sri, Pengembangan Model Pembelajaran Interaktif Makhluk Hidup
dan Tumbuhan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional
Siswa SD Kelas III, Jurnal Pendidikan dan Humaniora No. 07 Tahun
IV, September 2005.

Herlanti, Yanti, Science Education Research Tanya Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Hasruddin, Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dengan Menggunakan Alat
Peraga Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Biologi Di
SMUN 1 Binjai, Jurnal Penelitian Vol. 7 (1), September 2000.

Ibrahim, Nurdin, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas
Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 044 Tahun Ke-
9, September 2003.

Indriasih, Aini, Project Based Learning Suatu Pendekatan Inovatif Pembelajaran
Dalam Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal
Pendidikan dan Pembudayaan, Volume 4 nomor 1, Maret 2006.

id16553140 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
Juanengsih, Nengsih, Penerapan model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui
Pendekatan Induktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi
Siswa, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007.

Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme Mengajar Sains Pembelajaran Berbasis
Komputer, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan
IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007

Makmur, Johar, Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007

Margaret, The Development Of Interactive Teaching Model To Enhance The
Grade 3 Students Rational Thinking Skliis, Seminar Nasional
Pendidikan Matematika dan IPA, 2004.

Melayu, Usman, Hakikat Minat dan Hasil Belajar, Jakarta: Universitas Trisakti,
Berita STMT Trisakti, Edisi 084, Januari 1999

Misrinawatie, Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Luas Dengan
Investigasi Matematika di Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Mei 2000.

Panem, Paulina, dkk., Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Jakarta: Universitas
terbuka PAU-PPAI-UT, 2001.

Prayekti, Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Dalam Mata Pelajaran IPA
SD Dengan Kerja Kelompok, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.
059. Tahun ke-12, Maret 2006.

Ramli, Munasprianto, Pembelajaran Sains Menyenangkan Dengan Metode
Konstruktivisme, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, Metamorfosa
Jurnal Pendidikan IPA, Volume 1 No. 2, Oktober 2006.

Rustaman, Nuryani, Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis
Konstruktivisme, Malang: Universitas Negeri Malang, 2003

, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas
Negeri Malang, 2003.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2005.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta,
2003.

Sofyan, Ahmad, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar
Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 31 Mei 2007.

, Prilaku Belajar Siswa MAN, Didaktika Islamika Jurnal Kependidikan,
Keislaman, dan Kebudayaan, 2003

Suartini, Kinkin, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model
Konstruktivisme, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007.

Subali, Bambang, dan Paidi, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2002.

Syaodih, Nana Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.

Suratno, Tatang, Peranan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendedekatan Baru, Bandung:
Rosda, 2005.

Uno, B. Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.

Widodo, Ari, dkk., Peningkatan Kemampuan Siswa SD Untuk Mengajukan
Pertanyaan Produktif, Jurnal Pendidikan dan Pembudayaan, Volume 4
nomor 1, Maret 2006.

Yuhasriati dan Anwar, Analisis Problem Posing Mahasiswa Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Jurnal Ilmu
Pendidikan Volume 5 Nomor 3, September 2004

También podría gustarte