Está en la página 1de 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang atau stimulus dari luar dirinya.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan yaitu
proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak
dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi
individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkunga yang ada disekitarnya maupun tentang
hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Adanya keinginan dan kebutuhan pada diri individu, memotivasi individu tersebut untuk
memenuhinya induvidu merasa haus mengarahkan perilakunya ke arah minum, demikian pula
individu yang lapar akan mengarahkan perilakunya ke arah makanan demikian pula mahasiswa yang
haus akan ilmu keperawatan akan mengarahkan perilakunya ke arah tersebut. Di bandingkan dengan
individu yang tidak haus atau tidak lapar, ternyata individu tersebut melakukan perilaku yang lebih
giat di bandingkan yang tidak termotivasi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa dari pengertian persepsi dan motivasi ?
2. Apa saja macam-macam persepsi?
3. Bagaimana gangguan persepsi?
4. Apa saja Syarat agar individu dapat mengadakan persepsi?
5. Bagaimana cara motivasi dalam keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian persepsi dan motivasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam persepsi.
3. Untuk mengetahui gangguan persepsi.
4. Untuk mengetahui bagamana cara motivasi dalam keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah
pengetahuan mereka tentang persepsi dan motivasi.
2

2. Para pembaca dapat mengetahui persepsi dan motivasi dalam keperawatan

1.5 Metode Penulisan
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan pendekatan pustaka. Pendekatan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan studi pustaka yaitu mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber
tertulis tentang persepsi dan motivasi. Data dikumpulkan dari sumber tertulis yang didapatkan dari
internet ataupun buku-buku yang ada diperpustakaan STIKES Eka Harap.


























3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan,
yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan
persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan proses penginderaan
merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung
setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indra, yaitu melalui mata
sebagai alat penglihatan, telingga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pembauan, kulit
pada telapak tangan sebagai indra perabaan, yang kesemuanya merupakan alat indra yang
digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu.
Ada beberapa pengertian menurut para ahli :
1. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu berarti dan
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang intergrated diri
individu (Bimo Walgito, 2001).
2. Persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara
hal ini melaui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancaindranya mendapat rangsang (Maramis, 1999).
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui
panca indra yang didahulu oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan
dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam diri individu.

2.2 Macam-Macam Persepsi
Ada dua macam persepsi, yaitu :
2.2.1 External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari lur diri individu.
2.2.2 Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal
dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.


4

2.3 Gangguan Persepsi (Disperepsi)
Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi.
2.3.1 Penyebab.
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik; gangguan
jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat
menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio-budaya, sosio-budaya yang
berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang
berbeda.
2.3.2 Macam-macam gangguan persepsi.
Menurut Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi :
2.3.2.1 Halusinasi atau maya pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada
pancaindra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1990). Oleh karena itu,
secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis-Jenis halusinasi :
1) Halusinasi penglihatan (halusinasi optik).
a. Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk : orang, binatang, barang, atau benda.
b. Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk : sinar, kilatan, atau pola cahaya.
c. Apa yang dilihat seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
2) Halusinasi auditif/halusinasi akustik. Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara
manusia, suara hewan, suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian
alami.
3) Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman). Halusinasi yang seolah-olah mencium
bau tertentu.
4) Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap). Halusinasi yang seolah-olah mengecap
suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
5) Halusinasi taktil (halusinasi peraba). Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba-raba,
disentuh, dicolek-colek, ditiup, dirambati ular, dan disinari.
6) Halusinasi kinestik (halusinasi gerak). Halusinasi yang seolah-olah badannya bergerak
di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
7) Halusinasi viseral. Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada perasaan
tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam (misalnya : lambung seperti ditusuk-tusuk
jarum)
5

8) Halusinasi hipnagogik. Persepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat pada orang
normal, terjadi sebelum tidur.
9) Halusinasi hipnopompik. Persepsi sensorik bekerja yang salah, pada orang normal,
terjadi tepat sebelum bangun tidur.
10) Halusinasi histerik. Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik
emosional.
2.3.2.2 Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi)
yang sebenanarnya sungguh-sungguh terjadi karen adanya rangsang pada
pancaindra. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang.
Contoh :
a. Bayangan dau pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
b. Bunyi angin terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya.
c. Suara binatang disemak-semak, terdengar seperti tangisan bayi.
2.3.2.3 Depersonalisai ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
pribandinya tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondosi patologis
yang seseorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata.
Contoh :
a. Perasaan bahwa dirinya seperti sudah diluar badannya.
b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaannya lagi.
2.3.2.4 Derealisasi ialah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut
kenyataan sebenarnya. Misalnya segala sesuatu dirasakan seperti dalam mimpi.
2.3.2.5 Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, secara harfiah soma artinya tubuh,
dan sensorik artinya mekanisme neuroligis yang terlibat dalam proses pengindraan
dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang
secara simbolik menggambarkan adanya konflik suatu emosional.
Contoh :
a. Anestesia, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indra peraba
pada kulit.
b. Parestesia, yaitu perubahan pada indra peraba, seperti ditusuk-tusuk jarum, di
badannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas, atau kulitnya terasa tebal.
c. Gangguan penglihatan atau pendenganran.
d. Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya
bahkan kadang-kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e. Mikropsia yaitu, melihat benda lebih kecil dari sebenarnya.
6

2.3.2.6 Gangguan fsikofisiologik adalah gangguan tubuh yang disarafi oleh susunan saraf
yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegitatif) dan dibebabkan oleh
gangguan emosi.
Contoh :
Gangguan ini mungkin terjadi pada :
a. Kulit : Radangkulit (dermatitis), biduran (urtikaria), gatal-gatal (pruritis) dan
banyak cairan pada kulit.
b. Otot dan tulang : Otot tegang sampai kaku (tension headache), otot tegang dan
kaku punggung (lowback pain)
c. Alat pernafasan : Sindrom hiperventilasi (bernafas berlebihan yang
mengakibatkan rasa pusing), kepala enteng, parestesia pada tangan dan sekitar
mulut, merasa berat didada, nafas pendek, perut gembung, tetani dan asthma
bronchiale.
d. Jantung dan pembuluh darah: Debaran jantung yang cepat (palpitasi) TD
meningkat (hipertensi) dan vascular headache.
e. Alat pencernaan : Lambung perih, mual dan muntah, kembung (meteorime),
sembelit (konstipasi) dan mencret (diare).
f. Alat kemih dan alat kelamin : Sering berkemih, ngompol (enuresis)
memancarkan air mani secara dini (evalulation precox) hubungan seksual yang
sakit pada wanita (disparenuia), sakit waktu menstruasi (dismenure), tidak
mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita (frigiditas) dan impoten.
g. Mata : mata berkunang-kunang dan telinga berdenging (tinitus).

2.3.2.7 Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik
sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

2.4 Syarat Agar Individu Dapat Mengadakan Persepsi
Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitar maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (self
perception). Alat penghubung individu antara dunia luar adalah alat indra.
Persepsi merupakan suatu proses yang harus didahuluin pengindraan.Yaitu dengan
diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan diotak atau pusat saraf yang diorganisasikan
dan diinterprestasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa
yang dilihat dan didengarkan.
7

2.4.1 Syarat terjadinya persepsi
a. Adanya objek stimulus alat indra (reseptor). Stimulus berasal dari luar
individu (langsung mengenai alat indra/resptor) dan dari dalam individu (langsung
mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai alat reseptor).
b. Adanya perhatian sebagai langkah untuk mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau
pusat kesadaraan) dari otak bawah melalui saraf motoris sebagai alat untuk
mengadakan respons.

2.5 Proses terjadinya persepsi
Persepsi melalui tiga persepsi yaitu :
a. Proses fisik (kealaman) : Objek stimulus reseptor atau alat indra.
b. Proses fisiologis : Stimulus saraf sensoris otak
c. Proses psikologis : Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang
diterima.
Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada peroses fisik, fisiologis, dan fsikologis.

2.6 Objek Persepsi
Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya
sendiri sebagai objek persepsi diri atau self-perception. Karena sangat banyaknya objek yang
dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan. Objek persepsi dapat
dibedakan atas objek yang non-manusia dan manusia. Objek persepsi berujud manusia ini
disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social perception,
sedangkan persepsi berobjekkan non-manusia, hal ini sering disebut sebagai non-social
perception atau juga disebut sebagai things perception.
Apabila yang dipersepsi itu manusia dan non-manusia, maka adanya perbedaan dalam
persepsi tersebut. Persamaan yaitu apabila manusia dipandang sebagi objek benda yang
terikat pada waktu dan tepat seperti benda-benda yang lain.. walaupun demikian sebenarnya
antara manusia dan non-manusia itu terdapat perbedaan yang mendasar. Apabila yang
dipersepsi itu manusia maka mempersepsi, dan hal ini tidak terdapat apabila yang dipersepsi
itu non-manusia. Pada objek persepsi manusia, manusia dipersepsi mempunyai kemampuan-
kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang
8

mempersepsi, dan hal ini tidak akan dijumpai apabila dipersepsi itu non-manusia. Karena itu
pada objek persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatar belakangi objek
persepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi. Persepsi yang
berobjekkan manusia akan dibahasan secara tersendiri dalam lapangan psikologi.

2.7 Pengertian Motivasi
Adanya keinginan dan kebutuhan pada diri individu, memotivasi individu tersebut untuk
memenuhinya induvidu merasa haus mengarahkan perilakunya ke arah minum, demikian
pula individu yang lapar akan mengarahkan perilakunya ke arah makanan demikian pula
mahasiswa yang haus akan ilmu keperawatan akan mengarahkan perilakunya ke arah
tersebut. Di bandingkan dengan individu yang tidak haus atau tidak lapar, ternyata individu
tersebut melakukan perilaku yang lebih giat di bandingkan yang tidak termotivasi.
Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy
Stevenson (2001) motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat
seseorang melakukan sesuatu sebagai respons. Dan menurut Sarwono, S.W.(2000) motivasi
menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri
individu, tingkahlaku yang di timbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada
gerakan atau perbuatan.

2.8 Jenis Motivasi
Manusia sifatnya unik sehingga untuk memotivasi satu dengan yang lain tidak harus
sama. Melalui pemahaman tentang hierarki kebutuhan Maslow, tidak dapat mengetahui
jenis-jenis motivasi individu memiliki hierarki kebutuhan yang menetukan tindakannya sekali
kebutuhan paling dasar dipuaskan individu akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan
berikutnya.
Menurut Abraham. C. dan Shanley F. (1997), jenis motivasi secara umum adalah uang,
penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam
kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, penghargaan, kemandirian,
lingkungan yang kreatif, bonus/hadiah, ucapan terimakasih, dan kenyakinan dalam berkerja.

2.9 Motivasi dan Stress dalam Keperawatan
2.8.1 Motivasi dalam Keperawatan
Menurut Abraham C, dan Shanley F. (1997) motivasi perawat agar tetap berkerja di
departermen kesehatan Inggris didasarkan pada hasil penelitian Barret (1988), yaitu:
9

a. Kepuasan dengan pekerjaan mereka
b. Suasana kerja yang baik
c. Dukungan manajerial Yang baik
d. Tersedianya pendidikan berkelanjutan
e. Pengembangan profesionalisme
Menurut Abraham C, dan Shanley F. (1997), menyebutkan bahwa MC Dowell (1989)
dalam penelitiannya menemukan hal-hal yang memotivasi perawat tetap berkerja di
keperawatan, yaitu:
a. Kepuasan bekerja
b. Pengembangan profesional
c. Kondisi kerja yang baik
d. Tingkat penggajian
Namun, Hinshaw,dan kawan-kawan (1987) dalam penelitiannya di Amerika Serikat
menemukan faktor-faktor pendukung motivasi perawat yaitu:
a. Pengurangan staf
b. Status profesional
c. Kesenangan pada posisi yang dimiliki
d. Kemampuan memiliki aspek yang berkualitas
e. Kekohesifitasan kelompok
f. Pengenalan terhadap keunikan perawat
g. Kesempata pertumbuhan profesional
h. Pengendalian praktik keperawatan
2.8.2 Sumber stres dalam keperawatan
Menurut Abraham. C dan Shanley F. (1997), berdasarkan hasil survei yang dilakukan
Dewe (1989) di Amerika Serikat menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, yaitu :
a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami
kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu
memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dam menghadapi keterbatasan
tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan
teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang
dilakukan, dan gagal membentuk tin kerja dengan staf.
10

c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan perawatan
yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan
Dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien,misalnya bekerja dengan Dokter
yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam
ketidaksepakatan pada program tindaka, merasa tidak pasti sejauh mana harus
memberi informasi pada pasien atau keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak
kerja sama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaiki, misalnya pasien lansia, pasien yang
nyeri kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat.
2.8.3 Cara memotivasi
Ada bebrapa cara yang dapatdi terapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
a. Memotivasi dengan kekerasan (Motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan
menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang diotivasi dapat
melakukan apa yang harus dilakukan.
Contoh :
Seorang komandan mengancam akan memberikan hukuman kepada anak buahnya
apabila tidak disiplin. Jenis motivasi ini lazim dikemiliteran dan tidak lazim
didalam masyarakat demokratis.
b. Memotivasi dan bujukan (Motivating by enticement), yaitu cara memotivasi dengan
bujukan atau memberi hadianh agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang
memberikan motivasi.
Contoh :
1. Mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan berupa
bebas membayar SPP selama 2 semester.
2. Pimpinan perusahaan akan menaikan gaji/upah karyawannya apabila
perusahaannya maju dan memperoleh kentungan besar.
c. Memotivasi dengan identifikasi (Motivating by indentification or ego-involvement),
yaitu cara memotivasi dengan menambahkan kesadaran sehingga individu berbuat
sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam
mencapai sesuatu.
Contoh :
1.1 Seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi bahwa bila belajar dengan
baik hingga berprestasi, yang akan memetik hasilnya adalah diri sendiri.
11

2.1 Seorang kariawa bekerja dengan baik, bukan karena ancaman atau bujukan,
tetapi karena termotivasi akan kesadarannya ntuk bekerja baik agar
perusahaannya maju dan dampaknya kesejahteraan meningkat.




















12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh
otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.
2. Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat
yang perlu dipenuhi, yaitu :
a. Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera
dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris)
tapi berfungsi sebagai reseptor.
b. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus.
c. Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.
3. Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia,
motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara
sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya
dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi
mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau
bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan
perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau
bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan
dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai tujuannya, karena didasari
oleh motivasi.

También podría gustarte