Está en la página 1de 14

http://digitalview.weebly.com/aplikasi-interaktif-flip-book.

html

Aplikasi multimedia animasi flipbook

Aplikasi multimedia ini mempunyai interface (antar muka) seperti sebuah buku yang dibuka. Perpindahan
halaman dapat dilakukan dengan melakukan drag halaman seperti jari kita yang membalik sebuah
halaman buku, dan bersamaan dengan proses draging halaman terlipat secara real seperti kertas yang
sedang ditekuk. Selain dengan cara draging, pemindahan halaman dapat dilakukan dengan tombol
navigasi yang disediakan. Aplikasi ini dilengkapi dengan berbagai fitur seperti zoom, pencarian kata,
bookmark, thumbnail, daftar isi selain itu anda dapat memberikan musik latar.

Aplikasi ini dapat berupa file portable (exe) untuk dipublikasikan melaui email attachment, CD, flashdisk
atau copy paste komputer ke komputer. Hebatnya lagi, aplikasi ini juga dapat dikonversi ke mode HTML,
dengan demikian aplikasi multimedia ini dapat sekaligus menjadi sebuah halaman website.

Aplikasi multimedia ini dapat diimplementasikan sebagai :
Katalog produk, Anda dapat melakukan penghematan biaya dari ongkos cetak katalog produk kertas.
Anda bayangkan berapa penghematan anda, karena penggandaan katalog digital anda hanya semudah
copy paste. Sebagai katalog produk digital, aplikasi ini dapat dikirim sebagai file portable yang
didistribusikan via email attchment, CD maupun anda upload ke website perusahaan agar dapat di
download konsumen anda. Jika belum puas juga, kami dapat mengkonversi katalog digital anda menjadi
format HTML dan jadikan katalog anda terpublish di internet sebagai website katalog. Jika belum puas
juga, anda dapat masukkan aplikasi ini sebagai aplikasi touchscreen. Pajang panel monitor touchscreen di
front office dan biarkan konsumen anda mendapatkan pengalaman pilih-pilih produk dengan buku katalog
produk virtual.

Majalah/ koran digital, buatlah sebuah majalah/koran digital dengan biaya yang murah tanpa
dipusingkan dengan onkos cetak. majalah/koran dapat anda distribusikan via email, CD, upload
download, bahkan anda dapat menjadikan sebagai majalah/koran online.

Segera kirimkan konsep publikasi anda ke kami lewat email dan kami akan menyelesaikan apa yang anda
inginkan maksimal 24 jam dengan syarat konsep anda sudah dalam bentuk layout draft jadi. Anda dapat
mengirimkan ke kami draft publikasi dalam bentuk file document (Microsoft word, excel, powerpoint dan
pdf) maupun file Coreldraw.

http://www.infodiknas.com/pendekatan-savi-somatis-auditor-visual-dan-intelektual-sebagai-upaya-
peningkatan-potensi-dan-prestasi-belajar.html

Pendekatan Savi (Somatis, Auditor, Visual dan Intelektual) sebagai Upaya Peningkatan Potensi
dan Prestasi Belajar
Diposting oleh Rulam | Tanggal: January 26th, 2013 | Kategori: Artikel
Pendekatan Savi (Somatis, Auditor, Visual Dan Intelektual) Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Dan
Prestasi Belajar. Oleh Hudi Santoso
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada kekhawatiran menyeruak, ketika menyaksikan tawuran antar pelajar bergejolak dimana-man. Ada
kegalauan muncul kala menjumpai realitas guru lebih banyak memberikan hukuman (punishment)
daripada memberikan penghargaan (reward) kepada siswanya. Ada kegelisahan muncul, saat melihat
siswanya berteriak girang tatkala mendengar gurunya tidak hadir hari ini. Ada kegundahan membuncah
tatkala menyaksikan para guru turun ke jalan, berdemo berhari-hari menuntut kenaikan gaji.
Mengapa kwatir, galau, gundah dan gelisah? Realitas pertama menunjukan bahwa pelajar kini sangat
dekat dengan kekerasan, yang jelas bertotalk belakang dengan dunia mereka sendiri yakni dunia
pendidikan dan keilmuan. Pendidikan adalah dunia yang terlahir dari rahim kasih sayang. Seorang ibu
akan mengasuh dan mendidik anaknya disebabkan naluri kasih sayang yang dimilikinya. Jadi, jelas
kekerasan pelajar ini menyisakan sebuah pertanyaan besar. Mengapa dunia kasih sayang kini mulai
melahirkan kekerasan?
Realitas kedua menyiratkan mulai meredupnya nuansa kasih sayang dalam berinteraksi anatara guru
dengan siswa. Aroma konflik dan kerengangan hubungan terasa mengental saat guru lebih suka
menghukum daripada tersenyum , saat guru lebih suka menghardik daripada daripada bersikap empati.
Alhasil apabila hal ini dicermati lebih jauh akan muncul satu pertanyaan besar lagi. Adakah para guru
sudah beralih fungsi dari merengkuh dan membimbing menjadi menghukum dan menghakimi belaka?
Realitas ketiga menggambarkan adanya perbedaan rasa antara guru dengan siswa. Kedua pihak secara
fisik memang berkumpul dan bertemu diruang-ruang kelas di sekolah, tapi pada kenyataannya mereka
tida beminat untuk bertemu. Lantas pertemuan menjadi beban belaka bagi kedua pihak. Karena terpaksa
saja keduannya bisa berkumpul dalam satu ruang bernama kelas. Jadi ada pertanyaan yang mencuat dari
sini: Adakah disekolah atau keberadaan guru sudah sedemikan membosankan ?
Realitas keempat seperti hendak mengirimkan pesan bahwa para guru harus segera melakukan evaluasi
kedalam. Sepertinya sudah waktunya melakukan pelurusan kembali pemahaman dalam memposisikan
profesi guru. Apakah guru ditempatkan sebagai profesi, sebagaimana karyawan pabrik, pebisnis, polisi
atau lainnya yang bekerja dengan uang motivasi utamanya? Ataukah para guru ditempatkan pada posisi
mulia sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan cara membangun kemulian dan karakter pada diri
pelajar.
Kesimpulan sederhananya, ketika para guru slah memahami profesinya maka begeserlah fungsi guru
secara perlahan-lahan. Pergeseran ini menyebabkan kedua belah pihak tadinya saling membutuhkan
yakni antara guru dan siswa menjadi tidak lagi saling membutuhkan, bahkan yang terjadi adalah
komunikasi yang tidak sambung. Ketidaksambungan ini menyebabkan komunikasi yang memberatkan
dan membosankan dalam proses belajar, mengajar dan mendidik sehingga sekolah terjauhkan dari
suasana membahagiakan.Dari sinilah konflik demi konflik muncul dengan berbagai ukuran berat
ringannya, membuat pihak-pihak yang terlibat didalamnya gampang frustasi dan putus asa dalam
mencetak generasi penerus yang penuh dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Guru dalaminterkasi sosialnya banyak menanamkan kebaikan pasti akan mendapatkan balasan kebaikan
pula. Sebaliknya guru yang menanam keburukan seperti berlaku kasar, pemarah, kaku dan mudah
tersinggungtakkan mendapatkan hubungan yang harmonis dengan siswanya. Ia akan tampil dengan
sosok yang ditakuti, bukan dihormati atau disegani .
Guru yang baik adalah guru yang melandaskan interkasinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta layaknya
seorang ibu dengan anak. Sikap cinta, kasih dan sayang tercermin melalui kelembutan, keabaran,
kedekatan, keakraban serta sikap-sikap positi lainnya yang akan melahirkan suasana harmonis yang
mendukung demi terwujudknya tujuan pendidikan meningkatkan derajat harkat dan martabat manusia.
Lebih dari itu, seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan pendekatan yang cocok untuk
mengoptimalkan potensi-potensi yang cemerlang yang dimiliki oleh siswa sehingga akan muncul sosok
generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Pendekatan SAVI sebagai solusi untuk mengangkat
martabat siswa dan mencerdaskan potensinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalah yaitu:
1. Apa defisini pendekatan SAVI untuk belajar?
2. Bagaimana implikasinya dalam proses belajar mengajar?
Tujuan Makalah
Sehingga tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi pendekatan SAVI untuk belajar
2. Untuk mengetahui implikasi dalam proses belajar mengajar di kelas.
BAB II PEMBAHASAN
Belajar Berdasarkan Aktivitas (Learning Based on Activity)
Belajar Berdasarkan Aktivitas berarti bergerak Aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan
indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar.
Belajar secara konvensional cenderung membuat peserta didik tidak aktif secara fisik dalam waktu yang
lama. Akibatnya terjadilah kelumpuhan otak dan belajarpun lambat layaknya merayap atau berhenti sama
sekali. Mengajak peserta didik untuk ,bangkit dan bergerak secara berkala akan meyegarkan tubuh,
meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat berpengaruh positif pada hasil belajar.
Belajar bedasarkan Aktifitas jauh lebig efektif darpada yang didasrkan pada presentasi materi dan media.
Alasannya sederhana yaitu belajar itu mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya. Terbukti bahwa orang
belajar lebih banyak dari aktifitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada belajar dengan
duduk didepan guru, buku panduan, televisi atau layar monitor.
Gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagiuan otak manusia yang terlibat dalam gerakan
tubuh (kortek motor) terletak tepat sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan
masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi sirkulasi oksigen dan
peredaran darah menuju otak. Sebaliknya, belajar yang melibatkan berbagai macam aktivitas berarti
.memperlancar peredaran darah menuju otak yang cenderung membangkitkan kecerdasan.
Contoh yang sangat sederhana terjadi pada anak kecil ketika belajar. Anak kecil adalah pembelajar yang
hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Yang tidak disadari
bahwa hal yang sama berlaku pula bagi kebanyakan orang dewasa. Belajar akan selalu terhambat jika
memisahkan tubuh dan pikiran, mengabaikan tubuh, dan menekankan kesadaran rasional saja sebagai
pintu gerbang menuju pikiran.
Banyak peserta didik atau bahkan mahasiswa langsung jatuh tertidur jika tidak ada kesempatan yang
melibatkan gerakan fisik. Hal itu bukan karena materinya yang tidak bernilai melainkan kesempatan
mengerakan badan untuk mendapatkan pengalaman dalam belajar sangat minim sekali. Akibatnya proses
mencerdaskan peserta didik dan tujuan belajar sedikit terhambat.
Pendekatan SAVI untuk belajar
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari.
Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua indra
dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI
yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan intelektual.
1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu
untuk mencapai tujuan belajar.
Belajar Somatis
Somatis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar
somatis adalah belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis- melibatkan fisik dan menggunakan serta
menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
Anak-anak yang bersifat somtis tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk
membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan merupakan
ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif dan kadang-kadang mereka diberi obat penenang.
Anak-anak hiperaktif kadang-kadang menderita karena sekolah tidak tahu cara memperlakukan mereka
kecuali menyatakan mereka sebagai manusia yang abnormal (Edward, 1976: 64).
Tubuh dan pikiran itu satu,. Keduannya merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-
benar terpadu. Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan bagi siswa yang memiliki
karakter somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat peserta didik
bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua
pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan beganti-ganti menjalankan aktifitas belajar secara
aktif dan pasif secara fisik berarti membantu pembelajaran setiap peserta didik.
Belajar Auditory
Pikiran auditory lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan menyimpan
informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara,
beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Model siswa auditory lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Proses sensori
modalities preference adalah menggunakan echonic memory atau auditory sensory. Menurut Ascraft
dalam Sugiarso (2006:25) bahwa echonic memory merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang
menerima rangsangan pendengaran dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian
diarahkan selama interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term memory.
Ciri-ciri siswa auditory menurut De Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
1. Lebih cepat dengan mendengarkan
2. Menggerakan bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
5. Bagus dalam berbicara dan bercerita
6. Berbicara dengan irama yang terpola
7. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
8. Suka mengerjakan tugas berkelompok
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara
untuk mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang pelajari. Suruh mereka menterjemahkan
pengalamannya dengan suara. Mintalah mereka membaca dengan keras-keras- secara dramatis jika
mereka mau. Ajak berbicara ketika memcahkan masalah, membuat model, , mengumpulkan informasi,
membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan
makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.
Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang.
Alasannya adalah dalam otak setiap orang terdpat banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indra yang lain (Dave Meier:2002:145).
Owen Caskey (2000:54) menegaskan bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk
mepelajri informasi teknis dan ilmiah rata-rata memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka
pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakanpencitraan, dan 26% lebih baik untuk
ingatan jangka panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, gender atau gaya
belajar yang diplih.
Cara membantu siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia
nyata, memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala macam hal ketika mereka
sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik jika mereka mampu menciptkan peta
gagasan, diagram, ikon, dan citra mreka sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi dan
bentuk visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan
meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan
proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika
mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan hubungan,
makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual merupakan bagian diri yang merenung,
mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
Menurut Dave Meier (2002:160) intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang
digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar.
Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat
makna baru.
Aspek intelektual akan terlatih jika siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas seperti:
memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan
kreatif, mencari dan menyaring informasi dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
SAVI: Satukanlah
Belajar bisa optimal jika keempat unsur Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual ada dalam aktivitas
pembelajaran. Misalnya, siswa dapat belajar dengan menyaksikan presentasi (visual), tetapi mereka juga
dapat belajar jauh lebih banyak jika meraka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang
berlangsung (somatis), membicarakan apa yang sedang diprenstasikan/dipelajari (auditori), dan
memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut dalam kehidupan yang nyata
(intelektual), atau mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah
(intelektual) atau secara siultan mereka mengerakkan sesuatu (somatis) untuk menghasilkan piktogram
atau pajangan tiga dimensi (visual) smabil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (auditori).
Siklus Pembelajaran
Seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran mempunyai empat unsur. Unsur tersebut harus dilakukan
secara sistematis dari awal sampai akhir yaitu:
1. Preparation : timbulnya minat
2. Presentation : perjumpaan pertama dengan pengetahuan atau ketrampilan baru
3. Practice : integrasi pengetahuan atau ketrampilan baru
4. Penampilan Hasil: Penerapan pengetahuan dan ketrampilan baru pada situasi dunia nyata.
Preparation
Tahap preparation berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk belajar. Ini adalah langkah penting
dalam belajar. Tujuan tahap preparation adalah menimbulkan minat para siswa, memberi perasaan positif
mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk
belajar. Cara yang bisa dilakukan adalah:
1. Memberikan sugesti positif
2. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat bagi siswa
3. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4. Membangkitkan rasa ingin tahu
5. Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang positif
6. Menenangkan rasa takut
7. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
8. Merangsang rasa ingin tahu siswa dan mengajak terlibat aktif sejak awal
Presentation
Tujuan tahap presentasi adalah membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang
menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Cara yang
bisa dilakukan adalah dengan:
1. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
2. Pengamatan fenomena dunia nyata
3. Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh
4. Presentasi interaktif
5. Grafik dan sarana presentasi bervariasi
6. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
7. Pelatihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
8. Pengalaman dunia nyata yang kontekstual
9. Pelatihan memecahkan masalah.
Practice
Tujuan tahap ini membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru
dengan berbagai cara. Cara ini bisa dilakukan dengan :
1. Aktifitas pemrosesan belajar
2. Usaha aktif, umpan balik, dan review
3. Simulasi dunia nyata
4. Permainan dalam belajar
5. Pelatihan aksi pembelajaran
6. Aktifitas pemecahan masalah
7. Refleksi dan artikulasi individu
8. Dialog berpasangan atau berkelompok
9. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10. Dan aktifitas praktis membangun ketrampilan.
Penampilan Hasil
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan
terus meningkat.Aktifitas yang bisa dilakukan adalah:
1. Menerapkan di dunia nyata dalam tempo segera
2. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3. Aktifitas penguatan penerapan
4. Materi penguatan pasca sesi
5. Pelatihan terus menerus
6. Umpan balik dan evaluasi kinerja
Aplikasi Pendekatan SAVI terhadap Proses Pembelajaran
Setelah mengetahui definisi pendekatan SAVI dan empat segmen pembelajaran, berikut akan dipaparkan
aplikasi secara konkrit pada proses pembelajaran.
Untuk siswa yang dominan dengan Somatis, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui
gerakan fisik, aktifitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar adalah dengan:
memperbanyak praktek di lapangan, melakukan demonstrasi langsung terhadap suatu proses, belajar tidak
harus dengan duduk, namun bisa dilakukan dengan berbagai macam gerakan yang penting bisa membuat
siswa nyaman dan tujuan tetap tercapai, memperbanyak praktek di labolatorium, boleh menghafal sesuatu
asalkan diijinkan sambil berjalan/melakukan sesuatu, perbanyak role play dan simulasi, biarkan/arahkan
siswa berdiri dalam mempresentasikan sesuatu.
Dalam satu kelas biasanya terdiri dari berbagai macam karakater siswa, karena itulah seorang guru tidak
bisa hanya menggunakan satu metode saja, akan tetapi gabungkan berbagai macam metode dengan
harapan siswa lebih aktif dan termotivasi dalam belajar karena siswa somatis akan mulai bosan dengan
apa yang diceramahkan. Mereka akan mulai mencari perhatian dengan melakukan aktivitas mengganggu
temanya, tidak mendengarkan apa yang disampaikan atau bahkan tidur di bangku.Dalam situasi seperti
ini kreatifitas dan inovasi guru yang tinggi sangat diperlukan untuk menciptakan efektifitas belajar.
Bagi siswa yang memiliki karakter Auditory, dimana mereka lebih mudah menyerap informasi melalui
pendengaran maka aktivitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajarnya adalah
dengan menggunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio dll), membiarkan membaca dengan
nyaring dan suara yang keras, membuat diskusi dalam kelas, menggunakan rekaman, sering memberikan
pertanyaan, lebih ditonjolkan belajar berkelompok.
Sedangkan bagi siswa yang berkarakter visual, dimana lebih mudah menyerap informasi melalui daya
pengelihatan maka aktivitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuannya adalah
membiarkan mereka duduk di posisi paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang
dituliskan atau digambarkan oleh guru, lebih banyak membuat media dengan bagan-bagan, diagram, dan
flow chart untuk menjelaskan sesuatu, menggunakan media film atau power poin flash, meminta mereka
membuat poin-poin penting untuk dihafalkan, menggunakan berbagai macam ilustrasi dan gambar, dan
menggunakan warna-warni yang bervariasi pada tulisan.
Lingkungan Sosial yang Positip sebagai Faktor Pendukung Suksesnya Pendekatan SAVI
Untuk membantu mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman baru dan hasil yang optimal dalam
belajar, ciptakanlah lingkungan sosial yang baik dan menarik. Kerja sama sama yang baik antar siswa
dan guru akan menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan , gagasan dan
informasi mengalir bebas dan dapat meningkatkan pengalaman belajar bagi semua siswa. Tidak ada
perasaan canggung untuk saling berbagi pengalaman , informasi dan pengetahuan baru, sehingga setiap
siswa bisa menjadi fasilitator dalam belajar. Pengetahuan tidak hanya berasal dari satu titik (guru ) akan
tetapi setiap siswa bisa memberikan kontribusi yang positip terhadap peningkatan hasil belajar. Guru
hanya berfungsi sebagai stimulator yang bisa merangsang siswa menjadi aktif dan produktif dalam
lingkungan belajar.
Lingkungan sosial yang positif akan: memberikan suasana ketenangan, meningkatkan minat belajar,
menimbulkan kerja sama yang harmonis, terkesan manusiawi, meningkatkan kegairahan dan rasa hormat
pada sesama sehingga belajar terasa menyenangkan dan potensi diri bisa berkembang secara maksimal.
Seorang guru bisa memulainya dengan menggunakan beberapa media dan aktivitas seperti:
1. Menggunakan mainan, boneka, market kardus, barang obralan, objek temuan dan benda apa saja
yang dapat dibuat dan diperoleh yang bisa menjadikan pembelajaran menarik dan membuat
gagasan terasa nyata.
2. Ketika sedang mengajarkan suatu proses atau prosedur, gunakan hasta karya untuk
menampilkannya besar-besar pada dinding atau papan tulis magnetis. Selanjutnya mintalah siswa
untuk membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas belajar.
3. Sampaikanlah cerita yang banyak sentuhan manusiawi yang dapat menggambarkan bahan
pelajaran yang bisa meningkatkan karakter siswa.
4. Pakailah kostum atau jenis pakaian atau sarana yang tepat ketika kita mengemukakan poin yang
penting sehingga akan tetap diingat oleh siswa.seperti Kanan kencang, Kiri longgar akan
membantu siswa mengingat cara kerja suatu sistem seperti mur dan baut, bola lampu, dan obeng.
5. Bumbui materi dengan analogi dan kiasan dengan menggunakan fenomena yang sudah dikenal
dari alam dan kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan cara kerja cara kerja suatu sistem
6. Sampaikan presentasi dalam bentuk Talk Show yakni dengan mewawancarai seseorang atau
beberapa ahli sebagai bahan pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh
siswa sehingga siswa lebih berani dalam bertanya dan menggungkapkan gagasan.
7. Gunakanlah sebuah audio visual untuk membantu siswa dalam meningkatkan daya imajinasi dan
rasa ingin tahu terhadap hal baru.

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menggabungkan
gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan
unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual.
1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu
untuk mencapai tujuan belajar.
Penting sekali siswa diajak terlibat sepenuhnya dalam proses belajar karena belajar bukanlah aktivitas
yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran semua pihak. Selain itu belajar bukan
hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman baru.
Tidak hanya guru yang akan memberikan pengetahuan baru, akan tetapi semua siwa mempunyai
kontribusi yang positif dalam memberikan ide, gagasan dan informasi baru dalam proses belajar sehingga
siswa dituntut aktif dalam proses be.lajar.
Guru hanya berperan sebagai stimulator untuk merangsang siswa lebih aktif melalui aktifitas-aktifitas
yang terencana dan berbagai media yang bervariasi dan menarik sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Lingkungan sosial yang positif akan menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan
berbagai macam ide dari siswa mengalir bebas yang akan meningkatkan rasa percaya diri untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki siwa.
Saran
Guru sebagai pendidik dan pengajar disadari atau tidak mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Oleh karena itu, guru dituntut mampu
memilih pendekatan yang sesuai dengan potensi dan karakteristik siswa sehingga pembelajaran akan akan
berjalan efektif, tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah dan potensi serta prestasi siswa akan
berkembang secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ascraft, H. 2000. Inteligence Reframed: Multiple Intelligence for 21th Century. New York: Basic
Books
Cascey, Owen .2000. A Humanistic Approach to Teacher Preparation. Boston:Allyn and Bacon Inc
Dave, M . 2002. The Accelererated Learning: Handbook, Bandung. Kaifa
De Porter, Bobbi & Hernaki, Mike. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Kaifa

http://www.tribunnews.com/lifestyle/2013/11/04/anak-sulit-belajar-biarkan-dia-bergerak.
Anak Sulit Belajar? Biarkan Dia Bergerak
Senin, 4 November 2013 15:16 WIB
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika anda menghadapi anak yang sulit belajar, coba perhatikan
kebiasaanya.
Jika hal-hal yang bersifat dua dimensi, seperti televisi dan permainan (games) di komputer atau telepon
genggam, sudah pasti ini menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.
Gaya hidup anak ini menyebabkan mereka tidak terbiasa bermain di luar dan membuat kurang bergerak.
Kurangnya gerakan baik di lingkungan sekolah maupun rumah berkontribusi terhadap besarnya kesulitan
yang dihadapi oleh anak-anak.
"Hasil penelitian University of Michigan di tahun 2006 mengungkapkan bahwa dengan menggunakan
kedua tangan dan kaki secara bersamaan meningkatkan koneksi antara motor sensorik dan neokorteks
juga mata dan otot inti yang sangat penting untuk proses belajar," kata Hanny Muchtar Darta, seorang
Parenting Consultant dari Radani - EI Center di Jakarta belum lama ini.
Di samping itu, kesulitan belajar juga dipicu oleh stres, proses kelahiran dan kombinasi semua ini
meningkatkan jumlah mereka yang kehilangan ritme untuk belajar padahal belajar diperlukan selama
hidup.
"Para ahli memberikan label kepada anak-anak seperti ini dengan istilah ADD (Attention Deficit
Disorder) atau ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder)," katanya.
Hanny mengatakan, sampai sekarang di Indonesia belum ada laporan jumlah kasus ADD/ADHD, namun
sebagai perbandingan, Academic Pediatrics pernah mengulas tentang jumlah kasus ADHD pada anak-
anak di Amerika di tahun 2010 yaitu mencapai 10,4 juta. Jumlah ini meningkat 66 persen dari tahun 2000
.
"Kesulitan belajar juga disebabkan oleh disleksia. Namun dengan penanganan yang tepat, anak-anak yang
mengidap ADD, ADHD maupun disleksia dapat mengalami kemajuan dalam proses belajar," katanya.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-2/teori-hibridisasi
Teori Hibridisasi
Kata Kunci: Teori Hibridisasi
Ditulis oleh Budi Utami pada 30-12-2011
Teori domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul, tetapi teori ini tidak dapat
digunakan untuk mengetahui penyebab suatu molekul dapat berbentuk seperti itu. Sebagai contoh, teori
domain elektron meramalkan molekul metana (CH
4
) berbentuk tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang
ekuivalen dan fakta eksperimen juga sesuai dengan ramalan tersebut, akan tetapi mengapa molekul
CH
4
dapat berbentuk tetrahedron? Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi
elektron sebagai berikut.

Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan kovalen (ingat, hanya
elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk ikatan kovalen). Oleh karena ternyata C
membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p,
sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal sebagai berikut.

menjadi

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekuivalen dengan satu pada satu orbital 2s dan tiga
pada orbital 2p, sehingga tidak dapat menjelaskan penyebab C pada CH
4
dapat membentuk 4 ikatan
ekuivalen yang equivalen. Untuk menjelaskan hal ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon
membentuk ikatan kovalen dengan H membentuk CH
4
, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami
hibridisasi membentuk 4 orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan sp3 untuk menyatakan
asalnya, yaitu satu orbital s dan 3 orbital p. 6C: 1s2 2s1 2p3 mengalami hibridisasi menjadi 6C : 1s2
(2sp3)4 Hibridisasi tidak hanya menyangkut tingkat energi, tetapi juga bentuk orbital gambar. Sekarang,
C dengan 4 orbital hibrida sp3, dapat membentuk 4 ikatan kovalen yang equivalen.
Jadi, hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital
yang setingkat.

Bentuk molekul CH4
Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi) sama dengan jumlah orbital yang terlihat pada hibridasiitu.

Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change, Martin S. Silberberg, 2000


http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/02/mvmvq4-perpusnas-minat-baca-masyarakat-
indonesia-masih-rendah
Perpusnas: Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Sabtu, 02 November 2013, 22:20 WIB
Republika/Edi Yusuf
Anak-anak membaca alquran. (ilustrasI)
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perpustakaan Nasional menyatakan minat atau budaya membaca
buku di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil atau desa-desa hingga saat ini masih
rendah atau kurang menggembirakan.

"Belum menggembirakan ini salah satunya bukan karena tidak minat, melainkan ketersediaan buku yang
bisa merangsang mereka untuk membaca juga kurang," kata Kepala Pusdiklat Perpustakaan Nasional
(Perpusnas) Gardjito saat menjadi pembicara dalam talk show di festival budaya pustaka yang digelar di
Kebun Bibit Bratang Surabaya, Sabtu.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat Indonesia lebih kuat pada budaya lisan dari pada budaya membaca.
"Apalagi saat ini ada budaya mendengar," katanya.

UNESCO pada 2012 mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap
1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Sedangkan UNDP merilis angka melek
huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen, sementara Malaysia sudah mencapai 86,4 persen.

Menurut dia, harus ada upaya bersama yang harus dilakukan untuk meningkatkan minat baca, salah
satunya harus dimunculkan dari lingkungan keluarga.

Untuk itu, lanjut dia, Perpustakaan Nasional meminta dukungan agar rancangan UU sistem perbukuan
bisa segera disahkan agar keinginan untuk meningkatkan minat baca tercapai.

"Kita juga sudah berupaya untuk memberikan bantuan perpustakaan di desa-desa dan mobil keliling.
Maka kami minta semua ini didukung masyarakat," katanya.

Ia mencontohkan salah satu perpustakaan di Indonesia yang berhasil meningkatkan minat baca warganya
adalah Surabaya. Bahkan Perpustakaan Surabaya telah meraih juara I tingkat Nasional untuk kategori
perpus umum.

"Kota Surabaya layak mendapat apresiasi yang luar biasa atas prestasinya," katanya.

También podría gustarte