Está en la página 1de 18

UJI SKRINNING NARKOTIKA/PSIKOTROPIKA

PADA DARAH/URIN PECANDU NARKOBA


DENGAN TEKNIK I MMUNOASSAY







Oleh
Kelompok I (Ganjil) :

Ni Wayan Windy Ferina (P07134012001)
A.A.I.N Gayatri Agung (P07134012011)
Kadek Ayu Lestariani (P07134012021)
Ni Komang Mira Yanti (P07134012031)
Luh De Trisna Dewi (P07134012041)


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melalukan uji skrinning senyawa golongan narkotika
atau psikotropikapada darah atau urin pecandu narkoba dengan teknik
immunoassay.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menggunakan striptest untuk uji skrinning senyawa golongan
narkotika atau psikotropika pada darah atau urin pencandu narkoba
dengan teknik immunoassay.
b. Mampu menginterpretasikan hasil uji skrining dengan teknik
immunoassay.

1.2 Latar Belakang
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Narkotika dan psikotropika dewasa ini merupakan suatu ancaman bagi
generasi muda penerus bangsa. Pengguna narkotika dan psikotropika tidak
memandang kelas sosial, umur, keadaan ekonomi dan gender. Sesuatu yang
menjadi ancaman adalah penyebaran NAPZA ini sangat berkembang
dikalangan remaja yang sedang mengalami masa mencari jati diri dan
memiliki sifat yang labil. Pergaulan bebas, kurangnya kontrol dari orang tua,
dan kurang kuatnya ilmu agama adalah beberapa factor yang dapat
menyebabkan generasi muda bangsa mudah terjerumus ke dalam lubang hitam
narkoba. Bahkan , di media masa baik dalam media cetak maupun media
elektronik diberitakan bahwa tidak sedikit remaja selain menjadi pecandu
narkoba juga menjadi pengedar narkoba.
Hal ini menyebabkan dirasa perlu tindakan preventif atau pencegahan
agar tidak banyak terjadi penyalahgunaan narkotika. Pencegahan
penyalahgunaaan NARKOBA adalah seluruh usaha yang ditujukan untuk
mengurangi permintaan dan kebutuhan gelap NARKOBA. Selama permintaan
itu ada, persediaan akan selalu ada, dan apabila permintaan itu berhenti atau
berkurang, persediaan akan berkurang termasuk pasarnya.
Ada banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui
seseorang tersebut terjerat NAPZA atau tidak. Salah satunya adalah
dilakukannya uji screening dan apabila mendapatkan hasil yang positif perlu
dilakukan suatu pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat
narkotika atau psikotropika yang dikonsumsi oleh seseorang tersebut yang
disebut dengan pemeriksaan konfirmasi.
Pemeriksaan pendahuluan (Screening test) adalah pemeriksaan
laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya
golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan efek toksik atau efek
gangguan kesehatan. Salah satu metode analisis toksikologi yang digunakan
untuk mendeteksi adanya obat-obatan narkotika dan psikotropika, pada serum
, plasma, serta urine dengan menggunakan teknik immunoassay .








BAB II
DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Umum Narkotika dan Psikotropika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika
adalah Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya
dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan,
hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-
khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis
bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang
pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang
tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,
maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika.
Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut
psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang
termasuk psikotropika antara lain ; Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan
sebagainya.
2.2 Uji Skrining Terhadap Narkotika dan Psikotropika dengan Teknik
I mmunoassay.
Scrrening test adalah pemeriksaan laboratorium sebagai upaya penyaring untuk
mengetahui ada/tidaknya golongan narkotika dan psikotropika yang menimbulkan
efek toksik atau efek gangguan kesehatan (Gelgel Wirasuta. 2013)
Immunoassay adalah suatu uji untuk mengidentifikasi keberadaan suatu obat
maupun metabolitnya dalam sampel biologis. Tujuannya untuk memonitor
penyalahgunaan obat maupun terapu suatu obat pada pasien (Kenny. 2011).
Immunoassay lebih sering menggunakan sampel urin karena dibutuhkan sampel
bebas protein. Pada sampel lain yang masih mengandung protein pelrlu dilakukan
pemisahan terlebih dahulu karena protein dapat mengganggu pembacaan absorbansi.
Beberapa jenis immunoassay adalah sebagai berikut:
1. Enzyme-multiplied immunoassay technique (EMIT)
2. Radioimmunoassay (RIA)
3. Fluorescent polarization immunoassay (FPIA)
4. Kinetic interaction of microparticles in solution immunoassay (KIMS)
5. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
(Kenny. 2011)
Immunoassay mudah dilakukan, relatif murah untuk pengujian tiap sampel,
dan dapat mengidentifikasi suatu golongan obat. Namun perlu diperhatikan adanya
senyawa yang mirip dengan target dapat mengganggu pebgukuran atau hasil positif
yang salah (Kenny. 2011)
Salah satu analisis toksikologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya obat-
obatan narkotika dan psikotropika pada serum, plasma, serta urine dengan
menggunakan teknik immunoassay yaitu salah satunya enzyme multiplied
immunoassay technique (EMIT) yang disebut dengan rapid test. Pengujian dengan
menggunakan metode EMIT merupakan salah satu cara pengujian secara
immunoassay yang menggunakan suatu enzim yang sama untuk menguju beberapa
senyawa. EMIT sendiri merupakan teknik immunoassay untuk beberapa jenis obat
yang reseptornya berupa enzim. Pengujian dengan metode ini didasarkan dari adanya
kompetisi antara obat pada sampel dan obat yang telah dilabeli dengan enzim
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH) dengan sisi aktif dari suatu antibody
(immunoassay competitive). Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH)
diperoleh dari Leuconostoc mesenteroides yang digunakan dalam pengujian ini.
Pereaksi EMIT tersedia dalam bentuk kit siap pakai. Kit pereaksi tersebut
dilengkapi dengan larutan kalibrator, yaitu obat dalam serum dengan berbagai
konsentrasi , dan larutan control serta larutan dapar dalam bentuk serbuk kering
(Sukasediati dan Matta, 1987)
EMIT dapat digunakan untuk mengidentifikasi antara lain :
1. Pengujian untuk benzodiazepine dan metabolitnya pada urin manusia.
Pengujian ini menggunakan larutan oxazepam dengan konsentrasi 200 ng/ml
untuk mengidentifikasi hasil positif/negative.
2. Pengujian untuk amfetamin monoclonal/metamfetamin pada urin manusia.
Pengujian ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya d-amfetamin ,
metilen-dioksi-amfetamin (MDA) pada urine manusia. Pengujian inni
menggunakan larutan d-metamfetamin dengan konsentrasi 1000 ng/ml untuk
mengidentifikasi hasil positif /negative.
2.3 Pengumpulan Sampel, Pengiriman, dan Penyimpanan
Analisis toksikologi bukan hanya terbatas pada seberapa rumit peralatan dan
seberapa teliti analisis, hasil yang diperoleh tidak akan berarti jika pengumpulan,
pengiriman, dan penyimpanan tidak memenuhi standar analisis. Analisis harus
mengetahui stabilitas analit, matriks sampel serta kondisi lingkungan saat analisis
dilakukan. Sehingga pengumpulan, pengiriman, dan penyimpanan sampel sangat
penting dalam analisis (Flannagen. 2007).
Spesimen urin yang harus diuji harus dikumpulkan dalam wadah bersih, kering,
dan bisa dipecahkan tanpa kebocoran. Sampel urin harus ditangani dengan hati-hati,
karena ada risiko tertular infeksi dari urin. Sebuah wadah baru harus digunakan setiap
waktu untuk spesimen urin baru untuk menghindari kontaminasi spesimen. Untuk
sampel darah dan urine, jika pengujian harus dilakukan nanti, sampel urin dapat
disimpan pada suhu 2-8
0
C selama 48 jam atau di bawah -20
0
C untuk jangka waktu
lama. Jika ada partikel padat terlihat dalam sampel urin, maka harus disentrifugasi,
disaring, dan memungkinkan untuk menetap untuk mendapatkan spesimen yang jelas
untuk pengujian (Anonim, 2009).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pipet tetes
Botol vial
Aluminium foil
Kulkas / freezer
Pipet ukur
Gelas beaker
Gelas beaker
Tabung reaksi
Ballfiller
Tabung eppendorf
Oven (memert)
Striptes benzodiazepine
THC
Metamfetamin dan Opiat dari
BIO-RAD
Strip pH dari MACHEREY
Nagel
Pemanas dari Caorning PC-
420D.



3.1.2 Bahan
Metanol









3.2 Skema Kerja
3.2.1 Preparasi sampel
a. Preparasi Sampel Darah Segar













b. Preparasi Sampel Urin











Darah segar
ditambah EDTA
Kecepatan 1500 rpm
, selama 15 menit
disentrifugasi
Fase cair
(plasma)
Fase padat (sel
darah)
terbentuk 2 lapisan
Card strip test
disiapkan
Jika sampel urine
keruh
Disentrifugasi
Fase Bening Fase Keruh
Dipipet
c. Uji Skrining narkotika dan Psikotropika dengan Teknik
I mmunoassay



























Card strip dibawa
ke suhu ruang
Tes strip
dikeluarkan
dicelupkan
Plasma/urine, arah panah
menunjuk tegak lurus pada
sampel
Tinggi sampel yang tercelup
tidak melebihi batas tinggi
maks strip
Ditahan 30
detik
Muncul warna merah
keunguan pada strip
Strip diletkkan dipermukaan
datar, bersih , tidak menyerap
Hasil dibaca 10-30 menit
setelah penambahan sampel
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tanggal : 25 April 2014
Kelompok : I (ganjil)

4.1 Interpretasi Hasil
Hasil negatif (-) tampak 2 garis pada huruf C dan T
Hasil positif (+) tampak 1 garis pada huruf C
Hasil invalid tidak muncul garis pada huruf C.





Keterangan :
1. Interpretasi hasil uji skrining pada sampel analisis tidak mengandung
senyawa golongan narkotika atau psikotropika.
2. Interpretasi hasil uji skrining pada sampel analisis mengandung
senyawa golongan narkotika atau psikotropika.
3. Interpretasi hasil uji skrining tidak valid.
4.2 Data Hasil Pengamatan
Jenis sampel : urine
Nama / kode sampel : S.I ganjil
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun
Tanggal pemeriksaan : 25 April 2014
Pengamatan makroskopis
Warna : kuning
Bau : khas urine
3
.

2
.

1
.

4.3 Dokumentasi

Gambar Keterangan

Sampel urine yang diperiksa.

Identitas Sampel:
Nama/Kode : S.I ganjil
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun

Pengamatan Makroskopis:
Warna : kuning
Bau : khas urine

Strip test yang digunakan, yaitu:
One Step Style BZO
(Benzodiazepine), Shabu-shabu,
ganja, dan Morphine.



Hasil akhir pemeriksaan.
Muncul 1 garis merah pada
strip test shabu dan
morphine, yang
menandakan hasil positif.
Muncul 2 garis pada strip
test BZO (Benzodiazepine)
dan ganja, yang
menandakan hasil negatif.




BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Uji Skrining dengan Teknik Immunoassay
Uji skirining merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan apabila
seseorang diduga mengidap penyakit tertentu atau mengonsumsi zat tertentu,
dalam praktikum kali ini yaitu narkotika/psikotropika. Uji skrining dilakukan
hanya untuk deteksi awal yang kemudian akan dilakukan uji konfirmatif
sebagai lanjutannya.
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji skirining terhadap sampel darah
dengan tujuan mengetahui ada atau tidaknya zat narkotika/psikotropika dalam
sampel tersebut. Dalam deteksi penyalahgunaan narkotika/psikotropika, uji
skrining dilakukan untuk menentukan golongan analit (narkotika dan
psikotropika) yang digunakan. Hasil dari uji skrining dapat dijadikan dasar
dugaan atau hanya sebagai petunjuk dan bukan merupakan bukti yang kuat
bahwa seseorang telah mengkonsumsi narkotika dan psikotropika karena uji
skrining belum mampu mendeteksi jenis zat narkotika dan psikotropika spesifik
yang terkandung di dalam sampel. Teknik yang digunakan pada uji skirining
kali ini adalah immunoassay. Immunoassay adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasi keberadaan suatu obat maupun metabolitnya dalam sampel
biologis. Teknik ini didasari oleh reaksi antara antigen dan antibodi yang terjadi
dalam strip test pada uji skrining. Teknik immunoassay yang digunakan kali ini
adalah Enzyme Multiplied Immonuassay Technique (EMIT), dimana metode ini
merupakan cara pengujian yang menggunakan suatu enzim yang sama untuk
menguji beberapa senyawa. Pengujian dengan menggunakan metode ini
didasarkan dari adanya kompetisi obat pada sampel dan obat yang telah dilabeli
dengan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6P-DH) dengan sisi aktif
suatu antibodi.
Prinsip dalam uji skrining dengan teknik immunoassay ini adalah pada
saat spesimen mengandung narkotika atau psikotropika di zona S, spesimen
akan berikatan dan menjenuhi IgG anti - narkotika/psikotropika substrat,
sehingga waktu didifusikan ke zona T tidak terjadi ikatan dengan
narkotika/psikotropika-enzimnya (KNE) karena narkotika/psikotropika sudah
jenuh berikatan dengan IgG anti - narkotika/psikotropika substrat, sehingga
tidak terjadi reaksi enzim-substrat dan tidak muncul reaksi warna. Sebaliknya di
zona C terjadi reaksi warna sebab narkotika/psikotropika specimen tidak
spesifik untuk dapat berikatan dengan IgG goat. IgG-goat ini sudah disertakan
pada zona S sebagai control validitas. IgG-goat ini akan berdifusi bersama IgG
anti - narkotika/psikotropika substrat ke daerah C. IgG goat akan mengikat IgG
anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzim-
substrat yang berwarna di zona C. Sementara itu jika spesimen tidak
mengandung narkotika/psikotropika, maka spesimen hanya mendifusikan IgG
anti - narkotika/psikotropika substrat dan IgG goat substrat dari zona S ke zona
T dan C. Di zona T, IgG anti - narkotika/psikotropika substrat akan berikatan
dengan narkotika /psikotropika-enzimnya (KNE) sementara di zona C IgG goat
akan berikatan dengan IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE)
sehingga baik di zona T maupun C timbul garis warna.

5.2. Preparasi Sampel
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji skrining narkotika/psikotropika
pada sampel darah dan urine. Sampel darah dan urine harus dipreparasi terlebih
dahulu sebelum dianalisis untuk mendapatkan hasil yang maksimum.
Sampel urine yang digunakan kali ini adalah sampel urine sewaktu, yaitu
urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin
sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah
putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup
baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus, serta dapat digunakan
untuk uji skrining narkotika/psikotropika. Urine ini disentrifugasi sehingga
diperoleh fase bening (sampel) dan fase keruh (pengotor). Dipipet fase bening
dan digunakan sebagai bahan yang diperiksa.
Pada praktikum kali ini, sampel urine yang digunakan adalah sampel
urine dengan kode S.I ganjil. Hasil pengamatan makroskopisnya, urine
berwarna kuning dan berbau khas urine.

5.3. Hasil Praktikum
Kali ini, dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan 4 strip test berbeda
untuk 4 golongan narkotika/psikotropika, yaitu One Step Style BZO
(Benzodiazepine), Shabu-shabu, ganja, dan Morphine. Dan dari pemeriksaan
yang dilakukan, diperoleh hasil positif pada pemeriksaan Morphine dan shabu-
shabu, terlihat dari terbentuknya 1 garis yaitu hanya pada area T (tes) saja
karena, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kandungan narkotika dalam
spesimen sudah berikatan dan menjenuhi IgG anti narkotika/psikotropika
substrat sehingga hanya pada area S terbentuk garis warna. Sedangkan pada
strip tes ganja dan BZO menunjukan hasil negatif, terlihat dari terbentuknya
garis warna merah pada area S dan T.

5.4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada praktikum kali ini,
yaitu:
1. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) mengingat sampel yang digunakan
berupa cairan tubuh (urine) yang dianggap infeksius.
2. Kondisi strip test yang digunakan. Diperhatikan tanggal kadaluarsa dan juga
penyimpanannya, apakah sudah sesuai dengan yang dianjurkan atau tidak.
Sebab, penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan reagen yang
terkandung dalam strip test rusak/tidak berfungsi secara optimal. Strip test
harus disimpan pada suhu 2-25
o
C. Bungkusan (kantong foil) dari strip test
juga dipastikan tidak rusak sebelum digunakan, untuk menjamin kesterilan
dan khualitas dari strip test.
3. Kondisi sampel. Harus diperhatikan apakah sesuai dengan ciri-ciri sampel
yang layak digunakan sebagai sampel atau tidak. Dapat dilihat dengan
memperhatikan ciri makroskopisnya.
4. Strip test dan sampel dipastikan dalam kondisi suhu ruang, agar komponen
yang ada didalamnya dalam bekerja secara optimal.
5. Setelah sampel dicelupkan, hasil dibaca antara 10-30 menit. Dalam
pembacaan jangan sampai lebih ataupun kurang karena meninmbulkan hasil
negatif maupun positif palsu.









BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut.
1. Uji skrining narkotika/psikotropika kali ini dilakukan dengan
menggunakan teknik immunoassay, yaitu Enzyme Multiplied
Immonuassay Technique (EMIT).
2. Dari pemeriksaan sampel urine dengan kode S.I ganjil, diperoleh hasil
positif pada pemeriksaan shabu-shabu dan morphine, sedangkan hasil
negatif pada pemeriksaan BZO dan ganja.
3. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini,
yaitu:
- Penggunaan Alat Pelindung Diri.
- Kondisi strip test (tanggal kadaluarsa, penyimpanan, dan kondisi
kantong foil pembungkus), serta dikondisikan pada suhu ruang
sebelum digunakan.
- Kondisi sampel, disesuaikan dengan syarat sampel yang baik
(pengamatan makroskopis).
- Hasil dibaca antara 10-30 menit untuk menghindari hasil negatif
ataupun positif palsu.

6.2. Saran
Pada saat akan melakukan pemeriksaan, sebaiknya benar-benar
memperhatikan hal-hal perlu diperhatikan seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan, karena hal tersebut sangat penting bagi keamanan diri dan hasil
yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Farmakokinetik Obat. Diakses dari : http://ebie-bie-
bie.blogspot.com/2009/12/farmako-kinetik-obat.html. Diakses pada : Rabu,
23 April 2014.
Inar. 2013. Narkotika dan Psikotropika. Online.
http://anakessandikarsa011008.blogspot.com/2013/07/napza-narkotika-
psikotropika-dan-zat.html. Diakses pada : Rabu, 23 April 2014.

Kenny. 2011. Analisis Kualitatif Amfetamin dan Benzodiazepin Secara EMIT.
Online. http://www.scribd.com/doc/74127001/Bioanalisis-EMIT-Kualitatif-
Amfetamin-dan-Benzodiazepin. Diakses pada : Rabu, 23 April 2014.

Flanagan, R. J., A. Taylor, I.D. Watson, R. Whelpton. 2007. Fundamental of
Analytical Toxicology. West Sussex : John Willey and Sonds Ltd.

Wirasuta, Gelgel. 2013. Penuntun Praktikum Toksikologi. Denpasar : Universitas
Udayana











LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 25 April 2014
Praktikan



a.n. Kelompok 1

Mengetahui
Pembimbing I


(Dr. Rer.nat. I M.A. Gelgel W. M.Si.Apt.)
Pembimbing II


(Ni Md Widiastuti, S. Farm, Apt.)

Pembimbing III




(Pande M. Nova Armita S. S. Farm. M.Si. Apt)

Pembimbing IV




(G.A. Md. Ratih K R.D., S.Farm., Apt)

Pembimbing V


Dwi Ratna Sutriadi, A.Md.

También podría gustarte