DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
Dokter Pembimbing : dr. Dian Avianti, M.Kes dr. Asdiyati
Disusun oleh : Akhmad Afrianto H2A008004 Deni Andre Atmadinata H2A008 Dian Pratama Putra H2A008 Herizko Silvano H2A008 Leny Sukmawati H2A008028 Yosyana Eka Silvia Pratiwi H2A008046
KEPANITERAAN KLINIK STASE KOMPREHENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014
2
TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. W (50 tahun) Alamat : Jalan Tlogomulyo RT 03/RW IV Pedurungan Semarang Bentuk Keluarga : Extended family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket. 1 Tn. W Kepala Keluarga L 50 th SMP Buruh Pabrik - - 2 Ny. S Istri P 46 th SD Pedagang Pasien - 3 Sdr. N Anak P 23 th SMA Swasta - - 4 Sdr. S Anak P 15 th SMP Pelajar - - 5 Ny. P Mertua Pasien P 70 th SD - - -
Kesimpulan Tahap I : Di dalam keluarga Tn. W berbentuk extended family didapatkan pasien atas nama Ny. S umur 46 tahun, tamat SD, seorang pedagang dengan penyakit TB Paru.
3
TAHAP II. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 46 tahun Agama : Islam Alamat : Jalan Tlogomulyo RT Pedurungan Pekerjaan : Pedagang No. CM : 36.22.86 Tanggal Masuk : 28Maret 2014
B. ANAMNESIS (Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal tanggal 29Maret 2014, pukul : 09.30 WIB.) 1. Keluhan utama : nyeri ulu hati 2. Riwayat Penyakit Sekarang : 1 bulan SMRS pasien mengeluh batuk disertai dahak berwarna kehijauan (+), darah (-), pasien juga mengeluh sering merasa keringatan saat malam hari, sebelum batuk pasien sempat merasa demam, namun tidak terlalu tinggi. Pasien juga mengeluh pilek (+) dan pusing (+). Mual (-), muntah (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sempat berobat ke puskesmas dan diberi obat,keluhan sudah mulai berkurang. 3 hari SMRS pasien mengeluh nyeri ulu hati, nyeri dirasakan hilang timbul, pasien juga mengeluh mual (+) tapi tidak muntah, nafsu makan menurun drastis, berat badan juga dirasakan menurun akhir akhir ini namun pasien tidak pernah menimbang. Selain itu pasien juga mengeluh batuk (+) berdahak, pusing (+), badan terasa lemas (+). Demam (-), keringat dingin (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Saat masuk rumah sakit (IGD), pasien masih mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), pusing (+), badan terasa lemas (+), batuk (+) tapi berkurang, Dan oleh dokter IGD, disarankan untuk rawat inap dan meneruskan pengobatan TB Paru yang sudah dijalani.
4
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit seperti ini : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat diabetes mellitus : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat alergi obat : disangkal Riwayat pengobatan TB : disangkal
4. RiwayatPenyakitKeluarga : Riwayat sakit seperti ini : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat diabetes mellitus : disangkal Riwayat alergi obat : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan : Riwayat merokok : disangkal Riwayat sering konsumsi air es : disangkal Riwayat makan tidak teratur : disangkal
6. Riwayat SosialEkonomi : Pasien seorang pedagang, tinggal bersama suami, anak, dan ibu mertua. Suami bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan <Rp.1.000.000,./bulan. Kesan : status ekonomi kurang. Pengobatan menggunakan biaya sendiri.
C. PEMERIKSAAN FISIK (Pemeriksaanfisikdilakukanpadatanggal 29 Maret 2014,Pukul : 10.00 WIB.) Keadaanumum:Baik Kesadaran : Compos Mentis Vital sign
5
TD : 130/70 mmHg Nadi : 86x/menit (regular, isidantegangancukup) RR : 20 x/menit Suhu : 36,6 C Status Gizi BB : 43 kg TB : 160 cm BMI : 16,79 kg/m 2 (kesan : underweight)
Status Internus Kulit : warna sawo matang, petekie (-), turgor kulit cukup Kepala : kesan mesocephal, rambut hitam, rontok (-) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-) Telinga : serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-) Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-) Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)
Thorax : Paru D e x t r a S i n i s t r a D e p a n 1. I nspeksi Bentuk dada Hemitorak
2. Palpasi Stem fremitus Nyeritekan Pelebaran ICS
dalam batas normal Simetris
Dextra = sinistra (-) (-)
dalam batas normal Simetris
Dextra = sinistra (-) (-)
6
3. Perkusi
4. Auskultasi Suaradasar Suaratambahan
Sonor diseluruh lapang paru
Vesikuler, melemah di basal, Ronkhi basah halus (+)
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler, melemah dibasal, Ronkhi basah halus (+) B e l a k a n g 1. I nspeksi Bentuk dada Hemitorak
2. Palpasi Stem fremitus Nyeritekan Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi Suaradasar Suaratambahan
Dalam batas normal Simetris
Dextra = sinistra (-) (-)
Sonor di seluruhlapangparu
Vesikuler, melemah di basal, Ronkhi basah halus (+)
Dalambatas normal Simetris
Dextra = sinistra (-) (-)
Sonor di seluruhlapangparu
Vesikuler, melemah di basal, Ronkhi basah halus (+)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
J antung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis kuat angkat (+), thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-) Perkusi : batas atas : ICS II lin.parasternal sinistra pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
7
batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra konfigurasi jantung (dalam batas normal) Auskultasi : reguler Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-) Abdomen Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : timpani seluruh regio abdomen Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra Palpasi : nyeri tekan epigastrum (+), Hepar,lien dan ginjal tidak teraba Ektremitas S u p e r i o r I n f e r i o r A k r a l d i n g i n - / - - / - O e d e m - / - - / - S i a n o s i s - / - - / -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG P e m e r i k s a a n H a s i l N i l a i N o r m a l E r i t r o s i t 3 , 3 2 3 , 8 - 5 , 2 H e m o g l o b i n 9 , 3 0 1 1 , 7 - 1 5 , 5 H e m a t o k r i t 2 9 3 5 - 4 7 T r o m b o s i t 6 1 1 5 4 - 3 8 6
8
R D W 1 7 , 5 1 1 , 5 - 1 4 , 5 Eos i nof i l Abs ol ut e 0 , 0 0 0 , 0 4 5 - 0 , 4 4 Li mf os i t Abs ol ut e 0 , 7 0 0 , 9 - 5 , 2 N e u t r o f i l 8 5 , 3 0 5 0 - 7 0 L i m f o s i t 8 , 8 0 2 5 - 4 0 K a l i u m 3 , 2 3 , 5 - 5 , 0 C h l o r i d a 1 0 8 9 5 - 1 0 5 S G O T 1 1 5 0 - 3 5 S G P T 4 8 0 - 3 5 A l b u m i n 2 , 4 3 , 2 - 5 , 2 T o t a l B i l i r u b i n 9 , 5 6 0 , 1 - 1 , 0 T o t a l D i r e k 9 , 1 6 0 , 0 0 - 0 , 2 0
F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS 1. Diagnosis Holistik Ny.S umur 46 tahun, extended family, TB Paru, Status Gizi Kurang. Hubungan keluarga cukup harmonis dan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin baik. Status ekonomi kurang. 2. Diagnosis Biologis TB Paru, Gastritis dan Underweight 3. Diagnosis Psikologis Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung. 4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status ekonomi kurang.
G. PENATALAKSANAAN 1. TB Paru Non medika mentosa Istirahat Diet tinggi kalori dan tinggi protein Medika mentosa Tahap Intensif (2RHZE setiap hari) o Isoniazid 3 x 75 mg/hari o Rifampicin 3 x 150 mg/hari o Pyrazinamid 3 x 400 mg/hari o Etambutol 3 x 275 mg/hari Tahap Lanjutan (4R3H3 3x/minggu)
10
o Isoniazid 3 x 75 mg/hari diminum 3x/minggu o Rifampicin 3 x 150mg/hari diminum 3x/minggu
2. Underweight Banyak makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat, lemak, protein dan vitamin.
TAHAP III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. FUNGSI HOLISTIK a. Fungsi Biologis Keluarga terdiri atas suami (Tn.W 50 tahun), pasien sendiri selaku istri (Ny. S 46 tahun), dan dua orang anaknya (Sdr.N 23 tahun dan Sdr. S 15 tahun). Keluarga tinggal bersama dalam satu rumah. b. Fungsi Psikologis Pasien tidak mengalami beban pikiran yang berlebihan atas penyakit yang dideritanya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain terjalin akrab dan saling mendukung satu sama lain c. Fungsi Sosial Pasien merupakan anggota masyarakat biasa dan hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik, cukup aktif di kegiatan kemasyarakatan seperti PKK, RT dan RW. d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Pasien merupakan pedagang, sedangkan suami pasien bekerja sebagi buruh pabrik. Pasien tinggal serumah dengan suami dan kedua. Penghasilan keluarga (suami istri) kurang lebih Rp 2.000.000,00 perbulan. Biaya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan menggunakan BPJS. Kesan : ekonomi kurang. e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, saling menghormati pendapat anggota keluarga yang lain dan permasalahan diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan bersama-sama.
11
2. FUNGSI FISIOLOGIS Dilakukan APGAR keluarga yang dilakukan penilaian terhadap 5 fungsi pokok keluarga yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi keluarga tersebut dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai, meliputi Adaption, Partnership, Growth, Affection, Resolve. Tabel 4. APGAR score keluarga Ny. TS Kode APGAR Tn.W Ny.S an An A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah. 2 2 2 2 P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya. 2 2 2 2 G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru. 2 1 1 2 A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll. 2 2 2 1 R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama. 1 2 1 1 Total (kontribusi) 9 9 8 8 Score APGAR : hampir tidak pernah (0), kadang-kadang (1), hampir selalu (2). Rata-rata APGAR score keluarga Ny.TS = 9 + 9 + 8 +8 = 8,5 4 Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny.TS = baik
3. FUNGSI PATOLOGIS Tabel 5. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Ny. S Sumber Patologi Ket. Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
12
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. - Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik. - Economic Penghasilan keluarga kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari + Education Tingkat pendidikan keluarga kurang, merupakan tamatan SMP dan SD. Pengetahuan dalam hal pengetahuan tentang penyakitnya kurang. + Medical Kesadaran pasien untuk menggunakan masker saat beraktivitas di dalam dan luar rumah masih kurang. + Kesimpulan : keluarga Ny. S memiliki fungsi patologis.
4. GENOGRAM
Diagram 1. Genogram keluarga Ny. TS
Keterangan : : laki laki : perempuan
: laki-laki, perempuan meninggal : pasien
13
: tinggal serumah
Kesimpulan Genogram : Berdasarkan genogram di atas, tidak ada penyakit yang diturunkan dari keluarga.
5. POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 2. Pola interaksi keluarga Ny. S Kesimpulan : Pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga berjalan baik dan harmonis.
6. FAKTOR PERILAKU a. Pengetahuan Pendidikan keluarga penderita tergolong rendah, rata-rata anggota keluarga hanya berpendidikan jenjang Sekolah Menengah. Keluarga kurang menyadari arti penting kesehatan dan pengetahuan tentang penyakit TB paru. b. Sikap Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya kurang positif karena walaupun pasien memahami tentang penyakitnya, pasien tidak menggunakan masker dalam aktifitas keseharianya, tidak memisahkan alat makan dengan anggota keluarga lain, tidak selalu menutup mulut jika batuk, dan meludah disembarang tempat. Oleh karena itu kemungkinan untuk menular ke anggota keluarga maupun teman tempat bekerja cukup tinggi. Keterangan : : Hubungan baik : Hubungan tidak baik Ny.S Ny.P Sdri. S Sdri. N Tn>W
14
c. Tindakan Penderita dan keluarga kurang menyadari pentingnya arti hidup sehat karena setiap ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung diperiksakan ke dokter umum/ puskesmas/ klinik/ Rumah Sakit. Namun penderita belum terbiasa menggunakan masker dalam beraktifitas sehari-hari.
7. FAKTOR NON PERILAKU a. Lingkungan Rumah yang ditempati oleh keluarga Ny.S sudah cukup rapi. Keadaan di dalam dan di luar rumah cukup bersih, sampah dibuang pada tempat sampah, sumber air terjaga kebersihannya, sanitasi baik. Kondisi rumah juga tertata rapi dan di halaman terdapat beberapa pot. Namun pencahayaan dan ventilasi didalam rumah dirasa kurang karena walaupun rumah tersebut memiliki banyak jendela, jendela tersebut jarang dibuka anggota keluarga sibuk beraktivitas diluar rumah.. b. Keturunan Tidak terdapat penyakit yang diturunkan dari keluarga. c. Pelayanan Kesehatan Unit pelayanan kesehatan yang tersedia di lingkungan sekitar antara lain Puskesmas, RS Elizabeth, RS Roemani, RS William Booth, RS Kariadi, dan Klinik Praktek Dokter Swasta. Apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung berobat ke klinik/puskesmas atau dokter yang praktek di sekitar tempat tinggal penderita.
8. LINGKUNGAN INDOOR Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 7m 2 , rumah menghadap ke utara. Rumah memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, tiga kamar tidur, satu kamar mandi, satu wc, dan ruang makan yang menjadi satu dengan dapur. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan rumah dan samping rumah. Dinding terbuat dari tembok yang sudah di cat, lantai rumah berupa keramik. Ventilasi dan pencahayaan rumah kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan ditutupi langit-langit. Masing-masig kamar tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang
15
dan kasur. Perabotan rumah tangga sederhana. Sumber air untuk kebutuhan sehari- harinya keluarga ini menggunakan air PDAM dan air sumur. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.
9. LINGKUNGAN OUTDOOR Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi masyarakat akrab dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling berdempetan. Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang terdapat di depan rumah. Sampah dibuang di tempat pembuangan khusus. Rumah langsung berhadapan dengan jalan, dengan kondisi jalan sudah beraspal.
RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik 2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik 3. Fungsi Patologis (SCREEM) : ada 4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada penyakit yang diturunkan 5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik 6. Fungsi Perilaku Keluarga : kurang baik 7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : kurang baik 8. Fungsi Lingkungan Indoor : kurang baik 9. Fungsi Lingkungan Outdoor : kurang baik
16
DAFTAR MASALAH 1. Masalah Medis Tuberkulosis paru 2. Masalah Nonmedis a. Kurangnya kesadaran penderita untuk menggunakan masker saat beraktivitas, perilaku menutup mulut saat batuk, perilaku memisahkan alat makan dari anggota lain, perilaku meludah disembarang tempat b. Kondisi rumah yang kurang sehat karena pencahayaan yang kurang dan jendela rumah yang jarang dibuka. c. Jarak antara rumah yang satu dan yang lainnya berhimpitan. PRIORITAS MASALAH Tabel 6. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah No. Daftar Masalah I T R Jumlah IxTxR P S SB Mn Mo Ma 1. Kurangnya kesadaran penderita untuk menggunakan masker saat beraktivitas, perilaku menutup mulut saat batuk, perilaku memisahkan alat makan dari anggota lain, perilaku meludah disembarang tempat 5 5 5 5 4 4 4 40.000 (I) 2. Kondisi rumah yang kurang sehat karena pencahayaan yang kurang dan jendela rumah yang jarang dibuka. 5 5 4 4 4 4 4 25.600 (II) 3. Jarak antara rumah yang satu dan yang lainnya berhimpitan 5 5 4 3 4 3 4 14.400 (III) Keterangan : I : Importancy (pentingnya masalah) P : Prevalence (besarnya masalah) S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
17
T : Technology (tehnologi yang tersedia) R : Resources (sumber daya yang tersedia) Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah) Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain: 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting
DIAGRAM PERMASALAH PASIEN
Diagram 3. Diagram permasalahan pasien
Ny. S 46 tahun dengan Tuberkulosis Paru Jarak antara rumah yang satu dan yang lainnya berhimpitan Kondisi rumah yang kurang sehat karena pencahayaan yang kurang dan jendela rumah yang jarang dibuka.. Kurangnya kesadaran penderita untuk menggunakan masker saat beraktivitas, perilaku menutup mulut saat batuk, perilaku memisahkan alat makan dari anggota lain, perilaku meludah disembarang tempat
18
TAHAP IV. HUBUNGAN LINGKUNGAN KURANG SEHAT, SIKAP DAN TINDAKAN YANG KURANG DENGAN TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru masih menjadi masalah di semua negara, salah satunya Indonesia. Bahkan WHO mencanangkan program pembrantasan TB paru. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa tipe Humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). Salah satu faktor yang turut mempengaruhi penularan TB paru adalah lingkungan terutama kondisi rumah. Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan sandang dan papan. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya dan berfungsi sebagai tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim serta makhluk hidup lainnya. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, terutama TBC yang erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan. Faktor-faktor pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit antara lain ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian ruang, kelembaban dan suhu ruangan. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ventilasi merupakan sarana untuk pertukaran udara bersih dari luar dengan udara kotor di dalam ruangan, sehingga udara ruangan tetap segar dan sehat. Cahaya matahari elain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri Kepadatan hunian ruangan tidur Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Ruang tidur yang padat atau dihuni lebih dari satu orang mennyebabkan kebutuhan oksigen pada seseorang akan berkurang, sehingga ruangan akan berasa pengap dan tidak segar, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan. Kebutuhan minimal penghuni kamar tidur untuk satu orang dewasa adalah sebesar 9m3 dan untuk anak-anak sebesar 4,5m3. Kelembaban ruangan rumah dan ruang tidur dipertahankan 40% karena kuman dapat bertahan hidup lebih lama di tempat lembab. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan TB paru pada Ny. S adalah kondisi lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat, letak rumah yang padat dan saling berhimpitan, selain itu keadaan rumah yang kurang sehat karena kurangnya pencahayaan dan jendela-jendela rumah yang jarang dibuka serta kesadaran keluarga penderita untuk menggunakan masker saat beraktivitas masih kurang.
19
Tingkat pengetahuan juga dapat mempengaruhi penyakit TB. Menurut penelitian yang dilakukan di Surabaya oleh Runggu tahun 2003 , didapatkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kejadian Tb paru. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat pemahaman seseorang terhadap penyakit Tb paru. Keluarga Ny. S harus mendapatkan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, menyarankan untuk mengurangi aktifitas fisik berlebihan dan istirahat cukup, minum obat teratur, menyarankan untuk menggunakan masker, tidak meludah sembarangan dan menyarankan untuk selalu membuka jendela pada pagi sampai sore hari agar sirkulasi udara bagus, dan cahaya dapat masuk ke ruangan.
TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Diagnosis Holistik : 1. Diagnosis Biologis Tb Paru 2. Diagnosis Psikologis Penderita tidak memiliki beban pikiran maupun mental akan penyakitnya. Hubungan antar anggota keluarga harmonis dan saling mendukung. 3. Diagnosis Sosial Pasien merupakan anggota masyarakat biasa dan hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik, cukup aktif di kegiatan PKK, RT dan RW, merupakan aktivis gereja, status ekonomi cukup.
B. SARAN Saran Komprehensif Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah sebagai berikut: 1. Promotif Memberikan edukasi kepada pasien tentang pengertian penyakit Tb paru, penyebab, gejala klinis, penularan, pencegahan dan terapi. 2. Preventif
20
a) Menyarankan untuk tidak saling memakai alat makan bersama. Penggunaan alat makan antara penderita dan keluarga harus disendirikan. b) Menyarankan untuk menggunakan masker baik ketika batuk maupun ketika menjaga toko didepan rumah, tidak membuang dahaknya sembarangan. c) Menyarankan untuk selalu membuka jendela pada pagi sampai sore hari agar sirkulasi udara bagus, dan cahaya dapat masuk ke ruangan. 3. Kuratif Non medika mentosa Istirahat Diet tinggi kalori dan tinggi protein Medika mentosa Tahap Intensif (2RHZE setiap hari) o Isoniazid 3 x 75 mg/hari o Rifampicin 3 x 150 mg/hari o Pyrazinamid 3 x 400 mg/hari o Etambutol 3 x 275 mg/hari Tahap Lanjutan (4R3H3 3x/minggu) o Isoniazid 3 x 75 mg/hari diminum 3x/minggu o Rifampicin 3 x 150mg/hari diminum 3x/minggu 4. Rehabilitatif Berolahraga secara teratur setiap harinya, misalnya dengan jalan sehat.
DAFTAR PUSTAKA Rani, Aziz., S. Soegondo., dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Jakarta: PB PAPDI. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.