Está en la página 1de 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan
adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi
kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau
total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit
yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (gibbsons, 1960) di kutip dari Townsend, M.C 1995).
Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki implikasi pada
psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin berimplikasi pada
etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi dan mania.
Norepinefrin dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan
derajat mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati,
2005).
Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania oleh karena
mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi, sehingga berdasarkan
uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan dengan gangguan alam perasaan (mania) untuk menunjang pembelajaran pada
sistem neurobehavior II yang akan berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam
perasaan (mania)?

2

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam
perasaan (mania).
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan alam perasaan (mania).
E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat sekunder.
Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur
penunjang masalah yang dibahas.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Konsep Dasar Penyakit
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran



3

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan
yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri dapat ditunjukkan
dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan penyimpangan seksual
(Riyadi, 2009: 140).
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009: 130).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan
yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik meningkat,
sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa,
DEPKES, biru blogspot).
Jadi, mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan
berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan sosial individu.

2. Etiologi/Penyebab
Mania dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetik
4

Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui
garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar
monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada
diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara
perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri
dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang
sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami
mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh
penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif
dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan
ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya
mengembangkan respons yang adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama
berinteraksi dengan lingkungan.
8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu
defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.



5

b. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor biologis,
psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolism. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,
termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor osial budaya
meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan pekerjaan.

Menurut Riyadi, terdapat stressor pencetus gangguan alam perasaan yang meliputi:
1) Kehilangan keterkaitan individu mempunyai hubungan yang sangat actual atau penting
dengan seeorang atau obyek kehilangan sehingga menimbulkan stress. Misalkan
kehilangan orang yang dicintai, fungsi fisik, harga diri dan peran.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, pengalaman terdahulu tentang hal-hal menyakikan atau
menyenangkan yang tidak terlupakan mempengaruhi masalah individu saat ini dan
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
3) Ketegangan Peran, yang meliputi konflik peran, peran yang tidak jelas, atau peran yang
berlebihan dapat menimbulkan gangguan alam perasaan depresi atau mania
4) Perubahan fisiologis akibat penyakit dan obat-obatan penyakit fisik seperti infeksi,
neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolic dan berbagai macam obatantihipertensi
serta penyalahgunaan obat dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

3. Proses Terjadinya Mania
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan
disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadangkadang
sebagai pikiran yang meloncat-loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan
tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan
mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak
pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun
mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian
6

dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar
dalam cetusan-cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman
atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul,
ia bertindak seolah-olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa
bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memilikikepercayaan diri yang penuh dan
membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien
berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena
kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang
mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang
mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Responsif Reaksi kehilangan
yang wajar
Supresi Reaksi kehilangan
yang memanjang
Mania depresi

Keterangan :
1) Responsif adalah respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaaanya.
Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
2) Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normall dialami individu
yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan
dan mengalami proses kehilangan, misalnya sedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti
melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama.
7

3) Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
4) Reaksi kehilangan yang memanjang
Bila anada merasa sangat marah atau kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya
reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang,
tetapi tidak tampak emosi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang
memanjang dapat terjadi beberapa tahun.
5) Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

4. Pohon masalah






CORE PROBLEM










Masalah Keperawatannya:
a. Gangguan alam perasaan: mania
b. Koping maladaptif.
Gangguan alam perasaan: mania
Koping individu tidak
efektif

Defisit
perawatan
diri
Gangguan sensori
persepsi : halusinasi
Risiko
ketidaksei
mbangan
nutrisi
Gangguan
pola tidur
/ istirahat
Hambatan
komunika
si verbal
Resiko PK :
mencederai diri,
orang lain,
lingkungan
Penatalaksanaan
regimen terapeutik tidak
efektif
8

c. Gangguan sensori persepsi: Waham
d. Risiko PK
e. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
g. Gangguan komunikasi: verbal.
h. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
i. Defisit perawatan diri.
j. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

5. Manifestasi (Perilaku dan Mekanisme Koping)

a. Perilaku
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan
dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

Tabel 1. Perilaku yang berhubungan dengan mania
Komponen Perilaku
Afektif Gembira yang berlebihan
Harga diri meningkat
Tidak tahan kritik
Kognitif Ambisi
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Waham kebesaran
Ilusi
Flight of ideas
Gangguan penilaian
Fisik Dehidrasi
Nutrisi yang tidak adekuat
Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat
9

Berat badan menurun
Tingkah Laku Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Kurang bertanggung jawab
Royal
Irritable atau suka berdebat
Perawatan diri kurang
Tingkah lahu seksual yang berlebihan
Bicara bertele-tele

b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang
adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.
Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang
diakibatkan dari kurang efektif koping dalam menghadapi kehilangan.












10

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi :
1) Identitas klien dan penanggung.
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,
masalah psikososial dan lingkungan.
a) Aktivitas/Istirahat
Pola tidur terganggu atau periode tanpa tidur / penurunan kebutuhan tidur ( misalnya
merasa telah reistirahat dengan baik hanya dengan tidur selama 3 jam ). Secara fisik
hiperaktif, akhirnya kelelahan.
b) Integritas Ego
Persepsi diri yang mengagungkan atauy merendahkan kepercayaan diri yang tidak
realistis.
Waham dapat diekspresikan dengan rentang dari perencanaan yang tidak realistis
dan memberi nasehat tanpa diminta secara terus menerus ( meskipun tidak ada
keahlian ) sampai delusi waham kebesaran tentang hubungan dengan orang penting
termasuk Tuhan atau perasaan obsesif orang lain adalah kumpulan musuh karena
kekhususan.
Sikap humoris dapat menjadi kaustik atau bermusuhan.
c) Makan Minum
Penurunan berat badan sering ditemukan .
d) Hygiene
Tidak perhatian terhadap aktifitas hidup sehari hari secara umum .
Kerapihan dan pilihan berpakaian dapat menjadi tidak sesuai, terlalu semarak dan
ganjil, penggunaan tata rias dan perhiasan yang berlebihan.
e) Neurosensoris
11

Alam perasaan yang timbul terlalu meluas, melayang atau peka.
Melaporkan aktifitas yang tidak terorganisasi atau semarak dan aneh, penyangkalan
terhadap kemungkinan hasil akhir, persepsi alam perasaan sama sama diinginkan
dan berpotensi membatasi.
Status mental : konsentrasi atau perhatian buruk ( berespon terhadap rangsangan
multiple yang tidak relevan dalam lingkungan ), menyebabkan perubahan topic yang
cepat dalam percakapan dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan aktivitas.
Alam perasaan : didominasi oleh euphoria, tetapi dengan mudah berubah menjadi
marah atau kecewa akibat provokasi ringan, perubahan alam perasaan, dapat
diselingi periode normal.
Delusi : paranoid dan waham, fenomena psikotik (ilusi atau halusinasi ).
Penilaian : buruk, umumnya peka rangsang.
Wicara : cepat dan ditekan, dengan perubahan tiba tiba dapat berkembang menjadi
tidak terorganisasi dan tidak kohern
Agitasi Psikomotor :
f) Keamanan
Dapat menunjukan derajat bahaya untuk diri atau orang lain, bertindak berdasarkan
kesalahan persepsi.
g) Seksualitas
Libido meningkat, perilaku mungkin tidak terhambat.
h) Interaksi Sosial
Dapat digambarkan atau diingat sebagai sangat ekstrovert / mudah bersosialisasi (
banyak teman )
Riwayat terlalu terlibat dengan orang lain dan dengan aktivitas, perencanaan yang
tidak realistis, ambisius, bertindak atas keputusan yang buruk berkaitan dengan
konsekuensi social ( tindakan yang tidak terkendali, mengemudi dengan sembrono,
perilaku seksual yang ganjil atau bermasalah )
Hambatan yang khas dalam aktivitas social, hubungan dengan orang lain (
kurangnya hubungan dekat ), fungsi disekolah atau pekerjaan, perubahan periodic
dalam pekerjaan / sering berpindah pekerjaan.

12

i) Pembelajaran/Pengajaran
Episode penuh pertama biasanya antara 15 dan 24 tahun, dengan gejala yang
berlangsung paling sedikit 1 minggu.
Dapat dirawat di Rumah Sakit selama episode perilaku mania sebelumnya.
Penyalahgunaan alcohol atau obat lain secara periodic.
6) Aspek medic

b. Pohon Masalah






Core Problem









c. Daftar Masalah keperawatan

1) Gangguan alam perasaan: mania.
2) Koping maladaptif.
3) Gangguan sensori persepsi: Waham
4) Risiko PK
5) Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
6) Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
Gangguan alam perasaan: mania
Koping individu tidak
efektif

Defisit
perawatan
diri
Gangguan sensori
persepsi : halusinasi
Risiko
ketidaksei
mbangan
nutrisi
Gangguan
pola tidur
/ istirahat
Hambatan
komunika
si verbal
Resiko PK :
mencederai diri,
orang lain,
lingkungan
Penatalaksanaan
regimen terapeutik tidak
efektif
13

7) Gangguan komunikasi: verbal.
8) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
9) Defisit perawatan diri.
10) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

2. Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan alam perasaan: mania
b. Koping tidak efektif
c. Gangguan sensori persepsi : waham
d. Risiko PK : mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
e. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
f. Hambatan komunikasi: verbal
g. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur
h. Defisit perawatan diri
i. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

14

3. Rencana Keperawatan
Tgl
Core
Problem
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kreteria evaluasi

Gangguan
alam
perasaan:
mania

TUM:
Mengajarkan klien
untuk memiliki
respon emosional
yang adaptif dan
meningkatkan
kepuasan diri yang
dapat diterima oleh
lingkungan.


TUK 1:
Klien dapat
membina hubungan
saling percaya

Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...)
hubungan saling percaya
dapat terbina
Ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk
a) Bina hubungan saling percaya:
salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan / janji dengan
jelas tentang topik, tempat, waktu.
b) Tanggapi pembicaraan klien
dengan sabar dan tidak
menyangkal.
c) Bicara dengan tegas, jelas, singkat
Hubungan saling percaya
merupakan langkah awal
untuk menentukan
keberhasilan rencana
selanjutnya
15

berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
dan bersahabat.

TUK 2:
Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...)
klien dapat mengungkapkan
permasalahannya, dengan
Kriteria Evaluasi:
Klien tampak lebih lega dan
lebih mau terbuka dalam
mengungkapkan masalah dan
isi pikiran.

a) Beri kesempatan klien unutk
mengungkapkan perasaannya.
b) Beri kesempatan klien
mengutarakan keinginan dan
pikirannya dengan teknik focusing.
c) Bicarakan hal-hal yang nyata
dengan klien.


Dengan memberi
kesempatan klien
mengungkapkan dapat
meningkatkan hubungan
saling percaya.










TUK 3:
Klien dapat
menggunakan
koping adaptif.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...)
mekanisme koping klien
adaptif, dengan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan
perasaan saat marah/jengkel,
menyimpulkan tanda-tanda
jengkel/kesal yang dialami.
a) Tanyakan kepada pasien cara yang
biasa dilakukan mengatasi perasaan
kesal, marah, dan tak
menyenangkan.
b) Bicarakan kerugian cara yang telah
digunakan.
c) Jelaskan tentang batas tingkah laku
yang wajar.
d) Bantu klien menemukan cara lain
Dengan mengkaji masalah
klien dapat membantu
mengatasi masalah klien.
Reinforcement bisa
meningkatkan
kepercayaan diri klien.
16

yang lebih posistif.
e) Beri dorongan kepada pasien untuk
memilih koping yang paling tepat
dan dapat diterima.
f) Beri dorongan kepada pasien untuk
mencoba koping yang telah dipilih
g) Anjurkan pasien untuk mencoba
alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.

TUK 4:
Klien terlindung dari
perilaku mencederai
diri, orang lain dan
lingkungan.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...)
klien terlindung dari perilaku
mencederai diri, dengan
Kriteria Evaluasi:
a. Sikap klien tampak
tenang tanpa perlawanan
dan dapat mengontrol
emosinya
a) Tempatkan klien di ruang yang
tenang, tidak banyak rangsangan,
tidak banyak peralatan.
b) Jauhkan dan simpan alat-alat yang
dapat digunakan oleh pasien untuk
mencederai dirinya,orang lain dan
lingkungan, ditempat yang aman
dan terkunci.
c) Temani klien jika nampak tanda-
tanda marah / agresif.
d) Lakukan pengekangan fisik jika
klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.
Meningkatkan
kenyamanan dan
ketenangan klien dan
mengurangi prilaku
mencederai diri
17


TUK 5:
Klien dapat
melakukan kegiatan
terarah.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...)
klien dapat melakukan
kegiatan terarah, dengan
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat melakukan
kegiatan yang
diinstruksikan dengan baik
a) Anjurkan klien untuk melakukan
kegiatan motorik yang terarah,
misal: menyapu, joging dll.
b) Beri kegiatan individual sederhana
yang dapat dilaksanakan dengan
baik oleh klien.
c) Berikan kegiatan yang tidak
memerlukan kompetisi.
d) Bantu klien dalam melaksanakan
kegiatan.
e) Beri reinforcement positif atas
keberhasilan pasien.


TUK 6:
Klien terpenuhi
kebutuhan nutrisinya

Setelah dilakukan asuhan
kepperawatan selama
(....X...) kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi, dengan
Kriteria evaluasi:
BB ideal dan nafsu makan
klien meningkat.
a) Diskusikan tentang manfaat makan
dan minum bagi kesehatan.
b) Ajak klien makan makanan yang
telah disediakan, temani selama
makan.
c) Ingatkan klien untuk minum jam
sekali sebanyak 100 cc.
d) Sediakan makanan TKTP, mudah
dicerna.
Mengkaji dan
mendiskusikan makanan
pada klien dapat
meningkatkan asupan
nutrisi klien.
18




TUK 7 :
Klien terpenuhi
kebutuhan tidur dan
istirahatnya
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
(....X...), klien terpenuhi
kebutuhan tidurnya, dengan
Kriteria evaluasi:
Konjungtiva tidak pucat,
klien tidak terbangun malam
hari, klien tidak
mengeluhkan susah tidur,
dan wajah tampak segar.
a) Diskusikan pentingnya istirahat
bagi kesehatan.
b) Anjurkan klien untuk tidur pada
jam-jam istirahat.
c) Sediakan lingkungan yang
mendukung: tenang, lampu redup
dll.

Meningkatkan rasa
tenang klien dan
memenuhi kebutuhan
isstirahat klien

TUK 8 :
Klien terpenuhi
kebersihan dirinya
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
(....X...), kebutuhan
kebersihan diri klien
terpenuhi
Kriteria evaluasi:
Klien tampak rapi dan
bersih, klien dapat
berpakaian mandiri, dan
dapat toileting sendiri.
a) Diskusikan manfaat kebersihan diri
bagi kesehatan.
b) Bimbing dalam kebersihan diri
(mandi, keramas, gosok gigi).
c) Bimbing pasien berhias.
d) Beri pujian bila klien berhias
secara wajar.
Meningkatkan rasa
kebersihan diri klien

TUK 9 :
Klien dapat
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
a) Diskusikan tentang obat (nama,
dosis, frekuensi, efek dan efek
Meningkatkan
kemampuan klien dalam
19

menggunakan obat
dengan benar dan
tepat
(....X...), klien dapat minum
obat dengan benar, dengan
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menyebutkan
manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat,
efek samping dan efek
terapi. Klien dapat
mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan
benar. Klien dapat
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter.
samping minum obat).
b) Bantu menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).
c) Anjurkan membicarakan efek dan
efek samping yang dirasakan.
d) Beri reinforcement positif bila
menggunakan obat dengan benar.
menggunakan obat dengan
benar dan tepat.

TUK 10 :
Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama (....X...),
klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada,
dengan Kriteria evaluasi:
Klien dapat beraktifitas
dengan lancar oleh bantuan
keluarga.
a) Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.
Perhatian keluarga dan
pengertian keluarga akan
dapat membantu
meningkatkan harga diri
klien
20

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi
a. Terbinanya hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
c. Klien dapat mempertahankan mekanisme koping adaptif
d. Tidak terjadi perilaku mencederai diri
e. Klien dapat melakukan aktivitas atau kegiatan secara terarah
f. Nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
g. Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
h. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
i. Klien dapat minum obat dengan benar
j. Pemanfaatan sistem pendukung yang ada












21

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan
disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang -
kadang sebagai pikiran yang meloncat-loncat. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai factor,
diantaranya factor genetik, psikologis, biologis, dan perilaku serta dapat juga dipengaruhi oleh
factor kepribadian. Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak
berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya
dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak
pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun
mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian
dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar
dalam cetusan-cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan terjun langsung dalam pemberian
asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan hendaknya senantiasa memahami
konsep penyakit khususnya penyakit sistem neurobehavior. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam
mencapai nilai terapeutik yang maksimal dalam pencapaian kesembuhan klien.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa terhadap
berbagai macam gangguan jiwa yang mungkin terjadi atau dialami oleh seseorang, sehingga
mahasiswa mampu menerapkan intervensi keperawatan jiwa yang baik dan benar terhadap
pasien tersebut.





22

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marlynn E et al. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi . Jakarta:
EGC
Maramis, W. F. 1996. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press.
NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

También podría gustarte