Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Setelah titik separuh jalan, pH naik lagi dengan lambat sampai terjadiperubahan
besar pada titik kesetaraan.
II.6. Fisis dan Chemist Reagen
1. Hidrogen asetat (HAc) atau Asam cuka(CH
3
COOH)
a. Fisis
BM : 60.05 g/mol
Densitas dan fase : 1.049 g cm3, cairan : 1.266 g cm3, padatan
TL = 16.5 C
TD = 118.1 C
Penampilan = cairan tak berwarna atau Kristal
Keasaman pKa = 4.76 pada 25C
b. Chemist
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti
besi,magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam
asetat (disebut logam asetat). Aluminium merupakan logam yang tahan
terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang
melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut
dengan tangki-tangki aluminium.
2. HCl
a. Fisis
BM = 36,47 gr/mol
BJ = 1,268 gr/cc
TD = 850C
7
TL = -1100C
Kelarutan dalam 100 bagian air 00C = 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 1000C = 56,3
b. Chemist :
Bereaksi dengan Hg
2+
membentuk endapan putih Hg
2
Cl
2
yang
tidaklarut dalam air panas dan asam encer tapi larut dalam amoniak
encer,larutan KCN serta thoisulfat.
2 HCl + Hg
2+
2H
+
+ Hg
2
Cl
2
Hg
2
Cl
2
+ 2NH
3
Hg(NH
4
)Cl + Hg + NH
4
Cl
Bereaksi dengan Pb
2+
membentuk endapan putih PbCl
2
,2HCl + Pb
2+
PbCl
2
+ 2H
+
Mudah menguap apalagi bila dipanaskan
Konsentrasi tidak mudah berubah karena udara/cahaya
Merupakan asam kuat karena derajat disiosiasinya tinggi
3. NaOH
a. Fisis
BM = 40 gr/mol
BJ= 2,13 gr/cc
TD= 13900C
TL= 318,40C
Kelarutan dalam 100 bagian air 00C = 82,3
Kelarutan dalam 100 bagian air 1000C = 56,3
b. Chemist
Dengan Pb(NO
3
) membentuk endapan Pb(OH)
2
yang larut dalam
reagen exess
Pb(NO)
3
+ NaOH Pb(OH)
2
+ NaNO
3
Pb(OH)
2
+ 2 NaOH Na
2
PbO
2
+ 2 H
2
O
Dengan Hg
2
(NO
3
)
2
membentuk endapan hitam Hg
2
O yang larut dalam
reagen exess
Merupakan basa yang cukup kuat
Mudah larut dalam air dan higroskopis
Mudah menyerap CO
2
sehingga membentuk karbonat
8
4. Na
2
B
4
O
7
.10H
2
O ( Boraks )
a. Fisis
BM= 381,43 gr/mol
BJ= 1,73 gr/ml
TD= 2000C
TL= 750C
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin ( 0,50C ) = 1,3
b. Chemist :
Jika ditambah H
2
SO
4
menjadi asam boraks
Na
2
B
4
O
7
+ H
2
SO
4
+ 5 H
2
O4H
3
BO
3
+ Na
2
NO
3
Jika ditambah AgNO
3
menjadi endapan putih perak mutu boraks
Na
2
B
4
O
7
+ AgNO
3
+ 3H
2
OAgBO
2
+ H
3
BO
3
+NaNO
3
Jika ditambahkan BaCl
2
menjadi endapan putih Ba mutu boraks
5. H
2
SO
4
a. Fisis
BM= 98,08 gr/mol
BJ= 1,83 gr/cc
TD= 3400C
TL= 10,440C
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80
Air Panas = 59
b. Chemist
Merupakan asam kuat
Jika ditambah basa membentuk garam dan air
Dengan Pb
2+
membentuk PbSO
4
Pb
2+
+ SO
4
2-
PbSO
4
Dengan Ba
2+
membentuk BaSO
4
Ba
2+
+ SO
4
2-
BaSO
4
6. Phenolphtalein ( C
20
H
16
O
4
)
a. Fisis
BM= 318,31 gr/mol
BJ= 1,299 gr/cc
9
TD= 2610C
pH 8,0 9,6
Kelarutan dalam 100 bagian air = 8,22
b. Chemist :
Merupakan asam diprotik dan tidak berwarna
Mula-mula berdisiosiasi menjadi bentuk tidak berwarna kemudian
kehilangan H
+
menjadi ion dengan sistem terkonjugasi maka
dihasilkan warna merah.
Satuan Konsentrasi
1. Molaritas (M)
Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter satuan
2. Molalitas (m)
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1kg pelarut.
Molalitas tidak tergantung pada temperature, dan digunakan dalam bidang
kimia fisika,teristimewa dalam sifat koligatif.
()
3. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter satuan.
Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu,
karena larutan ini dipakai dalam penyetara zat dalam reaksi.
()
()
4. Fraksi Mol (X)
Bilangan yang menyatakan rasio jumlah mol zat terlarut dan pelarut dalam
sebuah larutan. Secara umum jika terdapat larutan AB dimana A mol zat
terlarut dan B mol zat elarut. Maka fraksi mol A (X
a
) adalah
Fraksi mol zat B (X
b
) adalah
10
Untuk jumlah kedua fraksi
X
a
+ X
b
= 1
11
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1. Bahan
1. Boraks
2. NaOH
3. Asam Asetat / Asam Cuka
4. Larutan Jeruk / Juice Jeruk
5. HCl
6. Phenolptalein
III.1.2. Alat
1. Buret,Statif,Klem
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Pipet Volum
5. Pipet Ukur
6. Pengaduk
7. Beaker Glass
8. Pipet Tetes
9. Labu Takar
10. Gelas Ukur
12
III.2. Gambar Alat
Gambar 3.1 Statif,
Klem,Buretdan
Erlenmeyer
Gambar 3.2 Corong
Gambar 3.3 Pipet Volume
Gambar 3.4 Pengaduk
Gambar 3.5 Pipet Ukur
Gambar 3.6 Beaker Glass
Gambar 3.7 Gelas Ukur
Gambar 3.8 Pipet Tetes
Gambar 3.9 Labu Takar
III.3. Keterangan Alat
1. Statif; Klem; Buret; Erlenmeyer :Tempat klem dan buret; Penjepit buret; Untuk
tempat titrasi; Tempat melakukan titrasi
2. Corong :Sebagai perantara dalam menuangkan larutan
melewati celah yang sempit
3. Pipet volume :Untuk mengambil larutan sesuai ukuran pipet
4. Pengaduk :Untuk mengaduk
5. Pipet ukur :Untuk mengambil larutan dengan ukuran
13
volume tertentu
6. Beaker glass :Tempat larutan
7. Gelas ukur :Untuk mengukur larutan
8. Pipet tetes :Untuk meneteskan larutan
9. Labu takar :Tempat pengenceran larutan
III.4. Cara Kerja
A. Standarisasi HCl dengan Borak 0,1 N
1. Ambil 10 ml borak 0,1 N, masukan ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna berubah menjadi merah orange.
4. Catat kebutuhan titran
( )
B. Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi
1. Ambil 10 ml NaOH, masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCL sampai warna menjadi merah orange
4. Catat volume HCl
( )
C. Mencari kadar NaCO dan atau NaHCO
1. Ambil sampel 10 ml larutan sampel, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator PP
3. Titrasi dengan HCl sampai warna merah hampir hilang.
4. Catat kebutuhan HCl pada TAT I = x ml
5. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
6. Titrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange.
7. Catat kebutuhan HCl untuk NaCO = y ml
( )
D. Mencari kadar asam asetat dan jeruk
14
1. Ambil 10 ml bahan, encerkan sampai 100 ml aquadest
2. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (+ 3 tetes)
4. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang.
5. Catat kebutuhan NaOH
6. Menghitung normalitas asam sampel
( )
15
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Standarisasi HCl dengan NaOH
Tabel 4.2 Data Kadar Basa dalam Sampel I
Prak-
tikan
Warna
Awal
Warna
TAT I
Warna
TAT II
Vol.
HCl
TAT I
Vol.
HCl
TAT II
Kadar
NaCO
Kadar
NaHCO
I
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
MO
Kuning
Orange
Orange
Merah
1,6 ml 4,8 ml
2779,744
ppm
4405,632
ppm
II
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
MO
Kuning
Orange
Orange
Merah
1,6 ml 4,2 ml
2779,744
ppm
3579,576
ppm
III
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
Orange
Merah
1,7 ml 4,8 ml
2953,2
ppm
4268,46
ppm
Larutan
Standar
Warna Awal Warna Akhir
Volume HCl
untuk Titrasi
Normalitas
HCl
Bening + MO
Orange
Orange
Merah
6,1 ml 0,1639 N
NaOH
Bening + MO
Orange
Orange
Merah
7,1 ml 0,11636 N
16
MO
Kuning
Orange
Rata-Rata
2837,563
ppm
4084,556
ppm
Tabel 4.3 Data Kadar Basa dalam Sampel II
Prak-
tikan
Warna
Awal
Warna
TAT I
Warna
TAT II
Vol.
HCl
TAT I
Vol.
HCl
TAT II
Kadar
NaCO
Kadar
NaHCO
I
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
MO
Kuning
Orange
Orange
Merah
2,2 ml 6,7 ml
3822,148
ppm
6195,42
ppm
II
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
MO
Kuning
Orange
Orange
Merah
2 ml 6,5 ml
3474,68
ppm
6195,42
ppm
III
Bening
+ PP
Merah
Merah
Hampir
Hilang +
MO
Kuning
Orange
Orange
Merah
2,2 ml 6,1 ml
3821,787
ppm
5370,003
ppm
Rata-Rata
2837,563
ppm
5920,281
ppm
17
Tabel 4.4 Data Kadar Asam dalam Cuka
Prak-
tikan
Warna Awal Warna Akhir
Vol. NaOH
untuk Titrasi
Normalitas
Asam
% Asam
I
Bening + PP
Bening
Merah Hampir
Hilang
8,4 ml 0,977 N 5,865 %
II
Bening + PP
Bening
Merah Hampir
Hilang
8,7 ml 1,023 N 6 %
III
Bening + PP
Bening
Merah Hampir
Hilang
8,6 ml 1,0007 N 6 %
Rata-Rata 0,997 N 5,96 %
Tabel 4.5 Data Kadar Asam dalam Yogurt
Prak-
tikan
Warna
Awal
Warna Akhir
Vol. NaOH
untuk Titrasi
Normalitas
Asam
% Asam
I
Putih + PP
Putih
Merah Hampir
Hilang
2,5 ml 0,05818 N 0,5236 %
II
Putih + PP
Putih
Merah Hampir
Hilang
2,6 ml 0,0605 N 0,5445 %
III
Putih + PP
Putih
Merah Hampir
Hilang
2,5 ml 0,05818 N 0,5236 %
Rata-Rata 0,0589 N 0,5306 %
Tabel 4.6 Data Persentase Error Kadar Basa pada Sampel I dan Sampel II
Prak-
tikan
Kadar Basa
Sampel I (ppm)
Kadar Asli
Sampel I (ppm)
% Error
Sampel I
NaCO NaHCO NaCO NaHCO NaCO NaHCO
I 2779,744 4405,632 12500 10000 77 % 55 %
II 2779,744 3579,576 12500 10000 78 % 64 %
III 2953,1994 4268,464 12500 10000 76 % 57 %
18
(lanjutan Tabel 4.6)
Kadar Basa
Sampel II (ppm)
Kadar Asli
Sampel II (ppm)
% Error
Sampel II
% Error
Rata-
Rata NaCO NaHCO NaCO NaHCO NaCO NaHCO
3822,148 6195,42 13750 11000 72 % 43 % 61,75 %
3474,68 6195,42 13750 11000 75 % 43 % 65,25 %
3821,787 5370,003 13750 11000 72 % 57 % 64 %
Tabel 4.7 Perbandingan Data Persentase Asam Hasil Percobaan dengan
Standar SNI dalam Cuka dan Yogurt
Prak-
tikan
Cuka Yogurt
N Asam
% Asam
Hasil
Percobaan
% Asam
SNI
N Asam
% Asam
Hasil
Percobaan
% Asam
SNI
I 0,977 N 5,8645 % 12,5 % 0,05818 N 0,52362 %
0,5%-
2,0%
II 1,0123 N 6 % 12,5 % 0,0605 N 0,5445 %
0,5%-
2,0%
III 1,0007 N 6,004 % 12,5 % 0,058 N 0,52362 %
0,5%-
2,0%
Praktikan I : Adrianus Atma Adiwijaya
Praktikan II : Dyah Arum Kusumaningtyas
Praktikan III : Wahyu Zuli Pratiwi
19
Gambar 4.1 Grafik Volume HCl vs pH pada Sampel 1
Gambar 4.2 Grafik Volume HCl vs pH pada Sampel 2
IV. 2. Pembahasan
IV.2.1. Pembahasan Kadar Asam dan Kadar Basa yang Ditemukan
Dari percobaan yang ditemukan, kami menemukan bahwa kadar NaCO dan
NaHCO yang terdapat dalam sampel I adalah sebesar 2837,563 ppm dan 4084,556
ppm. Sedang kadar asli dari NaCO dan NaHCO dalam sampel I adalah sebesar
12500 ppm dan 10000 ppm. Di samping itu, dari percobaan ditemukan kadar dari
NaCO dan NaHCO dalam sampel II adalah sebesar 3706,205 ppm dan 5920,281
ppm. Padahal kadar asli dari NaCO dan NaHCO dalam sampel II adalah sebesar
13750 ppm dan 11000 ppm. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua kadar basa yang
ditemukan lebih kecil dari kadar aslinya.
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5 10 15
p
H
Volume HCl (ml)
pH Percobaan
pH Asli
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5 10 15 20
p
H
Volume HCl (ml)
pH Percobaan
pH Asli
20
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kadar basa yang ditemukan lebih
kecil dari kadar aslinya. Salah satu penyebabnya dalah normalitas HCl yang
digunakan untuk menitrasi basa lebihkecil dari yang seharusnya. Dari standarisasi
HCl yang dilakukan menggunakan boraks, didapat normalitas HCl sebesar 0,1639 N,
padahal seharusnya normalitas HCl yang digunakan untuk titrasi adalah sebesar 0,2
N. Hal ini berpengaruh pada perhitungan kadar basa karena normalitas HCl
berbanding lurus dengan kadar basa yang dicari sesuai dengan persamaan:
(Underwood 50 & 60)
Karena kadar basa berbanding lurus dengan normalitas HCl, jikanormalitas HCl
kecil, kadar basa yang didapat dari perhitungan juga kecil. Normalitas HCl
lebihkecil dari seharusnya disebabkan karena volume HCl yang digunakan untuk
titrasi pada standarisasi HCl menggunakan boraks lebih besar dari yang seharusnya.
Kami mendapat volume HCl-nya sebesar 6,1 ml, padahal seharusnya volume HCl
yang digunakan sebesar 5 ml sesuai perhitungan berikut:
( )
(Underwood 54)
Jadi untuk mendapat normalitas HCl sebesar 0,2 N, volume HCl yag digunakan
seharusnya sebesar 5 ml. Penggunaan HCl yang lebih banyak disebabkan karena HCl
pekat tidak terlarut secara sempurna saat pembuatan larutan HCl standar. Karena
tidak terlarut sempurna dalam aquades, pH larutan menjadi tidak merata. Jika pH-nya
besar, maka dibutuhkan HCl yang lebih banyak untuk netralisasi untuk mencapai
Titik Akhir Titrasi.
Hal lain yang menyebabkan kadar basa yang ditemukan lebihkecil dari kadar
aslinya adalah penggunaan HCl yang lebih sedikit untukmenitrasi larutan sampel I
dan II. Jika normalitas HCl yang didapat saat standarisasi benar, yaitu sebesar 0,2 N,
21
maka volume HCl yang dibutuhkan agar kadar basa yang ditemukan tepat dalah
sesuai perhitungan berikut:
Pada sampel I:
Kadar NaCO
( )
Vol. HCl
Kadar NaHCO
( )
Vol. HCl (
)
Pada sampel II:
Kadar NaCO
( )
Vol. HCl
Kadar NaHCO
( )
Vol. HCl (
)
Karena volume HCl yang digunakan lebih kecil dari seharusnya, maka kadar basa
yang ditemukan juga lebih kecil dari kadar aslinya. HCl yang digunakan lebih sedikit
dari seharusnya disebabkan karena indikator PP yang digunakan untuk titrasi terlalu
banyak dan indikator MO yang digunakan terlalu sedikit. Indikator PP atau
phenolphtalein merupakan asam diprotik yang tidak berwarna. Karena merupakan
asam, jika diberi terlalu banyak, pH larutan yang hendak diuji menjadi turun
sehingga dibutuhkan HCl yang lebih sedikit untuk menetralkannya untuk mencapai
Titik Akhir Titrasi. Indikator MO atau methil orange merupakan suatu basa berwarna
kuning dalam bentuk molekulnya. Karena merupakan basa, jika diberi terlalu sedikit,
pH larutan basa yang hendak diuji menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan
yang diberi MO lebih banyak, maka dibutuhkan HCl yang lebih sedikit untuk
menetralkannya untuk mencapai Titik Akhir Titrasi.
22
(Underwood 141 & 142)
Dari percobaan yang dilakukan, ditemukan persentase kadar asam dalam cuka
sebesar 5,96 %. Padahal SNI untuk kadar asam dalam cuka sebesar 12,5%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kadar yang ditemukan lebih kecil dari kadar aslinya. Hal ini
disebabkan karena NaOH (yangberupa padatan) tidak terlarut secara sempurna saaat
pembuatan larutan NaOH standar. Hal inipun menyebabkan pH larutan menjadi tidak
merata. Karena tidak merata pH di sebagian larutan bisa lebih besar dari pH dibagian
yang lain. Jika pH lebih besar, maka dibutuhkan volume NaOH yang lebih sedikit
untuk netralisasi untuk mencapai TAT. Jika volumenya lebih sedikit, normalitas
asam yang terhitung menjadi lebih sedikit, sebab volume NaOH berbanding lurus
dengan normalitas asam sesuai persamaan berikut:
( )
Hal lain yang menyebabkan persentase kadar asam dalam cuka lebih sedikit
dari persentase kadar aslinya adalah penggunaan PP yang terlalu sedikit. PP
merupakan asam, jika diberi terlalu sedikit, pH larutan yang hendak diuji lebih besar
dibandingkan dengan yang diberi PP lebih banyak, maka dibutuhkan NaOH yang
lebih sedikit untuk menetralkannya untuk mencapai TAT.
(Underwood 141)
IV.2.2. Asam Asetat (Cuka)
Asam asetat (cuka) adalahsenyawa kimiaasamorganik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C
2
H
4
O
2
. Rumus ini sering ditulis dalam bentuk CH
3
COOH. Dalam industri makanan,
asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.
Penamaan Asam Asetat:
Asam asetat = Nama trivial
Asam etanoat = Asam sistematis
Rumus struktur = CH
3
COOH
Asal mula asam asetat, asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneus. Cairan
ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat. Kemudian
diasamkan dengan asam sulfat dan kemudian menghasilkan asam asetat. Dari
23
keterangan di atas, menjelaskan bahwa reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan
asam asetat merupakan Reaksi Netralisasi Asam Basa.
Penggambaran reaksi:
Kalsium Hidroksida menjadi Kalsium Asetat, Asam Sulfat menjadi Asam Asetat
(Cuka)
Ca(OH)
2
Ca(C
2
H
3
O
2
) + H
2
SO
4
= CH
3
COOH
Jadi, unsur dasar yang terkait pada CH
3
COOH adalah unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
Sifat-sifat kimia asam asetat:
1. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (_COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H
+
(proton), sehingga
memberi sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pKa = 4,8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH
3
COO
-
).
2. Sebagai pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut dasar, dengan konstanta dielektriknya 6,2.
3. Reaksi kimia asam asetat dengan unsur lainnya
Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya
menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam
etanoat bila bereaksi dengan logam, menghasilkan logam etanoat, air, dan
karbon dioksida bila bereaksi dengan bikarbonat, dan reaksi yang paling
dikenal adalah pembentukan etanol.
Gambar 4.3 Dua Reaksi Tipikal (Organik) dari Asam Asetat
4. Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas.
5. Dimer siklis
24
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimmer yang dihubungkan oleh ikatan
hidrogen.
Gambar 4.4 Dimmer Siklis dari Asam Asetat, Garis Putus-Putus
Menggambarkan Ikatan Hidrogen
(id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat)
Uji Cuka, pengujian dilakukan untuk mencari kadar asam asetat
(CH
3
COOH). Prinsipnya yaitu asam yang terdapat dalam sampel dititrasi dengan
NaOH secara alkalimetri. Dalam hal ini pereaksi yang digunakan yaitu PP dan
larutan NaOH yang telah distandarisasi. Peralatannya meliputi:
Buret, Statif, dan Klem
Erlenmeyer
Corong
Pipet Volume
Pipet Ukur
Pengaduk
Beaker Glass
Pipet Tetes
Labu Takar
Gelas Ukur
Dalam praktikum yang kelompok lakukan, mula-mula mengambil 10 ml
bahan, encerkan sampai mencapai tanda batas 100 ml. Lalu mengambil 10 ml larutan
sampel tersebut lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Lalu menambahkan
indikator PP sebanyak 3 tetes. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir
hilang. Mencatat volume kebutuhan NaOH.
Adapun rumus perhitungan kadar asam asetat (CH
3
COOH) %b/b yaitu:
Kadar asam asetat (CH
3
COOH) %b/b =
Adapun kadar asam asetat yang kelompok dapatkan yaitu:
25
V NaOH yang dibutuhkan = 8,56 ml (volume rata-rata dari 3 praktikan)
N NaOH = 0,11636 N
fp = 10
BE Asam Asetat = 60/1
Volume sampel = 10 ml
Maka kadar CH
3
COOH (%)
Jika ditijau berdasarkan referensi (SNI 01-3711-1995) kadar asam asetat, % satuan
%b/b pada cuka dapur min. 12,5 %. Maka % kadar asam asetat yang kami dapatkan
tidak masuk dalam syarat mutu cuka dapur (SNI).
IV.2.3. Yogurt
Salah satu upaya pengolahan susu adalah fermentasi. Fermentasi merupakan
metode pengolahan susu yang sederhana dan dikenal luas oleh masyarakat. Produk
susu fermentasi telah dikenal luas oleh masyarakat dan dikembangkan masyarakat
adalah yogurt.
Yogurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang dilakukan oleh
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan perbandingan 1:1,
di mana laktosa yang terkandung di dalam susu dapat diubah menjadi asam laktat
dan pH turun hingga titik isoelektrik kasein (4,6) sehingga kasein terkoagulasi
menjadi gel yang berwujud setengah padat, dan berasa asam (James, 1998 ; Zayas,
1997 ; Anonymous, 2003). Yogurt merupakan minuman probiotik sekaligus
mempunyaifungsi mengurangi kolesterol, serta merupakan salah satu produk
pencegah kanker usus besar.
Asam laktat, (nama IUPAC: asam 2-hidroksipropanoat (CH
3
-CHOH-COOH).
Secara struktur ia adalah asam karboksilat dengan satu gugus (hidroksil) yang
menempel pada gugus hidroksil. Rumus molekulnya C
3
H
6
O
3
.
Gambar 4.5 Struktur Asam Laktat
26
Gambar 4.6 Keisomeran Asam Laktat
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_asam_laktat)
Asam laktat terbentuk dari oksidasi yangtidak sempurna dari glukosa. Salah satu cara
menghilangkan asam laktat adalah dengan mengoksidasinya menjadi CO
2
dan H
2
O.
Asama laktat merupakan senyawa yang dapat berubah menjadi asam piruvat dan
sebaliknya. Perubahan itu terjadi dalam peristiwa hidrolisis.
Gambar 4.7 Reaksi Glikolisis
(http://trimanjuniarso.files.wordpress.com)
Uji Yogurt, pengujian dilakukan untuk mencari kadar asam laktatnya
(C
3
H
6
O
3
). Prinsipnya yaitu asam yang terdapat dalam sampel dititrasi dengan NaOH
secara alkalimetri. Dalam hal ini, pereaksi yang digunakan yaitu PP dan larutan
NaOH yang telah distandarisasi. Peralatannya yaitu:
Buret, Statif, dan Klem
Erlenmeyer
Corong
Pipet Volume
Pipet Ukur
Pengaduk
Beaker Glass
Pipet Tetes
Labu Takar
27
Gelas Ukur
Untuk prosedur praktikumnya, mula-mula mengambil 50 ml bahan, encerkan
sampai 100 ml aquadest. Mengambil 10 ml larutan sampel lalu memasukkanya ke
dalam erlenmeyer. Lalu menambahkan 3 tetes PP. Titrasi dengan NaOH sampai
warna merah hampir hilang. Mencatat volume kebutuhan NaOH.
Rumus mencari kadar C
3
H
6
O
3
(asam laktat) yaitu:
Kadar asam laktat (C
3
H
6
O
3
) %b/b =
Adapun kadar asam laktat yang kelompok dapatkan, yaitu:
V NaOH yang dibutuhkan = 2,53 ml (volume rata-rata dari 3 praktikan)
N NaOH = 0,11636 N
Vol. Sampel = 10 ml
fp = 2
BE = 90/1
Maka kadar asam laktat C
3
H
6
O
3
(%)
Jika ditijau berdasarkan referensi (SNI 2981:2009) kadar asam laktat, % satuan %b/b
asam laktat 0,5-2,0. Maka % kadar asam laktat yang kami dapatkan masuk dalam
syarat mutu dari yogurt (SNI).
IV.2.4. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksida biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit
adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi akan dipercepat dengan adanya faktor-
faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk.
(Anonim, 2001)
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan
kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan
dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Bila lemak tersebut diberikan kepada
ternak atau diinjeksikan ke dalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan
28
pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat syaraf,
dan mempersingkat umur. (Linder, 1992)
Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas pada dasarnya hampir sama
dengan analisa penentuan bilangan asam atau angka asam. Untuk menganalisa kadar
asam lemak dalam sampel, mula-mula sampel diencerkan menggunakan alkohol
netral dalam keadaan panas. Tujuan dari penggunaan alkohol yang dipanaskan
adalah karena alkoholdalam kondisi panas lebih baik untuk melarutkan sampel yang
non polar. Setelah sampel dilarutkan dengan alkohol panas kemudian ditambahkan
indikator phenolphtalein dan dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi hingga
kemudian tercapai warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Ketika TAT
tercapai, kadar asam lemak dapat dihitung menggunakan rumus:
( )
IV.2.5. Standar Mutu Cuka Makan (SNI)
Cuka makan adalah produk cair yang diperoleh dengan pengenceran, asam
asetat glasial dengan air minum. Berdasarkan kadar asam asetat cuka makan
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu cuka dapur dan cuka meja.
Tabel 4.8 Syarat Mutu Cuka
No. Kriteria Uji Satuan
Persyaratan
Cuka Dapur Cuka Makan
1 Keadaan
1.1 Bentuk -
Cairan encer, jernih,
tidak berwarna
Cairan encer, jenih,
tidak berwarna
1.2 Bau - Khas asam asetat Khas asam asetat
2 Kadar asam asetat %b/b Min. 12,5 Min. 4 12,5
3
Asam-asam
anorganik, asam
format, dan asam
oksalat
- Negatif Negatif
Adapun cara pengemasan yaitu, produk dikemas dalam wadah yang tidak
mempengaruhi dan dipengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
29
Standar yang meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, dan cara pengemasan
tercantum dalam SNI 01-3711-1975.
(http://pustan.bpkimi.kemenperian.go.id/files/SNI01-3711-1975.pdf)
IV.2.6. Standar Mutu Yogurt (SNI)
Standar Nasional Indonesia yogurt merupakan revisi SNI 01-2981-1992,
Yogurt. Yogurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi susu dengan
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermopillus.
Tabel 4.9 Syarat Mutu Yogurt
No. Kriteria Uji
Sa-
tuan
Yogurt tanpa perlakuan
panas setelah fermentasi
Yogurt dengan perlakuan
panas setelah fermentasi
Yo-
gurt
Yogurt
Rendah
Lemak
Yogurt
Tanpa
Lemak
Yo-
gurt
Yogurt
Rendah
Lemak
Yogurt
Tanpa
Lemak
1 Keadaan
1.1 Penampakan - Cairan kental padat Cairan kental padat
1.2 Bau - Normal / khas Normal / khas
1.3 Rasa - Asam / khas Asam / khas
1.4 Konsistensi - Homogen Homogen
2 Kadar lemak %
Min.
3
0,6-2,9
Maks.
0,5
Min.
3
0,6-2,9
Maks.
0,5
3
Keasaman
(dihitung
sebagai asam
laktat)
% 0,5 2,0 0,5 2,0
(http://pustan.bpkimi.kemenperian.go.id/files/SNI%2029812009.pdf)
IV.2.7. Cara Menentukan Penggunaan Indikator dalam Analisa Acidi-
Alkalimetri
Indikator dalam titrasi memegang peranan penting karena indikator akan
menunjukkan kita di mana titik akhir titrasi berlangsung. Pemilihan indikator yang
tepat akan sangat membantudalam keberhasilan titrasi yang akan kita lakukan. Untuk
30
memilih indikator yang akan dipakai pada titrasi asam basa maka terlebih dulu
memperhatikan trayek pH indikator tersebut. Misalnya kita memiliki indikator
bersifat asam lemah dan diberi simbol HIn di mana bentuk terionisasinya menjadi:
HIn H
+
+ In
-
(merah) (kuning)
Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH tertentu. Perubahan ini tampak
bergantung pada kejelihan orang yang melakukan titrasi. Untuk warna indikator yang
terjadi akibat pembentukan dari transisi kedua warna (misalnya, HIn berubah dari
warna merah ke kuning maka kemungkinan warna transisinya orange). Maka
umumnya hanya satu warna yang akan teramati. Jika perbandingannya di kedua
konsentrasi 10:11 jadi hanya warna dengan konsentrasi yang paling tinggi yangakan
terlihat. Sebagai contoh, jika kita masukkan ke persamaan Henderson-Hasselbalch
diperoleh:
Dan jika warna merah yang terlihat konsentrasi [In/HIn] = 1/10, sehingga
Jadi pH indikator akan berubah dari kisaran warna yang satu dengan yang lain adalah
berkisar pada pKa -1 sampai dengan pKa +1 dan pada titik tengah daerah transisi
perubahan warna indikator konsentrasi [In
-
] akan sama dengan [HIn] oleh sebab itu
pH = pKa.
Dengan demikian, kita dapat memilih suatu indikator dengan cara memilih
indikator yang nilai pK-anya mendekati nilai pH pada titik ekuivalen atau untuk pH
indikator dan basa lemah nilai pKb-nya yangmendekati nilai pH ekuivalen.
(http://mhdjakasuntana.blogspot.com)
Adapun indikator yang kelompok gunakan dalam praktikum acidi alkalimetri
ini yaitu MO dan PP.
Methyl Orange : indikator asam basa yang berwarna merah dalam suasana
asam dan pada suasana basa berwarna jingga. Trayek pH 3,1-
4,4.
31
Phenolphtalein : dibuat dengan cara kondensasi anhidrat ftalein dengan fenol.
Trayek Ph 8,3 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna
dan merah muda dalam larutan basa.
Gambar 4.8 Struktur Methyl Orange
(www.chem-is-try.org/materi_kimia/indikator_asam_basa)
32
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1) Pada sampel 1, kadar NaCO dan NaHCO yang ditemukan adalah
2837,563 ppm dan 4084,556 ppm, sedangkan kadar aslinya adalah 12500
ppm dan 10000 ppm.
2) Pada sampel 2, kadar NaCO dan NaHCO yang ditemukan adalah
3106,205 ppm dan 5920,281 ppm sedangkan kadar aslinya adalah 13750
ppm dan 11000 ppm.
3) Analisa konsentrasi asam dalam sampel asam asetat / cuka menggunakan
NaOH yang distandarisasi dengan indikator phenolphtalein.
4) Analisa konsentrasi asam dalam sampel asam laktat / yogurt menggunakan
NaOH yang distandarisasi dengan indikator phenolphtalein.
5) Prosedur penelitian asam lemak bebas dalam suatu sampel menggunakan
NaOH yang telah distandarisasi sebagai penitrasinya dan alkohol panas
sebagai pelarutnya.
V.2 Saran
1) Dalam melakukan titrasi harus cermat dalam memperhatikan perubahan
warna pada saat ditetesi dengan zat penitrannya.
2) Untuk mengukur volume gunakan pipet volume agar didapat pengukuran
yang maksimal.
3) Dalam membuat larutan standar harus tepat agar didapat normalitas yang
sesuai karena normalitas larutan standa menentukan proses titrasi dan
menentukan kadar dalam sampel.
33
DAFTAR PUSTAKA
A.L. Kemppainen. 2002. Defarmining Ascorbic Acid in Vitamin C Tablets.
Finlandia University: Wadsworf Group.
Analysis of Vitamin C. General Chemistry Laboratories University of Alberta.
Anonim. 2001. Asam Lemak Bebas, Website Psycologymania, http://www. psyco
logymania.com/2012/10/Asam_lemak_bebas.html?m=1a (diakses tanggal 7
November 2013)
Anonim. Materi Kimia Indikator Asam Basa, Website Chemistry, http://
www.chem-is-try.org/materi_kimia/indikator_asam_basa/ (diakses tanggal 7
November 2013)
Anonim. Penggunaan Analisa Asidi Alkalimetri untuk Indikator, Blogspot
Mhdjakasuntana, http://mhdjakasuntana.com (diakses tanggal 6 November
2013)
Anonymous. 2003. Yogurt, Plain, SkimMilk. www.doggieconnection.com/
recipe/info/yogurt_plain_skim_milk.html87k. (diakses tanggal 7 November
2013)
Buku Petunjuk Praktikum Dasar Teknik Kimia I. 2005. Laboratorium Teknologi
Proses, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro:
Semarang.
Day, R.A. and Underwood, A.C. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif, edisi 15. Erlangga:
Jakarta
James, M. J. 1998. Modern Food Microbiology - second edition. Detroit, Michigan
Linder. 1992. Mechanisms of Regulation of Gene Expression by Fatty Acids, Lipid
Aosc. http://lipidlibrary.aosc.org/lipids/ffa/index.html (diakses tanggal 7
November 2013)
Panitia Teknis Perumusan SNI Makanan dan Minuman. 1993. Standar Nasional
Indonesia Cuka Makan, Pustanbpkimi, http://pustan.bpkimi.kemenperian.
go.id/files/SNI2001-3781-1975.pdf (diakses tanggal 6 November 2013)
Panitia Teknis Perumusan SNI Makanan dan Minuman. 2008. Standar Nasional
Indonesia Yogurt, Pustanbpkimi, http://pustan.bpkimi.kemenperian.
go.id/files/SNI202912009.pdf (diakses tanggal 6 November 2013)
34
Perry, R.H. and Green, 1984. Perrys Chemical Enggineering Hand Book, 6th
edition. Mc. Graw Hill Book Co.Singapore
Triman, J. 2012. Metabolisme Karbohidrat, Wordpress, http://trimanjuniarsa.files.
wordpress.com (diakses tanggal 6 November 2013)
Zayas, J. F. 1997. Functionality of Protein in Food. Springer. Verlag, Berlin:
Heidelberg. New York.
http://wapedia.org//Asam-asetat_2. 28 Juli 2008
http://wikipedia.org//Asam_Laktat (diakses tanggal 7 November 2013)
http://wikipedia.org//Asam_asetat (diakses tanggal 7 November 2013)
A-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
Menghitung volume HCl yang dibutuhkan sebelum distandarisasi:
Diketahui: HCl 0,20 N; V = 250 ml; BJ = 1,19 gr/lt; persen kadar = 37%
Menghitung massa NaOH yang dibutuhkan sebelum ditstandarisasi:
Diketahui: NaOH 0,125 N; V = 250 ml
am
B-1
LEMBAR PERHITUNGAN
Menghitung volume HCl yang dibutuhkan sebelum distandarisasi:
Diketahui: HCl 0,20 N; V = 250 ml; BJ = 1,19 gr/lt; persen kadar = 37%
Menghitung massa NaOH yang dibutuhkan sebelum ditstandarisasi:
Diketahui: NaOH 0,125 N; V = 250 ml
am
Standarisasi HCl dengan boraks:
Diketahui: boraks 0,1 N; V boraks = 10 ml; V HCl untuk titrasi = 6,1 ml
( )
Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi:
Diketahui: HCl 0,1639 N; V NaOH = 10 ml; V HCl untuk titrasi = 7,1 ml
( )
Menghitung kadar basa pada larutan sampel:
Perhitungan data Praktikan I: Adrianus Atma Adiwijaya
Pada Sampel I:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 1,6 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 4,8 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
B-2
Pada Sampel II:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 2,2 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 6,7 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Perhitungan data Praktikan II: Dyah Arum Kusumaningtyas
Pada Sampel I:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 1,6 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 2,6 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Pada Sampel II:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 2 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 6,5 ml
Kadar NaCO
()
B-3
Kadar NaHCO
()
()()
Perhitungan data Praktikan III: Wahyu Zuli Pratiwi
Pada Sampel I:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 1,7 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 4,8 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Pada Sampel II:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 2,2 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 6,1 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Menghitung kadar asam pada cuka dan yogurt:
Perhitungan data praktikan I:
Pada cuka:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 8,4 ml
B-4
N Asam
()
% Asam
Pada yogurt:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 2,5 ml
N Asam
()
% Asam
Perhitungan data praktikan II:
Pada cuka:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 8,7 ml
N Asam
()
% Asam
Pada yogurt:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 2,6 ml
N Asam
()
B-5
% Asam
Perhitungan data praktikan III:
Pada cuka:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 8,6 ml
N Asam
()
% Asam
Pada yogurt:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 2,5 ml
N Asam
()
% Asam
Rata-rata kadar basa dalam sampel I dan II serta kadar asam dalam cuka dan yogurt:
Pada Sampel I:
Rata-rata kadar NaCO
B-6
Rata-rata kadar NaHCO
Pada Sampel II:
Rata-rata kadar NaCO
Rata-rata kadar NaHCO
Pada Cuka:
Rata-rata N Asam
Rata-rata % Asam
Pada Yogurt:
B-7
Rata-rata N Asam
Rata-rata % Asam
Perhitungan persentase error:
Diketahui:
Kadar asli sampel I:
NaCO = 12500 ppm
NaHCO = 10000 ppm
Kadar asli sampel II:
NaCO = 13750 ppm
NaHCO = 11000 ppm
Praktikan I:
% error NaCO sampel I
()
% error NaHCO sampel I
()
% error NaCO sampel II
()
% error NaHCO sampel II
()
% error rata-rata
Praktikan II:
% error NaCO sampel I
()
% error NaHCO sampel I
()
% error NaCO sampel II
()
B-8
% error NaHCO sampel II
()
% error rata-rata
Praktikan III:
% error NaCO sampel I
()
% error NaHCO sampel I
()
% error NaCO sampel II
()
% error NaHCO sampel II
()
% error rata-rata
C-1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
Normalitas basa pada sampel I:
N NaCO
N NaHCO
Normalitas basa pada sampel II:
N NaCO
N NaHCO
Perhitungan pH pada sampel I:
N HCl
Kb NaCO
pKb
Kb NaHCO
pKb
Rata-rata vol. HCl untuk TAT I
Rata-rata vol. HCl untuk TAT II
pH pada penambahan 0 ml HCl:
N NaCO
pH ( )
pH pada penambahan 1 ml HCl:
n NaCO ( )
( )
( ) ( )
pOH
pH (
pH pada penambahan 1,6 ml HCl:
C-2
{
)} {
( )}
pH pada penambahan 2 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 3 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 4 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 4,6 ml HCl:
( )
C-3
(
)
pH pada penambahan 5 ml HCl:
( )
)
Perhitungan pH pada sampel II:
Rata-rata vol. HCl untuk TAT I
Rata-rata vol. HCl untuk TAT II
pH pada penambahan 0 ml HCl:
N NaCO
pH ( )
pH pada penambahan 1,5 ml HCl:
n NaCO ( )
( )
( ) ( )
pOH
pH (
pH pada penambahan 2,1 ml HCl:
{
)} {
( )}
pH pada penambahan 3 ml HCl:
( )
C-4
)
pH pada penambahan 4,5 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 6 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 6,4 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 7 ml HCl:
( )
C-5
)
Normalitas basa pada sampel I berdasarkan pada kadar aslinya:
N NaCO
N NaHCO
Normalitas basa pada sampel II berdasarkan kadar aslinya:
N NaCO
N NaHCO
Perhitungan pH pada sampel I berdasarkan kadar aslinya:
N HCl
Vol. HCl untuk TAT I:
Kadar NaCO
( )
Vol. HCl
Vol. HCl untuk TAT II
Kadar NaHCO
( )
Vol. HCl (
)
pH pada penambahan 0 ml HCl:
N NaCO
pH ( )
pH pada penambahan 3 ml HCl:
n NaCO ( )
( )
( ) ( )
pOH
C-6
pH (
pH pada penambahan 5,9 ml HCl:
{
)} {
( )}
pH pada penambahan 6 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 9 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 11,8 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 12 ml HCl:
C-7
( )
)
Perhitungan pH pada sampel II berdasarkan kadar aslinya:
N HCl
Vol. HCl untuk TAT I:
Kadar NaCO
( )
Vol. HCl
Vol. HCl untuk TAT II
Kadar NaHCO
( )
Vol. HCl (
)
pH pada penambahan 0 ml HCl:
N NaCO
pH ( )
pH pada penambahan 3 ml HCl:
n NaCO ( )
( )
( ) ( )
pOH
pH (
pH pada penambahan 6 ml HCl:
n NaCO ( )
( )
( ) ( )
C-8
pOH
pH (
pH pada penambahan 6,5 ml HCl:
{
)} {
( )}
pH pada penambahan 9 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 12 ml HCl:
( )
)
pH pada penambahan 13 ml HCl:
( )
C-9
(
)
pH pada penambahan 15 ml HCl:
( )
)
D-1
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi:
Acidi Alkalimetri
NAMA : ADRIANUS A. A. NIM: 21030113120105
GROUP : 2 / JUMAT
REKAN KERJA : 1. DYAH ARUM KUSUMANINGTYAS
2. WAHYU ZULI PRATIWI
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
D-2
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Menganalisa kadar/konsentrasi suatu sampel ( % berat, % volume, %
R/V, % M, % N )
b. Menganalisa kadar aciditas, alkalinity dari suatu larutan anggur dan
yakult
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Boraks
2. NaOH
3. Asam Asetat / Asam Cuka
4. Larutan Jeruk / Juice Jeruk
5. HCl
6. Phenolptalein
2.2 Alat yang Dipakai
1. Buret, Statif, & Klem
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Pipet volum
5. Pipet Ukur
6. Pengaduk
7. Beaker Glass
8. Pipet Tetes
9. Labu Takar
10. Gelas Ukur
2.3 Cara Kerja
A. Standarisasi HCl dengan Borak 0,1 N
1. Ambil 10 ml borak 0,1 N, masukan ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna berubah menjadi merah orange.
4. Catat kebutuhan titran
( )
B. Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi
1. Ambil 10 ml NaOH, masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
3. Titrasi dengan HCL sampai warna menjadi merah orange
D-3
4. Catat volume HCl
( )
C. Mencari kadar NaCO dan atau NaHCO
1. Ambil sampel 10 ml larutan sampel, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator PP
3. Titrasi dengan HCl sampai warna merah hampir hilang.
4. Catat kebutuhan HCl pada TAT I = x ml
5. Tambahkan beberapa tetes indikator MO
6. Titrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah orange.
7. Catat kebutuhan HCl untuk NaCO = y ml
( )
D. Mencari kadar asam asetat dan jeruk
1. Ambil 10 ml bahan, encerkan sampai 100 ml aquadest
2. Ambil 10 ml larutan sampel tersebut, masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan indikator PP beberapa tetes (+ 3 tetes)
4. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah hampir hilang.
5. Catat kebutuhan NaOH
6. Menghitung normalitas asam sampel
( )
2.4 Hasil Percobaan
Standarisasi HCl dengan boraks:
Diketahui: boraks 0,1 N; V boraks = 10 ml; V HCl untuk titrasi = 6,1 ml
( )
Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi:
Diketahui: HCl 0,1639 N; V NaOH = 10 ml; V HCl untuk titrasi = 7,1 ml
( )
D-4
Pada Sampel I:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 1,6 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 4,8 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Pada Sampel II:
Diketahui: Vol. HCl pada TAT I (x) = 2,2 ml
Vol. HCl pada TAT II (y) = 6,7 ml
Kadar NaCO
()
Kadar NaHCO
()
()()
Pada cuka:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 8,6 ml
N Asam
()
% Asam
D-5
Pada yogurt:
Vol. NaOH yang dibutuhkan = 2,5 ml
N Asam
()
% Asam
% error NaCO sampel I
()
% error NaHCO sampel I
()
% error NaCO sampel II
()
% error NaHCO sampel II
()
MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN
ADRIANUS ATMA ADIWIJAYA DANI PUJI UTOMO
E-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
MATERI : ACIDI-ALKALIMETRI
HARI/TANGGAL : JUMAT, 1 NOVEMBER 2013
KELOMPOK : IV / SENIN PAGI
NAMA : 1. ADRIANUS ATMA ADIWIJAYA
2. DYAH ARUM KUSUMANINGTYAS
3. WAHYU ZULI PRATIWI
ASISTEN : DANI PUJI UTOMO
KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1 NaOH 0,125 N 250 ml
2 HCl 0,20 N 250 ml
3 CUKA MAKAN
4 YOGURT
TUGAS TAMBAHAN :
CATATAN :
SEMARANG, 1 NOVEMBER 2013
ASISTEN
DANI PUJI UTOMO
Standar mutu cuka makan dan yogurt (SNI)
Cara menentukan penggunaan indikatlkor dalam analisa acidi-alkalimetri
Cuka, fp = 10x
Yogurt, fp = 2x
F-1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
F-7
F-8
F-9
F-10
F-11
F-12
F-13
F-14
F-15
F-16
F-17
F-18
F-19
DIPERIKSA
KETERANGAN
TANDA
TANGAN NO TANGGAL
P1
P2
16 Des 2013
19 Des 2013
19 Des 2013
Untuk lapsem, kuantitas
reagen diketik
Perbaiki nama zat / reagen
Perbaiki tabel
Logo untuk cover maupun
halaman judul yg konsisten
Semua table baik yg di bab 2
maupun bab 3 diberi judul
table
Semua gambar yg ada di bab 2
maupun bab 3 diberi judul
gambar
Semua rumus yg masih
menggunakan crop gambar,
diganti dan diketik ulang
ACC