Está en la página 1de 3

PENERAPAN LEARNING ORGANISATION DALAM PROSES

ORGANISATION LEARNING ORGANISASI KEPERAWATAN

Herbert G. Hicks (1972) menyatakan organisasi dapat dikatakan sebagai “…An


Organisation is a structured process in which persons interact for objectives”. Seperti
apa yang dikatakan oleh Hicks (1972) organisasi di isi oleh individu-individu yang
memiliki tujuan masing-masing. Terlepas dari tujuan tersebut sama atau pun berbeda
satu dengan yang lainnya. Sebagai wujud konkretnya adalah organisasi yang telah
menjadi salah satu media yang dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya (social reason). Sebagai contohnya untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan maupun papan manusia tidak sanggup menyediakan semua sendiri di jaman
yang modern ini. Manusia membutuhkan bantuan dari manusia lain untuk
memenuhinya. Alasan yang lain adalah adanya kebutuhan-kebutuhan yang hanya
dengan organisasi manusia dapat mencapainya (material reason). Sebagai contohnya
adalah penyediaan kebutuhan akan jasa-jasa keamanan, kesehatan, pertahanan dan lain
sebagainya.

Sampai dengan saat ini harapan untuk membuat organisasi yang tanggap terhadap
perubahan lingkungan masih menjadi kebutuhan. Untuk mewujudkannya telah banyak
teori maupun pendekatan yang di rumuskan oleh para ahli. Salah satu pendekatan
tersebut adalah Learning Organisation yang sangat monumental pada awal tahun 1990-
an. Perbedaan antara Organisation Learning dengan Learning Organisation berada
pada cara mendapatkan hingga memberikan pengetahuan dan pengaplikasikan
pengetahuan. Dimana sebuah organisasi dapat dikatakan telah mengaplikasikan
Learning Organisation ketika pengetahuan yang didapat dapat di transfer ke seluruh
elemen organisasi dan telah terjadi perubahan terhadap perilaku organisasi.

Pedlar, Boydell and Burgoyne (1989) merumuskan Learning Organisation sebagai “An
organisation which facilitates the learning of all its members and continuously
transforms itself”. Dalam artian organisasi dimana individu-individu didalamnya secara
terus menerus memperbesar kapasitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang di inginkan.
Organisasi dimana pola berfikir yang baru dan luas dipelajari. Organisasi dimana
aspirasi kelompok di bebaskan. Dan organisasi dimana individu didalamnya
mempelajari bagaimana belajar bersama. Penerapan learning organisation ini
memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh komponen organisasi.

Masih ada keraguan apakah konsep Learning Organisation dapat diterapkan pada
Organisasi keperawatan dalam rumah sakit maupun organisasi profesi. Karena Learning
Organisation lebih banyak diaplikasikan di organisasi profit. Terobosan telah dilakukan
oleh INTAN (Institut Tadbiran Awam Negara) Malaysia yang telah menerapkan
Learning Organisation. INTAN adalah organisasi pemerintahan di Malaysia, dan dari
pengalaman INTAN tersebut hendaknya dapat menjadi pelajaran bagi Organisasi
Keperawatan yang akan mereplikasikan Learning Organisation. Menilik dari penerapan
Learning Organisation di INTAN, Yusoff (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa
elemen penting dalam sebuah Organisasi Keperawatan jika hendak menerapkan
Learning Organisation.

Beberapa elemen yang hendaknya ada dalam Organisasi Keperawatan adalah


awareness, building learning culture, leadership dan empowerment. Untuk
membentuknya individu dan Organisasi Keperawatan memiliki peran masing-masing.
Harus ada komitmen bersama yang saling mendukung terbentuknya Learning
Organisation di Organisasi Keperawatan.

Penerapan Learning Organisation tidak dapat secara langsung namun membutuhkan


proses yang cukup panjang. Kline dan Saunders yang dikutip oleh Thornhill dan Dijk
(2003) pernah menulis buku yang berjudul “Ten Steps to Learning Organisation” yang
isinya menjelaskan tentang sepuluh langkah mengimplementasikan Learning
Organisation. Pertama, ukur sejauh mana learning culture dalam organisasi. Kedua,
promosikan isu-isu positif kedalam organisasi dengan menggunakan konsep berfikir
yang jelas dan dapat diaplikasikan.Ketiga, pastikan organisasi aman dan nyaman untuk
berfikir. Keempat, berikan apresiasi positif terhadap tindakan-tindakan pengambilan
risiko. Kelima, bentuk dan jadikan individu-individu dalam organisasi menjadi sumber
pengetahuan sehingga dapat saling mengisi dan berinteraksi. Keenam, berikan
keyakinan kepada setiap individu dalam organisasi bahwa kekuatan untuk belajar adalah
sumberdaya yang mahal dan tidak terbatas. Ketujuh, petakan visi secara nyata dan
yakinkan bahwa pencapaian visi haruslah mengikut sertakan seluruh potensi dalam
organisasi. Kedelapan, jabarkan visi secara nyata Kesembilan, perbaiki sistem karena
kegiatan yang bermasalah berawal dari sistem yang salah. Kesepuluh, perkenalkan
proses.

Tedapat beberapa hal yang dapat menghambat penerapan learning organisation dalam
organisasi keperawatan. Hal-hal yang perlu di eliminir adalah sebagai berikut mind set
dan perilaku yang tidak dapat berubah, terlalu banyak pekerjaan yang dilakukan secara
tradisional dan saling menunggu, gaya manajemen yang top-down yang kurang
memberdayakan bawahan, ketakutan untuk memberikan pelatihan kepada karyawan dan
investasi kepada karyawan dan tidak adanya focus yang baik tentang bagaimana sistem,
prosedur, dan hal lain dalam organisasi.

Seorang Tukang Kayu yang baik tidak akan menyalahkan peralatannya. Sebaliknya
seorang Tukang Kayu yang buruk akan meyalahkan peralatannya. Dan (biasanya)
Tukang Kayu yang baik akan selalu mencari peralatan yang murah dan sederhana
(anonymous).

DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, Ajay, Learning Organisation, http://www.hrfolks.com/, diunduh April 2009

Aggestam, Lena. 2009. Learning Organisation or Knowledge Management – Which


Came First, Chicken or The Egg ?, Information Technology and Control. Vol.35:
No.3a.

Goodale. 2003. Learning Organisation ,


http://www.unpan.org/Library/SearchDocuments/tabid/70/ModuleID/985/mctl/D
ocumentDetails/dn/UNPAN009011/language/en-US/Default.aspx, [diunduh 3
November 2009]

Thornhill, C. dan Van Dijk, H.G.. 2003. The Public Service As a Learning
Organisation. Journal of Public Administration.

También podría gustarte