Está en la página 1de 7

1

HUBUNGAN USI A DAN MEROKOK DENGAN


ANGKA KEJ ADI AN KATARAK DI POLI KLI NI K MATA
RUMAH SAKI T MUHAMMADI YAH PALEMBANG

Ade Pratama Heriansa
1*)
, Hasmeinah
2
, Bahrun I ndawan
3

1,2,3
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstrak

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa, paling banyak disebabkan oleh
penuaan. Tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain:
trauma, toksik, penyakit sistemik (Diabetes Mellitus), merokok, dan herediter.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan merokok dengan
katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Penelitian
ini berbentuk observasional analitik dengan desain cross-sectional dan dilakukan
uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel dependent dan
independent. Sampel penelitian ini sebanyak 53 orang dari total 1225 pasien
katarak di poliklinik mata rumah sakit muhammadiyah palembang. Hasil
penelitian didapatkan 53 responden yang terdiri dari 18 laki-laki dan 35 wanita.
Yang mengalami katarak imatur 17 orang (32,1%) dan katarak matur 36 orang
(73,9%). Responden yang berumur <50 tahun sebanyak 4 orang (7,5%)dan yang
berumur >50 tahun 49 orang (92,5%). Responden yang tidak merokok sebanyak
35 orang (66%) dan yang merokok 18 orang (34%), dilakukan analisa bivariat
dengan hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan kejadian
katarak (p: 0,092). Dan terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dan
kejadian katarak (PR: 0,514 ; Cl : 0,373 0,710 ; p: 0,000). Dari hasil penelitian
ini didapatkan bahwa ada hubungan bahwa merokok merupakan faktor risiko
terjadinya katarak. Sedangkan umur bukan merupakan faktor risiko terjadinya
katarak.

Kata Kunci: Katarak, Usia, Merokok

Abstract

Cataract is clouding of the lens inside the eye. Most commonly due to biological
aging. Other factors also may be involved, such as: trauma, toxic, systemic
diseases (diabetes mellitus), smoking and hereditary. This study aim to know the
correlation between age and smoking with cataract in Eye Clinic
Muhammadiyah Palembang Hospital.This study is observational analytic with
cross sectional design. Data were calculated using Chi- square test to determined
the correlation between dependent and independent variables. Samples of this
study are 53 people from 1302 cataract patients in eye clinic Muhammadiyah
Palembang Hospital. Results showed from 53 respondent, 18 are men and 35 are
women, there are 17 people ( 32,1%) had cataract immature and 36 people (
73,9%) are cataract mature. Respondents who are under 50 years are 4 ( 7,5%)
and over 50 years are 49 people ( 92,5%). Respondents who did not smoke are
35 people (66%) and 18 people are smoke (34%). Bivariate analyzes showed that
2
there is no significant correlation between age and incidence of cataracts (p:
0.092). And there is a significant corelation between smoking and incidence of
cataracts (PR: 0.514; CI%: 0.373 - 0.710, p: 0.000). From this study result, it was
found that there is a correlation between smoking as a risk factor for cataracts
with incidence of cataracts, while age is not a risk factor for cataracts.

Key Words: Cataract, Age, Smoking

Pendahuluan
Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa. Penuaan
merupakan penyebab katarak yang
terbanyak, tetapi banyak juga faktor
yang mungkin terlibat, antara lain:
trauma, penyakit sistemik (mis.,
diabetes), merokok dan herediter.
Berbagai studi cross-sectional
melaporkan prevalensi katarak pada
individu berusia 6574 tahun adalah
sebanyak 50%, prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada individu
diatas 75 tahun
1
.
Katarak merupakan penyebab
utama terjadinya kebutaan di seluruh
dunia yang dapat dicegah. Salah satu
faktor risiko penting terjadinya
katarak yaitu merokok. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk
mengurangi faktor risiko terjadinya
katarak hanya dengan berhenti
merokok.
2
.
Menurut WHO, dari hasil
estimasi terhadap kebutaan karena
katarak pada berbagai regional, dapat
diketahui bahwa total kebutaan
karena katarak adalah 51%, dimana
sebesar 8,5% terdapat di regional
Mediterrania Timur
3

Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Nasional tahun 2007, proporsi low
vision di Indonesia adalah sebesar
4,8% , kebutaan 0,9%, dan katarak
sebesar 1,8%. Katarak yang berkaitan
dengan umur merupakan 48%
penyebab kebutaan di seluruh dunia,
yaitu sekitar 18 juta orang.
Peningkatan jumlah kasus katarak ini
berkaitan erat dengan peningkatan
umur harapan hidup penduduk
Indonesia pada periode 2005-2010
(69,1 tahun) dibanding periode 2000-
2005 (66,2 tahun).
4

Salah satu faktor risiko
terjadinya katarak adalah disebabkan
oleh merokok. Di Indonesia sendiri
prevalensi perokok aktif sangat tingi,
hal ini ditunjukan dari tingginya
angka hasil survey GATS (Global
Adult Tobacco Survey) dimana
Indonesia menduduki posisi pertama
yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 %
pada wanita. Di bandingkan dengan
India, (2009): laki-laki 47.9% dan
wanita 20.3 %; Philippines (2009):
laki-laki 47,7 % dan wanita 9,0%;
Thailand (2009): laki-laki 45,6% dan
wanita 3,1%; Vietnam (2010): 47,4%
laki-laki dan 1,4% wanita; Polandia
(2009): 33,5% laki-laki dan 21.0%
wanita.
5

Secara nasional, rata-rata
jumlah batang rokok yang dihisap
tiap hari oleh lebih dari separuh
(52,3%) perokok adalah 1-10 batang,
paling tinggi dijumpai di Maluku
(69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara
Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI
Yogyakarta (66,3%), dan Jawa
Tengah (62,7%). Sedangkan
persentase penduduk merokok dengan
rata-rata 21-30 batang adalah sekitar
20 persen, dimana persentase
tertinggi di Provinsi Aceh (9,9%)
dikuti Kepulauan Bangka Belitung
2
(8,5%) dan Kalimantan Barat (7,4%).
Persentase penduduk merokok
dengan rata-rata lebih dari 30 batang
per hari tertinggi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (16,2%),
Kalimantan Selatan (7,9%) serta
Aceh dan Kalimantan Tengah (5,4%).
Diprovinsi Sumatera Selatan sendiri
jumlah perokok 1-10 batang
mencapai (48%) dan untuk jumlah
21-30 adalah (4,4%).
4

Hasil riskesdas tahun 2007
menunjukan bahwa angka kejadian
katarak dengan usia > 30 tahun di
prvinsi sumatera selatan adalah
sebesar (15%).
4

Di poliklinik mata rumah sakit
Muhammadiyah Palembang sendiri
selama tahun 2011 terdapat berbagai
penyakit mata diantaranya Katarak
sebanyak 1304, pseudoapakia 923,
pterygium 647, presbiopia 506,
keratitis 469, glaucoma 461, myiopia
448, dan conjungtivitis 422, chalazion
97, ulkus kornea 33.
Dari data-data tersebut diatas
maka saya berkeinginan berkeinginan
untuk meneliti hubungan merokok
sebagai faktor resiko terjadinya
katarak serta usia rata-rata terjadinya
katarak disebabkan merokok di
Poliklinik Mata Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan umur
dan merokok dengan angka kejadian
katarak di rumah sakit
Muhammadiyah Palembang.

Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik
observasional dengan desain studi
potong lintang (cross sectional),
Sampel pada penelitian ini adalah
seluruh pasien katarak yang
mengunjungi Poliklinik Penyakit
Mata Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Pada penelitian ini
didapatkan sampel sebanyak 53
sampel.
Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah Pasien katarak
yang berobat di poliklinik mata
Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dan bersedia mengikuti
penelitian dan wawancara, sedangkan
untuk kriteria ekslusi pada penelitian
ini adalah Pasien katarak yang tidak
bersedia mengikuti penelitian dan
wawancara. Data dikumpulkan dari
data primer yang diambil dengan cara
wawancara terstruktur dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan. Data yang di
observasi meliputi diagnosa, usia,
jenis kelamin, merokok, durasi
merokok, dan jenis rokok.
Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan
analisis univariat yang bertujuan
untuk mendeskripsikan variasi
seluruh variabel, dalam penelitian ini
variabel yang digunakan ialah
diagnosa, usia, jenis kelamin,
merokok, jenis rokok, dan lama
merokok. Penelitian ini juga
menggunakan analisis bivariat yang
bertujuan untuk melihat hubungan
antara usia, merokok dengan katarak.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian
Berdasarkan Penelitian yang
dilakukan di Poliklinik Mata Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
mengenai hubungan usia dan
merokok dengan kejadian katarak
dengan jumlah sampel sebesar 53
orang, terdiri dari 18 orang laki-laki
dan 35 orang perempuan. Berikut ini
akan dijelaskan analisis univariat, dan
bivariatnya.



3

1. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi responden
berdasarkan karakteristiknya
(n=53)


Berdasarkan tabel 1 diatas
diketahui bahwa responden yang
mengalami katarak matur sebanyak
36 orang (73,9%). Dari variabel
merokok, didapatkan responden
merokok sebanyak 18 orang (34%).
Dari variabel usia didapatkan
responden yang mengalami katarak
sebanyak 49 orang (92,5%)
responden berusia >50 tahun. Untuk
variabel jenis kelamin didapatkan 18
orang (34%) responden berjenis
kelamin laki-laki dan 35 orang (66%)
berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2. Konsumsi rokok (n=53)

Dari tabel 2 diatas didapatkan
bahwa respon yang merokok < 10
batang / hari sebanyak 5 orang
(9,4%), sedangkan yang merokok 10-
20 batang / hari sebanyak 13 orang
(24,5%). Pasien yang merokok 10-20
batang/hari banyak mengalami
katarak.




Tabel 3. Jenis rokok(n=53)


Dari tabel 3 diatas didapatkan
bahwa konsumsi rokok non-filter
sebanyak 16 orang (30,2%) dan yang
merokok filter sebanyak 2 orang
(3,8%). Orang yang menggunakan
rokok non-filter lebih banyakl terkena
katarak.

2. Analisis Bivariat
Tabel 5. Hubungan usai dan katarak


Berdasarkan tabel 5 diatas
dapat dilihat bahwa responden
dengan usia <50 tahun mengalami
katarak imatur sebanyak 3 orang
(75%) dan yang mengalami katarak
matur sebanyak 1 orang (25%).
Sedangkan responden yang berumur
>50 tahun didapatkan katarak imatur
sebanyak 14 orang (28,6%) dan
katarak matur sebanyak 35 orang
(71,4%). Dari hasil analisis bivariat
didapatkan p value 0.092 yang
melebihi 0,05 ini menunjukan tidak
ada cukup bukti untuk menerima H
1
.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan usia >50 tahun dengan
kejadian katarak matur.
4
Tabel 6. Hubungan merokok dan
katarak.


Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa responden dengan
riwayat tidak merokok yang
mengalami katarak imatur sebanyak
17 orang ( 48,6%) dan yang
mengalami katarak matur sebanyak
18 orang (51,4%). Sedangkan
responden dengan riwayat merokok
yang mengalami katarak imatur tidak
didapatkan sedangkan responden
yang mengalami katarak matur
sebanyak 18 orang (100%). Dari hasil
analisis bivariat didapatkan p value
0,000 yang kurang dari 0,05 ini
menunjukan ada cukup bukti untuk
menerima H
1
. Maka dapat
disimpulkan ada hubungan merokok
dengan kejadian katarak.


Pembahasan

1. Usia
Penilaian variabel usia
dilakukan dengan cara wawancara
langsung di Poliklinik Mata Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang.
Dari penelitian ini didapatkan
responden dengan usia <50 tahun
yang mengalami katarak adalah
sebanyak 4 orang (7,5%) sedangkan
responde berumur >50 tahun yang
mengalami katarak adalah sebanyak
49 orang (92,5%).
Dari hasil analisis bivariat di
dapatkan p value 0,092 > 0,05 ini
menujukkan tidak ada cukup bukti
untuk menolak H
0
. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan usia dengan kejadian
katarak
Usia dikatakan merupakan
faktor resiko utama terjadinya
katarak. . Katarak senilis merupakan
suatu penyakit idiopatik, umumnya
terjadi pada usia diatas 50 tahun,
prevalensinya cenderung meningkat
sesuai bertambahnya usia. Pada
kelompok usia 60 tahun,
diperkirakan separuhnya mengalami
kekeruhan lensa dan pada kelompok
usia 80 tahun/ lebih tua, hampir
semuanya memiliki kekeruhan lensa.
Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Tana
(2006) yang menyebutkan ada
hubungan antara usia denga katarak.
6


2. Merokok
Penilaian variabel merokok
dilakukan dengan cara wawancara
langsung kepada 53 sampel pasien
katarak di Poliklinik Mata Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang.
Dari penelitian ini didapatkan
responden yang tidak merokok
sebanyak 35 orang (66%) dan yang
merokok sebanyak 18 orang (34%).
Dari 18 orang responden yang
merokok didapatkan 5 orang (9,4%)
mengkonsumsi rokok <10 batang
perhari dan 13 orang (24,5%)
responden mengkonsumsi rokok 10-
20 barang per hari. Dan dari 18 orang
responden yang merokok 2 orang
(3,8%) responden menggunakan
rokok filter serta 16 orang (30,2%)
responden menggunakan rokok non-
filter.
Dari hasil analisis bivariat
didapatkan p value 0,000 < 0,05,
PR 0,514 (95% CI : 0,373-0,710) ini
menujukkan ada cukup bukti untuk
menerima H
1
. Maka dapat
5
disimpulkan bahwa ada hubungan
merokok dengan kejadian katarak.
Serta didapatkan Gamma 1,000 yang
artinya merokok mempunyai keeratan
makna yang kuat untuk terjadinya
katarak.
Menurut Taylor (2004) dalam
(Hutasoit, 2009) merokok dan
mengunyah tembakau dapat
menginduksi stress oksidatif dan
dihubungakan dengan penurunan
kadar antioksidan,askorbat dan
karotenoid.
Menurut Khurana (2007)
dalam (Hutasoit,2009) merokok
menyebabkan penumpukan molekul
berpigmen 3 hydroxykynurinine dan
chromophores, yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa.
Sianat dalam rokok juga
menyebabkan terjadinya karbamilasi
dan denaturasi protein.
Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Octafrida (2010), yang membuktikan
bahwa bahwa tidak ada hubungan
antara merokok dengan katarak . Dan
sesuai dengan penelitian Cheng
(2000) dan Aradea (2008) yang
menyebutkan bahwa ada hubungan
antara merokok dan katarak.
7,8



Kesimpulan
Dari penelitian mengenai
hubungan usia dan merokok dengan
kejadian katarak di poliklinik mata
Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang dapat disimpulkan bahwa:
1. Penderita katarak yang
menkonsumsi rokok didapati usia
awal merokoknya 15 tahun
sebanyak 7 orang (13,2%) , 16
tahun sebanyak 2 orang (3,8%), 17
tahun sebanyak 3 orang (5,7%), 18
tahun sebanyak 5 orang (9,4%),
dan 19 tahun sebanyak 1 orang
(1,9%).
2. Jumlah konsumsi rokok terbanyak
pada penderita katarak yang ada di
Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang 10-20 batang per hari
(24,5%) sedangkan <10 batang
perh hari (9,4%).
3. Jenis rokok yang digunakan adalah
rokok non-filter (30,2%) dan rokok
filter (3,8%).
4. Dari penelitian yang telah
dilakukan didapatkan bahwa
merokok dan kejadian katarak
memiliki hubungan.
5. Dari penelitian diatas usia dan
kejadian katarak tidak memiliki
hubungan.

Saran
Adapun saran yang dapat
penulis sampaikan setelah
dilakukannya penelitian dan dari
manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1. Bagi Peneliti Lain
Dapat dilakukan
penelitian lanjutan mengenai
hubungan usia dan merokok
dengan katarak dengan
menggunakan desain penelitian
case-control agar dapat
mengetahui hubungan sebab
akibat.

2. Bagi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
Dapat memberikan
edukasi sedini mungkin dan
ajakan untuk menghentikan
merokok kepada setiap pasien
yang merokok karena merokok
dapat mengancam kesehatan.

6
3. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah
Palembang
Sebagai salah satu
sumber bahan seminar atau
edukasi dari Fakultas
Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang
untuk kelompok masyarakat
yang memiliki faktor risiko
besar terhadap kejadian katarak.

Daftar Pustaka

1. Rosenfeld, S. I., Blecher, M.
H., Bobrow, J. C., Bradford,
C. A., Glasser, D., Berestka,
J. S. 2007. Lens and
Cataract. San Francisco:
American Academy of
Ophthalmology.
2. Brian, G & Taylor, H. 2001.
Cataract Blindness-
Challenges for the 21st
Century. Bulletin of the
World Health Organization,
2001, 79: 249256.
(Http://whqlibdoc.who.int/bu
lletin/2001/issue3/79%283%
29249-256.pdf, Diakses 2
Oktober 2012).
3. World Health Organization.
2007. Vision 2020 Global
Initiative for the Elimination
of Avoidable Blindness:
Action Plan 2006-2011.
Switzerland: World Health
Organization.
(Http://www.who.int/blindne
ss/Vision2020_report.pdf,
Diakses 4 Oktober 2012).
4. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2010.
Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Nasional
2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
(Http://www.riskesdas.litban
g.depkes.go.id/laporan2010/
downloaddeh.php?f=Lapora
n_riskesdas_2010.pdf,
diakses tanggal 29
September 2012).
5. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2012.
Laporan Hasil Riset GATS
2011.(Http://www.riskesdas.l
itbang.depkes.go.id/laporan2
010/downloaddeh.php?f=La
poran_riskesdas_2010.pdf,
diakses tanggal 29
September 2012)
6. Tana, Lusianawaty, 2006.
Determinan Kejadian
Katarak di Indonesia.
Jakarta: Puslitbang Bio
Medis dan Farmasi.
Available from:
(Http://digilib.litbang.depkes
.go.id/go.php?id=jkpkbppk-
gdl-res-2009-lusianawat-
3210&q=merokok+AND+ka
tarak, Diakses 29 September
2012).
7. Octafrida, Dina. 2010.
Hubungan Merokok dengan
Katarak di Poliklinik Mata
Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik tahun
2010. Fakultas Kedokteran
USU Medan. Medan.
8. Cheng, A. C. K., Pang, C. P.,
Leung, A. T. S., Chua, J. K.
H., Fan, D. S. P., & Lam, D.
S. C., 2000. The Association
Between Cigarette Smoking
and Ocular Diseases. HKMJ
2000; 6: 195-202.
(Http://www.hkmj.org/article
_pdfs/hkm0006p195.pdf. Di
akses 4 Oktober 2012).

También podría gustarte