Está en la página 1de 335

BAHAN BACAAN PESERTA

Kementerian Kesehatan RI
2011


PELATIHAN
TIM KESEHATAN HAJI INDONESIA

Page ii

Daftar Isi



DAFTAR ISI ................................................................................. I
MATERI INTI UMUM I
PELAYANAN KESEHATAN JEMAAH HAJI DI KLOTER......................... 1
MANAJEMEN RESIKO PENERBANGAN ........................................ 1
VISITASI PADA JEMAAH HAJI ................................................. 26
PENYULUHAN KESEHATAN DASAR BAGI JEMAAH HAJI .............. 32
MATERI INTI UMUM II
IDENTIFIKASI & PEMANTAUAN LANJUT (FOLLOW-UP) FAKTOR-
FAKTOR RISIKO DI KLOTER ................................................... 46
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO JEMAAH HAJI DI KLOTER .......... 47
POTENSIAL PENYAKIT DI ARAB SAUDI .................................... 50
MATERI INTI UMUM III
INVESTIGASI DAN PENGENDALIAN WABAH/KLB PENYAKIT MENULAR
DAN DAMPAK BENCANA ......................................................... 54
MATERI INTI UMUM IV
PENGEMBANGAN TIM DALAM JEJARING KERJA PENYELENGGARAAN
KESEHATAN HAJI KLOTER ...................................................... 74
MATERI INTI UMUM V PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT MEDIK
DAN BEDAH DI LAPANGAN SERTA EVAKUASI DENGAN ATAU
TANPA ALAT ....................................................................... 100
PRINSIP PPGD ....................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KEGAWATAN ......................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PENYEBAB MEDIK ANTARA LAIN :ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TRIAGE ................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PRIORITAS ............................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
MATERI MEDIS TEKNIS STANDARERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
A : AIRWAY MANAGEMENT ..... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
( PENGELOLAAN JALAN NAFAS )ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
B : BREATHING MANAGEMENT ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
( PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN )ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TERAPI OKSIGEN ................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PERALATAN UNTUK PEMBERIAN OKSIGENERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
C : CIRCULATION .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
D : DRUG MANAGEMENT ........ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
D : DEFIBRILATION ............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
D : DISABILITY ..................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
D : DIFFERENTIAL DIAGNOSIS ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
E : ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG )ERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
PENGELOLAAN JALAN NAPAS .. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
CARA MENGHENTIKAN PERDARAHANERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
CARA MEMBUAT BALUT TEKAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
MENGATASI GANGGUAN PERNAPASANERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TENSION PNEUMOTHORAKS ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DEKOMPRESI / TORAKOSTOMI DENGAN JARUM .............. ERROR!
BOOKMARK NOT DEFINED.
MENGATASI GANGGUAN HEMODINAMIKERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TAMPONADE JANTUNG .......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
PERIKARDIOSENTESIS ........... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
D - DRUG .............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
OBAT-OBATAN PADA GAWAT DARURATERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
HENTI KARDIOPULMONER ...... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
ALGORITMA FIBRILASI VENTRIKULERERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
ALGORITMA FIBRILASI VENTIKULERERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
TERAPI ANTIFIBRILASI .......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
MATERI INTI UMUM 6 ............................................................. 119
PENCATATAN DAN PELAPORAN ................................................. 119
PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KLOTER ........................... 120
MANFAAT DAN TATA LAKSANA ICD X DALAM KESEHATAN HAJI
......................................................................................... 126
PEDOMAN PENULISAN SERTIFIKAT MEDIS PENYEBAB
KEMATIAN/COD (CERTIFICATE OF DEATH) ............................ 177
Page iv

TATA CARA PENGISIAN SMPK ............................................... 177
PEDOMAN PENCATATAN KEMATIAN JEMAHH HAJI INDONESIA
TAHUN 2010M/1431H .......................................................... 189
MATERI INTI KHUSUS I
PENATALAKSANAAN KASUS PENYAKIT KHUSUS DI KLOTER ......... 216
SWINE FLU (H1N1 FLU) ....................................................... 216
AVIAN INFLUENZA (H5N1) ................................................... 217
MENINGITIS MENINGOKOKUS .............................................. 219
HEAT STROKE ..................................................................... 220
FROSTBITE ......................................................................... 222
SENGATAN DINGIN ............................................................. 223
SKIZOFRENIA ..................................................................... 224
GANGGUAN ANSIETAS ......................................................... 226
DEPRESI ............................................................................ 227
YELLOW FEVER ................................................................... 228
SARS ( SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME) ................ 229
MATERI INTI KHUSUS II
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PENYAKIT KHUSUS DI KLOTER
SWINE FLU (H1N1 FLU) ....................................................... 231
AVIAN INFLUENZA/ FLU BURUNG (H5N1 FLU) ........................ 243
MENINGITIS MENINGOKOKUS .............................................. 255
HEATSTROKE ...................................................................... 260
FROSTBITE ......................................................................... 267
GANGGUAN JIWA ................................................................ 280
YELLOW FEVER (DEMAM KUNING) ........................................ 290
SARS (SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME) ................. 297
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

1

MATERI INTI UMUM (MIU.1)
PELAYANAN KESEHATAN JEMAAH HAJI DI
KLOTER

Deskripsi Singkat

Pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan
yang dilakukan petugas kesehatan dalam rangka menjaga
kesehatan jemaah haji dalam kelompok terbangnya.

Manajemen Resiko Penerbangan
1. Pendahuluan
Manusia biasa hidup di permukaan bumi dengan tekanan
udara 1 Atmosphir. Seperti kita ketahui bersama pada
transportasi penerbangan kondisi lingkungan dalam kabin
jauh berbeda, yang dapat menyebabkan terjadi perubahan-
perubahan fisiologis pada manusia. Kadang keluhan yang
timbul dianggap suatu penyakit, padahal sesungguhnya hal
tersebut akibat dari perubahan tekanan udara dalam
lingkungan penerbangan yang bersifat hiperbarik, hipotermi,
dan hipohumidity. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
gangguan fisiologi tubuh manusia, sehingga bagi yang sudah
menderita sakit tertentu akan memperberat penyakitnya
bahkan dapat mengakibatkan kematian. Para penumpang
2
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

yang memerlukan perhatian khusus antara lain ibu hamil, bayi
dan usia lanjut.
2. Tujuan
Tercegahnya masalah kesehatan penerbangan dan
terlaksananya penatalaksanaan kesehatan penerbangan pada
jemaah haji.
3. Uraian Materi
Pengaruh lingkungan penerbangan terhadap faal tubuh
a. Atmosfir: adalah lapisan udara yang mengelilingi bumi,
disebut juga payung atau selimut bumi yang terdiri dari
campuran gas-gas, cairan, dan benda padat serta
terbentang mulai dari permukaan bumi sampai ketinggian
700 km (400 mil), sedangkan lapisan diatasnya adalah
ruang angkasa yang terbentang diatas 700 km. Unsur-
unsur gas yang dominan meliputi gas nitrogen (N2)
sebesar 78,08%, oksigen (02) sebesar 20,95%, C02
sebesar 0,03%, sedangkan sisanya yang 0,001%
merupakan gas krypton, xenon, neon, helium, argon,
hydrogen, dan radon. Secara fisik atmosfir mempunyai
lapisan, antara lain:
1) Troposfer: lapisan paling bawah dan paling tipis yang
terbentang pada ketinggian 0 - 12 km yang
mempunyai sifat berubah-ubah, terdapat uap air dan
hujan, kelembaban berbeda-beda, suhu turun secara
teratur dengan bertambahnya ketinggian, arah dan
kecepatan angin berubah-ubah. Karena itu sifatnya itu
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

3

pada lapisan ini kurang baik untuk penerbangan.
2) Stratosfer: terbentang pada ketinggian 50 - 80 km,
suhu tetap 56,5 C meskipun ketinggian berubah-
rubah, tidak terdapat uap air dan turbulensi. Lapisan
ini lebih ideal untuk penerbangan hanya lapisan
udaranya tipis maka diperlukan perlindungan khusus
seperti kabin bertekanan dan lain-lain.
3) Ionosfir: terbentang pada ketinggian 6000 - 1000 km.
Lapisan ini mempunyai suhu yang tinggi sampai 2000
C.
4) Eksosfir: merupakan lapisan yang paling atas yang
disebut juga outer atmophere sedang lapisan-Iapisan
sebelumnya disebut juga atmosphere. Secara fisiologis
atmosfir mempunyai beberapa daerah antara lain
daerah fisiologis yang terbentang dari permukaan
bumi sampai ketinggian 10.000 kaki. Didaerah ini
manusia jelas mengalami perubahan faal pada
tubuhnya, tingkat 02 nya cukup untuk
mempertahankan manusia tetap samapta tanpa
bantuan alat khusus. Daerah kurang fisiologis yang
terbentang diatas 10.000 km dengan akibat
menurunnya tekanan parsiil 02 dan dapat mengalami
gangguan faal tubuh. Daerah ekivalen dengan ruang
angkasa, pada ketinggian FL 630 dikenal istilah
Amstrong Line yang tekanannya sebesar 47 mmHg
sama dengan tekanan uap air sehingga molekul cairan
4
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

terlepas menimbulkan efek yang disebut balling efect.
Berat 1 m3 udara pada ketinggian permukaan laut
dengan tekanan 760 mmhg dan suhu 1 C adalah 1293
g. Akibat gaya tarik bumi maka udara makin ke atas
makin renggang sehingga tekanan udaranya makin
rendah.
b. Penqaruh ketinggian pada faal tubuh: pada dasarnya
lapisan udara makin keatas makin renggang dan makin
rendah tekanannya dan makin kecil pula tekanan parsiil 02
nya. Manusia dapat hidup pada tekanan 760 mmHg, pada
suhu tropis 20 - 30 C dan kebutuhan total udara kering
sebesar 20,9 %, sedangkan tekanan udara parsiil oksigen
sebesar 159 mmHg, sedang udara dalam alveoli sebesar
40 mmHg dan saturasi sebesar 98 %.
c. Hipoksia: prinsip hukum diffusi gas dari tekanan tinggi ke
rendah. Dimana jaringan tubuh kekurangan 02.
d. Disbarisma: Semua kelainan yang terjadi akibat perubahan
tekanan kecuali hipoksia. Masalah trapped gas adalah
terdapatnya rongga-rongga didalam tubuh kita seperti
saluran penecernaan, disitu udara akan mengembang dan
menimbulkan rasa mual sampai sesak begitu juga bila
terjadi pada telinga tengah. Problem evolved gas, terjadi
pada ketinggian tertentu yang larut dalam cairan tubuh
atau lemak. Mulai pada ketinggian 25.000 kaki gelembung
gas N2 yang lepas mulai menunjukan gejala klinis gatal
atau kesemutan, rasa tercekik sampai terjadi kelumpuhan.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

5

Untuk mencegahnya perlu dilakukan denitroenisasi dengan
100 % 02 dan lamanya tergantung pada ketinggian yang
hendak dicapai dan berapa lama di ketinggian tersebut.
e. Penqaruh kecepatan dan percepatan terhadap faal tubuh:
Akibat kecepatan dan percepatan yang tinggi mempunyai
efek terhadap faal tubuh.
4. Beberapa Masalah Kedokteran Pada Penerbangan
Jarak Jauh
Pesawat terbang pada perjalanan haji biasanya terbang pada
ketinggian antara 30.000 - 40.000 kaki, dengan tekanan
udara di dalam kabin penumpang dan kokpit di atur secara
otomatis sehingga kondisi udara (suhu dan tekanannya)
seperti pada ketinggian 5000--8000 kaki. Pada ketinggian itu,
suhu udara kurang dari 20C dan tekanan udara adalah sekitar
550 mmHg.
Sementara itu, pada ketinggian terbang 30.000 kaki, kondisi
udara pesawat terbang memiliki suhu -40C dan tekanan
udara hanya 225 mmHg. Dalam kondisi seperti itu, tanpa kabin
bertekanan, manusia akan segera pingsan dan beberapa detik
kemudian akan meninggal. Hal ini disebabkan otak kehabisan
oksigen serta paru-paru dan jantung tidak berfungsi.
Dengan memahami pengaruh lingkungan penerbangan,
diharapkan calon jemaah haji, calon Tim Kesehatan Haji
Indonesia (TKHI), petugas/instansi penyelenggara haji
Indonesia (pramugara/i, penceramah dalam manasik haji,
6
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

petugas bandar udara, dan lain-lain dapat melakukan berbagai
persiapan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai
hal yang kurang baik dan membuat penerbangan menjadi
nyaman.
a. Pengaruh Kelembaban, Udara Kering dan Dehidrasi
1) Kelembaban (hunmiditas):
Berbeda dengan udara lembab yang terdapat di kota-
kota dekat pantai, misalnya Medan, Jakarta dan
Makassar yang derajat kelembabannya (humiditas) 80--
95%, udara di dalam kabin penumpang ternyata lebih
kering. Kondisi udara di dalam kabin bertekanan pada
tempat penumpang berada, yang setara dengan kondisi
udara pada ketinggian 5000--8000 kaki,
kelembabannya adalah 40--50%.
2) Udara kering:
Kelembaban yang rendah atau udara kering akan
memudahkan penguapan dari keringat melalui pori-pori
kulit tubuh sehingga tanpa disadari ternyata tubuh
telah kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini akan lebih
berbahaya bila terjadi pada Lansia.
3) Penguapan keringat:
Kehilangan keringat di lingkungan udara yang kering
tidak disadari sehingga dapat mengancam kesehatan
tubuh. Apalagi bila disertai jumlah urine yang
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

7

bertambah banyak akibat udara yang dingin, akan
sangat berbahaya pada kondisi fisik dan fisiologi tubuh
jemaah haji Lansia
4) Dehidrasi
Penguapan keringat disertai pengeluaran urine yang
berlebihan, apalagi jika tidak diimbangi dengan minum
secukupnya maka akan terjadi dehidrasi. Dehidrasi
adalah keadaan dimana tubuh calon jemaah haji
(penumpang) kehilangan dan kekurangan cairan (yang
diikuti pula dengan kehilangan dan berkurangnya
garam tubuh). Adapun gejalanya adalah otot pegal,
haus dan lain-lain. Menanggulanginya adalah dengan
minum secukupnya, menghabiskan makanan yang
dihidangakan oleh pramugari dan memakai krim kulit
atau salep vaseline
5) Udara dingin
Udara dingin atau sejuk selama penerbangan sekitar 8-
-10 jam akan merangsang otak mengeluarkan hormon
yang meningkatkan produksi air seni (urine). Hal ini
akan menyebabkan kandung kemih cepat penuh yang
merangsang pengeluaran urine sehingga ingin berkali-
kali ke kamar kecil (toilet).
6) Pembesaran prostat
Pada beberapa lanjut usia (lansia) yang menderita
8
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

pembesaran (hipertrofi) kelenjar prostat akan
mengalami hambatan pada saluran urine sehingga tidak
dapat berkemih. Untuk menolong penderita tersebut
perlu dilakukan pemasangan kateter
7) Anemia hipoksia
Yaitu sel darah kekurangan zat hemoglobin yang
terdapat dalam sel darah merah. Kita ketahui
hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Hipoksia ini dapat dialami oleh penderita anemia. Calon
jemaah haji Lansia sebagian besar menderita penyakit
anemia. Penderita anemia sebagian besar dari kalangan
petani dan nelayan yang status gizinya kurang baik.
8) Kelelahan
Adalah suatu keadaan dimana efisiensi kerja menurun
secara progresif disertai perasaan tidak enak badan,
penurunan daya tahan tubuh, dan efisiensi jasmani dan
daya berpikir
Penyebab kelelahan:
Persiapan dan perjalanan dari kampung halaman
menuju ke asrama haji, menunggu keberangkatan lalu
tiba di bandar udara, selanjutnya menunggu lagi, lalu
duduk di kursi penumpang pesawat terbang haji selama
lebih dari 8 jam penerbangan, semua itu menyebabkan
kelelahan. Vibrasi atau getaran serta bising (noise)
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

9

yang ditimbulkan oleh empat buah mesin jet pesawat
terbang, walaupun kadarnya ringan, ikut menambah
beban yang menghasilkan kelelahan serta mengganggu
nafsu makan serta nyenyaknya tidur penumpang.
Seharusnya, waktu selama dalam penerbangan
tersebut dimanfaatkan untuk tidur supaya
menghilangkan kelelahan.
Lokasi dan gejala:
Kelelahan dapat terjadi lokal (lelah sebagian tubuh
seperti lengan, tungkai dan lain-lain) dan umum (lelah
seluruh tubuh). Gejala atau tanda-tanda lelah yang
biasa ditemukan ialah pegal-pegal (sendi dan otot) dan
tanda-tanda mental yaitu gugup, mudah tersinggung
(pemarah), sukar berpikir, sukar tidur, sakit kepala,
waktu untuk bereaksi lebih lambat, pelupa, kurang
teliti, kondisi menurun, daya memutuskan pendapat
(judgement) mulai terganggu, mata lelah, gangguan
saluran penecernaan, nafsu makan menurun, dan lain-
lain.
Pencegahan:
Upaya pencegahan dilakukan dengan menghilangkan
atau mengurangi faktor-faktor penyebab kelelahan
(meliputi faktor kejiwaan, fisik dan faal tubuh), antara
lain dengan tidur yang cukup, yaitu sekitar 8 jam
sehari/semalam, menggunakan masa istirahat sebaik-
10
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

baiknya, makan sesuai ketentuan gizi kesehatan (cukup
jumlah dan gizi, bersih, tidak terlalu
merangsang/pedas, dan lain-lain), dan menghindari
pekerjaaan yang melelahkan.
b. Aerotitis atau barotitis.
Rasa sakit atau gangguan pada organ telinga bagian tengah
yang timbul sebagai akibat adanya perubahan tekanan udara
sekitar tubuh disebut aerotitis/barotitis. Barotitis dapat terjadi
baik pada waktu naik (ascend) maupun turun (descend). Hanya
saja pada waktu menurun, presentase kemungkinan terjadinya
lebih besar daripada waktu naik. Hal ini disebabkan sifat atau
bentuk tuba Eustachius yang lebih mudah mengeluarkan udara
dari bagian telinga ke tenggorokan daripada sebaliknya. Hal
akan sangat berbahaya pada penumpang Lansia yang yang
pengetahuannya kurang dan fungsi faal tubuh sudah
berkurang, bahkan dapat menyebabkan pecahnya gendang
telinga.
c. Pengembangan gas dalam saluran pencernaan
Rasa sakit atau rasa kurang enak dapat terjadi pada saluran
pencernaan makanan sebagai akibat perubahan tekanan di luar
tubuh. Gangguan pada saluran pencernaan ini lebih jarang
terjadi, tetapi dampaknya akan lebih berbahaya karena rasa
sakitnya lebih hebat sehingga dapat menyebabkan orang
tersebut jatuh pingsan. Bila gas cukup banyak jumlahnya,
apalagi tidak mendapat jalan kerluar (kentut), maka akan
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

11

menekan dinding lambung dan menimbulkan rasa sakit yang
hebat. Oleh karena itu, sebelum melakukan penerbangan
hendaknya menghindari minuman yang mengandung gas,
antara lain: minuman bersoda, sebagainya. Selain itu tidak
dibenarkan memakan makanan yang dapat menghasilkan gas
dalam lambung, misalnya kacang-kacangan, ubi jalar, kubis,
petai, bawang, jengkol dan sebagainya.
d. Kamar kecil, toilet atau jamban
Jamban atau toilet atau WC yang berada di kamar kecil berbeda
pada setiap tipe pesawat terbang haji (Boeing-747, Airbus-300,
DC-100, dan lain-lain). Biasanya toilet berlokasi di bagian
depan, tengah dan belakang di dalam kabin penumpang.
Bagi calon jemaah haji yang di rumahnya terbiasa jongkok
ketika buang air besar (BAB) maka perlu membiasakan diri
untuk BAB dengan cara duduk.
Bila di rumah terbiasa menyiram tinja/feces dalam kloset
dengan menuangkan atau mengguyur air, maka dalam toilet di
pesawat terbang, tinja akan tersiram dan tersedot oleh tekanan
udara, segera setelah tombol dengan tanda flush atau press
ditekan.
Calon jemaah haji yang di rumahnya terbiasa menggunakan
gayung air untuk membersihkan dubur (cebok atau cawik),
maka dalam penerbangan sebaiknya menggunakan kertas
tissue yang dibasahi air. Untuk mengeluarkan air dari kran,
12
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

cukup tekan tombol yang letaknya di bagian atas dari kran air
tersebut. Fakta menunjukkan bahwa karena kurangnya
pengetahuan dan kurang memperhatikan penjelasan ketika
manasik haji dan malu bertanya, akan mendapat kesulitan
sendiri bagi calon jemaah haji. Bahkan banyak kejadian jemaah
yang menahan tidak BAK selama penerbangan haji, hal akan
menyebabkan komplikasi penyakit lain. Bila beser (sering BAK)
dan tidak ingin bolak balik ke wc di pesawat terbang (misalnya
akibat stroke atau lansia sudah uzur), maka perlu membawa
pampers
Persiapan Menjelang Keberangkatan:
Dengan memperhatikan hasil pemeriksaan dan pengobatan
oleh dokter rumah sakit atau puskesmas, calon haji dapat
mengetahui apakah ia menderita penyakit tertentu yang dapat
menjadi masalah dalam penerbangan. Penyakit-penyakit
tersebut antara lain tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing
manis (diabetes melitus), penyakit jantung, batuk dan sesak
nafas (asma paru, bronkhitis, TBC atau sakit jantung, penyakit
liver, pembesaran kelenjar prostat, gigi berluang atau gangren,
penyakit remautik, lumpuk akibat stroke, sakit maag (ulu hati,
gastritis) ambeien (wasir, hemorrhoid), penyakit tekanan bola
mata tinggi (glaukoma), hamil dan lain-lain. Pada derajat ringan
yang ringan, penderita salah satu penyakit tersebut, terkadang
masih diluluskan.
e. Waspadai ancaman Deep Vein Thrombosis (DVT) dan Emboli
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

13

(Sindroma Kelas Ekonomi).
Trombosis Vena yang terjadi pada posisi duduk yang lama
makin meningkat dan dikenal sebagai Economy Class
Syndrome.
Gejala:
Timbul dalam 24 jam pertama setelah take off, biasanya
nyeri/sakit, nyeri tekan ataupun pembengkakan didaerah betis.
Dapat pula asimptomtik, sehingga yang dirasakan nyeri dada,
sesak nafas dan gejala atrial fibrilasi yang merupakan akibat
dari emboli paru, ini dapat timbul beberapa hari/minggu sampai
terjadi tromboemboli di paru.
Diagnosis:
Trombosis dl tungkai dengan Color Duplex Doppler Scan,
Venografi Ascending Diagnosis Emboli, Paru ditegakkan dengan
kombinasi gejala klinis dan Scanning paru, angiografi paru
ataupun CT Angiografi paru
Faktor resiko:
Untuk terjadinya trombosis dalam penerbangan dibagi menjadi
2 yaitu:
1) Faktor yang berhubungan dengan kabin pesawat:
Immobilisasi
Coach Position
Tekanan udara yang rendah
Hipoksia relative
14
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Kelembaban udara yang rendah
Dehidrasi
2) Faktor yang berhubungan dengan pasien:
Kelebihan berat badan
Penyakit Jantung Kronik
Pengobatan dengan Hormon
Penyakit-penyakit Kronik
Keganasan
DVT sebelumnya
Pasca operasi/luka
Lesi di dinding vena poplitea
Merokok
Pencegahan:
Petugas menyarankan untuk menggerakan-gerakan jari, kaki,
tungkai bawah secara bergantian, bilamana dalam posisi duduk
yang lama atau sesekali berdiri dan jalan-jalan bila mungkin,
untuk itu disarankan:
1) Orang-orang yang mempunyai faktor risiko serius dan
berumur lebih dari 40 tahun agar berkonsultasi dengan
dokter sebelum bepergian.
2) Penumpang dengan tendensi oedem di tungkai atau
mempunyai faktor risiko serius, sebaiknya memakai
kompresi stocking.
3) Melaksanakan gerakan-gerakan kaki ditempat, bila
memungkinkan sekali-sekali berdiri dan berjalan-jalan,
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

15

terutama ada penerbangan jarak jauh.
4) Cukup minum dan makan snack serta hindari minuman
alcohol dalam usaha untuk menghindari dehidrasi.
Pengobatan:
Dengan anti koagulasi, Vena cavalfilter, fibriolitik dan
tromboektomi dan dapat ditambahkan dengan antiplatelet.
f. Mewaspadai darurat jantung pada penerbangan haji terutama
Lansia
Penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang rawan
terhadap berbagai tekanan situasi selama kegiatan ibadah haji,
termasuk dampak penerbangan haji yang cukup panjang.
Terdapat jenis penyakit jantung yang digolongkan sebagai
kelompok penyakit berisiko tinggi (risti) atau high risk disease
adalah penyakit jantung koroner (PJK). Oleh karena lebih dari
60% yang menunaikan ibadah haji berusia 45 tahun keatas,
maka akan sangat mungkin mewaspadai penyakit jantung
koroner. Melihat pada masalah deep vein thrombosis (DVT) dan
emboli paru, akibat kurangnya perhatian terhadap pencegahan,
telah jatuh banyak korban dalam penerbangan-penerbangan
jarak jauh di berbagai belahan bumi ini. Di Amerika serikat data
kematian penumpang rata-rata 43--47 orang setiap tahun, dan
dua pertiganya adalah pengidap penyakit jantung. Mengingat
menunaikan ibadah haji adalah hak setiap muslim, dilaksanakan
melalui persiapan yang cukup panjang, atas niat yang sangat
luhur, tidak ada seorangpun yang berhak melarangnya. Oleh
16
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

karena itu setiap dokter yang terkait dengan pelayanan jemaah
haji harus memposisikan diri secara bijak dan dilandasi oleh niat
untuk membantu setiap jemaah haji agar dapat melaksanakan
ritual ibadahnya dengan khusuk dan dengan risiko yang sekecil-
kecilnya.
g. Mewaspadai Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Bagi jemaah haji yang sehat, penerbangan haji dari sudut
pulmonologi tidak ada masalah, akan tetapi bagi jemaah haji
yang mempunyai penyakit paru-paru seperti obstruksi kronik
(PPOK), kemampuan paru untuk mengatasi dampak buruk
akibat rendahnya tekanan udara dalam kabin pesawat. Jemaah
haji yang menderita PPOK sebaiknya ditangani secara khusus
agar risiko terhadap dampak buruk penerbangan haji dapat
ditekan serendah mungkin. Harus diwaspadai kemungkinan
terjadi hipoksemia dalam penerbangan.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah fenonema berkurangnya
atau terhentinya aliran udara pernafasan yang terjadi saat tidur
akibat radius saluran pernafasan yang menyempit atau
obstruksi dari saluran pernafasan. ASA mempunyai peran
sebagai penyebab kematian hipertensi, meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke, serta penyebab kematian
mendadak (sudden death). OSA sangat penting diperhatikan
mengingat penerbangan haji adalah penerbangan jarak jauh,
mengingat risiko mati mendadak dan kecelakan yang
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

17

disebabkannya.
i. Sakit Kepala Pada Penerbangan Haji
Setiap tahun jemaah haji Indonesia berjumlah lebih dari 200
ribu orang, dimana lebih dari 40% termasuk usia lanjut
(Lansia). Walaupun para jemaah haji sudah mempersiapkan
segala sesuatunya dengan cermat dan lengkap, namun tidak
jarang dalam perjalanan penerbangan timbul gangguan,
keluhan yang dirasakan tidak nyaman, salah satu keluhan itu
adalah pusing bahkan sampai sakit kepala, dari ringan sampai
berat. Penurunan tekanan udara menjadikan penurunan
tekanan oksigen di dalamnya sehingga jumlah oksigen yang
dihirup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh relatif
semakin berkurang (hipoksia). Gangguan ini akan memicu
pelebaran pembuluh darah dan terlepasnya zat-zat mediator
inflamasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepekaan
saraf-saraf nyeri di kepala. Bagi sebagian jemaah haji keadaan
ini sudah dapat memberikan gangguan rasa kenyamanan,
terutama sakit kepala, apalagi pada penderita gangguan
jantung dan pernafasan kronis. Sakit kepala atau nyeri kepala
adalah istilah umum dari sefalgia, merupakan rasa nyeri atau
rasa tidak mengenakan pada pada daerah atas kepala
memanjang dari rongga mata sampai daerah kepala belakang.
Derajat rasa sakit kepala adalah subyektif, namun secara umum
dapat dibedakan menjadi rasa sakit kepala ringan, sedang, dan
berat.
18
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

j. Jemaah Haji Wanita Hamil
Pada kehamilan memasuki usia 28 minggu atau lebih trimester
terakhir, uterus atau rahim sangat sensitif terhadap rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam rahim sendiri. Rangsangan
dari luar rahim dapat berupa guncangan, getaran (vibrasi) saat
terjadi turbulensi, perubahan tekanan atmosfer dan tekanan
oksigen. Rangsangan diatas dapat menimbulkan kontraksi yang
berlebihan pada dinding/otot rahim. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya persalinan prematur. Perlu diperhatikan oleh TKHI
(khususnya Flight Nurse) pemasangan sabuk pengaman. Sabuk
pengaman dipasang pada panggul agar tidak terjadi Seat Belt
syndrom.
k. Jemaah haji berlensa kontak
Yang perlu diperhatikan pada pemakai lensa kontak:
1) Penurunan tekanan dalam ruang kabin, bila pemasangan
lensa kontak terlalu ketat dan terdapat udara diantara lensa
kontak dan selaput bening mata, udara tersebut akan
mengembang, akibatnya lensa kontak akan terlepas,
apabila lensa kontak tersebut keras dan tidak dapat dilewati
udara.
2) Kelembaban yang rendah. Pemakai lensa kontak dengan air
mata yang normal tidak banyak mengalami persoalan,
tetapi bagi mereka yang mengalami gangguan air mata
akan merasakan gangguan penglihatan.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

19

3) Dengan kelembaban rendah dan kondisi oksigen tipis
selaput bening pemakai lensa kontak akan terjadi edema
(pembengkakan), akibatnya terjadi gangguan ketajaman
penglihatan dan kurang nyaman.
l. Penyakit Menular
Pesawat terbang dalam penerbangan haji dibuat relatif sempit,
dengan tujuan muat calon jemaah haji lebih banyak dan biaya
murah. Dengan lama penerbangan kira-kira 8--10 jam dan
kurangnya istirahat akan memperbesar risiko penurunan daya
tahan tubuh. Penyakit menular menjadi salah satu masalah
kesehatan bagi para calon jemaah haji. Penyakit tersebut
terutama yang berkaitan dengan penularan melalui saluran
pernafasan dalam bentuk droplet antara lain tuberkulosis,
meningitis, influenza, flu burung, flu babi dan lain-lain.
Sedangkan penyakit yang ditularkan melalui saluran
pencernaan antara lain kolera, tifus abdominalis, disentri,
hepatitis dan poliomielitis. Selain itu perlu diwaspadai penyakit
menular dari Afrika yang mungkin terbawa oleh jemaah Afrika
melalui vektor, seperti demam kuning dan tifus bercak wabah.
Pada Lansia banyak mengalami perubahan fisik, fisiologi,
maupun psikologis yang perlu penanganan khusus supaya
keamanan, kenyamanan dan kesehatan mereka dapat dijaga
selama penerbangan. Perubahan fisik tersebut meliputi
berkurangnya kemampuan bergerak, keseimbangan, gangguan
sensoris, gangguan pendengaran, berkurangnya kemampuan
20
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

bergerak, keseimbangan, gangguan sensoris, gangguan
pendengaran, berkurangnya sensoris perasa, tajam penglihatan
yang berkurang, banyaknya keluhan pada jaringan lunak, gigi
geligi, dan meningkatnya angka kejadian penyakit jantung dan
paru. Perubahan psikologis yang sering terjadi adalah depresi
yang mengakibatkan sindroma takut terbang.
m. Jet Lag dalam penerbangan jarak jauh
Masalah yang timbul pada penerbangan jarak jauh adalah
gangguan psikofisiologik yang dikenal JET LAG, yang
merupakan pertanda bahwa irama sirkadian memerlukan
sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang baru. Gejala
yang paling menonjol adalah kelelahan fisik dan mental,
dehidrasi, penurunan energi, performance dan motivasi serta
gangguan pola tidur. Beberapa faktor yang dapat memperberat
Jet Lag diantaranya adalah kondisi kesehatan (sedang sakit),
stress mental dan fisik, jumlah zona waktu yang dilewati atau
lama penerbangan, keadaan kabin penumpang (pengap,
tekanan yang berubah-ubah, udara yang terlalu kering,
minuman yang mengandung alkohol, terlalu lama duduk selama
penerbangan).
Upaya yang dapat meringankan Jet Lag antara lain:
Diet anti Jet Lag:
Rumusan jadwal makan 4 hari menjelang keberangkatan:
Hari I : Makan pagi dan siang tinggi protein (telur, steak,
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

21

buncis)
Makan malam tinggi karbohidrat (kentang, spageti,
dll)
Hari II : Puasa dalam arti makan ringan (salad, sop ringan,
juice)
Hari III : Menu makanan seperti hari I
Hari keberangkatan susunan makanan seperti hari ke II
Sesampai ditempat tujuan makan pagi, siang dan malam seperti
biasa dengan jadwal waktu makan sesuai dengan waktu
setempat pengaturan tugas terbang, ditetapkan rumusan status
awak pesawat dengan jumlah jam terbang dan waktu istirahat.
Waktu istirahat, sebagai berikut:
istirahat 12 jam, jika penerbangan lebih dari 11 jam
istirahat 14 jam, jika penerbangan lebih dari 12 jam
istirahat 14 jam, jika melintasi 4 zona waktu atau lebih
istirahat 32 - 96 jam setelah melintasi 4 zona waktu atau
lebih dan kembali ke tempat asal
Beberapa kiat untuk megurangi kemungkinan terkena Jet Lag:
1) Sebelum melakukan perjalanan
Pastikan berangkat dalam keadaan rileks, bebas dari
beban fisik, dan psikis dan tidak dalam keadaan sakit.
Persiapkan segala keperluan jauh-jauh hari. Usahakan
meminimalkan transit, tidur lebih awal, agar tetap bugar
22
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

ketika berangkat.
2) Selama dalam perialanan
Begitu naik pesawat, ubah waktu jam tangan anda sesuai
dengan waktu negara tujuan, perbanyak minum air putih
dan sari buah, tidur selama perjalanan dilakukan hanya
waktu di tempat tujuan menyatakan demikian (malam),
lakukan gerakan peregangan dan relaksasi otot-otot tubuh
baik di tempat duduk maupun pada saat transit, lakukan
sesekali jalan-jalan didalam kabin, hindari minum kopi,
alkohol & orange.
3) Di Tempat Tujuan
Yang paling penting pertama kali anda lakukan adalah
melakukan aktifitas seperti yang biasa dilakukan di rumah
dengan menyesuaikan jam di tempat yang baru, termasuk
waktu makan dan tidur.
n. Lain-lain
1) Motion sicknes, hal ini bukanlah merupakan suatu penyakit
namun respon normal terhadap gerakan-gerakan dan
situasi yang tidak biasa dijumpai dengan gejala mual,
keringat dingin, pusing, lethargi, dan muntah. Wanita lebih
berisiko dari pria. Untuk mencegahnya jangan melakukan
perjalanan dalam keadaan perut kosong. Bila mual
usahakan kepala tetap tegak. Jangan membaca menunduk,
usahakan pandangan lurus kedepan. Sedang obat-obat
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

23

dapat menggunakan dramamine, antihistamin lainnya.
2) Nyeri sinus- telinga dan gigi. Volume udara dalam telinga
tengah dan sinus akan mengembang sekitar 25 % pada
tekanan 5000 - 8000 kaki. Bila saluran yang
menghubungkan antara rongga-rongga tersebut dengan
hidung baik maka tidak akan menimbulkan keluhan. Nyeri
pada gigi biasanya akibat gangren atau pulpitis. Bila telinga
terasa tersumbat maka lakukan manuver valsava yaitu
meniupkan udara melalui hidung dengan dengan mulut dan
hidung. tertutup dengan harapan saluran tuba eustachii
akan terbuka. Untuk pencegahan sebaiknya tidak terbang
bila sedang flu, pilek dan sinusitis.
3) Kedaruratan medik pada manusia usia lanjut
Penerbangan haji akan terasa nyaman dan tidak menjadi
masalah bagi mereka yang sering bepergian dengan
pesawat terbang. Akan tetapi, bagi mereka yang belum
pernah naik pesawat terbang atau bahkan kereta api
sekalipun, penerbangan haji yang berlangsung sekitar 8 -
10 jam dari tanah air hingga Arab Saudi dapat
menimbulkan beberapa kesulitan atau perasaan tidak
nyaman terutama pada jemaah haji Indonesia yang
sebagian besar termasuk Lansia
24
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


5. Evakuasi Medis Udara
Karena perbedaan lingkungan udara dengan darat maka perlu
diperhatikan lingkungan fisik dan fisiologis yang berpengaruh
kepada pasien sehingga pada pelaksanaan evakuasi pasien
dapat selamat dan aman sampai rumah sakit tujuan.
Perbedaan yang terjadi meliputi: penurunan tekanan
barometer sekitar pasien dengan segala akibatnya, pengaruh
percepatan dan pengaruh terhadap keseimbangan tubuh yang
mempermudah terjadinya motion sickness.
Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan evakuasi pasien melalui udara perlu
diperhatikan:
a. Pasien dapat duduk atau harus berbaring.
b. Jika berbaring lebih baik posisi kepala kearah ekor
pesawat, dengan kepala dan dada agak ditinggikan.
c. Apakah dengan adanya penurunan tekanan barometer
memperparah kondisi pasien atau terjadi efek disbarism".
d. Apakah pasien memerlukan oksigen selama perjalanan.
e. Apakah pasien memerlukan infus, bila perlu harus
menggunakan infus pump karena gaya gravitasi di kabin
pesawat kurang mampu meneteskan cairan infus.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

25

f. Pencatatan medis dari rumah sakit asal harus dibawa dan
pengobatan dari rumah sakit asal perlu dilanjutkan
g. Perhatikan alat kesehatan yang akan dibawa, sudahkah
voltase disesuaikan dengan listrik dipesawat. Jika pasien
menggunakan alat kesehatan yang mengandung gas
seperti pneumatik splain dan sebagainya ini berbahaya bila
ada perubahan tekanan barometer.
h. Sebelum dilakukan evakuasi medis udara pasien harus
stabilisasi dahulu sehingga kondisi pasien stabil selama di
pesawat
i. Jika mungkin letakkan pasien pada central gravity pesawat
sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh gerakan pesawat.
Perubahan Tekanan Barometer
a. Melakukan maneuver valsava untuk mencegah telinga tidak
nyeri.
b. Pasien jangan tidur waktu descent karena saat tidur tidak
merasakan perubahan tekanan sehingga tidak melakukan
gerakan menelan atau menggerakkan rahang agar telinga
pasien tidak sakit.
c. Bagi pasien ISPA perlu vasokontriktor lokal dan terapi
antihistamin atau dekongestan. Pemberian nasal drops atau
spray 15--30 menit sebelum de!icent.
d. Pengembangan udara diperut akibat disbarism dapat ditolerir
oleh tubuh manusia, dianjurkan jika ingin flatus jangan
26
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

ditahan, selain itu sebelum terbang gunakan diet yang tidak
mengandung gas. Pada wanita hamil trimester akhir
pengembangan gas diperut menyebabkan rasa tidak enak
diperut.
e. Pada pasien trauma setelah operasi atau tindakan invasif
diagnostik hati-hati karena mungkin ada sisa gas terperangkap
dan ini dapat menjadi bencana atau kematian.
Hipoksia
Pada pasien yang pertama kali merasakan terbang dengan
pesawat akan mengalami kecemasan sehingga pasien mengalami
hipoksia ringan, tidak nyaman, dan tidak menyenangkan
Pertimbangan Evakuasi Medis Udara
a. Resiko penerbangan
b. Apakah sudah stabil untuk dilakukan evakuasi medis udara
c. Untungkah dilihat dari segi biaya, fiskal, medis dan
transportasi
d. Apakah memang atas indikasi medis atau hanya dorongan
keluarga

Visitasi Pada Jemaah Haji
1. Definisi
Visitasi pada jemaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk
memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

27

bimbingan kesehatan di kelompok terbang (kloter) yang
dilakukan setiap saat agar tercapainya jemaah haji sehat.

2. Tujuan
Tujuan umum :
Tercapainya jemaah haji sehat di kloter
Tujuan khusus :
a. Terdeteksinya jemaah haji sakit secara dini untuk diobati,
dirawat dan dirujuk
b. Terbangunnya komunikasi antar petugas di kloter
c. Terbangunnya komunikasi antara jemaah dan petugas.

3. Lokasi visitasi
a. Selama di asrama embarkasi haji
b. Di pesawat
c. Selama di Arab Saudi (di pondokan)
d. Selama di asrama debarkasi haji

4. Kegiatan visitasi
Pemantauan dan respon serta bimbingan kesehatan yang
meliputi:
a. Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau
problem kesehatan lainnya)
b. Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan, baik pada diri jemaah, maupun
kondisi lingkungan (jemaah lain atau tempat tinggal)
28
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

c. Timbul tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan
pemeliharaan kesehatan
d. Timbul tindakan preventif dan promotif
5. Sasaran :
Seluruh jemaah haji, dengan prioritas jemaah usia lanjut.
6. Cara
a. Pada saat pelayanan kllinik (jemaah datang berobat,
konsultasi anjangsana)
Setiap dokter punya keahlian untuk melakukan 4
(empat) kegiatan diatas terhadap jemaah yang datang
berobat atau konsultasi
Disamping tindakan terhadap jemaah yang berobat
tersebut, dokter juga melakukan keempat tindakan
tersebut diatas pada orang-orang sekamar atau satu
rombongan dengan jemaah yang berobat
b. Visitasi ke kamar-kamar jemaah yang direncanakan
Dokter atau perawat yang melakukan kunjungan ke
kamar-kamar jemaah atau tempat-tempat lain dimana
jemaah berkumpul dapat melakukan 4 kegiatan diatas.
Cara praktis yang dapat dilakukan adalah:
Bertemu dengan kepala keluarga, kepala kelompok atau
yang ditokohkan, membahas 4 kegiatan diatas terhadap
jemaah dan keluarga serta teman-teman lain dalam satu
kamar atau satu rombongan.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

29

Melakukan pemeriksaan dengan melihat, bertanya dan
atau memeriksa fisik apabila diperlukan terhadap
keseluruhan jemaah yang ada dalam ruangan tersebut,
tanda-tanda adanya masalah kesehatan antara lain:
1) jemaah usia lanjut terlihat menyendiri tidak ada
keluarganya
2) jemaah usia lanjut mengeluh tidak bisa tidur, tidak
mau makan, capai dan tidak kuat lagi ke masjid
3) jemaah demam, batuk, penyakit menular akan cepat
sekali menular dalam satu kamar
4) kamar dengan penghuni padat orang atau barang,
tanpa ventilasi, pengap, panas
5) adanya beberapa jemaah sakit dengan gejala sama
mengindikasikan adanya KLB, perlu investigasi lebih
teliti
c. Visitasi tanpa rencana, adalah kegiatan sama dengan (b),
tetapi tidak ada rencana. Ini biasanya dilakukan dalam
kerangka silaturahhim
d. Koordinasi dengan petugas kloter, ketua rombongan dan
ketua regu serta jemaah untuk melakukan 4 kegiatan
tersebut diatas sesuai dengan kemampuannya masing-
masing. Jika ada masalah kesehatan perlu diinformasikan
kepada petugas kesehatan
30
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


7. Indikator
a. jemaah sakit dini terdeteksi, diobati, dirawat dan jika perlu
dirujuk ke BPHI
b. terbangun komunikasi jemaah dan petugas kesehatan
c. terbangun komunikasi antar petugas di kloter
8. Laporan visitasi
Kegiatan visitasi dicatat dalam Buku Laporan Visitasi
(terlampir)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

31


Lampiran :

CATATAN : VISITASI JEMAAH HAJI
TANGGAL :____/_____/_____ PONDOKAN SEKTOR
:..........................
WILAYAH
:..........................
DAKER :
MEKKAH/MADINAH/JEDDAH







CATATAN : VISITASI JEMAAH HAJI

TANGGAL :____/______/_____ PONDOKAN SEKTOR
:....
WILAYAH
:..
DAKER :
MEKKAH/MADINAH/JEDDAH





KHAVS
KHAVS
KHAVS
32
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Penyuluhan Kesehatan Dasar bagi Jemaah Haji
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya
melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu
agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib,
lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jemaah
haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga
diperoleh haji mabrur.
Penyelenggaraan ibadah haji tidak saja memerlukan
persiapan dari aspek tuntunan agama tapi juga kesiapan fisik.
Peran Departemen Kesehatan adalah mempersiapkan,
meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan jemaah
haji agar sehat mandiri. Untuk dapat melaksanakan peran tersebut
Menteri Kesehatan RI telah menerbitkan Keputusan Nomor
1394/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Haji Indonesia. Terkait dengan pemberdayaan
masyarakat/calon atau jemaah haji Menteri Kesehatan RI telah
menerbitkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
Sejalan dengan dukungan kebijakan yang ada, upaya
penyelenggaraan ibadah haji termasuk upaya kesehatan dari
waktu kewaktu selalu ditingkatkan. Namun dengan makin
meningkatnya jumlah calon jemaah haji dari berbagai keragaman
etnis dan tingkat pendidikan, masalah masih selalu muncul dan
semakin kompleks, seperti yang dilaporkan bahwa angka kesakitan
jemaah haji Indonesia 3,3 kali episode. Angka kematian jemaah
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

33

haji setiap tahunnya rata-rata 2 orang perseribu jemaah, dengan
proporsi sebab kematian terbanyak dikarenakan penyakit jantung
dan penyakit paru-paru. Penyelenggaraan haji tahun 2004
melaporkan bahwa 45% jemaah haji meninggal dipondokan.
Masalah kesehatan tersebut diatas diperburuk dengan masalah
lingkungan di Arab Saudi yaitu suhu udara yang sangat dingin
serta kelembaban udara yang sangat rendah yang merupakan
faktor risiko yang memberatkan kesehatan jemaah haji. Penyebab
masalah kesehatan di atas antara lain karena pengetahuan, sikap
dan perilaku kesehatan jemaah haji yang masih rendah, serta
kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam pemberdayaan
jemaah haji.
Paparan masalah tersebut diatas menggambarkan bahwa
penyelesaiannya mutlak memerlukan peran aktif dari para jemaah
haji sendiri melalui pemberdayaan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan haji di kloter, bekerja sama dengan kelompok-kelompok
potensial terkait, baik langsung kepada jemaah maupun melalui
ketua regu (karu) dan ketua rombongan (karom). Hal ini juga
sejalan dengan visi Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat Yang
Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan salah satu strategi utamanya
adalah Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk
Hidup Sehat yang maknanya lebih menekankan upaya preventif
dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dengan demikian, mutlak diperlukan pengembangan promosi
kesehatan haji yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Dengan meningkatkan upaya promosi kesehatan haji tentunya
34
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program
penyelenggaraan kesehatan haji yang selanjutnya mewujudkan
Jemaah Haji Sehat Mandiri.
Promosi kesehatan haji adalah upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat
calon/jemaah haji agar mampu sehat mandiri melalui
pembelajaran dari, oleh dan bersama calon/jemaah haji, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan haji.
Promosi kesehatan haji juga berarti upaya
memberdayakan individu, kelompok dan masyarakat jemaah haji
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan,
serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan
dari, oleh dan untuk jemaah haji sesuai dengan sosial budaya dan
kondisi setempat.
Pada promosi kesehatan haji, upaya perubahan/perbaikan
perilaku di bidang kesehatan disertai pula dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat
berpengaruh pada perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
Dalam pengertian tersebut di atas terkandung beberapa prinsip
sebagai berikut:
Fokus penyuluhan dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji
adalah individu, kelompok dan masyarakat jemaah haji.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

35

Memberdayakan adalah membangun daya, atau
mengembangkan kemandirian, sehingga mampu memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan
lingkungannya.
Upaya tersebut dilakukan dengan menimbulkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat serta
mengembangkan iklim yang mendukung.
Jemaah haji secara aktif berbuat, karena upaya pemberdayaan
tersebut adalah upaya dari, oleh dan untuk jemaah haji
sendiri.
Tempat pelaksanaan meliputi seluruh rangkaian dalam
pelaksanaan ibadah haji, mulai dari tanah air, di Arab Saudi
dan sampai kembali lagi ke tanah air.
Tujuan promosi kesehatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan di kloter adalah agar individu, kelompok dan jemaah
haji Indonesia mengetahui bagaimana hidup sehat, mau dan
mampu mempraktekkannya, serta mau dan mampu berpartisipasi
dalam upaya kesehatan yang ada.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah telah menetapkan 3
(tiga) strategi dasar promosi kesehatan yaitu Advokasi, Bina
Suasana dan Gerakan Pemberdayaan (dikenal dengan strategi
ABG) yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan
sarana/media komunikasi yang tepat. Ketiga strategi ini harus
36
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan sehingga
jemaah haji mampu hidup sehat mandiri.
Advokasi adalah upaya yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pimpinan atau
pengambil keputusan dan penyandang dana dalam pelaksanaan
program penyelenggaraan kesehatan haji utamanya dalam
pemberdayaan calon/jemaah haji.
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial
yang mendorong dan mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung para jemaah haji melakukan perilaku hidup sehat
menuju haji sehat mandiri.
Gerakan pemberdayaan adalah upaya/proses pemberian
informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan para calon/jemaah haji, serta proses membantu
para calon/jemaah haji, agar terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang dianjurkan (aspek practice).
Pelaksanaan ketiga strategi tersebut lebih efektif apabila
digalang kemitraan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan/memberi manfaat. Kesetaraan berarti tidak
diciptakan hubungan yang hierarkis, melainkan hubungan yang
dilandasi kepentingan bersama. Keterbukaan adalah adanya
kejujuran dari para masing-masing pihak pada setiap langkah
penyelenggaraan kesehatan haji. Solusi dalam penyelenggaraan
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

37

kesehatan haji yang adil adalah dikaitkan dengan keuntungan yang
didapat semua pihak.
Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan pada
dasarnya adalah proses komunikasi. Yaitu proses mengemas
pesan/informasi, menyampaikan pesan dan menerima pesan
dalam penyelenggaraan kesehatan haji. Agar pesan disampaikan
dengan tepat sehingga diterima dengan baik dan benar, maka
diperlukan kemampuan dalam melakukan komunikasi yang efektif.
Selain pesan tersebut, pemilihan metode dan sarana/media
komunikasi juga menentukan keberhasilan komunikasi tersebut.
PHBS
Bertolak dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari tentang
Promosi Kesehatan, pada pertengahan tahun 1995
dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional
atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia.
Dengan PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali
perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku
sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi
apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali
keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa
sehatkah diri dan lingkungannya itu untuk kemudian melakukan
penyesuaian yang diperlukan untuk dapat hidup sehat. Pendekatan
ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari
tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
38
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Perilaku hidup bersih dan sehat para calon/jemaah haji
tentunya sangat dipengaruhi sistem nilai, norma atau kultural
daerah asal jemaah haji, juga ekonomi dan pendidikan serta
keyakinan agama. Oleh karena itu strategi promosi kesehatan haji
yang dilaksanakan haruslah bersifat paripurna (komprehensif).
Gizi Klinis
Pelaksanaan ibadah haji memerlukan kondisi tubuh yang
sehat dan status gizi yang baik agar mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan di tanah suci antara lain suhu yang
lebih tinggi dan kelembaban yang Iebih rendah dibandingkan
dengan cuaca di Indonesia. OIeh karena itu penyuluhan gizi bagi
jamaah haji merupakan bagian penting dalam pelayanan
kesehatan.
Penyuluhan gizi harus dimulai sejak jamaah haji
memeriksakan kesehatan pada penapisan pertama di Puskesmas,
selama menunggu pemberangkatan dan selama berada di Arab
Saudi. Penyuluhan gizi bagi jamaah haji dititik beratkan pada
pemenuhan gizi seimbang dan pengaturan diet yang harus
dilakukan agar diperoleh kondisi tubuh yang baik dan
memungkinkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

39

40
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Jamaah haji harus menyadari pentingnya mepersiapkan status gizi
yang balk, sejak jamaah haji berniat untuk menunaikan ibadah
haji. Dengan niat dan tekad yang mantap jamaah haji Insya Allah
akan mampu menerima perubahan lingkungan yang akan
dihadapinya. Agar mampu menjalankan setiap kegiatan ibadah haji
tanpa kelelahan yang berarti, jamaah haji perlu makan dalam
jumlah yang cukup dan mutu yang baik sesuai dengan kaidah gizi
seimbang.
Penyuluhan gizi ditekankan pada kebiasaan makan yang
harus diterapkan sesuai dengan kondisi tubuh dan mengacu pada
gizi seimbang, sejak sebelum menunaikan ibadah haji dan selama
berada di tanah suci, hingga kembali ke tanah air dalam keadaan
sehat wal afiat. Disamping itu penyuluhan gizi juga ditujukan untuk
menerapkan diet bagi jamaah calon haji yang menderita penyakit
yang memerlukan penanganan diet. Berdasarkan pengalaman
nutrisionis (Ahli Gizi) sebagai tenaga kesehatan haji tahun 2001
diketahui bahwa penyakit yang sering kali dijumpai dan
memerlukan pananganan diet adalah Hipertensi, Diabetes Mellitus,
dan saluran pencernaan.
Makanan bergizi dapat membantu para jamaah calon haji
dalam mempertahankan kondisi tubuh agar tetap sehat dan prima.
Gizi adalah segala sesuatu tentang makanan dan kaitannya dengan
kesehatan. Makanan sehat dan bergizi yang seimbang adalah
makanan yang cukup zat gizinya sesuai keperluan tubuh. Setiap
zat gizi mempunyai fungsi yang khusus dalam tubuh. OIeh karena
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

41

itu sebaiknya semua zat gizi harus terdapat dalam makanan
sehari-hari. Setiap orang memerlukan jumlah makanan yang
berbeda sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan (kegiatan
ringan, sedang dan berat), jenis kelamin, kondisi tubuh, berat
badan, tinggi badan, lingkungan udara.
Selama berada di tanah suci kemungkinan besar jamaah haji
akan mengalami perbedaan kebiasaan makan. Keadaan ini harus
disadari sejak jamaah haji berniat untuk menunaikan ibadah haji.
Dengan niat dan tekad yang mantap, maka jamaah siap untuk
menerima perubahan yang akan dihadapinya termasuk mengenal
berbagai jenis hidangan atau bahan makanan baru yang terdapat
di Arab Saudi.
Kegiatan jamaah haji di Arab Saudi termasuk kegiatan fisik
yang berat. Lingkungan penuh sesak manusia, terik matahari dan
kelembaban rendah merupakan pengalaman fisik yang pertama
kali dialami. Sebaliknya dimusim dingin suhu udara dapat
mencapai 2C dengan kelembaban sangat rendah, sehingga rasa
dingin menusuk tulang dan menyebabkan kulit kering serta pecah-
pecah. Sirkulasi musim pada setiap tahunnya dapat dilihat pada
lampiran 2, untuk mengatasi hal tersebut makanan bergizi dalam
jumlah yang cukup harus dikonsumsi agar para jamaah haji
mampu memenuhi kebutuhan tenaga yang dikeluarkan.
Aklimatisasi / Adaptasi Lingkungan (Fisik dan Non fisik)
42
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Sebagai sebuah ritual yang panjang, ibadah haji tentu
membutuhkan energi fisik yang besar. Selain itu, kondisi alam
yang berbeda dengan tanah air juga membuat jamaah harus
beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Agar bisa menjalankan
ibadah haji dengan lancar, jamaah harus menjaga kesehatan dan
kebugaran semaksimal mungkin.
Sebelum berangkat, setidak-tidaknya selama 2 bulan terakhir
menjelang keberangkatan, jamaah dianjurkan melakukan hal-hal
berikut:
Memeriksakan kesehatannya di Puskesmas atau dokter
keluarga untuk mengetahui kondisi kesehatannya secara
cermat. Bila sakit harus segera diobati. Bila sakit menetap,
misalnya menderita sakit gula, dokter juga dapat memberikan
bekal obat dan cara-cara mengelola sakitnya selama dalam
perjalanan ibadah haji.
Penyesuaian kemampuan fisik untuk keperluan aktivitas haji
selama di Arab Saudi dengan berolah raga (aklimatisasi).
Vaksinasi meningitis dan influenza agar terhindar dari sakit
meningitis atau influenza yang sampai saat ini masih sering
menjangkiti jamaah selama di tanah suci.
Mengenal proses perjalanan ibadah haji selama di Arab Saudi
dan kondisi alam di Arab Saudi. Kemudian merencanakan
waktu dan cara pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan
kemampuan fisik masing-masing.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

43

Selama di Tanah Suci
Di tanah suci, jamaah dianjurkan melakukan hal-hal berikut:
Melaksanakan seluruh rukun haji, tapi memilih ibadah sunah
sesuai kemampuan.
Tetap menjaga kebugaran fisik dengan cukup makan, cukup
istirahat, dan berolah raga sambil melaksanakan ibadah pada
waktu yang tepat, baik pagi, sore, atau malam.
Mengingat suhu udara di sana sejuk tetapi kering, jamaah
perlu sering minum agar tidak kehausan dan tenggorokan
tidak sakit. Jamaah disarankan membawa air minum setiap kali
keluar rumah.
Menjaga kamar tidur agar tetap lapang dan tidak berdesak-
desakan oleh orang atau barang. Sirkulasi udara cukup, kalau
bisa cukup sinar matahari, sehingga dapat mengurangi kuman-
kuman penyakit yang ada di kamar.
Mengenali tempat-tempat pelayanan umum dan pos kesehatan
Indonesia dan mencatat nomor teleponnya. Jika bepergian
sebaiknya berombongan dan jika tersesat segera berteduh dan
datangi tempat pelayanan umum Indonesia atau petugas
kloter jamaah haji Indonesia terdekat (bertanda bendera
merah putih)
Jika sakit harus berobat ke dokter kloter yang memiliki cukup
perbekalan obat untuk jamaah.
44
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Menjaga silaturahmi dengan sesama jamaah. Sedapat mungkin
tetap berkomunikasi dengan keluarga di tanah air.
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik,
mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit
terkait.
Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan
buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni,
bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan
bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat
dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya
perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana
(contohnya kakus, tangki septik), atau praktek kebersihan pribadi
(contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Untuk menjaga kesehatan lingkungan selama di pondokan maka
harus dijaga agar ruangan harus tetap bersih, kopor dan pakaian
ditata rapih dan jendela dibuka agar terjadi sirkulasi udara dan ada
cahaya matahari yang masuk, disamping itu juga kamar mandi dan
WC harus selalu dibersihkan, jangan membuang kertas atau
sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan air bekas mandi
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

45

/ cuci tidak dapat mengalir keluar, serta sampah dibuang pada
tempat sampah yang letaknya mudah dijangkau, buanglah sampah
bila sudah penuh.
Menjaga Kebersihan Diri:
Mencuci Tangan sebelum dan sesudah makan
Mandi dan Mencuci perlu memperhatikan air yang jumlahnya
terbatas. Usahakan pakaian dijemur diluar kamar untuk
menghindari kelembaban yang tinggi (mengganggu
kesehatan)
Sikat Gigi minimal 2 (dua) kali sehari setelah selesai makan.
Perhatikan kebersihan Wastafel, jangan sampai air tidak
mengalir karena tersumbat kotoran/sampah.
Tahalul (gunting rambut / bercukur) Usahakan memakai
gunting rambut atau silet, pisau cukur milik sendiri untuk
mencegah penularan penyakit AIDS (virus HIV).
Di Pemondokan air bersih untuk makan dan minum didatangkan
dengan mobil tangki air, sebelum digunakan air harus dimasak
terlebih dahulu. Selain itu dapat membeli air aqua atau mengambil
air Zamzam. Juga yang perlu mendapat perhatian adalah peralatan
masak dan makan perlu dijaga kebersihannya, untuk mencegah
pencemaran dan penularan penyakit.


46
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

MATERI INTI UMUM 2(MIU.2)
IDENTIFIKASI & PEMANTAUAN LANJUT
(FOLLOW-UP) FAKTOR-FAKTOR RISIKO
DI KLOTER

Deskripsi Singkat

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang memerlukan suatu
persyaratan (istithoah). Hal ini berhubungan dengan kemungkinan
jemaah haji menghadapi berbagai tantangan (stres) sehingga
perlu diketahui manajemen terhadap faktor-faktor risiko bagi
jemaah haji di kloter.

Pendahuluan

Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup
bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi
ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Setiap tahun lebih 2
juta penduduk dunia yang berasal dari berbagai negara, dan
dengan warna kulit dan jenis kelamin yang berbeda, tumpah ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Satu dari sepuluh jemaah
yang hadir di Mekkah berasal dari Indonesia.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang memerlukan suatu
persyaratan (istithoah). Hal ini berhubungan dengan kemungkinan
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

47

jemaah haji menghadapi berbagai risiko sehingga perlu diketahui
manajemen terhadap faktor-faktor risiko bagi jemaah haji di kloter.

Salah satu tugas TKHI adalah melakukan pengelolaan faktor risiko
jemaah haji di kloternya, mulai dari proses identifikasi faktor risiko,
pemetaan, pemantauan, sampai ke pengendalian faktor risiko.
Faktor risiko dapat berasal dari jemaah sendiri (internal), yaitu
kondisi kesehatan/penyakit yang melekat pada jemaah yang dapat
menjadi berat selama perjalanan ibadah haji. Dapat juga berasal
dari lingkungan di luar jemaah (eksternal), seperti kemungkinan
tertular penyakit, terpapar aktifitas fisik yang padat, kepadatan
orang, iklim di Arab Saudi, dan lain sebagainya. Faktor risiko ini
harus diwaspadai dan dikelola sebaik mungkin agar tidak muncul
dan mengganggu kelancaran ibadah haji atau menyebabkan
kematian.

Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji di Kloter
Faktor Risiko Internal
Faktor risiko internal yang perlu diwaspadai dan diamati antara
lain:
Gangguan kesehatan/penyakit yang ada pada jemaah, seperti
hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll.
Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan,
seperti kebiasaan merokok, menyimpan jatah makanan untuk
dimakan di lain waktu (menunda makan), dll.
48
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Faktor risiko internal yang berupa gangguan kesehatan/penyakit
dapat diketahui dari hasil pemeriksaan kesehatan 1 dan 2 yang
terekam pada Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH), dan hasil
pemeriksaan kesehatan akhir di embarkasi yang dapat dilihat pada
pramanifest kloter. Faktor risiko internal berupa perilaku dapat
diketahui dengan pengamatan jemaah haji oleh TKHI kloter.
Faktor Risiko Eksternal
Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan
secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai
tempat sekitar kota Mekkah; meliputi:
Tawaaf (mengelilingi kabah sebanyak tujuh kali, dengan arah
berlawanan jarum jam, dimana kabah berada di sisi kiri
badan).
Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh
kali dari bukit Safa ke Mawa, yang berkisar 500 m sekali jalan).
Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah
sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam
sebelum wukuf).
Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit
dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia
yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin.
Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari
pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh
jemaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar
jumroh.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

49

Kegiatan di atas diperkirakan akan dapat menghabiskan 5 liter air
dari tubuh setiap jemaah dan menghabiskan 20 gram garam dari
proses keringat. Khususnya pada lelaki kegiatan di atas
disempurnakan dengan cukur rambut, sementara wanita cukup
dengan memotong beberapa helai rambut. Selama jemaah dalam
pakaian ihram dikenakan beberapa larangan yang disebut dengan
larangan ihram. Jemaah kemudian akan meneruskan perjalanan
dengan melakukan ziarah ke Madinah dan khususnya jemaah haji
dari Indonesia akan melakukan kegiatan Arbain yaitu sholat
berjemaah empat puluh waktu (delapan hari) di Mesjid Nabawi.
Selama berada di Madinah, para jemaah haji juga melakukan
ziarah ke berbagai mesjid bersejarah.
Perhelatan tahunan yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh
muslimin dan muslimat dari berbagai penjuru dunia, pada waktu
yang sama dan dalam tempat yang terbatas menyebabkan
kepadatan yang sangat dan menimbulkan tantangan bagi
kesehatan masyarakat. Jumlah penduduk kota Mekkah berkisar
antara 200.000 orang yang meningkat secara drastis menjadi lebih
dari 2 juta orang selama musim haji. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap ketersediaan air, makanan, dan fasilitas kesehatan
tempat-tempat umum. Risiko kesakitan akibat penyakit menular
meningkat dengan berbagai pemaparan secara global. Musim haji
tahun ini diperkirakan akan lebih dingin di banding dengan suhu
rata-rata di Indonesia. Hal ini juga akan menjadi faktor risiko
kesakitan penyakit tidak menular meningkat dan ditambah dengan
peningkatan aktifitas sehari-hari.
50
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


Potensial Penyakit di Arab Saudi

1. Penyakit Menular
Beberapa penyakit infeksi yang mempunyai potensi tinggi
terinfeksi dan berbahaya selama menunaikan ibadah haji
antara lain adalah:
Meningitis meningokokus
Adanya calon jemaah haji yang berasal dari daerah yang
endemis meningitis meningokokus merupakan sumber rantai
penularan penyakit ini. Kepadatan yang terjadi selama
menunaikan haji merupakan faktor risiko meningkatkan
penularan penyakit meningitis meningokokus. Pemerintah
Arab Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jemaah
haji atau yang melakukan umroh harus mendapatkan vaksinasi
meningitis meningokokus. Namun pada musim haji 2000 dan
2001 terjadi KLB meningitis meningokokus dengan jumlah
penderita masing-masing 1300 dan 1109 orang. Lebih dari
50% penderita di atas disebabkan oleh karena N. meningitidis
serogroup W135. Terjadi perubahan pola penyebab penyakit.
Sejak tahun 2001 pemerintah Arab Saudi sudah diperkenalkan
vaksin meningitis kuadrivalen. Namun demikian disadari bahwa
ada kemungkinan munculnya strain liar yang fatal.
ISPA dan Influenza
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

51

ISPA merupakan proporsi penyakit terbesar (57%) pasien yang
dirawat inap di RS Arab Saudi. Sementara data surveilans
kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA
(THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab
kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Studi tentang pola
penyakit menunjukkan bahwa H. Influenza, K pneumonia, dan
S pneumosia merupakan penyebab utama kejadia ISPA.
Influensa merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di
Arab Saudi. WHO menganjurkan bahwa calon jemaah usia
lanjut atau risiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk
mendapatkan vaksinasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa
insidens penyakit ini tinggi selama musim haji. Seiring dengan
meningkatnya kasus flue burung terutama dari beberapa
daerah di Indonesia maka pengamatan dan pengenalan yang
ketat terhadap gejala dan masa inkubasi harus dilakukan
dengan baik terutama di embarkasi.
Polio
Pemerintah Arab Saudi telah menyatakan bebas Polio sejak
tahun 1995. Namun setelah terindentikasi kasus polio di
Indonesia yang diduga dibawa dari Arab Saudi baik oleh
Jemaah haji ataupun tenaga kerja wanita dari Arab Saudi,
upaya lebih giat kini dilakukan untuk mencegah penularan
penyakit ini. Kasus polio dibawa oleh jemaah haji yang berasal
dari negara yang belum bebas polio. Saat ini pemerintah Arab
52
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Saudi mewajibkan setiap pengunjung berusia kurang 15 tahun
harus menunjukkan sertifikat vaksinasi polio.
Diare
Penyakit ini kerap menyerang jemaah haji Indonesia. Tahun
lalu dua kloter embarkasi Solo melaporkan kejadian luar biasa
diare saat mau mendarat di debarkasi Solo. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan.
Kebiasaan makan jajanan yang tidak terkontrol dan
menyimpan makanan terlalu lama merupakan faktor risiko
yang meningkatkan kejadian penyakit di atas.
Infeksi Melalui Cairan Tubuh
Penyakit yang kerap terjadi melalui cairan tubuh adalah
penyakit hepatitis B, C dan HIV. Di Mekkah potensi penularan
ini dapat terjadi karena jemaah haji banyak berasal dari daerah
yang endemis hepatitis. Cara penularan yang mudah dapat
terjadi melalui cukur rambut yang tidak bersih yang dilakukan
selama menunaikan ibadah haji.
2. Penyakit Kronis
Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau
risiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan
obat yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan
kegiatan fisik yang dikerjakan.
Data kematian haji tahun 2007 menunjukkan bahwa sebagai
besar kematian terjadi oleh karena penyakit kronis yang
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

53

berhubungan dengan peningkatan aktifitas fisik, seperti
penyakit jantung dan obstruksi paru kronis. Risiko meninggal
pada kelompok umur di atas 70 tahun meningkat secara tajam
(hampir 10 kali kelompok usia 50-60 tahun). Kematian yang
terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan cukup tinggi.
Hampir 40% jemaah yang meninggal berada di luar sarana
pelayanan kesehatan.
Dari uraian di atas, mengingat pentingnya pengelolaan faktor
risiko sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan
kematian jemaah haji, maka semua petugas TKHI kloter harus
mempunyai kemampuan melakukan identifikasi faktor risiko
jemaah haji di kloternya. Hasil identifikasi menjadi dasar
tindakan berikutnya berupa pemetaan faktor risiko jemaah,
pemantauan lanjut (follow-up), pengendalian faktor risiko,
termasuk juga kegiatan pembinaan dan promosi kesehatan.

Kepustakaan

1. Juzirman Moezakar, Soleh Nugraha dkk, Simposium
Kesehatan Penerbangan, Bandung, 2006
2. Susilo Wibowo, Mewaspadai Darurat Jantung Dalam
Penerbangan, Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 2006, hal 49-
62.
3. Susanto, Angkutan Penumpang Pesawat Udara, Makalah
Kesehatan Penerbangan, Surabaya, 2004
54
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


MATERI INTI UMUM 3 (MIU 3)
INVESTIGASI DAN PENGENDALIAN
WABAH/KLB PENYAKIT MENULAR DAN
DAMPAK BENCANA

Deskripsi Singkat

Melalui pembekalan materi ini peserta latih akan mempelajari
prinsip dan langkah dalam melakukan investigasi dan pengendalian
wabah/KLB penyakit menular serta pengendalian dampak bencana,
baik bencana alam maupun bencana akibat perbuatan manusia.

Pendahuluan

Perjalanan haji setiap tahun adalah merupakan ibadah mulia yang
menjadi idaman dan cita-cita setiap muslim di seluruh dunia.
Seorang muslim, baik yang sepenuhnya sehat maupun yang
memiliki riwayat penyakit terdahulu, termasuk penyakit infeksi,
akan berupaya untuk dapat memenuhi kewajiban agama tersebut.
Karenanya, ketika jutaan jemaah haji, dari berbagai negara
berkumpul bersama di tanah suci, cukup besar peluang terjadinya
transmisi berbagai jenis penyakit infeksi dari satu jamaah ke
jamaah yang lain, khususnya di tempat-tempat yang sangat padat
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

55

dengan jamaah pada kurun waktu tertentu yang singkat dalam
sebuah rangkaian ibadah haji di setiap tahunnya.

Keletihan, gizi yang kurang, stress dan kondisi higiene dan sanitasi
yang kurang baik di lingkungan pemukiman adalah beberapa
diantara berbagai faktor yang dapat mempermudah seorang
jamaah jatuh sakit, khususnya penyakit infeksi. Ketika penyakit
infeksi tertentu menyebar dengan cepat di lingkungan yang padat
jemaah dalam waktu yang singkat maka tidak mustahil akan
terjadi KLB (kejadian luar biasa) atau wabah. KLB penyakit-
penyakit infeksi tertentu apabila tidak dicegah atau ditangani
dengan cepat dapat berakibat fatal dan menimbulkan kerugian
jiwa yang tidak kecil, seperti misalnya KLB meningitis, kolera atau
pneumonia.
Perlu juga dicatat bahwa penyakit-penyakit non-infeksi tertentu
seperti cedera atau bencana (musibah masal) juga dapat terjadi di
tempat-tempat tertentu di sepanjang perjalanan haji.Kejadian KLB
penyakit non-infeksi seperti musibah cedera masal di terowongan
Mina atau di Jamarat pada thun-tahun yang silam, tidak jarang
terjadi berkaitan dengan masalah dalam manajemen pelayanan
jamaah haji di Arab Saudi.
Agar dapat mencegah dan mengendalikan dengan cepat dan sedini
mungkin berbagai potensi KLB atau wabah yang dapat menimpa
jamaah haji Indonesia selama perjalanan haji di tanah suci, tim
kesehatan haji Indonesia perlu memiliki pengetahuan yang cukup
56
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

tentang tujuan, prinsip dan langkah-langkah investigasi KLB/wabah
serta keterampilan yang memadai dalam melakukan investigasi
KLB/wabah tersebut.

Pengertian

Pengertian KLB (Kejadian Luar Biasa) menurut Kementerian
Kesehatan RI (2004) adalah: Timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
KLB dapat terjadi dalam lingkup:
1. penyakit menular, misalnya diare, kolera, meningitis, flu
burung, dll.
2. penyakit tidak menular, misalnya cedera/kecelakaan,
intoksikasi bahan berbahaya, bencana alam, gangguan
kejiawaan dll.
Kata wabah yang merupakan terjemahan dari kata epidemic
(epi=pada, demos=penduduk) yang secara umum memiliki makna
terjadinya kasus-kasus penyakit, kejadian atau perilaku spesifik
terkait kesehatan, pada suatu komunitas atau daerah, yang secara
jelas frekuensi kejadiannya melebihi perkiraan normal (Last, 1995;
Weber dkk dalam Thomas dan Weber, 2001; Chin, 2000; Dwyer
dan Groves, dalam Nelson, dkk, 2005; Giesecke, 1994). Istilah
wabah dan KLB memiliki persamaan yaitu peningkatan kasus yang
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

57

melebihi situasi yang lazim/normal, namun wabah memiliki
konotasi keadaan yang sudah kritis, gawat atau berbahaya,
melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih luas.
Secara khusus Kementerian Kesehatan (2004) membatasi
pengertian wabah sbb: Kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Untuk menetapkan dan mencabut ketentuan bahwa daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia merupakan daerah wabah
diperlukan ketetapan Menteri Kesehatan RI, sesuai UU No.4. tahun
1984, tentang Wabah Penyakit Menular.

Tujuan dan Prinsip-Prinsip Investigasi
KLB/Wabah

1. Tujuan Investigasi KLB/Wabah
Tujuan utama investigasi KLB/wabah (Weber, dkk dalam
Thomas dan Weber, 2001; CDC, 1992) adalah:
a. Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan reservoir dari
KLB/wabah
b. Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan
mengeliminasi KLB/wabah
c. Mengembangkan kebijakan untuk mencegah KLB/wabah di
masa datang
58
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


2. Prinsip-prinsip Investigasi KLB/Wabah
Prinsip-prinsip dasar investigasi KLB/wabah (Thomas dan
Weber, 2001) adalah sbb:
a. Walaupun secara teoritis langkah-langkah investigasi
KLB/wabah terdiri dari beberapa tahapan yang berurutan,
namun dalam prakteknya proses investigasi wabah bersifat
dinamis dan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan secara
simultan.
b. Teramat penting untuk senantiasa memelihara komunikasi
antara berbagai pihak yang bekentingan dalam
invenstigasi dan penanggulangan wabah, seperti Tim
Kesehatan Haji, Balai Pengobatan, Daerah Kerja,
Departemen Kesehatan dan Agama, bahkan jemaah haji
itu sendiri.
c. Prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, khususnya
berkenaan dengan rancangan studi dan analisis harus
diterakan secara benar (appropriate).
d. Semua tahapan investigasi dan proses pengumpulan
data/informasi harus direkam/dicatat secara teliti dan hati-
hati.
e. Tinjauan (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan
berdasarkan kepustakaan ilmiah yang relevan.
f. Tim kesehatan yang melakukan investigasi KLB/wabah
harus senantiasa berpikiran terbuka terhadap berbagai
kemungkinan sumber KLB/wabah yang belum terungkap.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

59


Langkah-langkah Investigasi KLB/Wabah

Langkah-langkah investigasi KLB/wabah (CDC, 1992; Dwyer dan
Groves, dalam Nelson, dkk, 2005) meliputi beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Persiapan lapangan
Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:
a. Persiapan investigasi
Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:
pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial
menjadi KLB/wabah
pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan
investigasi lapangan, termasuk pengetahuan & teknik
pengumpulan data dan manajemen spesimen
pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data
dengan komputer
dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai
material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner,
bahan/sediaan spesimen dan tes laboratorium
b. Persiapan administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek
administratif dari investigasi seperti: penyediaan perijinan,
surat-surat atau dokumen formal/legal dalam melakukan
60
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi yang
dapat diandalkan, kerapian dalam dokumentasi, pembagian
tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.
c. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim
kesehatan dalam proses investigasi. Sebelum melakukan
investigasi harus jelas, apakah tim kesehatan memiliki peran
langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari
pejabat/petugas kesehatan setempat (misalnya tim atau
organisasi kesehatan Arab Saudi), atau berperan memberikan
bantuan konsultasi terhadap pejabat/petugas lokal. Mengenal
dan menjalin kerjasama dengan petugas/staf/kontak lokal serta
otoritas setempat adalah sangat penting.
2. Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis
a. Konfirmasi kejadian KLB/wabah
Pada situasi KLB/wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua
kasus-kasus yang muncul saling terkait satu sama lain dan
terjadi akibat hal atau sebab yang sama. Oleh karena itu harus
dipastikan bahwa:
1) Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang
merupakan peningkatan tidak wajar dari kasus-kasus yang
saling berhubungan dan memiliki sebab yang sama dan
bukannya cluster sporadis kasus-kasus penyakit yang
sama tapi tidak saling berhubungan atau bahkan
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

61

kumpulan kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya
berasal dari beberapa penyakit yang berbeda.
2) Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan
(expected). Bagaimana mengetahui jumlah kasus yang
diperkirakan? Biasanya perkiraan dapat dilakukan dengan
membandingkan dengan jumlah kasus pada minggu atau
bulan sebelumnya, atau dengan bulan yang sama pada
tahun-tahun sebelumnya. Data tentang jumlah kasus
sebelumnya tentu harus diperoleh dari berbagai sumber-
sumber data yang tersedia di wilayah tersebut baik dari
sistem surveilens lokal, pencatatan dan pelaporan yang
rutin di komunitas atau di berbagai fasilitas kesehatan
lokal, kegiatan survei atau asesmen yang bersifat ad-hoc,
dll.
3) Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan
tersebut bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
artifisal (diluar peningkatan insiden penyakit yang
sesungguhnya), seperti misalnya peningkatan karena:
- perubahan definisi kasus
- peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)
- peningkatan sistem/prosedur pelaporan lokal
- peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari
pengobatan
- penambahan besar populasi
- dll.
62
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


b. Verifikasi Diagnosis
Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
1) memastikan bahwa penyakit/masalah kesehatan yang
muncul memang telah didiagnosis secara tepat dan
cermat.
2) menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan
laboratorium sebagai pendukung diagnostik.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:
1) ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
2) kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi
standar tertentu yang diharapkan
3) komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan
jamaah sakit, untuk menggali secara lebih akurat
riwayat penyakit dan pajanan potensial
3. Penentuan definisi kasus, identifikasi dan
penghitungan kasus dan pajanan
a. Penentuan definisi kasus
Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang
kriteria klinis untuk menentukan apakah seseorang dapat
diklasifikasikan sebagai penderita penyakit tsb. Definis
kasus dalam konteks KLB/wabah haruslah dibatasi oleh
karateristik tertentu dari, orang tempat dan waktu. Sekali
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

63

ditetapkan maka definisi kasus ini harus dipakai secara
konsisten pada semua situasi dalam investigasi.
Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus
dapat dibagi menjadi:
1) Kasus definitif/konfirmatif (definite/confirmed case)
adalah diagnosis kasus yang dianggap pasti
berdasarkan verifikasi laboratorium
2) Kasus sangat mungkin (probable case) adalah
diagnosis kasus yang ditegakkan berdasarkan
berbagai gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi
laboratorium
3) Kasus mungkin/dicurigai (possible/suspected case)
adalah diagnosis kasus yang ditegakkan berdasarkan
sedikit gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi
laboratorium.
b. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan
Dalam rangka menghitung kasus, terlebih dahulu harus
dipikirkan mekanisme untuk mengidentifikasi kasus dari
berbagai sumber kasus yang mungkin, seperti dari/di:
1. fasilitas kesehatan, seperti BPHI, Pos Medik, RS Arab
Saudi, dll.
2. pemukiman jamaah
3. sarana transportasi seperti pesawat
4. jemaah yang sakit atau keluarganya
5. dll.
64
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:
1. identitas kasus, misal: nama, no. jamaah, no. kloter,
nama asal embarkasi, no/nama rombongan no/nama
regu, dll.
2. karateristik demografis, misal; umur, jenis kelamin,
suku, pekerjaan
3. karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan
tanda sakit yang dialami, serta hasil lab
4. karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan
sebab-sebab penyakit dan faktor-faktor pemajanan
spesifik yang relevan dengan penyakit yang diteliti.
5. informasi pelapor kasus.
Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format
pelaporan yang standar, kuesioner atau form
abstraksi/kompilasi data. Form abstraksi/kompilasi data
berisi pilihan informasi-informasi terpenting yang perlu
didata untuk setiap kasus. Bentuk format kompilasi tsb
berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada format
line listing ini setiap kasus yang ditemui diletakkan pada
setiap baris, sementara setiap kolomnya berisi variabel
penting kasus tsb. Kasus baru akan
dimasukkan/ditambahkan pada baris di bawah kasus
sebelumnya, sehingga kita dapat memiliki daftar kasus
yang selalu diperbaharui (up-dated) berikut jumlahnya dari
waktu ke waktu.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

65

4. Tabulasi data epidemiologi deskriptif berdasarkan
orang, tempat dan waktu
KLB/wabah dapat digambarkan secara epidemiologis dengan
melakukan tabulasi data frekuensi distribusi kasusnya menurut
karakteristik orang, tempat dan waktu. Penggambaran ini
disebut epidemiologi deskriptif.
Tabulasi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan
karateristik orang dilakukan untuk melihat apakah karakteristik
orang/populasi tertentu memberikan tingkat risiko tertentu
untuk terjadinya penyakit. Karateristik orang yang lazim diteliti
adalah karakteristik demografis, klinis dan pajanan,
sebagaimana telah dicontohkan dalam butir IV.3.2.
Deskripsi data frekuensi distribusi kasus berdasarkan
karateristik tempat dimaksudkan untuk memperkirakan
luasnya masalah secara geografis dan menggambarkan
pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran (spreading)
penyakit berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat
dijadikan petunjuk untuk mengidentifikasi etiologi penyakit tsb.
Peta bintik (spot map) dan Peta area (area map) merupakan
bentuk penyajian data deskriptif menurut tempat yang sangat
berguna. Penerapan sistem informasi geografis (geografic
information system atau GIS) berikut piranti lunaknya dapat
mendukung tercapainya tujuan tersebut di atas.
Deskripsi frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik
waktu dilakukan untuk beberapa tujuan berikut ini:
66
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

a. mengetahui besarnya skala KLB/wabah dan
kecenderungan waktu (time trend) dari kejadian
KLB/wabah tsb. Untuk mempermudah tercapainya tujuan
ini KLB/wabah dapat digambarkan menggunakan kurva
epidemik (epi) ini.
b. memprediksi jalannya KLB/wabah di waktu-waktu
mendatang
c. mengenal pola epidemi yang terjadi, apakah common
source (berasal dari 1 sumber yang sama dan menyebar
sekaligus) atau propagated (menyebar dari orang ke
orang) atau campuran keduanya.
5. Pengumpulan specimen dan analisis laboratorium
Pengumpulan spesimen apabila memungkinkan dan layak
(feasible) dapat membantu konfirmasi diagnosis, bahkan untuk
penyakit tertentu merupakan penentu diagnosis, seperti
misalnya pada kasus kolera, salmonelosis, hepatitis dan
keracunan logam berat. Namun harus dipahami bahwa setiap
perangkat dan teknik tes laboratorium memiliki nilai validitas
(sensitifitas dan spesifisitas) tertentu yang akan menentukan
besarnya false positif atau false negatif dari diagnosis kasus.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

67


6. Formulasi dan uji hipotesis melalui studi
epidemiologi analitik
a. Formulasi hipotesis
Berdasarkan fakta-fakta epidemiologi deskriptif (deskripsi
kasus menurut orang tempat dan waktu), kita dapat mulai
membuat dugaan atau penjelasan sementara (hipotesis)
yang lebih fokus tentang faktor-faktor risiko atau
determinan yang diperkirakan terlibat dalam kejadian
KLB/wabah tersebut.
Hipotesis yang kita buat haruslah diarahkan untuk mencari
penjelasan tentang:
1) Sumber penularan
2) Cara penularan (mode of transmission)
3) Faktor-faktor risiko atau determinan yang
mempengaruhi terjadinya KLB/wabah
Proses penalaran dalam membuat hipotesis dapat
menggunakan pendekatan berikut:
1) Metode perbedaan (difference)
2) Metode kecocokan (agreement)
3) Metode variasi yang berkaitan (concomitant variation)
4) Metode analogi (analogy)
68
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


b. Uji hipotesis melalui studi epidemiologi analitik
Proses pengujian hipotesis bergantung pada bukan hanya
pendekatan/uji statistik yang dipakai tapi juga desain studi
epidemiologi analitik yang dipakai untuk menyelidiki
etiologi atau determinan penyakit yang menimbulkan
KLB/wabah. Desain studi epidemiologi analitik yang boleh
dipertimbangkan untuk digunakan dalam investigasi wabah
adalah studi kasus kontrol dan kohort.
Studi kasus kontrol secara praktis lebih efisien (mudah,
murah, hemat waktu dengan jumlah kasus yang sedikit)
sehingga lebih sering diterapkan pada situasi KLB/wabah.
Kumpulan/serial kasus yang sudah diidentifikasi dinyatakan
sebagai kelompok kasus, sehingga tugas selanjutnya
adalah mengidentifikasi dan menseleksi dengan baik
kelompok kontrol yaitu populasi yang tidak menderita
penyakit penyebab KLB/wabah. Dari kedua kelompok ini,
informasi tentang satu atau beberapa status pajanan,
faktor-faktor risiko atau etiologi dapat digali mundur ke
belakang (backward). Kuatnya hubungan antara
pajanan/etiologi dengan penyakit penyebab KLB dapat
diestimasi menggunakan ukuran OR (odds ratio) beserta
interval kepercayaannya (confidence interval). Ukuran OR
dari studi kasus kontrol klasik dipakai sebagai estimasi RR
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

69

yang memadai dengan syarat incidence rate penyakitnya
rendah.
Kelompok kontrol dapat dipilih dari beberapa kelompok,
seperti:
1) Jamaah yang berobat atau dirawat di fasilitas
kesehatan dengan diagnosis yang berbeda dengan
kasus, namun tidak berbagi pajanan (sharing
exposure) dengan kasus
2) Jamaah keluarga kasus, misal istri/suami, anak/orang
tua, atau saudara kasus
3) Jamaah lain yang bukan keluarga, namun masih
bertetangga dalam 1 kloter (kelompok terbang) atau
1 rombongan atau 1 regu atau tinggal 1 pemondokan
4) Jamaah lain yang bukan keluarga di luar kloter kasus.
Penerapan studi kohort didalam situasi KLB/wabah
mungkin lebih sulit, karena untuk melakukan studi kohort
dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi populasi orang
sehat yang berisiko untuk sakit (population at risk) dan
mengikuti/menindaklanjutinya (melakukan follow-up)
terhadap populasi tersebut sampai periode waktu tertentu.
Dengan bergerak kedepan (forward), masing-masing
kategori dari kelompok pajanan (misalnya kelompok
terpajan dan kelompok tidak terpajan) diamati dan diikuti
sampai munculnya satu atau beberapa penyakit yang
diteliti. Karena studi ini membutuhkan adanya proses
70
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

follow-up dengan risiko terjadinya drop-out dari subyek
yang diamati, maka studi ini relatif menjadi lebih kompleks
(lebih menghabiskan waktu, biaya dan tenaga) dibanding
studi kasus kontrol. Namun demikian studi ini secara
umum lebih baik dari kasus kontrol klasik dalam aspek
validitasnya. Kuatnya hubungan antara pajanan/etiologi
dengan penyakit penyebab KLB dapat langsung diestimasi
menggunakan ukuran RR (Relative Risk) beserta interval
kepercayaannya (confidence interval). Relative Risk yang
dipakai dapat berupa Cummulative Incidence Risk Ratio
(Risk Ratio) atau berupa Incidence Density Rate Ratio
(Rate Ratio), bergantung dari jenis ukuran frekuensi yang
dipakai dan jenis populasi kohortnya.
7. Aplikasi studi sistematik tambahan
Selain studi epidemiologi deskriptif dan analitik, kadangkala
diperlukan dukungan tambahan dari studi-studi sistematik lain,
khususnya ketika studi epidemiologi analitik masih belum
dapat menyuguhkan bukti-bukti yang kuat. Studi-studi
sistematik tambahan yang dapat dilakukan misalnya adalah
studi meta-analisis, studi kualitatif, studi mortalitas, survei
serologis atau investigasi lingkungan. Investigasi lingkungan,
dalam keadaan tertentu bermanfaat untuk menjelaskan
bagaimana KLB tsb terjadi, seperti misalnya penyelidikan
breeding places, reservoir atau kepadatan vektor penyebab
malaria, atau kondisi higiene dan sanitasi lingkungan yang
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

71

mungkin beperan dalam terjadinya KLB diare atau kondisi
sumber air minum yang terkontaminasi bakteri atau tercemar
zat berbahaya.
Untuk kepentingan pencegahan KLB/wabah di masa
mendatang, apabila memungkinakan dapat pula dilakukan
studi-studi intervensi seperti uji vaksin kolera, meningitis,
influenza, atau uji efektifitas (efficacy) terapi profilaksis
tertentu dll. Studi kecukupan sumber daya dan logistik untuk
penanganan KLB/wabah juga mungkin diperlukan.
8. Penerapan intervensi penanggulangan dan
pencegahan
Walaupun secara teoritis, penerapan intervensi
penanggulangan dan pencegahan berada pada langkah ke
delapan, namun dalam prakteknya langkah intevensi ini harus
dapat dilakukan secepat dan sedini mungkin, ketika sumber
KLB/wabah sudah dapat diidentifikasi.
Secara umum intervensi penanggulangan dapat diarahkan
pada titik/simpul terlemah dalam rantai penularan penyakit,
seperti:
a. agen etiologi, sumber, reservoir atau kondisi lingkungan
yang spesifik
b. keberadaan faktor-faktor risiko yang ikut berpengaruh
c. mekanisme transmisi penyakit
d. kerentanan host (yaitu jemaah haji) melalui program
kebugaran dan vaksinasi misalnya
72
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

9. Komunikasi hasil
Tugas terakhir dalam investigasi wabah adalah
mengkomunikasikan dengan baik hasil investigasi kepada
berbagai pihak yang berwenang, bertanggungjawab dan
terkait dengan intervensi penanggulangan dan pencegahan.
Format/bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah
berupa:
a. Penjelasan lisan.
Dalam format ini pihak-pihak yang berwenang,
bertanggungjawab dan terkait dengan intervensi
penanggulangan dan pencegahan. Presentasi oral haruslah
jelas, mudah dipahami dan secara ilmiah meyakinkan
pengambil keputusan sehingga dapat memotivasi mereka
untuk segera melakukan intervensi
b. Penulisan laporan.
Hasil investigasi juga perlu ditulis dalam laporan dengan
sistematika tertentu yang sesuai dengan standar-standar
penulisan ilmiah. Sistematika yang dipakai meliputi:
1) pendahuluan/latar belakang
2) tujuan
3) metodologi
4) hasil
5) pembahasan
6) simpulan dan saran/rekomendasi
Penulisan laporan ini disamping sebagai cetak biru
(blueprint) aksi penanggulangan juga bermanfaat
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

73

sebagai dokumen resmi untuk menghadapi masalah-
masalah hukum dan etik yang potensial. Dalam
konteks akademik laporan tertulis yang memenuhi
kaidah-kaidah penulisan ilmiah juga dapat menjadi
sumbangsih dalam penyebarluasan dan
pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang
kesehatan masyarakat dan epidemiologi.
Kepustakaan

1. CDC. Principle of Epidemiology. 2nd edition. 1992
2. Chin, J. Control of Communicable Disease Manual. 2000
3. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi
Penyakit). 2004.
4. Dwyer, DM dan Groves, C dalam Nelson, dkk. Outbreak
Epidemiology dalam Infectious Disease Epidemiology. Theory
and Practice. 2005
5. Giesecke, J. Modern Infectious Disease Epidemiology.1994
6. Last, J. Dictionary of Epidemiology. 3
rd
edition. 1995,
7. Weber, DJ. dkk dalam Thomas dan Weber. Investigation of
Outbreaks dalam Epidemiologic Methods for the Study of
Infectious Diseases. 2001.
74
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

MATERI INTI UMUM 4 (MIU.4)
PENGEMBANGAN TIM DALAM JEJARING KERJA
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KLOTER

DESKRIPSI SINGKAT
Pelayanan terhadap jamaah haji merupakan kegiatan yang
memerlukan seni dan keterampilan tersendiri, karena dilakukan
dengan jumlah jamaah yang begitu banyak serta dalam waktu
yang bersamaan serta berada di negeri orang. Khusus bagi tenaga
kesehatan yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) memegang peranan yang sangat vital karena berurusan
dengan keslamatan jiwa jamaah. Disisi lain ratio jumlah tenaga
kesehatan dan jumlah jamaah terlihat kurang memadai, oleh
karena itu dalam melaksanakan tugasnya TKHI harus mampu
memanfaatkan unsur-unsur jejaring kerja yang ada. Pemanfaatan
unsur jejaring kerja ini dapat optimal jika petugas kesehatan dapat
mengembangkan tim kerja dengan baik.
Pengembangan tim dalam jejaring kerja merupakan keterampilan
tersendiri yang harus dipersiapkan melalui pelatihan sebelum yang
bersangkutan melaksanakan tugas. Dalam materi ini akan dibahas
tentang (1) konsep dasar tim efektif dalam jejaring kerja, (2)
komponen komponen jejaring kerja dalam penyelenggaraan
kesehatan haji di kloter, (3) pengembangan tim efektif dalam
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

75

jejaring kerja dan (4) penyelesaian konflik dalam tim jejaring kerja
secara win win
URAIAN MATERI
A. Konsep Dasar Tim Efektif dalam Jejaring Kerja
Selama ini orang beranggapan bahwa tim dan kelompok adalah
sama, ternyata dalam kenayataannya sangatlah berbeda. Hal ini
dapat tegambar dalam pengertian beberap ahli seperti di bawah ini
:
Kurt Lewin berpendapat bahwa "The essence of a group is not
the similarity or dissimilarity of its members but their
interdepence"; "
W. H. Y. Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai
beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain
H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatu an persepsi.
Juni Pranoto berpendapat bahwa yang dinamakan kelompok
adalah sekumpulan dua oraryg atau lebih yang satu sarna lain
saling berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang merupakan
sekelompok/ sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain
76
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

saling berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu. Dari
pengertian itu, maka kelompok memiliki ciri ciri sebagai berikut :
Keberadaannya memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas-tugas organisasi atau pekerjaan-pekerjaan yang
mungkin saling berkaitan atau tidak berkaitan sama sekali
Orang-orang yang ditunjuk oleh organisasi yang bersangkutan
untuk menjalankan peran resmi tertentu yang sudah dirinci
misalnya sebagai Ketua Kloter, Dokter kloter dan lain
sebagainya
Memiliki struktur, hubungan tugas dan hirarkis yang telah
digariskan secara jelas.
Dari pengertian di atas muncul dalam benak kita apakah
kelompok sama dengan Tim? Dari beberapa kajian mendalam
didapatkan Kelompok belum tentu merupakan Tim, namun Tim
pasti merupakan suatu kelompok. Ini berarti bahwa kelompok akan
menikmati keberhasilan yang luar biasa jika menjadi satu kesatuan
yang lebih produktif yang disebut dengan Tim yang membentuk
jejaring kerja. Tim lebih merupakan kumpulan orang-orang yang
memiliki kebutuhan tertentu dalam jalinan jejaring kerja. Lalu
apakah perbedaan antara kelompok dengan Tim? Robert B.
Maddux dalam bukunya "Team Building" membedakan ke duanya
seperti uraian di bawah ini.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

77

KELOMPOK, cenderung memiliki ciri ciri sebagai berikut :
Anggota menganggap pengelompokan mereka semata-mata
untuk kepentingan administratif. Individu bekerja secara
mandiri, kadang-kadang berbeda tujuan dengan individu yang
lainnya walaupun berada dalam suatu jejaring kerja
Anggota cenderung memperhatikan dirinya sendiri karena
tidak dilibatkan dalam penetapan sasaran. Kadang-kadang
pendekatannya hanya sebagai tenaga yang menerima
bayaran untuk menjalankan salah satu fungsi yang terdapat
dalam jejaring kerja
Anggota diperintah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan
diminta saran untuk mencapai sasaran yang terbaik dan
anggota tidak di dorong untuk ikut ambil bagian dalam
pengambilan keputusan yang terjadi di jejaring kerja
Anggota tidak percaya pada motiv rekan-rekan sekerjanya
karena tidak memahami peran anggota lainnya, walaupun
mereka sama-sama dalam suatu jejaring kerja, oleh karena
itu menyatakan pendapat atau menyampaikan kritik dianggap
sebagai upaya memecah belah, karena kurangnya rasa
toleransi dalam pelaksanaan tugas. Sehingga anggota
terkadang berada dalam suatu konflik tanpa mengetahui
sebab dan cara pemecahan masalahnya.
78
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

TIM EFEKTIF, merupakan sebuah kelompok dengan ciri-ciri yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan
memahami bahwa sasaran pribadi maupun Tim paling baik
dicapai dengan cara saling mendukung. Waktu akan sangat
efektif karena masing-masing sangat memahami dan tidak
mencari keuntungan diatas anggota Tim yang lain;
Anggota Tim ikut merasa memiliki pekerjaan dan
organisasinya karena mereka memiliki komitmen terhadap
sasaran yang akan dicapai, oleh karena itu anggota memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan organisasi;
Anggota bekerja dalam suasana saling percaya dan didorong
untuk mengungkapkan ide, pendapat, ketidak setujuan serta
mencetuskan perasaan secara terbuka. Pertanyaan yang
muncul akan disambut dengan baik, dengan demikian
anggota akan menjalankan komunikasi dengan tulus karena
mereka saling memahami sudut pandang masing-masing;
Para anggota didorong untuk menambah ketrampilan dan
mene-rapkannya dalam Tim, mereka menerima dukungan
penuh dari Tim sehingga anggota akan berpartisipasi aktif
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi Tim.
Meskipun demikian mereka tetap menyadari bahwa keputusan
tetap ditangan pemimpin apabila Tim menemui jalan buntu.
Mereka menyadari bahwa konflik dalam Tim merupakan hal
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

79

yang wajar, karena dengan konflik merupakan kesempatan
bagi mereka untuk mengembangkan ide dan kreativitas.
Apabila terjadi suatu konflik akan diselesaikan secara
konstruktif;
B. KomponenKomponen Jejaring Kerja dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Kloter
Tim Kesehatan Haji di kloter merupakan bagian dari Tim
Pelayanan Haji secara keseluruhan yang secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:
80
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Komponen Jejaring Kerja dalam penyelenggaraan kesehatan
haji

KETUA KLOTER (TPHI)
TKHI
Dokter
Perawat/
Bidan
TPHI/ TPIH
Ketua
Rombongan
(Ka. Rom)
Ketua Regu
(Ka. Ru)
Kepala Sektor
Koord.
BPHI
Koord. Apt
& Alkes
Koord.
San-Sur
Ka. Daker
Waka. Daker Bid.
Yan Umum
Waka. Daker Bid.
Yan Kesehatan
Waka. Daker Bid.
Yan Bim Ibadah
Waka
Sektor Bid
Yanum
Waka
Sektor Bid
YanBimDah
Waka
Sektor Bid
Yan Kes
BP Sektor
Apt. Sektr
Sansur
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

81

Kloter sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah
haji dalam melaksanakan prosesi ibadah terdiri dari :
1. TPHI (Tenaga Pembimbing Haji Indonesia)
Tenaga ini direkrut oleh Departemen Agama dengan tugas
pokok melayani kebutuhan jamaah haji di kloter selama
melaksanakan prosesi ibadah
2. TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia)
Tenaga ini terdiri dari dokter dan perawat/ bidan yang direkrut
oleh Kementrian Kesehatan dengan tugas memberikan
pelayanan bidang kesehatan semenjak embarkasi hingga
debarkasi
3. Ka Rom (Ketua Rombongan)
Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu
menjadi pemimpin setiap 50 jamaah dalam melaksanakan
prosesi ibadahnya
4. Ka Ru (Ketua Regu)
Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu
menjadi pemimpin setiap 10 jamaah dalam melaksanakan
prosesi ibadahnya yang dikoordinasikan dengan Ka Rom
Keberhasilan organisasi kloter ini sangat ditentukan oleh kerjasama
diantara anggota tim kloter dan antara tim kloter dengan jejaring
kerja pelayanan jamaah haji secara keseluruhan. Dalam tim kloter
sebagai suatu kelompok harus memiliki keterikatan dan interaksi
yang harmonis agar dapat memacu terjadinya perubahan,
82
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

pertumbuhan dan perkembangan pribadi maupun tim sebagai
organisasi. Keterikatan dan interaksi yang harmonis tersebut akan
muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir (way of Thinking),
pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola tindak (way of
Action) (Prajudi Atmosoedirdjo : 1989).
Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi
serta pola tindak, akan memudahkan terjadinya titik temu berbagai
keinginan dan interest kedalam tujuan bersama (common goal),
yakni terlayaninya kebutuhan jemaah akan rasa aman, nyaman,
dan kesehatan secara optimal.
Masalah paling rawan dalam organisasi tim kloter adalah apabila
keinginan dan interes individu petugas dalam organisasi tim kloter
saling menganggap dirinya yang paling berkuasa terhadap suatu
persoalan yang muncul atau sebaliknya justru lepas tanggung
jawab ketika terjadi permasalahan. Jika hal ini terjadi maka
sebenarnya secara fakta petugas kloter hanyalah kumpulan
beberapa orang yang masing-masing mempunyai otorita untuk
mempertahankan kekuasaannya. Dengan demikian tujuan
diadakannya Tim Petugas pendamping Kloter menjadi sia-sia
belaka, karena jamaah haji tidak akan mendapat pelayanan
sebagaimana mestinya. Bahkan lebih jauh yang akan terjadi
adalah tiada hari tanpa protes jamaah sebagai bentuk manifestasi
rasa kekecewaannya terhadap pelayanan petugas dan hal ini
sangat merugikan citra bersama. Untuk mengantisipasi kejadian di
atas ada baiknya kita gunakan tujuh resep habits yang perlu
dimiliki oleh individu yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

83

dari Steven Covey (1997) yaitu : (1) Pro aktif, (2) Mendahulukan
yang utama, (3) Selalu memulai dengan tujuan akhir, (4)
Pendekatan menang-menang, (5) Berusaha mengerti orang lain
sebelum dimengerti oleh orang-orang lain, (6) Selalu menciptakan
sinergi, keterpaduan dan kebersamaan serta, (7) Selalu mengasah
dan mengembangkan diri baik fisik, sosial maupun nilai-nilai. Dari
ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya Tim adalah
pendekatan menang-menang, mengerti orang lain dan selalu
bersinergi.
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu manusia perlu
melaksanakan kegiatan bersama secara efektif sehingga pekerjaan
akan berjalan dengan efektif, oleh karena itu diperlukan sebuah
Tim yang efektif.
C. Membangun Tim Efektif dalam Jejaring Kerja
Dalam membangun tim efektif yang ada dalam jejaring kerja
dilakukan dengan cara (1) memahami manfaat membangun tim
dinamis, (2) membangun kebersamaan dan (3) membangun
kebanggaan tim
1. Manfaat Membangun Tim Dinamis
Mengapa ada Tim yang mampu bertahan lama dan ada yang tidak
dapat bertahan lama? Apabila berbicara tentang Tim, maka ada
Tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi, namun juga
ada yang hanya bertahan beberapa hari saja. Untuk itu maka
diperlukan suatu usaha bersama secara optimal untuk
menciptakan Tim yang dinamis.
84
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Tim Dinamis adalah Tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi
dengan memanfaatkan segala energi yang ada dalam Tim tersebut
untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan Tim yang
penuh dengan rasa percaya diri, Tim yang para anggotanya
menyadari kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Untuk mencapai tim
dinamis seperti yang diuraikan di atas maka sebaiknya setiap
anggota hendaknya menyadari dan memahami akan manfaat tim
dinamis seperti berikut :
a. Beroperasi secara kreatif
Dalam pelaksanaan kerja Tim sangat kreatif dan dinamis
dengan memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba
cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak takut
menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari-cari
peluang untuk mengimplementasikan tehnik yang baru
b. Memfokuskan pada hasil
Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui
kemampuan jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para
anggota Tim secara terus menerus memenuhi komitmen waktu,
anggaran, produktivitas dan mutu. "Produktivitas Optimum"
merupakan tujuan bersama
c. Memperjelas peran dan tanggungjawab
Peran dan tanggung jawab anggota Tim jelas. Setiap anggota
Tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya,
dan mengetahui dengan jelas peran temannya dalam Tim. Tim
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

85

yang dinamis selalu memperbaharui peran dan tanggungjawab
anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan
teknologi.
d. Diorganisasikan dengan baik .
Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan
jelas, Tim juga menginventarisir jenis ketrampilan yang dimiliki
oleh para anggota Timnya.
e. Dibangun diatas kekuatan individu
Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga pimpinan
Tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota
Timnya. Pimpinan Tim sangat memperhatikan bagaimana
memberdayakan Timnya, sehingga dalam pemberdayaan
disesuaikan dengan kompetensi masingmasing anggota Tim.
f. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain
Dalam Tim yang dinamis kepemimpinan dibagi diantara para
anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak.
Setiap anggota Tim memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi Pimpinan Tim manakala dibutuhkan
g. Mengembangkan iklim Tim
Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara
antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan
energi kelompok yang tinggi (bersinergi).
h. Menyelesaikan ketidaksepakatan
86
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Perbedaan persepsi dan ketidak sepakatan akan terjadi dalam
setiap Tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan
suatu wahana untuk pembelajaran hal-hal yang lebih positif.
Segala konflik akan diselesaikan dengan pendekatan secara
terbuka dengan teknik kolaborasi.
i. Berkomunikasi secara terbuka
Pembicaraannya secara asersi yakni bicara yang lugas, jujur
tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota
kelompok saling memberi dan menerima saran dari anggota
kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik
dan selalu berpikir untuk kepentingan bersama.
j. Membuat keputusan secara obyektif
Dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang
proaktif. Keputusan dicapai melalui konsesus. Setiap anggota
kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut.
Anggota kelompok bebas mengutarakan pendapat dan ide-
idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.
k. Mengevaluasi efektifitasnya sendiri
Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan
untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana salama ini.
Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
manajemen proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka
bisa segera memecah kannya sebelum berkembang menjadi
permasalahan yang serius

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

87

2. Membangun Rasa Kebersamaan Tim
Tahapan-tahapan dalam membangun Tim yang dinamis akan
berjalan dengan seksama, apabila anggota-anggota Tim
mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk
membangun rasa kebersamaan dalam suatu Tim, maka setiap
anggota kelompok harus mampu untuk menerima keragaman
anggota Tim. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap Tim
terdiri dari berbagai Individu yang memiliki latar belakang, peri-
laku, pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada seorang
manusiapun yang diciptakan sama persis termasuk orang yang
kembar sekalipun. Oleh karena itu Tim akan efektif apabila
dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang
pangkat, asal usul tenaga dan lain lain, sehingga
menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai yang
dilandasi oleh keterbukaan. Oleh karena itu dalam membangun
rasa kebersamaan tim hal hal dibawah ini perlu mendapat
perhatian :
a. Berorientasi pada Opini
Orientasi utamanya adalah membangun opini, bukan
dogmatis, dan tidak mengarahkan pada tindakan
mengutuk orang lain
Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau
bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi
istimewa pada gagasannya
88
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain,
bukan berorientasi pada gagasan perorangan
Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi
menginvestigasi pendapat orang lain.
b. Berorientasi pada Persamaan
Anggota Tim yang berorientasi pada persamaan melihat
keragaman sebagai suatu keunggulan. Perbedaan yang
dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi,
sudut, puncak dan dasar suatu permasalahan
Mengandalkan pada kekuatan energi semua anggota
Kepercayaan kepada anggota Tim akan meningkatkan
produktivitas/ kinerja
c. Berorientasi pada Tujuan
Anggota kelompok yang berorientasi pada tujuan
kelompok kecil kemungkinan akan menimbulkan
konflik, hal ini disebabkan oleh adanya keunikan
masing masing kelompok
Keseluruhan anggota Tim berorientasi pada tujuan
yang sarna
Anggota Tim mengakui bahwa masing-masing anggota
Tim memiliki tujuan, dan kemungkinan tujuan tersebut
bertentangan dengan tujuan Tim
Keunikan anggota kelompok yang muncul sesegera
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

89

mungkin diatasi, tidak dibiarkan sehingga melahirkan
permasalahan baru.
3. Membangun Kebanggaan Tim
Tim dinamis akan senantiasa mempertahankan prestasinya
secara maksimal. Oleh karena itu mempertahankan rasa
bangga sebagai Tim sangat diharapkan. Ini berarti bahwa
perlu ada suatu usaha untuk memotivasi Tim secara efektif
agar mampu membangun kebanggaan Tim. Faktor-faktor
yang harus di perhatikan dalam pemeliharaan Tim agar
anggota Tim mampu membangun kebanggaanya adalah
sebagai berikut :
a. Memotivasi" Anggota Tim untuk berkomitmen
Dalam memotivasi ini terlebih dahulu tentukan faktor-
faktor apakah yang dapat mempengaruhi orang tersebut
termotivasi dengan baik. Tanpa mengetahui hal tersebut
proyek besarpun belum tentu merupakan faktor stimulus.
Setiap individu memiliki motif yang berbeda-beda,
misalnya ada orang timbul harga dirinya dengan
menghargai kinerjanya, tetapi orang lain belum tentu
demikian.
b. Memotivasi anggota Tim yang tidak termotivasi;
Tidak setiap anggota Tim memiliki motivasi yang sama.
Ada anggota Tim yang produktif, ada pula yang enggan
berpartisipasi secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa
strategi yang jitu. Strategi tersebut antara lain (1)
90
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

dapatkan nasihat dari mereka, (2) jadikan mereka guru (3)
libatkan mereka dalam presentasi dan delegasikan kepada
mereka untuk menyelesaikan suatu masalah.
D. Menyelesaikan konflik dalam tim jejaring kerja
secara win win
Dalam suatu Tim yang berinteraksi satu sarna lain dalam mencapai
tujuannya selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan
Pendapat yang berlarut-larut akan menyebabkan konflik. Anggota
Tim perlu memahami bahwa konflik atau ketidak-sepakatan adalah
sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki sifat baik
atau buruk (konflik bersifat netral).
Konflik akan menghancurkan kemajuan Tim jika dibiarkan atau
tidak dkelola dengan baik. Tetapi konflik juga dapat mengarah
pada pengambilan keputusan yang baik jika dikelola secara efektif.
Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana Tim
mengelolanya.
Lalu apa sebanarnya yang dimaksud dengan konflik ? Isyarat
apakah yang merupakan gejala konflik dalam suatu Tim?
Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah respon terhadap
konflik? Dalam uraian di bawah ini akan membahas hal tersebut.
Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan. Reaksi kita
pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya konflik merupakan
bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung
menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelahian,
perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

91

Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan atau
kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa
kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi.
Selanjutnya Hanmer dan Hogan dalam bukunya How to Manage
Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah
segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi,
baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
maupun antar kelompok yang bersifat antagonis.
Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konflik
terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa
kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi,
terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut secara nyata.
Apabila konflik ini kita biarkan maka akan menghancurkan
kemajuan Tim, tetapi konflik juga dapat mengarahkan pada
pengambilan keputusan yang baik bila dikelola dengan baik dan
tepat.
Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya.
Untuk itu perlu mengenali isyarat isyarat adanya konflik secara
dini sebagai berikut :
Anggota Tim memberikan komentar dan saran dengan penuh
emosi
Anggota Tim menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan
tersebut dijelaskan secara tuntas
Anggota Tim saling menuduh bahwa mereka tidak memahami
masalah yang sebenamya
92
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Anggota Tim selalu menolak untuk berkompromi
Anggota Tim saling menyerang secara langsung pada
pribadinya
Suasana yang terbangun mengarah pada tindakan bermusuhan
:
Anggota Tim memasuki permainan menang kalah
Mereka lebih senang memenangkan kemenangan pribadi
dari pada memecahkan masalah
Suasana yang ditonjolkan pihak yang sedang berkonflik
masing-masing memegang teguh pada posisinya (Im in
my position) sehingga mempersempit celah komunikasi
dan membatasi keterlibatan yang lain. Anggota Tim tidak
melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan,
mereka bersikukuh dan berdiri teguh pada posisinya
Tidak setiap orang merespon terhadap konflik dengan cara yang
sama, respon-respon tersebut antara lain : (1) konfrontasi agresif,
(2) melakukan manufer negatif, (3) penundaan terus menerus
serta (4) bertempur secara pasif. Namun terkadang ada pula
anggota Tim meresponnya dari segi positif dan apabila hal ini yang
terjadi maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif.
Dengan demikian konflik diarahkan dengan menggunakan energi
secara sehat dan langsung untuk memecahkan masalah dengan
kata lain tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya
dengan menanggapinya secara rasional. Respon yang tepat ini
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

93

akan memperkuat Tim kerja dan melancarkan jalan untuk
mengatasi konfllk.
Menurut Bolton dalam bukunya Manajemen Konflik sumber-
sumber konflik adalah sebagaiberikut:
Menghalangi pencapaian sasaran perorangan;
Kehilangan status;
Kehilangan otonomi atau kekuasaan;
Kehilangan Sumber-sumber;
Merasa diperlakukan tidak adil;
Mengancam nilai dan norma;
Perbedaan persepsi
dan lain sebagainya





94
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Langkah langkah menyelesaikan konflik



Langkah 1: Mengakui adanya koflik.
Langkah ini merupakan langkah awal untuk penyelesaian konflik,
tanpa ada yang mengakui adanya suatu konflik maka masalah
tidak akan terpecahkan. Tim yang dinamis akan membahas konflik
secara dini karena kearifan dari semua pihak sangat diperlukan.
Langkah 2 : Mengidentifikasi konflik secara benar.
Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut dangan
identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan
memerlukan keahlian khusus. Mengapa demikian ? Konflik dapat
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

95

muncul dari akar masalah, tetapi juga karena masalah emosi. Oleh
karena itu perlu memilah antara masalah inti dangan masalah
emosional. Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu
konflik (misalnya ketidak sepakatan adanya tugas) sedangkan isu
emosional merupakan masalah yang akan memperumit masalah
tersebut. Misalnya salah satu anggota Tim mendapat tugas yang
sangat penting (masalah inti), orang lain merasa tersinggung
(masalah emosional), Untuk hal ini maka hendaknya kita
"mengatasi masalah yang inti terlebih dahulu.
Langkah 3: Dengar semua pendapat.
Lakukan kegiatan sumbang saran. Libatkan mereka yang terlibat
dalam konflik untuk megungkapkan pendapatnya, hindarilah
pendapat benar dan salah. Bahas juga mengenai dampak konflik
terhadap Tim serta kinerja Tim. Fokuskan pembicaraan pada fakta
dan perilaku bukan pada perasaan atau unsur pribadi. Hindari
mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi temukan mana yang
terbaik jika dipandang dari sisi positif.
Langkah 4: Bersama-sama mencari cara menyelesaikan
konflik
Dalam kegiatan ini dilakukan melalui diskusi terbuka sangat
diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka dapat memperluas
informasi dan alternatif serta dapat mengarahkaan pada rasa
percaya dan hubungan yang sehat diantara yang terlibat konflik.
Dalam Tim yang efektif tidak seluruh anggota kelompok menyukai
satu sama lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sarna
96
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

secara efektif.
Langkah 5: Mendapatkan kesepakatan dan tanggung
jawab untuk menemukan solusi.
Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu
doronglah mereka untuk bekerjasama memecahkan permasalahan
secara jitu. Buatlah semua anggota Tim senang terhadap solusi
yang dihasilkan. Oleh karena itu solusi harus diusahakan secara
bersama-sama. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain
menerima saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada
peran orang lain, dengan kata lain setiap anggota
mempresentasikan pendapat orang lain.
Langkah 6 : Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji
solusi.
Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan komitmen sangat
dihargai oleh anggota Tim. Mengkaji resolusi sangat diperlukan
untuk mengetahui tingkat keefektifan resolusi yang telah diberikan.
Gaya Tanggapan seseorang terhadap Konflik
Konflik apabila dihindari maka akan berdampak terhadap
keefektifan suatu Tim sehingga produktivitas Tim akan menurun.
Sebaliknya konflik akan menjadi sehat apa bila pihak-pihak yang
terlibat mau menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan keyakinan
mereka serta memperluas wawasan imajinasi mereka. Konflik yang
ditangani secara konstruktif akan merangsang anggota Tim lebih
kreatif sehingga akan memperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

97

itu setiap anggota Tim dalam menghadapi suatu konflik menurut
Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building
mengklasifikasikan ke dalam 5 (lima) gaya tanggapan sebagai
berikut:
98
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Gaya tanggapan sesorang terhadap konflik
GAYA CIRI PERILAKU ALASAN PENYESUAIAN
Menghindar
Tidak mau berkonfrontasi.
Mengabaikan atau melewatkan pokok
permasalahan.
Menyangkal bahwa hal tersebut
merupakan masalah
Perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu
besar untuk diselesaikan.
Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan
rusaknya hubungan atau justru menciptakan
masalah yang lebih kompleks
Mengakomodasi
Bersikap menyetujui dan tidak agresif
Kooperatif bahkan terkadang dengan
mengorbankan keinginan priadi.
Tidak sepadan risikonya, jika mengambil resiko
justru akan merusak hubungan dan menimbulkan
ketidak-selarasan secara keseluruhan

Menang/Kalah
Konfrontatif, menuntut dan agresif
Harus menang dengan cara apapun.
Yang kuat menang.
Harus membuktikan superioritas
Paling benar secara etis dan profesi.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

99

GAYA CIRI PERILAKU ALASAN PENYESUAIAN

Kompromi
Mementingkan pencapaian sasaran utama
semua pihak serta memelihara hubungan
baik.
Agresif namun kooperatif
Tidak ada ide perorangan yang sempurna.
Seharusnya ada lebih dari satu cara yang baik
dalam melakukan sesuatu.
Anda harus barkorban untuk dapat menerima.
Penyelesaian
Masalah
(Kolaborasi
win-win)
Kebutuhan kedua belah pihak adalah sah
dan penting.
Penghargaan yang tinggi terhadap sikap
saling mendukung.
Tegas dan kooperatif
Jika pihak-pihak yang terlibat mau membicarakan
secara terbuka pokok permasalahannya, biasanya
solusi yang saling menguntungkan dapat
ditemukan tanpa satu pihakpun merasa
dirugikan.
100
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

MATERI INTI UMUM 5 (MIU.5)
PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT MEDIK
DAN BEDAH DI LAPANGAN SERTA EVAKUASI
DENGAN ATAU TANPA ALAT


Tujuan Instruksional Umum:
Peserta dapat mengetahui, mengidentifikasi, dan mengatasi
masalah henti napas henti jantung.

Tujuan Instruksional Khusus:
Peserta dapat:
1. Mengetahui konsep D-R-C-A-B concept.
2. Mengidentifikasi faktor penyebab henti napas dan
henti jantung.
3. Mengidentifikasi tanda dan gejala henti napas dan henti
jantung.
4. Mengatasi masalah henti napas dan henti jantung
dengan teknik cardio pulmonary resuscitation.

Apabila kita melakukan pertolongan pertama pada korban
yang mengalami keadaan gawat darurat, maka ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dan hukumnya wajib dilakukan
untuk si penolong, siapapun itu penolongnya. Bahasa
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

101

internasional mengenal istilah DRABC (Danger, Respons,
Airway, Breathing and Circulation) sebagai langkah dalam
melakukan pertolongan.

PENJELASAN KONSEP D.R.A.B.C (KASUS UMUM)
Danger/ Bahaya
Menilai D adalah prioritas pertama
dan harus dilakukan. Dalam kondisi
apapun, ketika ingin menolong
korban selalu perhatikan keadaan
lokasi kejadian, dan hal yang harus
dilakukan adalah kaji apakah bahaya
untuk kita sebagai penolong ?, adakah bahaya yang
mengancam di lokasi kejadian?, jika situasi dan kondisi sudah
aman, maka segera berikan bantuan terhadap korban.


Response / Respon
Cek kesadaran dan keadaan
korban dilakukan setelah kita
yakin bahwa kondisi di sekitar
aman. Cara yang dilakukan
dengan memanggil nama atau
menepuk-nepuk bagian bahunya.
Jika korban sadar/ ada respon,
102
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

maka segera periksa apakah korban mengalami gangguan/
masalah pada Airway, Breathing atau Circulation (akan dibahas
lebih lanjut), namun jika korban tidak sadar/ tidak ada respon,
segera Call for Help, untuk meminta bantuan dan segera
lakukan tindakan pertolongan untuk membebaskan
masalah/gangguan pada Airway, Breathing atau Circulation.

AIRWAY/ JALAN NAPAS
Airway (jalan napas) adalah saluran jalan napas dimana
merupakan hal terpenting dan paling utama dalam
penanganan tindakan emergency pada suatu kondisi dimana
korban tidak sadarkan diri atau mengalami sumbatan jalan
napas. Jika korban mengalami sumbatan jalan napas, maka
respons time yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan
adalah kurang dari 4 menit. Otak, jantung dan paru jika tidak
mendapatkan supply oksigen maka akan mengalami kematian
jaringan. Maka dari itu, hal yang pertama kali harus dilakukan
pada korban jika mengalami masalah pada jalan napas adalah
bebaskan jalan napas korban. Masalah yang sering terjadi
adalah terjadinya sumbatan pada jalan napas sehingga korban
akan mengalami gangguan dalam supply oksigen.
Adapun sumbatan jalan napas terbagi menjadi :
1. Sumbatan Total
2. Sumbatan Parsial / sebagian

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

103

Sumbatan Total
Sumbatan total adalah sumbatan yang terjadi karena benda
asing yang menghalangi jalan napas sehingga oksigen tidak
akan bisa masuk atau biasa dikenal dengan . Jika tidak segera
dilakukan pembebasan jalan napas dalam waktu 4 menit,
maka korban akan meninggal. Sumbatan total biasanya karena
makanan atau mainan pada anak kecil yang tertelan dan
menyangkut di bagian saluran jalan napas.


Tanda dan gejala korban mengalami tersedak adalah :
- Batuk (memegangi leher)
- Usaha bernapas
- Sulit berbicara atau menelan
- Wajah, leher, bibir dan jari-jari kuku membiru
(sianosis)
- Tidak sadarkan diri.
-
Tindakan pertolongan untuk membebaskan jalan napas karena
sumbatan total adalah :
a. Heimlich Maneuver
b. Abdominal Thrust
c. Chest Trust
d. Back Blows
104
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Catatan : Pada orang yang gemuk dan ibu hamil, lakukan
tindakan chest trust.





























Tindakan pertolongan pada sumbatan jalan napas total
Heimlich Maneuver
Heimlich Maneuver - Self
Abdominal Thrust
Chest Trust - Baby
Back Blow - Baby
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

105

Sumbatan Parsial / Sebagian
Sumbatan sebagian terjadi karena benda asing yang sebagian
menutupi jalan napas. Biasanya jalan napas akan tersumbat
sebagian karena :
1. Cairan / darah
2. Lidah
3. Edema Laring

Tanda, gejala dan penanganan sumbatan parsial :
1. Cairan / darah
Terdengar suara seperti kumur-kumur (gurgling). Cara
penanganannya adalah dilakukan Log roll (jika korban
trauma) atau dengan memiringkan kepala korban (jika
korban tidak trauma) dan lakukan sapuan jari (finger
sweep) untuk membersihkan area mulut korban.
2. Lidah
Akan terdengar suara seperti mengorok/mendengkur
(snoring). Penanganan untuk orang awam adalah
dengan melakukan teknik Head tilt chin lift (jika
korban tidak trauma) atau lakukan teknik Jaw
Thrust (jika korban trauma).
3. Edema Laring
Suara yang terdengar seperti suara burung gagak
(stridor). Hal ini terjadi adanya penyempitan jalan
106
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

napas disebabkan karena factor diagnosis suatu
penyakit atau karena luka bakar yang mengakibatkan
terjadinya edema laring (bengkak di daerah laring)
sehingga semakin lama jalan napas semakin tertutupi,
sehingga mengeluarkan suara stridor. Tindakan yang
dilakukan adalah segera minta tolong, oksigen yang
adekuat, lalu akan dilakukan tindakan oleh petugas
kesehatan.

BREATHING/ PERNAPASAN
Setelah korban bebas dari sumbatan jalan napas atau tidak
memiliki masalah padan jalan napas, maka selanjutnya yang
harus dilakukan adalah cek pernapasan korban. Adapun
frekuensi napas normal adalah :

Dewasa : 12 20 x/menit
Anak : 20 30 x/menit
Bayi : 30 40 x/menit
Cek pernapasan dilakukan dengan cara Look, Listen and Feel
(Lihat, Dengar dan Rasakan) selama 10 detik.

Jika korban ditemukan tidak sadar lalu sudah melalui tahap D,
R, A, B, lakukan pemeriksaan dengan LDR. Jika korban
bernapas, hitung laju frekuensi napas, jika kurang atau lebih
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

107

dari normal berikan bantuan oksigen yang adekuat. Jika
korban tidak bernapas berikan napas bantuan sebanyak 2
(dua) kali.

Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan
nasal canule, rebreathing mask atau non rebreathing mask
dengan nilai konsentrasi oksigen yang dicapai berbeda.

CIRCULATION/ SIRKULASI
Masalah yang terjadi pada sirkulasi adalah terjadi pada sistem
sirkulasi darah ke seluruh tubuh, khususnya pada otak, jantung
dan paru. Dimana, jika terjadi keterlambatan suplai oksigen ke
jantung karena terdapatnya masalah pada sistem pembuluh
darah maka dapat mengakibatkan masalah yang serius pada
korban. Hal yang sering terjadi adalah henti jantung. Jika
korban sudah mengalami henti jantung, maka tindakan yang
harus segera dilakukan adalah Cardio Pulmonary Resuscitaion
(CPR).
Alat Liter/
menit
Konsentrasi
Oksigen
Nasal Canule 1 6 44 60 %
Rebreathing Mask 8 10 60 80 %
Non Rebreathing Mask 12 15 90 100 %
108
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Pada dasarnya masalah pada sirkulasi selain henti jantung,
adalah masalah perdarahan baik yang tertutup ataupun
terbuka. Masalah perdarahan karena adanya luka atau patah
tulang akan dibahas lebih lanjut pada bagian Wounds &
Fracture. Pada pembahasan ini akan difokuskan pada
penatalaksanaan CPR.

BANTUAN HIDUP LANJUT PADA KASUS HENTI JANTUNG

CPR harus segera dilakukan pada korban yang henti napas dan
henti jantung. CPR adalah tindakan memacu jantung dari luar
dangan cara memberikan tekanan pada tepat di tengah-tengah
dada korban dan lakukan hentakan tersebut sebanyak 30 kali
di selingi dengan 2 napas/tiupan buatan. Jika korban hanya
henti napas namun detak jantung masih berdenyut, maka
penolong hanya melakukan rescue breathing atau
pertolongan napas buatan saja sebanyak napas normal (12
20 x/menit).
Korban yang tidak sadar, setelah
melakukan tahapan Danger dan
Respon maka lakukan
pemeriksaan pada Circulation,
yaitu dengan cek nadi karotis
(pada bagian leher) korban. Jika
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

109

korban bayi maka cek nadi brakhialis. Cek nadi dilakukan
selama 10 detik. Jika nadi karotis teraba, maka pertahankan
pernapasan, namun jika nadi tidak teraba, segera lakukan CPR
30 kompresi : 2 tiupan. Lakukan hal ini selama 2 menit (5
siklus) sampai korban ada respons atau petugas medis sudah
tiba atau anda sebagai penolong kelelahan atau sudah
dinyatakan meninggal oleh dokter. Posisi pada saat
memberikan napas buatan, atur posisi bukan jalan napas
dengan head tilt cin lift atau jaw thrust agar udara yang
diembuskan masuk ke dalam aluran pernapasan dengan tanda
dada korban mengembang.
















CPR Dewasa CPR - Anak
110
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

TEKNIK PEMBERIAN NAPAS/ VENTILASI BUATAN
Ventilasi buatan dilakukan untuk memberikan udara kepada
penderita untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang dapat
menyelamatkan penderita. Udara yang kita keluarkan dari
paru paru kita berisi 16% oksigen. Ini lebih dari cukup untuk
menyelamatkan seseorang. Ventilasi buatan dilakukan pada
penderita yang tidak bernafas tetapi mempunyai denyut
nadi.

Cara melakukan ventilasi buatan:
Buka jalan nafas dengan cara head tilt chin lift (kasus non
trauma) atau jaw thrust (kasus trauma).
Taruh tangan anda pada
wajah penderita dan tutup
hidung penderita dengan
memencet bagian yang
lembut dari hidung
penderita dengan
menggunakan jempol dan
jari telunjuk anda, atau tutup hidung penderita dengan
menempelkan pipi anda ke hidung penderita.
Buka mulut penderita sambil tetap menahan rahang
keatas.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

111

Ambil nafas dan taruh mulut anda ke mulut penderita,
pastikan mulut anda menutup dengan rapat ke mulut
penderita.
Tiup secara perlahan lahan kemulut penderita selama
kurang lebih 1.5 2 detik:
Perhatikan naiknya dada.
Jaga agar kepala dan dagu tetap terangkat.
Jauhkan mulut anda dari penderita, lihat turunnya
dada, dan dengar serta rasakan tanda tanda
pernafasan telah diberikan.
Ambil nafas sekali lagi dan ulangi cara pemberian
setidaknya 2 (dua) pernafasan efektif (catatan, 2
pernafasan dimana dada penderita naik dan turun)
Lakukan ventilasi buatan pada 1 pernafasan setiap 4
detik (15 pernafasan per menit). INGAT KONDISI NADI
TERABA.
Periksa denyut nadi setiap menit

Jika memiliki masalah untuk memberikan tiupan yang efektif
(catatan, naik dan turunnya dada penderita), periksa kembali:
Periksa area mulut kemungkinan adanya sumbatan
karena benda asing
Mengangkat kepala dan dagu dengan benar
112
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


Metode Pemberian Ventilasi Buatan
1. Mouth to mouth
Ventilasi buatan dilakukan dengan cara dari mulutu
penlong ke mulut penderita, jangan lupa untuk proteksi
diri menggunakan barier.
2. Mouth to mask
Pemberian dengan menggunakan pocket mask yang
sekaligus menjadi barier pada saat peniupan.
3. Bag, valve and mask
Teknik yang digunakn dengan menggunakan BVM (Bag,
Valve and Mask). Selain sebagai barier, pertolongan
dengan menggunakan BVM biasanya oleh petugas yang
memiliki peralatan yang lengkap atau tersedia,
biasanya di rumah sakit.

SAAT MENGHENTIKAN CPR
CPR dihentikan apabila :
1. Korban sadar atau ada respon.
2. CPR dhentikan oleh dokter yang bertanggung jawab
karena sudah tidak ada harapan hidup kembali.
3. Jika petugas atau penolong kelelahan dan sudah
dilakukan dalam waktu yang lama (lebih dari 30 menit)
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

113

4. Jika sudah ada tanda-tanda pasti kematian (lebam
mayat, kebiruan).

Efek samping dilakukan CPR adalah
1. Patah tulang iga
2. Perlukaan/ rupture pada perut dalam / abdomen
3. Patah tulang sternum.

Jika hal ini terjadi tetapi korban belum ada respons, maka
lanjutkan CPR.


D-R- C-A-B Prosedur Cardio Pulmonary Resuscitation

Proteksi diri Danger
Cek kesadaran korban Respon
Aktifkan Integrated Emergency System meminta
bantuan kepada orang sekitar
Cek nadi carotis, jika nadi tidak teraba lakukan
kompresi jantung luar sebanyak 30 kali, dan
dilanjutkan dengan 2 kali tiupan.. Perbandingan
kompresi dan tiupan untuk dewasa 30 : 2 dengan letak
kompresi di tengah-tengah dada/ sternum dengan dua
tangan. Untuk korban anak seperti dewasa hanya
114
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

kedalaman penekanan sekitar 1/3 tebalnya dada. Jika
postur anak lebih kecil lakukan penekanan dengan satu
tangan. Untuk korban bayi dengan menggunakan dua
jari, dan untuk neonatus/ bayi baru lahir dengan dua
ibu jari. Perbandingan kompresi dan tiupan untuk anak
dan bayi dengan satu penolong 30:2, dan dua penolong
15 : 2. Untuk neonatus atau bayi baru lahir 3:1.

INGAT : HENTI JANTUNG SUDAH PASTI HENTI NAPAS
HENTI NAPAS BELUM TENTU HENTI JANTUNG

Jika pada saat cek nadi carotis ternyata nadi teraba, cek
pernapasan korban dengan cara look, listen and feel.
Jika korban bernapas, berikan recovery position. Jika
pasien tidak bernapas berikan pernapasan buatan
dengan cara mouth to mouth (mulut ke mulut), mouth
to mask (mulut ke masker), atau bag-valve mask
(dengan alat bag-valve-mask), sebanyak 2 (dua) kali
tiupan efektif dengan hidung tertutup. Tarik napas
normal dan berikan napas sampai dada korban terlihat
naik/ mengembang. Jika pada bantuan napas awal dada
korban tidak mengembang, maka sebelum melakukan
bantuan napas berikutnya cek mulut korban dan
keluarkan sumbatan yang ada atau cek kembali apakah
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

115

teknik membuka jalan napas korban sudah benar dan
jangan mengulang pemberian napas buatan lebih dari 2
kali sebelum melakukan kompresi dada.
CPR dihentikan jika ada respon dari korban, petugas
kelelahan, dan korban dinyatakan meninggal oleh
dokter.

Perbedaan CPR pada korban dewasa, anak dan bayi:
Tindakan Dewasa Anak Bayi Neonatus
Airway Head tilt
Chin lift
Jaw Thrust
Breathing 2 tiupan
awal
Rescue
Breathing
: 12 20
x/menit
2 tiupan
Rescue
Breathing
: 20 30
x/menit
2 tiupan
Rescue
Breathing
: 30 40
x/menit
1 tiupan
Rescue
Breathing
: 30 40
x/menit
CPR 30 : 2 1 penolong : 30 : 2
2 penolong : 15 : 2
3 : 1
Teknik
Kompresi
Dengan
dua
tangan
Dua
tangan
atau satu
tangan
Dua jari Dua ibu
jari
116
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

CPR Hanya Dengan Penekanan Dada Saja

Jika penolong merasa tidak nyaman untuk memberikan
bantuan nafas dari mulut ke mulut mengingat korban yang
ditolong tidak dikenal dengan baik atau karena penolong takut
tertular penyakit, maka:

CPR boleh dilakukan tanpa memberikan bantuan napas
(kompresi dada saja).
Lebih baik memberikan kompresi dada tanpa bantuan
nafas, daripada tidak melakukan sama sekali.
CPR kombinasi antara kompresi dada dan bantuan nafas
tetap merupakan yang terbaik.


Posisi Miring (Recovery Position)

Korban yang berusia di atas 1 tahun dapat menggunakan
tehnik ini:

Cara melakukan posisi miring:

Keluarkan benda-benda dari pakaian korban.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

117

Berlutut disamping korban, pastikan kedua tungkai
korban dalam posisi lurus.
Letakkan tangan korban (yang paling dekat dengan
penolong) disekitar kepala korban dan membentuk
posisi U.
Ambil tangan korban lainnya (yang paling jauh dengan
penolong) pegang punggung tangan korban menempel
pipinya.
Dengan tangan lainnya (penolong) tarik sekitar lutut
kaki korban yang terjauh dari penolong ke atas tetapi
telapak kaki korban tetap menyentuh lantai.
Ambil kuda-kuda disekitar paha korban.
Sambil tetap mempertahankan tangan korban di
pipinya, tarik tubuh korban miring ke arah penolong.
Tengadahkan dagu korban agar jalan napas terbuka.
Perhatikan jangan sampai korban bergulir ke arah
depan ataupun ke arah belakang.
Perhatikan napas dan nadi korban secara rutin.
Rubah posisi korban setelah 30 menit.

KESIMPULAN : DR CAB (CPR Concept Guidelines AHA
2010)
8
118
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Danger
Cek Respon : Sadar
atau tidak sadar

Jika TIDAK SADAR

Call for Help

Cek nadi Carotis : 10
detik

(Jika NADI TIDAK
TERABA)
CPR : 30 : 2

30 : kompresi
2 : tiupan

5 siklus 2 menit









Jika SADAR

- Observ
asi
- Recove
ry
Positio
n
Jika NADI
TERABA &
PERNAPASAN
NORMAL


- Recov
ery
Positi
on

Jika NADI TERABA &
PERNAPASAN TIDAK
ADA
(look-listen-feel 10
detik)

Bantuan napas :
- mouth to mouth
- mouth to mask
- bag valve and
mask
Berikan napas normal
sesuai RR normal (12
20 x/menit)
RECOVERY
POSITION

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

119

MATERI INTI UMUM 6 (MIU.6)
PENCATATAN DAN PELAPORAN

DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang
penting dalam sistem informasi Kesehatan Haji. Pelaksanaan
kegiatan kesehatan haji yang didukung oleh sistem informasi haji
dengan menggunakan berbagai macam aplikasi dan teknologi
informasi dapat memfasilitasi kebutuhan untuk pengumpulan data
secara cepat, pengolahan data yang besar dan banyak serta
komunikasi data yang cepat. Sistem pencatatan dan pelaporan
kesehatan haji memiliki jaringan komunikasi dengan berbagai
entitas yang tersebar di indonesia dan di Arab Saudi. Dengan
sistem yang terintegrasi dari saat sebelum haji berangkat hingga
saat kepulangan haji serta evaluasi pelaksanaan haji,
Untuk itu pencatatan & pelaporan perlu dibakukan berdasar tujuan
dan kegunaannya. Semua unit pelaksana program kesehatan haji
harus melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang
baku. Pencatatan dan pelaporan di Kloter merupakan salah satu
kegiatan pokok dalam pelayanan kesehatan haji. Secara umum
pencatan dan pelaporan ini tidak berbeda dengan pencatatan dan
pelaporan lazimnya, namun mempunyai keunikan dalam
kegiatannya, spesifik dalam tujuan dan kegunaannya.
120
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bagi Petugas TKHI Kloter, pencatatan dan pelaporan (R-R) yang
harus dikerjakan selama bertugas meliputi :
1. R-R Kunjungan sakit
2. R-R pada Buku Laporan Pelaksanaan Tugas TKHI
3. R-R Pengelolaan obat dan alat kesehatan di kloter
4. R-R jemaah yang dirujuk
5. R-R jemaah yang dirawat
6. R-R usulan jemaah Safari Wukuf
7. R-R Laporan
PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KLOTER
1. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah pembelajaran selesai, peserta mampu melakukan
pencatatan dan pelaporan berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya di kloter
Tujuan Khusus
Setelah pembelajaran selesai, peserta mampu melakukan :
1. Pencatatan laporan harian dikloter
2. Pencatatan dan pelaporan jemaah yang dirujuk
3. Pencatatan dan pelaporan jemaah setelah safari wukuf
4. Pencatatan dan pelaporan jemaah yang pulang dini
5. Pencatatan dan pelaporan kematian (COD)
6. Pengisian Outopsi Verbal
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

121

7. Pengisian code ICD X
8. Pencatatan dan pelaporan penyakit jemaah pada buku
kesehatan jemaah
9. Pencatatan dan pelaporan pengelolaan obat dan alkes
10. Mengetahui mekanisme pengiriman laporan
2. Uraian Materi
Pengertian
Sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan adalah metoda atau
cara-cara perencanaan dan pelaksanaaan terhadap semua bentuk
catatan dan laporan mengenai kesehatan yang di kerjakan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Yang dimaksud dengan catatan dalam sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan adalah semua bentuk kegiatan tulis menulis
yang dipakai dan disimpan oleh instansi atau petugas yang
bersangkutan itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan
pelaporan adalah semua kegiatan tulis menulis yang kemudian
dikirimkan kepada instansi atau pejabat yang lebih tinggi sebagai
bahan pemberitahuan atau informasi untuk instansi tersebut.
Adapun tujuan dari pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya
data dan informasi epidemiologi kesehatan haji sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dalam mewujudkan
kemandirian jemaah haji pada bidang kesehatan
122
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Syarat untuk sistem pencatatan dan pelaporan adalah : sederhana
bentuk formulirnya, seragam bagi unit yang sejenis, dan jelas
maksud setiap item yang ada didalamnya.
Pencatatan dan pelaporan pada operasional haji Kloter di Arab
Saudi merupakan administrasi pelayanan kesehatan haji Indonesia
yang dilaksanakan oleh petugas kloter di seluruh jenjang
pelayanan kesehatan selama operasional haji.
Kecepatan dan ketepatan waktu dalam pencatatan dan pelaporan
tersebut menjadi indikator baik tidaknya sistem pencatatan dan
pelaporan dalam penyelenggaraan kesehatan haji pada saat
operasional haji tahun itu.
3. Alur dan Waktu elaporan
Alur dan waktu pencatatan dan pelaporan mencakup waktu di
Tanah Air dan di Arab Saudi, di tanah air di koordinir oleh Pusat
Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI dengan menggunakan
saran Sistem Informasi kesehatan Haji, sedangkan di Arab Saudi di
Koordinir oleh Koordinator Bidang Kesehatan di TUH (Teknis
Urusan Haji) di Kota Jeddah.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

123



MENKES RI
Maksimal Jam 08.00 WIB


PUSAT KESEHATAN HAJI
Maksimal Jam 00.00 WIB


TUH
Maksimal Jam 24.00 WAS


DAKER
Maksimal Jam 17.00 WAS


SEKTOR
Maksimal Jam 15.00 WAS


MAKTAB/KLOTER


Jenis-jenis Pencatatan dan Pelaporan (R-R)
1) R-R kunjungan sakit pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH)
Pada setiap jemaah yang berobat di kloter, dilakukan
pencatatan ringkas di Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH), meliputi : tanggal kunjungan, anamnesis &
124
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

pemeriksaan fisik, diagnosis, tindakan/terapi, dan
keterangan lain yang dibutuhkan.
Bila jemaah perlu dirujuk, catat indikasi rujuk, tanggal &
jam merujuk, tempat rujukan. Sertakan BKJH pada saat
merujuk dan serahkan kepada petugas kesehatan di
tempat rujukan. Saat jemaah dipulangkan kembali ke
kloter, pastikan pada BKJH tercatat diagnosis di tempat
rujukan, terapi, dan rencana tindak lanjut dari dokter di
tempat rujukan. Diagnosis penyakit ditulis sesuai dengan
ICD-X. Daftar diagnosis penyakit yang mungkin muncul
(sesuai ICD-X) dapat dilihat di Buku Saku Kloter.
Rekapitulasi kunjungan sakit dituliskan pada form terlampir
2) R-R pada Buku Laporan Pelaksanaan Tugas TKHI
Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
TKHI, maka setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh TKHI
dicatat dan dilaporkan dalam Buku Laporan Pelaksanaan
Tugas TKHI.
Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban, kegiatan yang
dicatat di dalam buku ini juga dapat dijadikan sebagai
informasi bagi kepentingan program kesehatan haji
selanjutnya.
Pencatatan dilakukan di setiap etape perjalanan ibadah
haji, mulai dari pesawat saat keberangkatan ke Arab Saudi
sampai di pesawat saat kepulangan ke Indonesia.
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

125

Pelaporan dilakukan di setiap daerah kerja (Daker) dengan
meminta pengesahan dari petugas kesehatan yang
berwenang di Daker (Wakadaker Bidang Kesehatan).
Petunjuk penggunaan buku ini dapat dilihat pada Buku
Laporan Pelaksanaan Tugas TKHI.
3) R-R Pengelolaan Obat & Alat Kesehatan di Kloter
Setiap kloter akan menerima 1 (satu) tas kloter yang berisi
obat dan alat kesehatan. Daftar obat dan alat kesehatan di
kloter dapat dilihat di Buku Saku Kloter. Selanjutnya obat
dan alat kesehatan itu harus dikelola oleh petugas kloter.
Setiap penerimaan, pengeluaran, dan permintaan obat dan
alat kesehatan harus tercatat dalam formulir harian yang
disediakan untuk itu, dilaporkan setiap hari ke Sub Daker
(kesepakatan jam pelaporan akan ditetapkan kemudian).
Formulir dapat diperoleh di Daker/Sub Daker.
Ketepatan pencatatan dan pelaporan obat dan alat
kesehatan ini sangat diperlukan untuk perencanaan obat
dan alat kesehatan tahun berikutnya.
4) R-R jemaah rujuk, rawat dan jemaah Safari Wukuf
Jika kondisi jemaah tidak memungkinkan untuk ditangani
dikloter, maka dokter kloter mengajukan usulan jemaah
yang karena kondisi kesehatannya untuk dirujuk, dirawat
pada sarana layanan yang lebih lengkap dan dianggap
126
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

tidak mampu melaksanakan wukuf tanpa bantuan petugas
kesehatan.
Usulan dicatat pada formulir yang diperuntukkan untuk itu
(dapat diperoleh di BPHI Sektor) dan diserahkan kepada
petugas kesehatan di BPHI Sektor. Kriteria
penyakit/kondisi kesehatan jemaah Safari Wukuf
ditentukan oleh Wakadaker Bidang Kesehatan di Mekkah.
MANFAAT DAN TATA LAKSANA ICD X DALAM
KESEHATAN HAJI
A. Pendahuluan
Nomenklatur merupakan sistem yang digunakan untuk istilah
medis yang menggambarkan penyakit, symptom, dan prosedur.
Nomenklatur juga dikenal sebagai terminologi klinis.
Penggunaan nomenklatur harus kompatibel dengan sistem
klasifikasi yang merupakan sistem yang dapat mengelompokkan
penyakit-penyakit dan prosedur-prosedur yang sama dan diakui
secara internasional. Klasifikasi Internasional Penyakit, Revisi
Kesepuluh atau ICD 10 merupakan klasifikasi penyakit yang
digunakan pada saat ini. Sistem ini akan memudahkan
pengaturan, penyimpanan, pengambilan, dan analisis data
kesehatan. Terlebih lagi, untuk pengembangan dan penerapan
pencatatan pasien yang terkomputerisasi.
Kebijakan dan prosedur sangat dibutuhkan untuk mengawasi
proses koding. Penggunaan perbendaharaan klinis oleh para
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

127

klinisi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan
mengambil data untuk tujuan administrasi (statistik,
pembayaran, peralatan, dll), dan klinis (mengembangkan
pelayanan medik).
B. Tujuan dan Kegunaan ICD
a. Klasifikasi morbiditas dan mortalitas untuk tujuan statistik
b. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana
pelayanan kesehatan
c. Pelaporan diagnosis tenaga medis
d. Memudahkan penyimpanan dan pengambilan data
e. Sebagai dasar pengelompokan DRGs untuk pembayaran
f. Pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas
g. Tabulasi data pelayanan kesehatan untuk evaluasi
perencanaan pelayanan medik
h. Menemukan bentuk pelayanan
i. Analisis pembayaran pelayanan kesehatan
j. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis
C. STRUKTUR ICD-10
ICD-10 terdiri atas 3 volume, volume 1 berisi klasifikasi utama
disebut dengan Tabular lis, volume 2 petunjuk penggunaan,
sedangkan volume 3 indeks alfabet. Volume 1 terdiri atas 21
128
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

bab yang disusun menurut sistem anatomi (body system) dan
grup khusus. Pengkodean menggunakan alfa numerik A00-Z99
kecuali U belum digunakan yang dipersiapkan untuk kode
diagnosis baru. Masing-masing bab dimulai dengan huruf,
empat belas bab menggunakan satu huruf, tiga bab bergabung
dengan bab lain, dan bab yang lain lebih dari satu huruf (lihat
lebih lanjut pada table 1).
Setiap bab dibagi menurut blok, setiap blok terdiri atas tiga
karakter dan setiap kategori tiga karakter dapat dirinci mejadi
kategori empat karakter atau lebih sesuai dengan rincian setiap
tiga karakter tersebut (lihat gambar 1).
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

129

















Gambar ICD-10 terdiri atas 3 volume, volume 1 berisi klasifikasi
utama disebut dengan Tabular lis, volume 2 petunjuk penggunaan,
sedangkan volume 3 indeks alfabet. Volume 1 terdiri atas 21 bab
yang disusun menurut sistem anatomi (body system) dan grup
khusus. Pengkodean menggunakan alfa numerik A00-Z99 kecuali
U belum digunakan yang dipersiapkan untuk kode diagnosis baru.
Masing-masing bab dimulai dengan huruf, empat belas bab
menggunakan satu huruf, tiga bab bergabung dengan bab lain,
dan bab yang lain lebih dari satu huruf (lihat lebih lanjut pada
table 1).
Setiap bab dibagi menurut blok, setiap blok terdiri atas tiga
karakter dan setiap kategori tiga karakter dapat dirinci mejadi
kategori empat karakter atau lebih sesuai dengan rincian setiap
tiga karakter tersebut (lihat gambar 1).
r 1. Struktur ICD - 10
A00-09
A10-A19 A20-A29 Z80-Z99
Bab I-XXI
Karakter I
A00 A01 Dst A09
Blok
A01.0 A01.1 Dst A01.4
3 Karakter
4 Karakter
A Z Kecuali U U
130
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


Tabel 1. Rincian bab ICD-10

Bab ICD Kode Awal Farr"s
I Penyakit parasistik dan infeksi tertentu A,B Epi
II Neoplasma C,D Gen
III Penyakit darah dan organ pembentuk darah D Gen
IV Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolic E Gen
V Gangguan mental dan perilaku F Gen
VI Penyakit sistem syaraf G BS
VII Penyakit mata dan organ mata H BS
VIII Penyakit telinga dan prosessus mastoideus H BS
IX Penyakit sistem sirkulasi I BS
X Penyakit sistem nafas J BS
XI Penyakit sistem cerna K BS
XII Penyakit kulit dan jaringan subkutan L BS
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

131

Bab ICD Kode Awal Farr"s
XIII Penyakit sistem muskulokeletal dan jaringan
penunjang
M BS
XIV Penyakit sistem kemih N BS
XV Kehamilan, kelahiran, dan masa nifas O Gen
XVI Kondisi tertentu yang bermula dari masa perinatal P Divl
XVII Kelainan kongenital, deformitas, dan kelainan
kromosom
Q Divl
XVIII Tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan klinik &
laboratorium yang tidak normal
R Gen
XIX Cedera dan keracunan S, T
CADANGAN u
XX Seluar kesakitan dan kematian V, W, X, Y Gen
XXI Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan
kontak dengan pelayanan kesehatan
Z Gen
132
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2010


A. Penggunaan ICD-10
Dalam menggunakan ICD-10 perlu diketahui bagaimana
menggunakan ICD, dan peraturan morbiditas serta petunjuk dan
peraturan kode mortalitas, yaitu:
I. Peraturan Umum sistem Dagger dan Asterisk, serta delapan
langkah dasar pedoman sederhana dalam menentukan kode.
II. Peraturan Morbiditas
III. Peraturan Kode Mortalitas
1. Keterangan untuk Peraturan Morbiditas
Untuk pengkodean morbiditas sangat bergantung pada
diagnosa yang ditetapkan oleh dokter yang merawat pasien
atau yang bertanggung jawab menetapkan kondisi utama
pasien yang kemudian diklasifikasi dalam kode penyakit. Hal
yang dapat dijadikan tanda adalah gejala tanda, alasan kontak
dengan pelayanan kesehatan, kondisi multiple.
Hal yang perlu dicatat untuk pengkodean yang spesifik yaitu
penyakit dengan squelae, akut dan kronis, neoplasma, cedera
dan penyebab eksternal. Seperti contoh di bawah ini:
1. Carsinoma lobutan lower outer quadrant of the left brust C
50.5, M8520/3

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

133


2. Cerebral contusion due to fall from bed into floor S06.20
W06.04
3. Tuberculosis meningitis (dengan dagger dan asterisk)
A17.0, G01*
Pada keadaan dokter yang merawat atau bertanggung jawab
bila tidak dapat menunjukkan atau menetapkan keadaan utama
pasien atau tidak memungkinkan untuk mendapatkan
penjelasan, maka penetapan kondisi utama melalui
ketentuan/aturan (rules) yang dapat menjamin bahwa kondisi
utama yang dipilih dan dikode menggambarkan kondisi yang
dapat dipertanggungjawabkan dalam satu episode pelayanan.
Koder harus terbiasa dengan ketentuan ini dan mampu
menggunakannya yaitu ketentuan (rules) MB1-MB5.
2. Keterangan untuk Peraturan Kode Mortalitas
a. Ketentuan Umum
Sertifikat kematian adalah sumber utama data mortalitas,
informasi kematian biasa di dapat dari praktisi kesehatan
atau pada kasus kematian karena kecelakaan, kekerasan,
dan penyakit jantung. Orang yang mengisi sertifikat
kematian akan memasukkan urutan kejadian yang
meyebabkan kematian pada sertifikat kematian sesuai
dengan format internasional .

134
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Konsep sebab kematian hanya memberi satu sebab
kematian yang memudahkan untuk pengisian sertifikat
walaupun tercatat dua atau lebih kondisi morbiditas yang
menyebabkan kematian. Sebab yang mendasari kematian
merupakan pusat dari kode mortalitas.
WHO mendefinisikan sebab kematian adalah semua
penyakit, keadaan sakit atau cedera yang menyebabkan
atau berperan terhadap terjadinya kematian. Oleh
karenanya sebab yang mendasari kematian adalah keluhan
atau kejadian atau keadaan yang jika tidak karena hal
tersebut pasien tidak akan mati.
b. Memilih sebab kematian
WHO telah menetapkan prosedur yang harus diikuti untuk
mengkode sebab yang mendasari kematian dengan urutan
langkah-langkah logis sebagai berikut:
1) Prinsip umum
Apabila lebih dari satu penyakit atau keluhan ditulis
pada sertifikat, Maka penyakit atau keadaan tunggal
yang dicantumkan pada baris terakhir, hanya jika
penyakit/keluhan tersebut menyebabkan terjadinya
seluruh penyakit (keluhan yang tercantum
diatasnya)
Contoh: (a) Abcess of lung
(b) Lobar pneumonia

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

135


Pilih Lobar pneumonia (J18.1), sebagai penyebab
mendasar sebab abses paru .
2) Aturan modifikasi
Dalam beberapa kasus sebab yang mendasari
kematian yang telah dipilih dengan menggunakan
aturan diatas tidak terpakai, dalam hal ini ditetapkan
cara modifikasi sesudah penggunaan prinsip umum
atau aturan 1-3 tidak biasa dipakai maka digunakan
aturan modifikasi A-F.
3. Keterkaitan ICD-10 dengan klasifikasi lainnya
WHO pada tahun 2004 mengembangkan Family Classification
ICD-10 setelah disadari bahwa informasi pada ICD 10 tidak
cukup untuk dihubungkan dengan gangguan kesehatan. (lihat
lebih lanjut Gambar 2)


136
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Gambar 2. Family of Desease and Health-Related
Classification ICD-10
Informasi yang
menunjang
pada kesehatan
primer
- Lay reporting
- Skema info
berdasarkan
komunikasi lain
dalam kesehatan
Klasifikasi inti ICD
3 karakter
- Diagnosis
- Gejala
- Hasil lab yg
abnormal
- Cedera & keracunan
- Penyebab luar
morbiditas &
mortalitas
- Faktor yg
mempengaruhi
kesehatan
Penyesuaian
berdasarkan
spesialisasi
- Onkologi
- Gigi/mulut
- Penyakit kulit
- Psikiatri
- Syaraf
- Orthopedi
- Kebidanan/kan-
dungan
- Penyakit anak
- Spesialisasi lain
- Praktek umum
NOMENKLATUR
INTERNASIONAL
MENGENAI PENYAKIT
(IND)
ICD klasifi-
kasi 4 ka-
rakter
Daftar
tabulasi
ringkas
Klasifikasi lain yg
berhub dgn
kesehatan
- Kecatatan,
ketidakmampuan
& catat bawaan
- Prosedur
- Akibat kunjungan
(Gugatan)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

137


WHO dalam menerbitkan buku Family of International
Classification (WHO-FIC) mempunyai tujuan agar dapat digunakan
mencapai visi yang terintegrasi untuk membandingkan informasi
kesehatan secara internasional. Klasifikasi tersebut terbagi atas
tiga kelompok:
1). Klasifikasi Rujukan yang terdiri atas:
International Classification of Diseases
International Classification of Functioning, Disability in Health
(ICF)
International Classification of Health Intervention (ICHI)
2). Klasifikasi spesifik yang terdiri atas:
International Classification of Diseases for Oncology, Third
Edition (ICD-O-3)
The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders
Application of the International Classification of Diseases to
Dentistry and Stomatology, Third Edition (ICD-DA)
Application of the International Classification of Diseases to
Neurology (ICD-10-NA)
3). Klasifikasi yang berhubungan
International Classification of Primary Care (ICPC)
International Classification of External Causes of Injury (ICECI)
The Anatomical, Therapeutic Chemical (ATC) classification
system with Defined Daily Doses (DDDs)
ISO 9999 Technical aids for persons with disabilities-
Classification and Terminology

138
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Sementara itu ada klasifikasi yang tidak masuk pada klasifikasi
diatas, seperti Sistem Klasifikasi pembedahan yang merupakan
kumpulan dari tindakan Pembedahan yang digunakan, pada saat
ini masih menggunakan klasifikasi yang ditetapkan oleh WHO
(ICOPIM) tahun 1978 dan diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia tahun 1997. Klasifikasi pada ICOPIM mencakup
klasifikasi pembedahan, laboratorium, radiologi, tindakan bedah,
pengobatan, dan berbagai prosedur lain. Pada saat ini sedang
dikembangkan klasifikasi pembedahan tindakan yang baru yang
disebut dengan International Classification of Health Intervention
(ICHI), klasifikasi ini dikembangkan untuk negara yang telah
menerapkan ICD-10.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

139


HAL-HAL PENTING DALAM KODING
1. Standar dan etik
Standar dan etik koding sudah dikembangkan oleh AHIMA,
terdapat beberapa standar yang harus dipenuhi oleh seorang
koder professional, antara lain:
1). Akurat, komplit dan konsisten untuk menghasilkan data
yang berkualitas
2). Koding harus mengacu pada ICD-CM
3). Koding harus mengikuti sistem klasifikasi yang sedang
berlaku dengan memilih koding diagnosis dan tindakan
yang tepat
4). Koding harus ditandai dengan laporan kode yang jelas dan
konsisten pada dokumentasi dokter dalam record pasien
5). Koding professional harus berkonsultasi dengan dokter
untuk klarifikasi dan kelengkapan pengisian
6). Koding professional tidak mengganti kode pada bill
pembayaran
7). Koding professional harus sebagai anggota dari tim
kesehatan, harus membantu dan mensosialisasikan kepada
dokter dan tenaga kesehatan lain
8). Harus mengembangkan kebijakan koding di institusinya

140
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

9). CP harus secara rutin meningkatkan kemampuannya
mengenai koding
10). Koding professional berusaha untuk memberi kode yang
paling sesuai untuk pembayaran.
2. Elemen kualitas koding
Audit harus dilakukan untuk mereview kode yang telah dipilih
oleh petugas. Koding proses harus dimonitor untuk beberapa
elemen sebagai berikut:
1). Reliability (Konsisten bila dikode petugas berbeda kode tetap
sama)
2). Validity (Kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan)
3). Completeness (mencakup semua diagnosis dan tindakan
yang ada di rekam medis)
4). Timeliness (tepat waktu)
3. Kebijakan dan prosedur koding
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat kebijakan
dan prosedur koding sesuai dengan tenaga dan fasilitas yang
dimilikinya. Kebijakan dan prosedur tersebut sehingga
merupakan pedoman bagi tenaga koding agar dapat
melaksanakan koding dengan konsisten. Kebijakan ditetapkan
oleh organisasi seperti organisasi rumah sakit (ARSADA), IDI,
Persatuan Manajemen Informasi Kesehatan (PORMIKI) dan
organisasi lainnya.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

141


KAITAN ICD DAN DIAGNOSTIC RELATED GROUPS (DRGS)
Perkembangan haji kedepan adalah mengembangkan manfaat lain
yang dapat dirasa, seperti ketika perkembangan pembayaran
dilakukan dengan didasari pada diagnosa penyakit. Besaran biaya
ini sangat ditentukan oleh diagnosa akhir pada saat pasien keluar
rumah sakit yang ditetapkan oleh dokter yang merawat atau
bertanggung jawab serta ketepatan koding yang diberikan oleh
petugas rekam medis dengan menggunakan ICD-10.
Dalam pembayaran DRG, rumah sakit maupun pihak pembayar
tidak lagi merinci tagihan dalam dengan merinci pelayanan apa
saja yang telah diberikan kepada seorang pasien. Akan tetapi
rumah sakit hanya menyampaikan diagnosis pasien waktu pulang
dan memasukan kode DRG untuk diagnosis tersebut. Besarnya
tagihan untuk diagnosis tersebut sudah disepakati oleh seluruh
rumah sakit di suatu wilayah dan pihak pembayar misalnya badan
asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan
oleh pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan.
Adapun DRG digunakan atas pengelompokan ICD yang telah
dimodifikasi yang disebut dengan ICDCM (International
Classification of Diseases Clinical Modification) pengelompokan
dilakukan atas dasar klasifikasi anatomi dan fisiologis, adanya
tindakan, umur, jenis kelamin pasien.
Pembayaran dengan cara DRG mempunyai beberapa keutamaan
sebagai berikut, sebagian hal tersebut adalah:

142
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Memudahkan administrasi pembayaran bagi rumah sakit dan
pihak pembayar
Memudahkan pasien memahami besaran biaya yang harus
dibayarnya
Sementara kelemahannya sebagian adalah penerapannya yang
membutuhkan pencatatan rekam medis, yang akurat dan
komprehensif. Sistem komputerisasi dan teknologi kumputer kini
sangat memudahkan penyelenggaraan sistem ini.

CONTOH FORMULIR R-R DI KLOTER
1) REKAPITULASI LAPORAN HARIAN ( Kumpulan laporan harian
dari hari 1 40 )
143
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2010

Lp.1
DAFTAR PERMINTAAN OBAT/ALAT KESEHATAN
Kloter :..BTJ/MES/BTH/JKG/JKS/SOC/SUB/UPG/BPN/BDJ/MTR
Tanggal : Tempat : .
.200..
Mengetahui Dokter kloter..
Ka.Kloter
.
Keterangan Jumlah
Diberikan
Jumlah
Permintaan
Jenis
Obat/Alat
Kesehatan
NO
PERMINTAAN
OBAT/ ALKES
DARI KLOTER
Permintaan
melalui Sub
Daker & Sub
Daker ke Daker di
wilayah Madinah
dan Makkah
Permintaan
minimal 3 hari
sebelum
kebutuhan

144
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

REFERED CASE REFERED CASE
REPORT REPORT
Formulir rujukan
harus diisi & di
sertakan pada saat
merujuk jemaah
haji Indonesia ke
RS Arab Saudi

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

145


ADMITTED PATIENT ADMITTED PATIENT
TO SAUDI ARABIA TO SAUDI ARABIA S S
HOSPITAL HOSPITAL
Form. Tru Tru = tanda terima
rujukan dari RS Arab
Saudi di serahkan ke Sub
Daker dan Sub Daker akan
meneruskan ke Daker
(apabila merujuk JH dari (apabila merujuk JH dari
pondokan ke RS Arab pondokan ke RS Arab
Saudi) Saudi)

146
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

CERTIFICATE CERTIFICATE
OF DEATH OF DEATH
Daerah Kerja
Wafat di pondokan COD di
buat & ditanda tangani
oleh dokter kloter
Wafat di RS Arab Saudi
COD di buat & ditanda
tangani oleh Waka Daker
Yankes dgn bukti Surat
Keterangan Wafat dari RS.
Arab Saudi (Tirkah Wafat)
Form. Lm Lm (COD) = Laporan
kematian di lengkapi dan di
serahkan secepatnya ke Sub
Daker dan Sub Daker akan
meneruskan ke Daker

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

147


Buku Laporan TKHI di ambil
pada saat melapor di embarkasi
haji
Lapor dan minta tanda tangan
Wakil Kepala Daerah Kerja
Bidang Kesehatan pada buku
ini di setiap daerah kerja.
Setelah kembali di serahkan ke
petugas kesehatan haji di
debarkasi (KKP-Debarkasi)
KKP mengirim laporan TKHI ke
Pusat (Ditjen PP & PL, cq.
Subdit Kesehatan Haji) untuk di
analisis.
148
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2010


DATA KLOTER

Nomor Kloter : ................................
Embarkasi : ...............................
Provinsi Asal Jemaah : (Tidak termasuk mutasi)
1. ............................................
2. ............................................
Kabupaten/kota Asal Jemaah : (Tidak termasuk Mutasi)
1. Pem kes II di RS/Dinkes/Puskesmas*
2. Pem kes II di RS/Dinkes/Puskesmas*
3. Pem Kes II di RS/Dinkes/Puskesmas*
4. Pem Kes II di RS/Dinkes/Puskesmas*
5. Pem Kes II di RS/Dinkes/Puskesmas*

*) Coret yang tidak perlu pada pemeriksaan kesehatan II




Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

149


DATA PETUGAS KLOTER

NO PHOTO NAMA :
1 Alamat :

Tempat/tgl
lahir
: .......Tahun
Instansi :
Bagian :
Pangkat/gol :
Jabatan :
Pendidikan
terakhir bid
kesehatan
:
Tamat tahun .........
Pendidikan
terakhir non
kesehatan
:
Tamat tahun .........
Masa Kerja :

2 Nama :
Alamat :

Tempat/tgl
lahir
: .......Tahun
Instansi :
Bagian :
Pangkat/gol :
Jabatan :
Pendidikan
terakhir bid
kesehatan
:
Tamat tahun .........
Pendidikan
terakhir non
:
Tamat tahun .........

150
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

kesehatan
Masa Kerja :

PETUGAS LAIN (TPHI dan TPHD)
3 TPHI Nama :
No Paspor :
Dokter TKHD Nama :
No Paspor :
Perawat TKHD Nama :
No Paspor :
Lain-Lain Nama :
No Paspor :
No Paspor :

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

151


OBAT DAN ALAT KESEHATAN

NO JENIS
OBAT/ALKES
JUMLAH KONDISI TERPAKAI SISA KET
1 Abbocath no 18 2
2 Abbocath no 20 2
3 ..........................
4 ..........................
DST
























152
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Kesimpulan : ....................................................................................................

....................................................................................................

....................................................................................................


Saran : .................................................................................................

.................................................................................................

....................................................................................................


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

153


IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO INDIVIDUAL DI
KLOTER

NO VARIABEL RISIKO FREKUENSI PROPORSI* KET
1 Jemaah Perempuan
2 Usia > 40 tahun
3 Usia > 60 tahun
4 Obesitas : IMT >
5 Anemia Hb < 10 mg%
6 Tekanan Darah > 140/90
mmHg

7 Pernafasan > 32 kali permenit
8 Nadi > 100 kali/menit
9 Gula Darah Sewaktu > 180
mg/dl

10 LDL >
11 Barthel Indeks <
(Pop at risk Usia > 40 thn)

12 Harvard Test <
(Pop at risk usia > 60 thn)

13 Existing Diseases :
1. ................................................
2. ................................................
3. ................................................
4. ................................................
5. ................................................


*) Proporsi (dalam %) adalah jumlah variabel risiko dibagi
jumlah jemaah kloter

154
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

DATA LINGKUNGAN PERUMAHAN/MAKTAB/PONDOKAN PADA ETAPE PERJALANAN

NO VARIABEL EMBARK
ASI
JEDDAH MADINAH MEKKAH ARAFAH MINA DEBARKASI
1 Nama Wilayah/daerah
pondokan

2 Jarak tempuh pondokan
dengan pusat
peribadatan (Masjid
Nabawi di Medinah dan
Masjidil Haram di
Mekkah)
Ket : dalam km

3 Sarana transportasi yang
biasa digunakan dari
pondokan ke pusat
peribadatan :
1. Mobil/Bis
2. Jalan Kaki
3. Lainnya :
_________________
____

4 Jarak pondokan dengan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

155


poliklinik maktab terdekat
(dlm meter)
5 Jarak pondokan dengan
pusat layanan rawat inap
terdekat, (BPHI, sub
BPHI, RSAS)

6 Apakah jemaah tinggal
pada beberapa pondokan
1. Ya
2. Tidak

7 Pondokan terdiri dari
berapa lantai ?

8 Sebagian besar jemaah
tinggal dilantai berapa ?

9 Adakah fasilitas lift untuk
turun/naik jemaah ?
1. Ada
2. Tidak Ada

10 Apakah lift terus
berfungsi ?
1. Ya
2. Tidak

11 Berapa m
2
rata-rata luas

156
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

kamar dipondokan ?
12 Berapa rata-rata jumlah
penghuni kamar ?

13 Apakah setiap kamar
memiliki AC ?
1. Ya
2. Tidak

14 Apakah AC selalu
berfungsi ?
1. Ya
2. Tidak

15 Apakah setiap kamar
memiliki exhaust fan ?
1. Ya
2. Tidak

16 Apakah setiap kamar
memiliki jendela/ventilasi
?
1. Ya
2. Tidak

17 Berapa rata-rata %
ventilasi dibandingkan
luas kamar ?


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

157


18 Apakah jemaah
menggunakan dapur
yang tersedia
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu

19 Fasilitas apa saja yang
ada didapur ? (Jawaban
boleh lebih dari 1)
1. Kompor minyak
tanah
2. Kompor gas
3. Rice cooker
4. Peralatan Masak
5. Wastafel
6. Tempat cuci piring
7. Tempat Sampah
8. Alat kebersihan

20 Sumber air minum
jemaah sebagian besar
diperoleh :
1. Memasak
2. Disiapkan maktab
3. Membeli


158
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

21 Untuk memenuhi
kebutuhan makan
sebagian besar jemaah
memperoleh dengan cara
:
1. Memasak
2. Disiapkan maktab
3. Membeli

22 Adakah jemaah yang
memasak di kamar baik
menggunakan listrik
maupun kompor ?
1. Ada
2. Tidak

23 Apakah setiap kamar
memiliki kamar mandi ?
1. Ya
2. Tidak

24 Berapa ratio jemaah
dengan kamar mandi ?

25 Apakah air cukup untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari jemaah ?
1. Ya


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

159


2. Tidak
26 Adakah vector berikut
dipondokan (jawaban
boleh lebih dari 1)
1. Lalat
2. Semut
3. Kecoa
4. Tikus
5. Nyamuk
6. Burung

27 Apakah ada pelindung
terhadap vector mis :
kawat kasa.
1. Ada
2. Tidak ada
3. Tidak tahu

28 Apakah dilakukan
penyuluhan dikloter ?
1. Ya
2. Tidak

29 Jika Ya Berapa kali
dilakukan Penyuluhan
Kesehatan dikloter ?


160
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

27 Materi yang diberikan :
1.
2.
3.
4.
5.

28 Jika Tidak, mengapa ?
1. Kelelahan
2. Tidak sempat
3. Kendala Bahasa
4. Tidak ada fasilitas
penyuluhan

29 Apakah sarana yang
digunakan untuk
penyuluhan ?

30 Berapa kali dilakukan
visitasi terhadap jemaah
haji dikloter ?

31 Permasalahan yang
ditemukan saat visitasi
1.
2.
3.
4.


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

161


32 Nama Penanggung jawab
ditiap-tiap etape

33 Jabatan
34 Tanda Tangan






NIP.



NIP.



NIP.



NIP.



NIP.



NIP.



NIP.


162
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

REKAPITULASI KEADAAN JEMAAH DIKLOTER PADA TIAP ETAPE PERJALANAN
( Tidak termasuk petugas )

NO VARIABEL EMB JEDDAH MADINAH MEKKAH
PRA
ARMINA
ARMINA MEKKAH
PASCA
ARMINA
D
E
B
1 Jumlah Jemaah di Kloter
2 Jumlah Laki-laki
3 Jumlah Perempuan
4 Jumlah Wanita Hamil
Jumlah wanita hamil yang melahirkan
5 Jumlah jemaah sakit titipan kloter lain
6 Jumlah jemaah yang berangkat
7 Jumlah kunjungan ke petugas kloter
8 Jumlah kunjungan ke Poliklinik
Maktab

9 Jumlah rujukan ke Sub BPHI
10 Jumlah rujukan ke BPHI
11 Jumlah Jemaah yang dirawat di RSAS
12 Jumlah jemaah yang dirawat di
embarkasi/debarkasi



Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

163


JEMAAH HAJI PULANG DINI/PULANG AKHIR/TITIPAN

NO NAMA
UMUR
ALAMAT DIAGNOSIS KET
L P
1
2

REKAPITULASI JEMAAH HAJI RAWAT INAP

NO
PASPOR
NAMA
UMUR TGL
MASUK
TGL
KELUAR
TEMPAT
RAWAT
DIAGNOSIS KET
L P




164
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

REKAPITULASI JEMAAH HAJI WAFAT
NO
PASPOR
NAMA
UMUR TGL
WAFAT
LOKASI
TEMPAT
WAFAT
C O D KET
L P






Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

165


LAPORAN KONDISI JEMAAH DALAM PERJALANAN
NO VARIABEL DAERAH
ASAL KE
ASRAMA
EMBARKASI
ASRAMA KE
PESAWAT
INDONESIA
ARAB SAUDI
(DIPESAWAT)
ARAB SAUDI
INDONESIA
(PESAWAT)
KET
1 Jumlah Jemaah di Kloter
2 Jumlah Laki-laki
3 Jumlah Perempuan
4 Jumlah Wanita Hamil
Jumlah wanita yang melahirkan
diperjalanan

5 Jemaah kloter yang dititip ke kloter
lain

6 Jemaah Titipan dari kloter lain
7 Jumlah jemaah yang dititipkan di
sarana pelayanan kesehatan

8 Jumlah jemaah sakit yang
berkunjung kepetugas kloter

9 Jumlah jemaah meninggal

166
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

LEMBAR BANTU KUNJUNGAN JEMAAH HAJI KE PETUGAS KLOTER

NO NAMA
DIAGNOSIS THERAPI KET
Kunj 1 Kunj 2 Kunj 3 Kunj 4 Kunj 5 Kunj 6 Kunj 7
1

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

167


PETUNJUK PENGISIAN BUKU TKHI KLOTER

Data Kloter

1. Nomor Kloter : Nomor yang telah ditentukan dalam pembagian
kelompok terbang
2. Embarkasi : Tempat pemberangkatan jemaah haji dari
Indonesia ke Arab Saudi
3. Provinsi asal jemaah (Jelas), terkadang ada 1 kloter yang
berasal dari beberapa provinsi, tuliskan 2 provinsi dimana
sebagian besar jemaah berasal
4. Kabupaten asal jemaah (Jelas) untuk kloter yang berasal dari 1
kabupaten/kota tuliskan 1 saja, Pem kes II di .......... tempat
dimana jemaah kabupaten/kota tersebut melakukan
pemeriksaan tahap II di Puskesmas, RS ataukah di Dinas
Kesehatan Kab/kota
Data Petugas Kloter
1. Nama (sudah Jelas)
2. Alamat tempat tinggal terakhir
3. Tempat/tanggal lahir : Tempat dilahirkan dan tanggal,bulan,
tahun kelahiran. Cantumkan umur (dalam tahun) disebelahnya
4. Instansi dimana petugas aktif bekerja
5. Bagian dari instansi tempat petugas bekerja
6. Pangkat/gol (sudah jelas)

168
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

7. Jabatan dapat jabatan struktural, fungsional ataupun staf baik
teknis maupun administratif yang saat ini diemban
8. Pendidikan terakhir bidang kesehatan adalah pendidikan
formal terakhir yang diselesaikan pada
jurusan/fakultas/program studi bid kesehatan. Cantumkan
tahun tamat
9. Pendidikan terakhir non kesehatan adalah pendidikan formal
terakhir yang diselesaikan pada jurusan/fakultas/program
study pada bidang non kesehatan. Cantumkan tahun tamat
10. Masa kerja (sudah jelas)
DATA OBAT DAN ALKES TAS KLOTER
Lengkapi ketersediaan, kondisi dan jumlah terpakai serta sisa dari
alat kesehatan yang berada pada tas kloter
DATA IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO DI KLOTER
Dari lampiran data faktor risiko tuliskan frekuensi (jumlah jemaah
berdasarkan variabel risiko) dan proporsi (frekuensi
dibandingkan/dibagi jumlah total jemaah)
DATA LINGKUNGAN PERUMAHAN / MAKTAB / PONDOKAN
PADA ETAPE PERJALANAN
Sudah jelas (Penjelasan didapat pada setiap komponen variabel)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

169


Lampiran :
Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji Indonesia
Berdasarkan Pemeriksaan II : merupakan informasi individual
jemaah yang dikumpulkan untuk tujuan mendapatkan gambaran
yang utuh tentang kondisi jemaah haji dan faktor risiko yang
berhubungan dengan kesehatan dan kesakitan jemaah, petugas
tinggal memindahkan data yang ada pada pem kes II dari BKJH
jemaah haji,
1. Nomor paspor dan Nama Jemaah : Tuliskan nomor paspor dan
nama seluruh jemaah yang ada dikloter tidak termasuk
petugas kloter
2. Data Biomarker hasil pemeriksaan II : Pindahkan seluruh hasil
pemeriksaan biomarker, bila tidak ada beri tanda strip (-)
3. Sex adalah jenis kelamin jemaah tuliskan L untuk laki-laki dan
P untuk perempuan
4. Umur (sudah jelas)
5. BB adalah Berat Badan Jemaah dalam Kg
6. TB adalah Tinggi badan Jemaah dalam cm
7. IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah Proporsi BB dibandingkan
dengan BB, nilai > ...... merupakan kriteria obesitas
8. HR adalah Heart Rate atau Nadi/Pols jemaah/menit
9. RR adalah respiration rate : frekuensi pernafasan jemaah
/menit
10. TD adalah Tekanan Darah sistolik/diastolik Jemaah dalam
satuan mmHg

170
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

11. Hb adalah kadar haemoglobin darah
12. GDS adalah kadar gula darah sewaktu
13. LDL adalah kadar Low Density Lipoprotein
14. BI adalah nilai Barthel Indeks jemaah
15. HT adalah nilai Harvard Test jemaah < 50 merupakan indikasi
kemampuan jasmani yang kurang baik baik penilaian dengan
cara lambat maupun cepat.
16. Dx adalah diagnosis atau penyakit yang disandang oleh
jemaah ketika pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan.






Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

171


VI. SUPLEMEN
1) LAPORAN PENERBANGAN MENUJU JEDDAH/MADINAH *
LAPORAN PENERBANGAN
INDONESIA KE JEDDAH/MADINAH*

I. UMUM
- Kloter : .
- Embarkasi Haji:
BTJ/MES/BTH/JKG/JKS/SOC/SUB/UPG/BPN/BDJ/MTR) *)
- Gelombang :
- Berangkat jam :.
- Tiba jam :
1. Jumlah Jemaah :orang
a. Pria :.....orang
b. Wanita :..orang
2. Jumlah petugas TKHI :..orang
3. Jumlah yang berobat : orang
4. Jumlah wafat : ....orang

II. KHUSUS
Jumlah Jemaah Risiko Tinggi
1. Penyakit Infeksi dan Parasit : orang
2. Neoplasma : orang

172
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

3. Penyakit Darah dan organ pembentuk darah dan
gangguan mekanisme immune : orang
4. Penyakit Endokrin Nutrisi dan Metabolik:
orang
5. Gangguan Mental dan perilaku : orang
6. Penyakit Sistem syaraf : orang
7. Penyakit Mata dan Adnexa :orang
8. Penyakit Sistem Sirkulasi : orang
9. Penyakit Sistem Pernafasan : orang
10. Penyakit Sistem Pencernaan : orang
11. Penyakit Kulit dan jaringan subkutan: orang
12. Penyakit Sistem Otot Tulang dan jaringan
penyambung : . orang

13. Penyakit Sistem Genitourinary (saluran kemih )
: orang
14. Kehamilan, kelahiran dan masa nifas
: orang
15. Tanda, gejala dan hasil pemeriksaan klinik
laboratorium yang tidak normal, tidak diklasifikasi
tempat lain : orang
16. Trauma, keracunan dan akibat eksternal : ...
orang
17. Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan
kontak dengan pelayanan kesehatan: orang


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

173


PENDERITA DENGAN PELAYANAN KHUSUS
No N a m a Umur No Paspor Diagnosis Tindakan







,..2010
TKHI KLOTER ..........



(.)

174
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

2) LAPORAN PENERBANGAN DARI JEDDAH/MADINAH *
LAPORAN PENERBANGAN
JEDDAH/MADINAH* KE INDONESIA

I. UMUM
- Kloter : .
- Embarkasi Haji:
BTJ/MES/BTH/JKG/JKS/SOC/SUB/UPG/BPN/BDJ/MTR) *)
- Gelombang:
- Berangkat jam :.
- Tiba jam :..
1. Jumlah Jemaah :orang
a. Pria :.....orang
b. Wanita :..orang
2. Jumlah petugas TKHI :..orang
3. Jumlah yang berobat : orang
4. Jumlah wafat: ...orang

II. KHUSUS
Jumlah Jemaah Risiko Tinggi
1. Penyakit Infeksi dan Parasit : orang
2. Neoplasma : orang
3. Penyakit Darah dan organ pembentuk darah dan
gangguan mekanisme immune : orang

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

175


4. Penyakit Endokrin Nutrisi dan Metabolik:
orang
5. Gangguan Mental dan perilaku: orang
6. Penyakit Sistem syaraf : orang
7. Penyakit Mata dan Adnexa : orang
8. Penyakit Sistem Sirkulasi : orang
9. Penyakit Sistem Pernafasan : orang
10. Penyakit Sistem Pencernaan orang
11. Penyakit Kulit dan jaringan subkuta : orang
12. Penyakit Sistem Otot Tulang dan jaringan
penyambung : orang
13. Penyakit Sistem Genitourinary (saluran kemih )
: orang
14. Kehamilan, kelahiran dan masa nifas : orang
15. Tanda, gejala dan hasil pemeriksaan klinik
laboratorium yang tidak normal, tidak diklasifikasi
tempat lain : orang
16. Trauma, keracunan dan akibat eksternal: ...
orang
17. Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan
kontak dengan pelayanan kesehatan:......... orang






176
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

PENDERITA DENGAN PELAYANAN KHUSUS



,..2010
TKHI KLOTER ..........


(.....)
No N a m a Umur No Paspor Diagnosis Tindakan













Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

177


PEDOMAN PENULISAN SERTIFIKAT
MEDIS PENYEBAB KEMATIAN/COD
(Certificate of Death)
1. PENJELASAN UMUM
Sertifikat Medis Penyebab Kematian (SMPK) adalah sertifikat
penyebab kematian yang digunakan Kloter, Rumah Sakit (RS) dan
Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) untuk mencatat dan
melaporkan kejadian kematian dan penyebab kematian menurut
International Classification of Diseases-10 (ICD-10). Sertifikat
Medis Penyebab Kematian mencakup informasi identitas jenazah,
keterangan khusus untuk kematian di masjid, pondokan serta
tempat lain dan penyebab kematian berdasarkan ICD-10.

2. TATA CARA PENGISIAN SMPK

Petunjuk umum pengisian
1. Isilah formulir ini dengan ballpoint dan pastikan tulisan cukup
jelas dan terbaca.
2. Tuliskan jawaban di atas titik-titik dan gunakan huruf cetak/
huruf balok agar mudah dibaca.
Contoh :

178
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Nama Lengkap : AMIR HANDOKO bin KROMO
DIMEJO
Tempat/Tanggal Lahir : BLITAR Tanggal 17 Bulan 10
Tahun1974
3. Lingkari kode (angka) di depan pilihan jawaban yang sesuai.
Contoh :
Jenis kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
4. Isikan jawaban setiap pertanyaan dengan jelas dan lengkap.
5. Pengisian SMPK bagian I ( Identitas Jenazah) dapat dilakukan
oleh paramedis.
6. Pengisian SMPK bagian II harus dilakukan oleh dokter kecuali
pengisian kode menurut ICD-10 dilakukan oleh petugas kode
yang sudah dilatih.
Petunjuk rinci pengisian
No : Isikan nomor urut pencatatan kematian yang terjadi selama
musim haji.
Daker : Isikan daerah kerja dimana kasus kematian terjadi,
misalnya Daker Mekah
Nama Rumah Sakit/ BPHI
Isikan nama Rumah Sakit/ BPHI tempat almarhum/ah meninggal.
I. Identitas Jenazah
1. Nama Lengkap
Isikan nama lengkap almarhum/ah sesuai dengan yang
tertera pada paspor atau buku kesehatan jemaah haji/
identitas lainnya.
1
.
.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

179


2. Nomor Kloter
Isikan nomor kloter almarhum/ ah sesuai
Nomor Maktab : isikan nomor maktab sesuai dengan
nomor maktab dimana almarhum/ah tinggal.
3. Jenis Kelamin
Lingkari kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk perempuan
4. Tempat /Tanggal Lahir
Isikan tempat, tanggal, bulan, dan tahun almarhum/ah
dilahirkan. Bila tanggal lahir lupa, upayakan bulan dan tahun
terisi. Bila bulan dan tahun lupa, tanyakan kejadian-kejadian
penting yang mungkin terjadi sekitar waktu kelahiran
almarhum/ah sehingga tahun kelahiran bisa diperkirakan.
5. Alamat Tempat Tinggal
Isikan alamat lengkap tempat almarhum/ah biasa tinggal di
Indonesia.
1. No Pasport :
Isikan nomor pasport almarhum/ah
7. Tanggal berangkat : tulis tanggal dan bulan berangkat
dari tanah air.
8. Embarkasi : Tulis nama embarkasi dimana almarhum/ah
berasal, misalnya embarkasi Surabaya, Surakarta dan
sebagainya

180
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


9. Tanggal Meninggal
Isikan tanggal, bulan, tahun meninggalnya almarhum/ah.
10. Umur saat meninggal
Isikan umur almarhum/ah saat meninggal. Umur saat
meninggal dapat dihitung sebagai perbedaan antara tanggal
lahir sampai waktu meninggal.
11. Tempat Meninggal
Isikan tempat almarhum/ah meninggal. Tempat meninggal
dapat terjadi di fasilitas kesehatan, Masjid, atau lainnya
(misalnya di jalan, di kapal, di pasar, di hotel, dll).
II. Penyebab Kematian
Jika penyebab kematian karena cedera, SMPK diisi setelah
prosedur baku melalui pihak kepolisian selesai dilaksanakan.
1. Penyebab Kematian berdasarkan ICD-10
Penyebab kematian berdasarkan ICD-10 diisi pada pada
lembar kedua. Bagian ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab
II mengenai aplikasi ICD-10 untuk penetapan diagnosis
penyebab kematian di SMPK.
Menurut ICD-10, format pencatatan penyebab kematian umur
7 hari ke atas berbeda dengan format pencatatan penyebab
kematian umur 0-6 hari yaitu sebagai berikut:

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

181


a. Kematian umur 7 (Tujuh) hari ke atas
1) Penyebab langsung
b. Penyebab antara
c. Penyebab antara
d. Penyakit dasar
2. Kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak terkait
dengan 1a-d.
Selang waktu mulai terjadinya penyakit sampai meninggal
dihitung dari terjadinya penyakit penyebab kematian sampai
meninggal. Untuk penyakit/cedera yang sangat akut seperti MCI,
Stroke hemoragik, perdarahan hebat karena kecelakaan, maka
selang waktu sangat singkat sehingga yang terisi umumnya kolom
jam.
Pengkodean menurut ICD-10 akan diisi oleh petugas kode
yang sudah dilatih.
SMPK harus ditandatangani oleh dokter yang menegakkan
diagnosis sesuai dengan ICD-10.
Dokter yang mendiagnosis adalah dokter yang
bertanggungjawab untuk pengisian penyebab kematian
berdasarkan ICD-10.



182
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011



3. Penulisan diagnosis Penyebab Kematian Menurut
aturan ICD-10
a. ICD-10 (International Classification of Diseases)

International Classification of Diseases (ICD) adalah suatu sistem
pengelompokan penyakit berbasis multiaksial yang dikembangkan
oleh WHO. Tujuan dari ICD ini adalah untuk standardisasi
pengelompokkan dan pengkodean penyakit dalam sistem
pencatatan, analisis, dan pelaporan, sehingga dapat dibandingkan
baik antar waktu maupun antar tempat. Dalam
perkembangannya, klasifikasi penyakit yang tertuang dalam ICD
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga bertambah
lengkap dan sempurna seiring dengan makin canggihnya
pemeriksaan penunjang diagnosis.
Klasifikasi penyakit terakhir yang digunakan adalah ICD-10 disusun
menurut kode alfa numerik dan pengelompokkan umum dimulai
dari bab, blok, kategori tiga karakter dan kategori empat karakter.
Pengelompokkan penyakit berdasarkan Bab dan kategori tiga
karakter dapat dilihat pada matriks berikut:

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

183


BAB KELOMPOK
PENYAKIT
RENTANG
KATEGORI 3
KARAKTER
Bab I Penyakit infeksi dan parasit tertentu A00-B99
Bab II Neoplasma C00-D48

Bab III

Bab IV
Penyakit darah dan organ pembentuk darah
dan penyakit tertentu yang melibatkan
mekanisme kekebalan Penyakit endokrin, gizi
dan penyakit metabolik
D50-D89

E00-E90

Bab V Gangguan mental dan perilaku F00-F99
Bab VI Penyakit sistem syaraf G00-G99
Bab VII Penyakit mata dan jaringan mata H00-H99
Bab VIII Penyakit telinga dan prosesus mastoideus H60-H95
Bab IX Penyakit sistem sirkulasi I00-I99
Bab X Penyakit sistem respirasi J00-J99
Bab XI Penyakit sistem pencernaan K00-K93
Bab XII Penyakit kulit dan jaringan subkutan L00-L99
Bab XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan
ikat
M00-M99
Bab XIV Penyakit sistem genitourinaria N00-N99
Bab XV Kehamilan, melahirkan dan nifas O00-O99
Bab XVI Kondisi tertentu yang berasal dari periode
perinatal
P00-P96
Bab XVII Malformasi, deformasi, abnormalitas
kromosom kongenital
Q00-Q99
Bab XVIII Gejala, tanda, temuan klinis dan laboratorium
abnormal, yang tidak dapat diklasifikasikan
R00-R99
Bab XIX Cedera, keracunan dan akibat tertentu
lainnya dari penyebab luar
S00-T98
Bab XX Penyebab luar kesakitan dan kematian V01-Y98
Bab XXI Faktor yang mempengaruhi status kesehatan
dan kontak dengan pelayanan kesehatan.
Z00-Z99
Bab XXII Kode untuk tujuan khusus (Codes for special
purpose)
U00-U99


184
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Data penyebab kematian dari Sertifikat Medis Penyebab Kematian
merupakan salah satu sumber utama berbagai indikator kematian
menurut penyebab yang dapat dipakai untuk memberikan gambaran
status kesehatan di masyarakat. Pengisian SMPK dapat diperoleh
dari: (1) rekam medis Rumah Sakit/Puskesmas untuk kematian yang
terjadi di Rumah Sakit/Puskesmas, dan (2) autopsi verbal untuk
kematian yang terjadi di luar fasilitas kesehatan. Selain itu cara
penulisan penyebab kematian harus mengikuti aturan yang ditetapkan
dalam ICD-10.
a. Penyebab Kematian
Penyebab kematian adalah semua penyakit, kondisi atau penyebab
cedera yang menyebabkan atau berperan terhadap terjadinya
kematian. Dalam definisi ini tidak termasuk gejala dan cara
kematian seperti henti jantung atau henti napas. Oleh karena cara
kematian henti jantung dan henti napas tidak memberikan informasi
yang baik dan tepat bagi pengelola program kesehatan maka hal ini
sebaiknya dihindarkan.
Menurut ICD-10, format pencatatan penyebab kematian umur 7 hari
ke atas berbeda dengan format pencatatan penyebab kematian umur
0-6 hari.
Untuk Kematian Umur 7 hari ke atas ICD-10 menganjurkan urutan
penulisan penyebab kematian sebagai berikut:
1. a. Penyebab Langsung adalah penyakit yang secara langsung
menyebabkan kematian.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

185


b. Penyebab Antara adalah penyakit yang menyebabkan
atau mengakibatkan terjadinya penyakit yang disebutkan
pada 1a.
c. Penyebab Antara
d. Penyebab Dasar adalah penyakit yang merupakan awal
dimulainya perjalanan penyakit menuju kematian atau
keadaan kecelakaan/ kekerasan yang menyebabkan
cedera dan berakhir dengan kematian.
2. Kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak terkait dengan
urutan peristiwa penyakit penyebab kematian di atas.
Contoh 1:
Penyebab kematian langsung adalah Emboli paru, penyebab antara
adalah Fraktur patologis dan Kanker femur sekunder, sedang
penyebab kematian dasar adalah Kanker payudara.
Contoh 2:
Penyebab kematian langsung adalah Bronkopneumonia, penyebab
kematian dasar adalah Bronkitis kronis, dan penyakit yang
berkontribusi tapi tidak terkait dengan urutan peristiwa Bronkitis
kronis-Bronkopneumonia adalah Miokarditis kronis.
Contoh 3:
Penyebab kematian langsung adalah epidural hematoma, penyebab
antara adalah fraktur tulang temporal, penyebab dasar adalah
pengendara sepeda motor tanpa helm tertabrak truk sehingga kepala
bagian kiri membentur trotoar

186
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

b. Tata cara memilih penyebab kematian Memakai Konsep
URUTAN LOGIK
Contoh:
Gagal hati disebabkan karena Obstruksi saluran empedu dan
obstruksi ini disebabkan karena Carcinoma pankreas. Dengan kata
lain, Carcinoma pankreas menyebabkan Obstruksi saluran empedu,
yang lebih lanjut menyebabkan Gagal hati. Dengan demikian
Carcinoma pankreas diambil sebagai penyebab dasar karena
Carcinoma pankreas adalah awal dari rangkaian perjalanan penyakit
yang berakhir dengan kematian. Carcinoma pankreas ditempatkan
pada penyebab dasar, Obstruksi saluran empedu ditempatkan pada
penyebab antara, Gagal hati ditempatkan pada penyebab langsung.
1 a. Gagal hati
b. Obstruksi saluran empedu
c. -
d. Carcinoma pankreas
Bila hanya terdapat satu diagnosis sebagai penyebab kematian
maka penyebab kematian ini dipilih sebagai penyebab dasar dan
dituliskan pada 1d.
Bila lebih dari satu diagnosis sebagai penyebab kematian maka
pemilihan penyebab kematian dilakukan menurut konsep urutan
logik. Dalam hal ini penyebab dasar merupakan penyebab utama
yang menjadi dasar dimulainya perjalanan penyakit yang berakhir
dengan kematian.


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

187


Bila diagnosis kematian adalah cedera maka keadaan yang
menyebabkan cedera (Bab XX) dan sifat cedera (Bab XIX) harus
dituliskan. Dalam hal ini penyebab dasar kematian adalah
penyebab luar yang mengakibatkan cedera (Bab XX).
Contoh:
Pejalan kaki tertabrak truk ketika menyeberang jalan sehingga
mengalami patah di kedua tulang tungkai atas dan tulang lengan
bawah kanan. Korban meninggal di tempat kejadian. Pengisian
pada SMPK adalah sebagai berikut:
1 a. Syok traumatik (T79)
b. Fraktur Multiple (S72)
c.
d. Menyeberang jalan tertabrak truk (V04)
Bila ditemukan 2 rangkaian penyakit penyebab kematian, maka
rangkaian penyakit dari keluhan utama sampai almarhum/ah
meninggal ditempatkan pada penyebab dasar, penyebab antara
dan penyebab langsung, sedangkan rangkaian penyakit lainnya
ditempatkan pada kondisi lain yang berkontribusi tapi tidak terkait
dengan rangkaian penyebab dasar.
Contoh:
Pasien dengan riwayat Gagal jantung kongestif, dan Sirosis hati.
Sebelum meninggal almarhum muntah darah/hematemesis.
Pengisian pada SMPK adalah:
1 a. Varises esofagus (I85)
b. -
c. -

188
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

d. Sirosis hati (K74)
2. Gagal jantung kongestif (I50)
Catatan : Pengkodean alfa numerik dan penentuan final
penyebab dasar menurut ICD-10 dilakukan
oleh petugas kode yang sudah dilatih.

Contoh-contoh lain dapat dipelajari dari CD SMPK dan ICD-10 vol 2

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

189


PEDOMAN PENCATATAN KEMATIAN JEMAHH HAJI
INDONESIA TAHUN 2010M/1431H
1. Format Autopsi Verbal
Format Autopsi Verbal adalah format yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang riwayat penyakit dan ada tidaknya
tanda dan/atau gejala penyakit penyebab kematian almarhum/ah.
Format ini diisi oleh pewawancara selama wawancara AV
berlangsung. Informasi yang diperoleh akan digunakan oleh dokter
untuk menentukan penyebab kematian.
Struktur Format AV
Secara umum, masing-masing format terdiri dari beberapa bagian
antara lain:
I. IDENTITAS ALMARHUM/AH
II. KETERANGAN PEWAWANCARA DAN RESPONDEN
III. KETERANGAN ALMARHUM/AH
IV. RIWAYAT PENYAKIT ALMARHUM/AH
V. GEJALA DAN TANDA PENYAKIT
VI. PENGGUNAAN TEMBAKAU, ALKOHOL dan NAPZA
VII. PENCARIAN PENGOBATAN
VIII. KETERANGAN PENDUKUNG
IX. RESUME DAN DIAGNOSIS DOKTER KLOTER.
X. RESUME DAN DIAGNOSIS DOKTER SPESIALIS.

190
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

2. Pedoman pengisisan Format Autopsi Verbal
I. Identitas Almarhum/ah
Tuliskan nomor paspor, nomor kloter, Nomor Maktab, Alamat di
Indonesia, provinsi, embarkasi, tanggal masuk embarkasi dan
tanggal berangkat dari embarkasi dengan cara menanyakan
pada responden atau menyalin dari BKJH almarhum/ah.
Tanggal wawancara : isikan dengan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Contoh jika responden diwawancarai pada tanggal 19 Juli 2010,
maka tulis tanggal wawancara di kolom yang tersedia.

II. Keterangan Pewawancara dan Responden
1. Nama Pewawancara/perawat : ditulis lengkap.
2. Nama Responden ditulis lengkap, dan bila responden lebih
dari satu, tuliskan nama responden mulai dari responden utama
(responden yang paling banyak mengetahui riwayat penyakit
almarhum/ah).
3. Hubungan responden dengan almarhum/ah
Pilihan ini menjelaskan hubungan antara responden utama (bila
responden lebih dari satu) dengan almarhum/ah. Lingkari
jawaban yang diberikan responden di antara kategori yang
tersedia kemudian tuliskan pilihan jawaban pada kotak yang
tersedia.
1. 1. keluarga 2. Teman sekamar 3. Teman satu kloter 4. Lainnya

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

191


Yang termasuk keluarga : yang ada hubungan keluarga ( contoh :
suami, istri, anak, orangtua)
Teman sekamar: yang dimaksud adalah teman sekamar dan satu
kloter dengan almarhum/ah dan bukan keluarga almarhum/ah.
Teman satu kloter : yang dimaksud adalah teman dalam satu
kloter dengan almarhum/ah tapi tidak sekamar
Lainnya : yang termasuk lainnya adalah informasi didapatkan dari
bukan keluarga, bukan teman sekloter/sekamar.
4. Apakah responden (utama) tinggal dengan almarhum/ah
Bagian ini memberikan rincian apakah responden (utama) tinggal
bersama dengan almarhum/ah pada saat sebelum meninggal. Jika
responden tinggal bersama almarhum/ah selama dia sakit atau
sebelum meninggal, maka jawabannya adalah 1-ya.
Jika responden tidak tinggal bersama almarhum/ah, jawabannya
2-tidak. Masukkan kode pilihan jawaban pada kotak yang
tersedia.
III. Keterangan Almarhum/ah
1. Nama almarhum/ah
Tulis nama lengkap almarhum/ah dalam kolom yang tersedia
sesuai dengan BKJH.

192
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


2. Jenis Kelamin
Lingkari pilihan responden dan tuliskan pada kotak yang tersedia
:
1. = laki-laki
2. = perempuan
3. Tanggal lahir, Umur : diperoleh dari BKJHI hal.13 atau dari
responden.
Misalnya jika tanggal lahir almarhum/ah adalah 10 Januari
1980. Tulis:

/ /
Jika tidak tahu tanggal lahir tetapi tahu umur, tulis umur
almarhum/ah dalam tahun, isikan pada kotak yang tersedia.
Tanggal Meninggal
Isilah tanggal, bulan dan tahun meninggal di kolom yang
disediakan. Jika responden mengatakan bahwa almarhum/ah
meninggal tanggal 13 November 2010, tulis tanggal di kolom yang
tersedia seperti di bawah ini:
/ /

Umur Saat Meninggal
1 0 0 1 8 0
1 3
1 1
1 0

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

193


Tanyakan kepada responden tanggal, bulan dan tahun
almarhum/ah saat meninggal dan isikan dalam kotak yang
tersedia.
4. Status Perkawinan:
Tanyakan pada responden status kawin almarhum/ah pada saat
meninggal atau disalin dari BKJH.
5. Pekerjaan : disalin dari buku kesehatan haji.
Tanyakan pada responden jenis pekerjaan utama (indikasi
pendapatan) dari almarhum/ah dalam 1 tahun terakhir sebelum
meninggal.
6. Tempat meninggal
Penting diketahui di mana almarhum/ah meninggal. Pilih salah satu
tempat yang terdapat pada format. Lainnya diisi jika kematian
terjadi bukan di no 1 sampai 10. Sebutkan jika pilihannya no 11.
Sebelum menanyakan pertanyaan-pertanyaan, anda harus
memberi penjelasan singkat seperti yang tertera di bawah ini:
Maaf, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang
berkaitan penyakit yang dialami oleh almarhum/ah selama sakit
menjelang meninggal. Jawaban Saudara akan membantu kami
untuk mendapatkan gambaran penyebab kematian almarhum/ah.

194
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

IV. Riwayat Penyakit Almarhum/ah
1. Menurut saudara apa penyebab kematian almarhum/ah.
Tanyakan kepada responden penyebab kematian menurut
pendapat responden. Tuliskan semua jawaban responden (jika
responden menjawab dengan bahasa daerah, pewawancara
harus menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tanpa
merubah arti sebenarnya), pewawancara tidak boleh
menginterpretasikan jawaban responden. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa penyebab kematian seperti yang tertulis
dalam bagian ini adalah benar-benar menurut pendapat
responden. Jika responden menyatakan bahwa tidak ada sesuatu
yang terjadi, misalnya kematian yang mendadak, catat jawaban
responden apa adanya.
2. Bagaimana riwayat perjalanan penyakit almarhum/ah sebelum
meninggal?
Tuliskan riwayat perjalanan penyakit almarhum/ah menjelang
kematian seperti yang diceritakan oleh responden. Ini merupakan
cerita tentang penyebab kematian. Riwayat tersebut mungkin
merupakan urutan gejala-gejala penyakit dan kesehatan
almarhum/ah pada umumnya sebelum meninggal, mungkin saja
yang menyebabkan meninggalnya almarhum/ah. Istilah penyakit
daerah asal yang umum harus ditulis sebagaimana diucapkan
misalnya bengek ditulis bengek dan sebagainya. Lakukan
probing untuk mendapatkan informasi selengkap lengkapnya

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

195


tentang riwayat perjalanan penyakit almarhum/ah sampai
meninggal.
3. Penyakit apa saja yang pernah dialami almarhum/ah yang pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan berapa lama menderita?
Pertanyaan mengenai penyakit menahun yang diderita
almarhum/ah ditanyakan pada bagian ini. Ini adalah kondisi yang
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan ditanyakan untuk
mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai kontribusi
penyakit-penyakit tersebut pada kesehatan individu sebelum
meninggal.
Tanyakan pada responden apakah almarhum/ah menderita penyakit
. Jika responden menjawab ya pada penyakit di atas, tanyakan
lamanya almarhum/ah menderita penyakit tersebut dalam bulan,
yang dihitung mulai saat didiagnosa sampai saat meninggal.
Jika almarhum/ah pernah didiagnosis menderita penyakit TB, tetapi
saat meninggal sudah dinyatakan sembuh maka tidak dicatat
sebagai penderita Penyakit TB. Jika tidak diketahui sembuh atau
tidak, tetap dituliskan mempunyai riwayat penyakit TB.
Informasi dapat diperoleh dari responden atau dari BKJH.
Contoh:
Almarhum/ah didiagnosis dengan penyakit jantung dan telah
didiagnosis 6 bulan sebelum kematian tuliskan angka 6 pada tempat
yang tersedia. Jika responden menjawab telah didiagnosis 6 tahun
sebelum meninggal tuliskan 72 (6 th x 12 bulan = 72 bulan) pada
tempat yang tersedia.

196
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

V. Gejala Dan Tanda
Bagian ini memuat serangkaian pertanyaan sehubungan dengan
gejala dan tanda yang mungkin dialami oleh almarhum/ah sebelum
meninggal termasuk lamanya gejala dan tanda tersebut.
P1. Apakah almarhum/ah menderita demam/panas tinggi
menjelang meninggal? Demam adalah meningginya suhu tubuh
lebih dari 37,5C. Lingkari jawaban yang diberikan responden dan
isikan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
1-ya 2-tidakP3 9-tidak tahuP3
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari almarhum/ah
demam pada tempat yang tersedia.
.............bulan/ . hari
P2 Apakah demamnya? Dikatakan demam terus menerus bila
jamaah mengalami demam terus-menerus sepanjang hari, dikatakan
demam turun naik bila jamaah mengalami demam secara periodik,
baik dalam jam atau hari. Demam berulang disertai keringat malam
biasanya disebabkan oleh penyakit TB. Demam juga bisa disertai
dengan menggigil. Jika demam terus-menerus dan menggigil maka
tulis demam disertai menggigil kode 3.
P3. Apakah almarhum/ah nafasnya sesak pada saat
melakukan pekerjaan ringan? Contoh pekerjaan ringan di rumah
misalnya mencuci piring, berkebun ringan atau mengelap jendela,
menyapu rumah/halaman.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

197


Bila jawaban ya catat berapa bulan dan berapa hari pada tempat
yang tersedia.
.............bulan/. hari
P4. Apakah almarhum/ah mengalami sesak nafas ketika
tidur sehingga badan harus diganjal menggunakan beberapa
bantal? Sesak nafas ketika tidur terlentang dikaitkan dengan
penyakit jantung atau paru-paru. Lingkari jawaban yang diberikan
responden dan isikan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari pada tempat
yang tersedia.
.............bulan/. Hari.
P5. Apakah almarhum/ah mengeluh jantungnya
berdebar-debar? Kebanyakan orang tidak menyadari akan kondisi
jantung mereka. Bila denyut jantung dapat terasa artinya jantung
berdenyut dengan cepat, tidak teratur sehingga jantung bisa
dirasakan berdebar-debar.
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari pada tempat
yang tersedia.
.............bulan/. Hari
P6. Apakah almarhum/ah nafasnya berbunyi ketika
mengeluarkan nafas? Nafas berbunyi adalah tanda adanya
sumbatan di saluran pernafasan bawah (bronkus). Gejala ini adalah
salah satu gejala penyakit asma.
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari pada tempat
yang tersedia.

198
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

.............bulan/. hari
P7. Apakah almarhum/ah menderita batuk lebih dari 2
minggu? Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui
kelainan di paru-paru yang bersifat kronik berhubungan dengan
lamanya batuk. Lingkari jawaban yang diberikan responden dan isikan
kode jawaban pada kotak yang tersedia.
1-ya 2-tidakP9 9-tidak tahuP9
Bila jawaban ya catat lama batuknya berapa bulan atau berapa hari
pada tempat yang tersedia. .............bulan. Bila jawaban tidak atau
tidak tahu maka loncat ke pertanyan no 10.
P8. Jika jawaban P7 adalah ya, tanyakan jenis batuknya,
apakah batuk kering, berdahak, berdahak bercampur darah
atau tidak. Lingkari jawaban yang diberikan responden dan isikan
kode jawaban pada kotak yang tersedia.
P9. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan dahak oleh tenaga
kesehatan? Pada penderita yang dicurigai menderita penyakit TB
paru maka akan dilakukan pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali yaitu
sewaktu, pagi dan sewaktu untuk diperiksa Basil Tahan Asam. Bila
pemeriksaan dahak tidak dilakukan sebanyak 3 kali maka dianggap
tidak atau tidak tahu. Jika tidak atau tidak tahu maka loncat ke
pertanyaan 11 (P11).
P10. Jika ya bagaimana hasilnya? Tuliskan bagaimana hasilnya
jika diketahui. Jika tidak diketahui tuliskan tidak diketahui.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

199


P11. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan foto Rontgen
Paru? Pemeriksaan foto Rontgen Paru bertujuan untuk mengetahui
kelainan yang ada di paru-paru seperti TB Paru, Ca Paru, pembesaran
jantung dll.
1-ya 2-tidakP13 9-tidak tahuP13
Bila jawaban tidak, tidak tahu lanjut ke P13.
P12. Jika Ya bagaimana hasilnya? Dapat diperoleh dari
BKJH atau dari responden. Jika jawaban responden positif, tanyakan
hasil positif tersebut untuk penyakit apa dan tuliskan jawaban
tersebut pada tempat yang tersedia.
P13. Apakah almarhum/ah sebelum meninggal dianjurkan
oleh tenaga kesehatan untuk minum obat minimal 6 bulan.
Pemberian obat anti TB (OAT) diberikan minimal 6 bulan.
P14. Apakah almarhum/ah menjelang meninggal minum
obat yang menyebabkan warna kencingnya menjadi merah.
Salah satu obat TB yaitu Rifampisin dapat menyebabkan air seni
berwarna merah.
P15. Apakah almarhum/ah menjelang meninggal pernah
dinyatakan oleh tenaga kesehatan menderita penyakit TB?
Maksudnya adalah almarhum pernah didiagnosa menderita penyakit
TB oleh tenaga kesehatan. Informasi bisa dicek pada BKJH.
P16. Apakah almarhum/ah mengeluh nyeri hebat di dada
kiri? Nyeri di dada kiri dapat disebabkan oleh penyakit jantung dan

200
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

penyakit paru-paru. Lingkari jawaban yang diberikan responden dan
isikan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
1-ya 2-tidakP18 9-tidak tahuP18
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari pada tempat
yang tersedia.
.............hari/. Jam.
Jika jawaban tidak atau tidak tahu lanjut ke P18.
P17. Jika jawaban P16 ya. Tanyakan pada responden
Bagaimana timbulnya rasa nyeri? Apakah nyerinya mendadak atau
bertahap. Nyeri dada hebat dan mendadak merupakan gejala penyakit
Myocardium Infark.
P18. Apakah almarhum/ah menderita diare? Diare/ mencret
adalah berak cair berulang (lebih dari 3 kali sehari) dengan atau tanpa
darah. Anggota masyarakat mungkin menggunakan istilah lain, oleh
karena itu anda dapat menggunakan istilah setempat untuk
menjelaskannya.
1-ya 2-tidakP22 9-tidak tahuP22
Bila jawaban ya catat berapa bulan atau berapa hari pada tempat
yang tersedia.
P19. Jika jawaban P18 ya, berapa kali per hari dan catat pada
tempat yang tersedia.
. kali per hari.
P20. Apakah faecesnya bercampur dengan darah?
Maksudnya adalah pada feses terdapat darah.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

201


P21. Apakah almarhum/ah mengalami dehidrasi berat? Tada
tanda dehidrasi berat: mata cekung, mulut dan lidah kering dan
rasa haus, kencing sedikit atau tidak sama sekali, gelisah atau
mengantuk, sehingga penderita bisa tidak sadarkan diri.
P22. Apakah almarhum/ah kehilangan nafsu makan? Tidak
selera makan dapat berupa kurang nafsu atau hilang nafsu makan.
Kehilangan nafsu makan bisa terjadi karena adanya penyakit infeksi
maupun non-infeksi.
P23. Apakah almarhum/ah mengeluh sakit waktu
menelan? Yang dimaksud rasa sakit menelan pada pertanyaan ini
adalah rasa sakit seperti terbakar, diremas pada waktu menelan
(terasa di leher sampai di belakang tulang dada) yang biasanya
ditemukan pada penyakit abses peritonsil dan penyakit kanker di
daerah mulut dan tenggorokan.
P24. Apakah almarhum/ah mengeluh kesulitan menelan?
Kesulitan menelan adalah adanya rasa tersumbat di tenggorokan
atau perut bagian atas. Dapat ditemukan pada penyakit tumor,
kelumpuhan saraf (stroke), kelainan pada oesophagus.
P25. Apakah suara almarhum/ah terdengar sengau? Yang
dimaksud adalah suara tidak seperti normal biasanya. Suara Sengau
atau bindeng yang dimaksud disini terjadi dalam jangka waktu yang
lama, bukan pada saat akut seperti pada penyakit influenza. Suara
sengau biasanya ditemukan pada penyakit kanker nasopharing.

202
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

P26. Apakah almarhum/ah mengeluh telinga terasa
penuh/berdengung? Gejala ini bisa ditemukan karena adanya
gejala-gejala ditelinga ataupun di nasofaring seperti otitis media, ca
nasofaring dll.
P27. Apakah almarhum/ah mengeluh sakit kepala? Yang
dimaksud dengan sakit kepala di sini adalah sakit kepala yang tidak
sembuh-sembuh dan berlangsung sampai almarhum/ah meninggal.
Sakit kepala bisa disebabkan oleh adanya kelainan di otak dan
jaringan sekitarnya serta kelainan sistemik.
P28. Apakah ada darah di air seni almarhum/ah? Buang air
kecil (BAK) bercampur darah menunjukkan adanya kelainan dalam
ginjal atau infeksi pada saluran kencing.
P29. Apakah almarhum/ah mengalami nyeri pada waktu
buang air kecil? Rasa sakit waktu BAK dapat merupakan gejala
adanya infeksi pada saluran kencing mulai dari kandung kemih sampai
uretra.
P30. Apakah ada gangguan kencing? Yang dimaksud dengan
gangguan kencing di sini adalah sulit kencing, kencing menetes, tidak
dapat kencing, kencing tidak terkontrol (beser).
P31. Jika jawaban P30 ya, tanyakan dan tuliskan gangguan
tersebut pada tempat yang tersedia.
P32. Berapa kali almarhum/ah kencing di malam hari?
Sering kencing terutama di malam hari dikaitkan dengan penyakit

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

203


diabetes mellitus (DM). Tuliskan jawaban responden pada tempat
yang tersedia : ...........................kali
P33. Apakah almarhum/ah mengeluh kesemutan di
kaki/tangan? Kesemutan adalah rasa seperti ditusuk-tusuk yang
tidak nyaman atau rasa baal/tebal biasanya di tangan dan atau kaki.
Gejala ini merupakan salah satu tanda penyakit diabetes melitus.
P34. Apakah almarhum/ah menderita luka yang sulit sembuh?
yang dimaksud disini adalah jika orang tersebut menderita luka,
penyembuhannya lama/lebih dari 1 minggu atau bahkan tidak
sembuh. Orang yang menderita kencing manis bila mengalami luka
akan sulit sembuh, bahkan bisa mengakibatkan gangren.
P35. Apakah ujung-ujung jari-jari tangan terlihat membesar
dan tampak kebiruan? Pada penderita Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) biasanya ditandai dengan pembesaran pada ujung-
ujung jari tangan dan tampak kebiruan (clubbing finger).
P36. Apakah almarhum/ah mengeluh nyeri perut? Nyeri
perut bisa disebabkan karena adanya gangguan pada saluran
pencernaan misalnya pada diare atau adanya gangguan di fungsi
organ di rongga perut seperti appendicitis/usus buntu, ulkus gaster
dan duodenum, abses hati, batu saluran empedu, kanker dan
peradangan lainnya. Bila jawaban tidak atau tidak tahu langsung ke
P41.

204
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

P37. Jika jawaban P36 ya, tanyakan pada responden nyerinya
pada perut bagian mana? Lingkari jawaban yang diberikan responden
dan isikan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
P38. Apakah ada benjolan (tumor) di perut? Maksudnya adalah
di dalam perutnya terdapat benjolan. Adanya benjolan di perut bisa
karena tumor, misalnya tumor hati atau abses hati. Dapat juga terjadi
pembesaran organ-organ dalam rongga perut, misalnya pembesaran
hati, limpa. Jika jawaban tidak atau tidak tahu langsung ke P43.
P39. Jika jawaban P38 ya, Tanyakan pada responden di bagian
perut sebelah mana benjolan tersebut.
P40. Apakah perut almarhum/ah membesar karena cairan?
Yang dimaksud perut membesar karena cairan pada pertanyaan ini
adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga perut (asites).
Dapat diketahui dari lingkar perut yang bertambah.
P41. Apakah almarhum/ah mengalami muntah? Muntah
adalah keluarnya sisa makanan dari saluran pencernaan melalui
rongga mulut.
P42. Jika jawaban P41 ya, tanyakan pada responden apakah
muntahnya bercampur darah? Maksudnya adalah ketika muntah,
muntahannya disertai darah. Bisa juga terjadi muntahannya berupa
darah. Hal ini dapat terjadi pada gastritis yang hebat atau pada
penyakit demam berdarah yang sudah parah. Atau pada iritasi karena
pengobatan.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

205


P43. Apakah almarhum/ah Buang Air Besar (BAB) darah
segar? Yang dimaksud adalah BAB disertai dengan darah segar
disebabkan karena adanya keganasan pada saluran cerna bagian
bawah.
P44. Apakah almarhum/ah BAB darah kehitaman? BAB
darah kehitaman disebabkan karena adanya keganasan pada saluran
cerna bagian atas.
P45. Apakah almarhum/ah mengalami penurunan
kesadaran? Tingkat kesadaran mulai dari compos mentis (kesadaran
baik), somnolen (mengantuk), delirium (mengigau), pre coma dan
coma (tidak sadar). Terjadinya penurunan kesadaran disini adalah
menjelang wafatnya almarhum/ah, bukan terjadi pada saat yang
lampau. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada penyakit stroke,
infeksi di selaput otak/otak atau gangguan koma pada penyakit
diabetes mellitus.
P46. Apakah ada bagian tubuh almarhum/ah yang lumpuh?
Kelumpuhan adalah hilangnya rasa dan gerakan pada satu/lebih
bagian tubuh. Kelumpuhan dapat disebabkan oleh penyakit tertentu
seperti tekanan darah tinggi/stroke dan tumor di otak (di pusat
motorik). Jika jawaban tidak atau tidak tahu langsung ke P51.
P47. Jika jawaban P46 ya, tanyakan pada responden bagian
tubuh mana yang lumpuh? Sebutkan bagian yang lumpuh misalnya
kaki kanan, tangan kanan atau tangan kanan dan kaki kanan, dsb.

206
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


P48. Apakah seluruh tubuhnya kaku
P49. Apakah almarhum/ah sulit membuka mulut (trismus)?
Trismus adalah kesulitan membuka mulut karena otot-otot rahang
dan muka mengalami kejang (spasme). Gejala ini ditemukan pada
Tetanus. Gejala ini ditulis jika terjadi menjelang almarhum/ah wafat.
P50. Apakah almarhum/ah mengalami kaku kuduk? Yang
dimaksud dengan kaku kuduk adalah kekakuan didaerah leher, leher
tidak dapat digerakkan ataupun ditekuk. Kaku kuduk tidak sama
dengan nyeri/pegal di leher. Kaku kuduk merupakan gejala infeksi
pada selaput otak (meningen) seperti meningitis atau bisa ditemukan
juga pada tetanus. Gejala ini ditulis jika terjadi menjelang
almarhum/ah wafat.
P51. Apakah otot perut almarhum/ah kaku seperti papan?
Otot perut yang kaku seperti papan disebabkan karena otot daerah
perut mengalami kejang (spasme). Gejala ini ditemukan pada tetanus
atau bisa juga terjadi pada infeksi berat pada saluran cerna. Gejala ini
ditulis jika terjadi menjelang almarhum/ah wafat
P52. Apakah almarhum/ah menderita kejang? Kejang adalah
otot anggota badan menjadi kaku, kadang-kadang mata akan
berputar. Kejang terjadi karena adanya proses gangguan di otak
seperti tumor, infeksi. Panas tinggi, terutama bila naik secara cepat
dapat menimbulkan reaksi kejang. Pada penyakit epilepsy kejang

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

207


dapat terjadi berulang-ulang tanpa disertai demam. Gejala ini ditulis
jika terjadi menjelang almarhum/ah wafat.
P53. Apakah pergelangan kakinya bengkak? Tunjukkan pada
responden bagian pergelangan kaki yaitu daerah persendian diatas
telapak kaki. Bengkak bisa di satu pergelangan atau kedua
pergelangan kaki.
P54. Apakah almarhum/ah menderita bengkak di
persendian lain? Maksudnya adalah selain di persendian kaki juga
terjadi pembengkakan di sendi-sendi lain, misalnya jari-jari
tangan/kaki, dsb.
P55. Apakah berat badan almarhum/ah turun drastis?
Maksud dari pertanyaan ini adalah jika menjelang wafat almarhum
mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam waktu yang
cepat. Biasanya terjadi pada penyakit HIV atau pada penyakit
keganasan/kanker.
P56. Apakah mulutnya sariawan yang meluas di seluruh
mukosa mulut? Sariawan yang terjadi adalah banyak, tidak hanya
satu.
P57. Apakah almarhum/ah tampak pucat? Maksudnya adalah
warna kulit /wajah almarhum terlihat pucat tidak seperti normalnya.
P58. Apakah almarhum/ah menderita penyakit kulit?.
Maksudnya adalah apabila menjelang wafat pada kulit almarhum
terjadi kelainan- kelainan, misalnya merah-merah, melepuh atau
bergelembung-gelembung, dsb.

208
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

P59. Bila jawaban P58 adalah ya, tuliskan jenis kelainan
kulitnya...............................
P60. Apakah muka almarhum/ah bengkak? Yang dimaksud
adalah jika wajah almarhum/ah menjelang wafat terlihat bengkak/
agak gembung dari normalnya. Biasanya terlihat pada pipinya yang
lebih gembung dari biasanya.
P61. Apakah bagian putih mata almarhum/ah berubah
menjadi kuning? Bagian putih mata menjadi kuning adalah salah
satu gejala penyakit kuning. Penyakit kuning disebabkan oleh infeksi
pada hati (hepatitis) atau tumor pada hati.
P62. Apakah pernah cedera akibat kecelakaan lalu lintas?
Maksudnya adalah jika almarhum/ah wafat karena disebabkan
kecelakaan lalu lintas. Jika tidak atau tidak tahu langsung ke P64.
P63. Pertanyaan ini ditanyakan jika jawaban P62 adalah
ya. Tanyakan pada responden bagian tubuh mana yang cedera.
Misalnya kaki patah, gegar otak dsb.
Tanyakan proses kejadian kecelakaannya misal: berjalan kaki
tertabrak bus di jalan raya
P64. Apakah pernah cedera akibat lainnya? cedera disini
adalah cedera pada setiap etape perjalanan haji termasuk terhimpit-
himpit pada waktu tawaf, sai. Cedera juga dapat disebabkan
terpeleset di kamar mandi, jatuh dari tangga, dll. Jika jawaban tidak
atau tidak tahu langsung ke P66.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

209


P65. Pertanyaan ini ditanyakan jika jawaban P64 adalah
ya. Tanyakan pada responden bagian tubuh mana yang cedera?
Tuliskan jawaban responden pada tempat yang tersedia.
Tanyakan proses kejadian kecelakaannya misal: terinjak-injak saat
melontar jumroh.
P66. Apakah dilukai secara sengaja oleh orang lain?
Maksudnya adalah menjelang almarhum/ah wafat sebelumnya telah
dicederai orang lain. Misalnya ditusuk orang lain.
P67. Apakah almarhum/ah mengalami keracunan? Yang
dimaksud keracunan pada pertanyaan ini adalah keracunan yang tidak
disengaja (contoh keracunan makanan, obat-obatan, termasuk
alkohol). Jika jawaban tidak/tidak tahu langsung ke P69.
P68. Ini adalah pertanyaan saringan ditanyakan apabila jawaban
P67 adalah ya. Tanyakan pada responden penyebab
keracunannya dan tuliskan dalam tempat yang tersedia.
P69. Apakah almarhum/ah bunuh diri? Yang dimaksud
pertanyaan disini adalah jika almarhum/ah melakukan tindakan bunuh
diri. Misalnya menggantung diri, minum racun serangga, dsb. Bila
jawaban ya. Maka dituliskan dalam riwayat penyakit almarhum/ah di
blok IV, bagian 2.

210
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


VI. Penggunaan Tembakau, Alkohol dan NAPZA
Jika almarhum/ah pernah merokok atau mengkonsumsi alkohol atau
Napza, isikan sesuai keterangan dari responden. Jika responden
keberatan menjawab abaikan pertanyaan pada bagian ini.
VII. Pencarian Pengobatan
1. Apakah almarhum/ah pernah mendapatkan pengobatan selama
sakit?
Maksudnya adalah menjelang wafat almarhum/ah pernah dirawat
atau berobat karena sakitnya itu.
2. Jika jawaban 1 adalah ya, tanyakan pada responden dimana
saja dan kapan? Jawaban dapat lebih dari satu, dan tuliskan
semua jawaban responden pada tempat yang tersedia.
3. Jika Petugas kesehatan mengatakan penyakit lainnya, maka
tuliskan penyakit tersebut pada pertanyaan no 4
VIII. Keterangan Pendukung
Dalam bagian ini, pewawancara harus mencatat resume dari setiap
sumber tertulis yang diperoleh dari responden. Informasi ini akan
membantu proses untuk menentukan kemungkinan penyebab
kematian. Ada berbagai jenis bukti yang mendukung yaitu : Surat
Keterangan Keluar dari Rumah Sakit/kartu Kontrol, Visum et
Repertum, Catatan Medik pasien rawat jalan dan rawat inap termasuk

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

211


resep, dan hasil laboratorium/citologi foto rontgen. Semuanya harus
dicatat dalam format AV.
Selama wawancara AV, tanyakan pada responden, apakah pernah
melihat dokumen pendukung dan ringkaslah semua keterangan dalam
semua dokumen pendukung ini ke dalam format AV.
Selain bukti dari dokumen rumah sakit, keluarga dari almarhum/ah
yang meninggal mungkin diberitahu mengenai penyebab kematian
oleh tenaga kesehatan. Informasi ini penting dan merupakan
pertanyaan berikutnya. Pewawancara harus bertanya apakah
responden diberitahu tentang penyebab kematian pada
alamarhum/ah oleh petugas layanan kesehatan. Lingkari jawaban
yang benar dan tuliskan kode jawaban pada kotak yang tersedia.
Contoh:
Bila pewawancara melihat surat kematian dari rumah sakit yang
menyebutkan bahwa penyebab kematiannya adalah SIROSIS
HEPATIS salinlah dengan cermat penyebab kematian tersebut setelah
kata diagnosis, seperti di bawah ini:

212
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Surat Keterangan dari Sarana Kesehatan BPHI/Rumah Sakit
Diagnosis selama dirawat :
Surat kematian dari RS
Penyebab Kematian : SIROSIS HEPATIS
Visum et Repertum
Penyebab Kematian :

Catatan Medik
Diagnosis selama dirawat :

Hasil Laboratorium/sitologi selama dirawat/rontgen

Apakah petugas kesehatan mengatakan penyebab kematiannya?
1-ya 2-tidak 9-tidak tahu

Jika ya, apa yang dikatakannya?
..................................................................................................................................................


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

213


Wawancara berakhir sampai di sini. Setelah memastikan pengisian format telah lengkap, pewawancara
harus membuat catatan riwayat penyakit almarhum/ah secara kronologis (waktu). Kemudian
mengembalikan format yang telah diisi kepada dokter untuk mengisi resume dan menegakkan diagnosis.

214
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

IX. Resume dan Diagnosis
Resume Autopsi Verbal
Setelah dokter penegak diagnosis melakukan pemeriksaan format
AV, dokter harus menuliskan resume AV pada kolom yang
tersedia. Resume mencakup semua informasi yang diperoleh
mengenai keadaan kesehatan almarhum/ah sebelum meninggal,
mulai dari identitas sampai keterangan pendukung.
Penyebab kematian menurut dokter penegak diagnosis
Ini merupakan bagian terakhir dari format AV di mana dokter
penegak diagnosis mengisi bagian penyebab kematian menurut
aturan ICD-10, berdasarkan resume dan diskusi dengan
pewawancara AV.
Penyebab langsung, antara dan dasar dan penyebab lain yang
berhubungan dituliskan dalam tempat yang tersedia, berserta
dengan periode waktu mulainya penyakit hingga almarhum/ah
meninggal.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

215



Penyebab kematian menurut dokter:
Selang waktu mulai
terjadinya Penyakit sampai
meninggal
Tahun Bulan Hari Tanggal
Penyebab Kematian
1. a. Penyebab Langsung : .............. ...... ...... ..... .......

b. Penyebab Antara : .............. ...... ...... ...... ......
c. Penyebab Antara : .............. ....... ..... ...... ......
d. Penyebab Dasar : .............. ....... ...... ...... .....
2. Penyakit/kondisi lain yang berkontribusi namun tidak
berhubungan dengan 1a-d : ................ ....... ...... ...... .......



216
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

MATERI INTI KHUSUS DOKTER (MIKD)
PENATALAKSANAAN KASUS PENYAKIT
KHUSUS DI KLOTER
SWINE FLU (H1N1 Flu)

1. Kriteria Diagnosis:
Klinis :
Panas
Batuk
Sakit tenggorokan
Nyeri seluruh badan
Sakit kepala
Menggigil
Kesulitan bernapas atau napas pendek
Nyeri atau rasa tertekan pada dada dan perut
Pusing dengan tiba2
Muntah persisten atau muntah berat
2. Penyebab dan cara penularan
Swine Influenza atau flu babi atau flu A H1N1 adalah penyakit
respirasi pada babi yang disebabkan oleh virus influenza A.
Virus flu babi ini biasanya tidak menyerang manusia
Saat ini sudah terjadi infeksi flu babi pada manusia yang dilaporkan
dapat menular antar manusia.
Masa inkubasi 1-7 hari tetapi lebih sering 1-4 hari
H1N1 pada manusia menular pada satu hari sebelum onset sakit
sampai 7 hari setelah onset.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

217


3. Tindakan :
Menutup mulut dan hidung dengan tissue/bahan sejenisnya
saat batuk atau bersin, lalu buang ke tempat sampah.
Mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sesudah batuk
atau bersin. Cuci tangan dapat juga menggunakan alkohol (
untuk cuci tangan )
Jangan menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci
tangan, hal ini dilakukan untuk mencegah penularan.
Menghindari kontak langsung dengan penderita H1N1
Cukup tidur, aktif, atasi stres minum cukup air dan makan
bergizi.
Tetap berada di pondokan bila terkena H1N1 dan segera
evakuasi ke BPHI/RS AS terdekat.
AVIAN INFLUENZA (H5N1)

1. Kriteria Diagnosis :
Klinis :
DemamPanas
Batuk
Sakit tenggorokan
Nyeri seluruh badan
Sakit kepala
Sakit otot
Pilek

218
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Suara serak.
Kriteria rawat ; sesak napas dengan frekwensi napas > 30X per
menit, nadi > 100X per menit, gangguan kesadaran dan kondisi
lemah.
2. Penyebab dan cara penularan
Penyakit flu burung atau avian influenza disebabkan oleh virus
influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini digolongkan
dalam Highly Pathogenic Avian Influenza. Transmisi virus influenza
lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus respiratorius.
Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam
beberapa jam sudah mengalami replikasi.
Suspek H5N1 ditegakkan dengan riwayat kontak dengan unggas,
pernah kontak dengan penderita AI dalam 7 hari terakhir.
Tindakan :
3. Pengobatan simtomatik.
Obat obat anti virus.
Pengobatan antibiotik.
Istirahat.
Peningkatan daya tahan tubuh.
Perawatan respirasi.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

219



MENINGITIS MENINGOKOKUS
1. Kriteria Diagnosis :
Klinis :
Panas
Sakit kepala
Bercak kemerahan di kulit
Kaku kuduk
Kesadaran menurun
2. Penyebab dan cara penularan
Neisseria meningitidis dengan masa inkubasi bervariasi 2 10 hari.
Cara penularan dengan kontak langsung melalui droplet hidung dan
tenggorokan orang yang terinfeksi.
3. Cara pencegahan penyakit Meningitis meningokokus
Vaksinasi meningitis tetravalen ACW135Y, minimal 10 hari
sebelum keberangkatan
Mengurangi kontak langsung dengan penderita.
4. Tindakan :
Bila kasus terjadi di pesawat lakukan koordinasi dengan purser
untuk memindahkan pasien ketempat duduk dibelakang sekaligus
memasangkan masker, purser menginformasikan ke pilot yang
selanjutnya disampaikan ke Air Trafic Control di Bandara Tujuan.

220
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bila kasus terjadi di pemondokan lakukan pemberian Penicillin cara
parenteral, informasikan ke Sansur & rujuk ke BPHI/RS AS terdekat.
HEAT STROKE
1. Kriteria Diagnosis :
Sengatan Panas adalah suatu kelainan pada tubuh yang disebabkan
karena terpaparnya dengan udara panas yang tinggi yang
menyebabkan meningkatnya suhu tubuh (hipertermi) bisa mencapai
106oF (41.1oC) disertai dengan kelainan fisik dan neurologis
Gejala Klinis
a. Heat Exhaustion (Lelah Panas)
Gejalanya sama dengan gejala dehidrasi (kekurangan cairan)
Lemas
Kulit panas dan kering
Haus
Pusing
Lelah
Mual
pucat
nafsu makan menurun
disorientasi
b. Heat Cramp (Kejang Panas)
Tingkat lebih lanjut dari Heat Exhaustion
Suhu badan naik (sampai 38-39oC)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

221


Kejang otot (otot kaku tangan terutama otot betis)
c. Heat Stroke
Stadium ketiga dari sengatan panas, merupakan keadaan
gawat namun reversible, dengan gejala :
Hyperpirexia (suhu > 39oC)
Kulit kering, tidak berkeringat
Takhikardi, sulit bernafas
Halusinasi, confusion, disorientasi
Tekanan darah meningkat atau menurun
Berbicara tidak menentu (mengigau)
Kasadaran dapat menurun sampai koma
2. Tindakan :
Hindari organ/ bagian badan dari kerusakan permanen
Yang utama dinginkan pasien
Pindahkan pasien ke ruang yang sejuk atau ruang terbuka yang
terlindung dari panas matahari dan longgarkan pakaian
Berikan air suam-suam kuku atau dingin pada kulit (semprotkan
air dingin melalui semprotan air)
Kipasi pasien dengan fan atau koran dan lainnya untuk
mempercepat penguapan dan berikan kantong es di ketiak
Berikan cairan infus garam fisiologis (NaCL 0,9%)
Monitor suhu badan dengan termometer dan lanjutkan
pendinginan sampai suhu badan mencapai 101-102oF (38.3-
38.8oC)

222
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

FROSTBITE
1. Kriteria Diagnosis :
Kesadaran somnolens hingga komateus yang disertai/tidak dengan
gangguan hemodinamik Tremor halus
Akibat gangguan aklimatisasi yang mengenai aliran pembuluh darah
kecil akibatnya oklusi aglutinasi Trombosit dan Trombi.
Gejala Klinis
Tampak pucat
Dingin, kaku
Suhu 26
Pupil Miosis
Depresi napas
Bradikardi
Hipotensi
Edema menyeluruh
Tidak sadar
2. Tindakan :
Selimuti dengan kain hangat dan kendorkan ikatan ikatan pada
tubuh ( ikat pinggang, kancing celana, pakaian dalam, sepatu, arloji,
kalung dan ikat kepala )
Rujuk bila keadaan tidak ada perbaikan.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

223


SENGATAN DINGIN
1. Kriteria Diagnosis :
Sengatan dingin merupakan kerusakan kulit dan jaringan lainnya
yang disebabkan karena terpapar udara dingin dalam waktu yang
lama.
Sengatan dingin ini mempengaruhi intrasel dan ekstrasel dan
mempengaruhi fungsi jaringan dan sirkulasi
Gejala Klinis
Mati rasa (baal)
Rasa kaku atau beku terutama daerah yang terpajan langsung
dengan udara dingin
Pucat, dingin, kram, kaku otot
2. Tindakan :
Bawa pasien kedalam ruangan ( bila mungkin ruang dengan
penghangat)
Lepaskan baju yang basah dan ganti dengan yang kering
Rendam dengan air hangat (37-40oC / 100-105oF)
Berselimut dan pakaian hangat, makan dan minum hangat,
kamar bersuhu hangat
Analgetik topikal atau sistemik (bila perlu)
Penghangatan lokal/setempat
Rewarming bertahap : Rendam dengan air hangat 37oC-40oC,
selama 25-40 menit, atau kompres dengan air hangat 10-30
menit

224
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bila tidak ada air hangat, selimuti badan dengan selimut hangat
Infus cairan Nacl 0,9% yang sudah dihangatkan
Tatalaksana disesuaikan dg kondisi pasien, Rujuk segara ke
BPHI/RSAS bila kondisi tidak memungkinkan

SKIZOFRENIA
1. Kriteria Diagnosis :
Gangguan waham/delusi berbentuk antara lain waham curiga,
waham kebesaran, waham aneh, waham nihilistik.
Halusinasi berbentuk antara lain halusinasi suara, halusinasi
visual, halusinasi taktil.
Pembicaraan yang kacau (inkoherensi) atau asosiasi longgar.
Afek yang datar atau tumpul.
Perilaku autistik
Gejala-gejala negatif seperti apatis, menarik diri atau jarang
bicara.
2. Tindakan :
a. Sugestif-suportif atau re-edukatif bila ego masih dapat
berfungsi ( tidak terlalu rapuh )
b. Bila dijumpai kondisi Agitasi (Gaduh-gelisah) atau Agresi
(menyerang orang-lain) atau penderita dengan kecenderungan
mutilasi diri atau bunuh-diri maka dilakukan: (pilih salah satu)
Tindakan Fiksasi fisik dan ditempatkan dalam ruang
khusus (kamar isolasi) dengan observasi perilaku pasien.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

225


Tindakan Fiksasi medikasi (Neuroleptisasi cepat) dengan
Obat Anti Psikotik Parenteral : (pilih salah satu)
1) Inj Haloperidol 5 10 mg Intra-Muskular (IM) setiap 4
jam dengan tambahan injeksi diazepam 10 mg IM
sampai pasien tenang.
2) Inj Klorpromazin 50 100 mg IM
3) Inj Olanzapine Intra-muskular 10 mg
Atau lakukan tindakan evakuasi ke BPHI sektor/BPHI Daker
c. Selanjutnya dapat diberikan Obat Anti Psikotik oral antara lain :
Golongan Tipikal ( CPZ, Haloperidol, Trifluperazin)
Golongan Atipikal (Risperidon, Clozapin, Olanzepin,
Quetiapin, Aripiperazol, Zotepin)
d. Bila dijumpai Efek Samping Ekstrapiramidal akut-reversibel
(parkinsonisme, distonia, akatisia): (pilih salah satu)
Inj diazepam 10 mg IM
Inj difenhidramin 25 100 mg IM
Inj sulfas atropin 0,25 1 mg IM
Trihexyphenidil tablet 4 12 mg/hari (2-3 x 2-4 mg)
Lorazepam tablet 0,5 1 mg/hari (1-2 x 0,5-1 mg)
Ganti Obat Anti Pskitoik Tipikal dengan golongan Atipikal.
e. Jika sudah tenang dilanjutkan dengan Psikoterapi dan
Psikoedukasi pada penderita dan keluarga

226
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

GANGGUAN ANSIETAS
1. Kriteria Diagnosis :
Adanya perasaan kuatir atau cemas terhadap sesuatu hal yang
spesifik seperti takut akan kematian, kesendirian, takut keramaian,
takut kegelapan atau sesuatu yang tidak jelas penyebabnya.

Selama berlangsungnya kecemasan, disertai 3 atau lebih gejala-
gejala berikut berdebar-debar, banyak berkeringat, rasa sesak napas
atau tertahan, perasaan tercekik, nyeri dada atau perasaan tidak
nyaman, mual atau gangguan dalam pencernaaan, pusing, perasaan
melayang atau mau pingsan, ketakutan yang tidak terkendali
2. Tindakan :
Bersifat suportif atau memberi dukungan agar dapat
memperluas hubungan sosial atau melaksanakan tuntunan
agama yang ringan, misalnya berdoa, berzikir atau sholat.
Bila dijumpai kondisi Agitasi (Gaduh-gelisah) atau Agresi
(menyerang orang-lain) atau penderita dengan kecenderungan
mutilasi diri atau bunuh-diri maka dilakukan tindakan
sebagaimana tindakan seperti Skizofrenia.
Pemberian Mood stabilizer : Lithium Karbonat, Asam Valproat,
Karbamazepin.
Pemberian anti-ansietas antara lain : Diazepam, Klobazam,
Alprazolam, Fluoxetine, Sertralin, Fluvoksamin.
Jika sudah tenang dilanjutkan dengan Psikoterapi dan
Psikoedukasi pada penderita dan keluarga

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

227


Rujuk bila tidak ada perbaikan atau sudah ada tanda-tanda
yang membahayakan diri atau orang lain.
DEPRESI
1. Kriteria Diagnosis :
Gejala A :
Perasaan sedih (depresif), tidak bisa menikmati hidup
Kurang atau tidak ada perhatian pada lingkungan
Mudah lelah
Gejala B :
Konsentrasi dan perhatian kurang
Harga diri dan kepercayaan diri kurang
Perasaan bersalah/tidak berguna
Pandangan masa depan suram/pesimis
Tidur terganggu
Nafsu makan kurang/bertambah.
Diagnosis ditegakkan apabila ada gejala-gejala tersebut dengan
ataupun tanpa gejala somatik.
2. Derajat depresi :
- Ringan : 2 gejala A dan 2 gejala B
- Sedang : 2 gejala A dan 3 gejala B
- Berat : 3 gejala A dan 4 gejala B.
3. Tindakan :

228
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bersifat suportif atau memberi dukungan agar dapat
memperluas hubungan sosial atau melaksanakan tuntunan
agama yang ringan, misalnya berdoa, zikir atau sholat.
Non Farmakologis : edukasi, reassurance, psikoterapi
Farmakologis : Antidepresan : maprotilin, amineptin,
moklobemid, golongan SSRI ( sertralin, paroksetin dan lain-lain
)
Simtomatik, sesuai indikasi.
Rujuk bila tidak ada perbaikan atau sudah ada tanda-tanda
bunuh diri atau membahayakan orang lain.

YELLOW FEVER
1. Kriteria Diagnosis :
Klinis :
Periode masa inkubasi 3 6 hari.
Muncul gejala nonspecific influenza seperti ; panas, sakit kepala,
sakit punggung, myalgia, mual, muntah, menggigil.
Muncul keadaan toxic seperti ; adanya perdarahan sampai shock
dan kegagalan fungsi organ. Panas

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

229


2. Penyebab dan cara penularan
Yellow Fever adalah arbovirus dari genus flavivirus, vector virus ini
adalah nyamuk Aedes dan Haemogogus, dan penularan bisa dari
manusia ke manusia.
3. Tindakan :
Hindari gigitan nyamuk dengan :
Menggunakan krim anti nyamuk.
Memakai baju yang rapat dan lengan panjang, kaos kaki
Mengusir nyamuk dari ruangan kamar pondokan.
Membersihkan sarang-sarang nyamuk dari sekitar kita
Pengobatan supportif seperti menghilangkan keadaan panas tinggi
atau dehidrasi serta pengobatan dengan menggunakan antibiotika
pada keadaan infeksi.
SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome)
1. Kriteria Diagnosis :
Suhu badan > 38
0
C disertai dengan gangguan pernafasan yaitu
batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas.
2. Penyebab dan cara penularan :
corona virus dengan penularan melalui droplet infection.
3. Tindakan :
Cara pencegahan penyakit SARS : gunakan masker, hindari
kontak langsung dengan penderita.

230
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bila kasus terjadi di pesawat lakukan koordinasi dengan purser
untuk memindahkan pasien ke tempat duduk dibelakang
sekaligus memasangkan masker, purser menginformasikan ke
pilot yang disampaikan ke air trafic control di bandara tujuan.
Bila kasus terjadi di pemondokan lakukan pemakaian masker
informasikan ke sansur dan rujuk ke BPHI/RS AS terdekat.



Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

231


MATERI INTI KHUSUS PERAWAT (MIKP)
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
PENYAKIT KHUSUS DI KLOTER

SWINE FLU (H1N1 Flu)

1. Pendahuluan
Swine flu atau flu babi atau flu mexico atau Influenza A H1N1
merupakan penyakit pernafasan akut yang sangat menular pada
babi. Morbilitas tinggi tetapi mortalitas rendah (1-4%) terjadi
sepanjang tahun meningkat pada musim dingin dan musim
gugur.
Defenisi Kasus H1N1 menurut WHO dibedakan antara lain :
Kasus Probabel
Seseorang dengan gejala di atas disetai dengan hasil
pemeriksaan lab positif terhadap influenza A tetapi tidak dapat
diketahui subtipenya dengan menggunakan reagen influenza
musiman atau seseorang yang meninggal karena penyakit
infeksi saluran pernafasan akut yang tidak diketahui
penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi ( kontak
dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus probable atau
konfirmasi
Kasus Konfirmasi
Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi influenza
H1N1 dengan pemeriksaan satu lebih test di bawah ini :
o Real time PCR

232
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

o Kultur virus
o Peningkatan 4 kali antibody spesifik influenza H1N1 dengan
tes netralisasi
Periodik Infeksius
Kasus konfirmasi yang terinfeksi 1 hari sebelum onset sampai 7
hari setelah onset pada anak dapat lebih panjang. Seseorang
dikatakan kontak kontak erat jika jarak 6 feet dengan pasien
yang konfirmasi atau suspek H1N1 selama periode infeksius.
Kontak erat dapat terjadi penularan dan dapat menimbulkan
penyakit pernafasan akut. Penyakit pernafasan akut adalah
onset yang baru terjadi disertai minimal 2 diantara tanda dan
gejala : selesma atau lender berlebihan dari hidung, sakit
tenggorokan, batuk (dengan atau tanpa sesak nafas). Kasus
juga terjadi secara kluster bila dua orang atau lebih dengan
gejala infeksi pernafasan akut dengan panas > 38oC yang tidak
diketahui penyebabnya atau orang yang meninggal dengan
infeksi pernafasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan
terdeteksi onsetnya dalam periode 14 hari pada daerah geografi
yang sama atau secara epidemiologi berhubungan.
Kelompok orang yang berisiko tinggi menderita Swein Flu A
H1N1 antara lain : kontak erat dengan pasien konfirmasi
influenza H1N1 pada saat pasien masih sakit. Akhir akhir ini
pernah berkunjung ini ke daerah yang ada kasus konfirmasi.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

233



2. Gejala pada Manusia :
Gejala Flu A (H1N1) pada manusia secara umum sama dengan
flu musiman mulai dari tanpa gejala sampai pneumonia dan
meninggal. Banyak kasus tak terdeteksi dengan surveilen flu
musiman. Beberapa kasus tak ada riwayat kontak dengan babi
atau lingkungan yang ada babi. Kelompok risiko tinggi yang
dirawat: perempuan hamil 9-17%, pasien dengan daya tahan
tubuh rendah 13-20%, asma dan PPOK 37-41%, sakit jantung
12-17%, anak denga umur kurang dari 2 tahun 18%.
Gejala klinis:
Gejala klinis yang ditemukan umumnya sama dengan gejala
influenza secara umum meliputi: badan panas, rhinoria, nyeri
tenggorokan, sakit kepala, sesak dan batuk, diare mual dan
muntah.
Gejala Keadaan emergency pada anak :
Pernafasan cepat atau kesulitan bernafas
Warna kulit kebiruan
Tidak cukup minum
Susah bangun dan tidak berinteraksi
Sangat rewel tidak mau disentuh
Flu like symptoms membaik tetapi kemudian kembali lagi
dengan gejala demam dan batuk hebat
Demam dengan kemerahan
Saluran cerna : diare, mual dan muntah

234
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Gejala Keadaan Emergency pada Dewasa :
Kesulitan bernafas atau nafas pendek
Nyeri atau rasa tertekan pada dada dan perut
Pusing dengan tiba tiba
Confusion
Muntah persistem atau muntah berat
Warna kulit kebirun
3. Diagnosis
Dasar diagnosis klinis dikategorikan ringan, sedang dan berat.
Gejala: suhu 38C atau lebih disertai salah satu gejala ILI seperti
batuk, pilek dan nyeri tenggorok
Criteria klinis ringan:
ILI
tanpa sesak
Tanpa pneumonia
Tidak ada faktor risiko (misalnya asma, DM, PPOK, obesiti,
kurang gizi, < 5 th atau > 65 th, kehamilan)
Catatan pada criteria ringan: rawat jalan dengan KIE dan
pengawasan
Kriteria sedang dewasa:
ILI dengan satu atau lebih kriteria:
- adanya factor risiko
- adanya Sesak napas
- ditemukan Pneumonia ringan (bila ada X-ray)
- adanya Keluhan mengganggu: diare, muntah-

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

235


- muntah (tergantung penilaian klinis dokter
- yang merawat)
Catatan: rawat di ruang isolasi
Criteria sedang untuk anak
Dugaan pneumonia Suhu > 38
o
C , Batuk atau kesulitan
bernafas
Umur kurang dari 2 bulan frekwensi napas lebih atau sama
dengan 60 kali/mnt
Umur 2 sampai 11 bulan frekwensi nafas lebih atau sama
dengan 50 kali/mnt
Umur lebih dari 1th sampai 5 th pernapasan lebih atau sama
dengan 40 kali/mnt
Umur lebih dari 5 tahun dengan pernapasan lebih dari 30 kali
permenit
Criteria pneumonia berat pada dewasa bila dijumpai salah satu atau
lebih:
kriteria Minor: Frekuensi napas > 30 /menit, Foto toraks : paru
menunjukkan kelainan bilateral, Foto toraks : paru melibatkan 2
lobus, Tekanan sistolik < 90 mmHg, Tekanan diastolic < 60
mmHg,PaO2/FiO2 kurang dari 300 mmHg
Criteria mayor pada dewasa: Membutuhkan ventilasi mekanik,
Inffiltrat bertambah > 50%, Membutuhkan vasopressor > 4 jam (
septik syok ), Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2
mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang
membutuhkan dialysis

236
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Criteria pneumonia berat pada anak bila dijumpai salah satu atau
lebih:
Kriteria Minor: Frekuensi napas (sesuai usia), Foto toraks : paru
menunjukkan kelainan bilateral, Foto toraks : paru melibatkan 2
lobus ,Tekanan sistolik dan diastolik sesuai umur, PaO2/FiO2 kurang
dari 300 mmHg
Criteria mayor pada anak: Membutuhkan ventilasi mekanik, Infiltrat
bertambah > 50%, Membutuhkan vasopressor > 4 jam ( septik syok
), Kreatinin serum > 1 mg/dl atau peningkatan >1 mg/dl, pada
penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan
dialisis
4. Penatalaksanaan
Bila di temukan tanda dan gejala baik pada anak maupun dewasa
segera di bawa kerumah sakit . Dokter akan melaksanakan
beberapa pemeriksaan untuk menegakan pemeriksaan dan
menentukan diagnosis dan memberikan pengobatan yang
diperlukan.
Pasien perlu menjalani pemeriksaan Laboratorium antara lain :
Apusan /aspirasi nasofaring atau bilasan/aspirasi hidung, kalau tidak
bisa dengan cara di atas kombinasi apusan hidung dengan apusan
orofaring dan pasien dengan intubasi dapat diambil aspirasi
endotrakeal.
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan antara lain : Pemeriksaan
hematologi : Hb, leukosit, trombosit, limfosit total, Pemeriksaan
kimia darah, Analisa gas darah (AGD) dan pemeriksaan radiologi.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

237


Pengobatan yang diberikan : spesifik Oseltamivir/ Zanamivir,
perawatan Kritikal respirasi, alat bantu nafas mekanik dan
profilaksis. Pengobatan yang diberikan untuk kasus suspek, probable
dan konfirmasi. Antiviral yang dapat diberikan golongan penghambat
neuromiridse yaitu osetalmivir
dan zanamivir.
Penanganan Influenza A H1N1 secara komprehensif meliputi :
Penyuluhan, makanan, kebersihan, support phisiologik dan lain lain.
Penanganan secara comprehensive memberikan hasil akhir yang
baik. Kasus berat harus dirujuk untuk dirawat dan gambarannya
sama dengan kasus pneumoni pada pasien flu burung.
Pemberian profilaksis sebelum dan sesudah terpapar : (perlu
diketahui bahwa bila sudah terjadi pandemic/penularan dari manusia
ke manusia profilaksis tidak direkomendasikan): yang diberikan:
a. Anggota keluarga yang erat dengan kasus konfirmasi, probable
dan mempunyai risiko terjadi komplikasi influenza
b. Anak sekolah yang mempunyai risiko tinggi terjadi komplikasi
influenza ( kondisi medical kronik), kontak erat dengan kasus
konfirmasi, probabel dan suspek
c. Seseorang yang mengadakan perjalanan ke Mexico yang
mempunyai risiko tinggi terjadi komplikasi influenza
d. Petugas kesehatan atau kesehatan masyarakat yang tidak
menggunakan APD selama erat dengan pasien konfirmasi,
probabel dan suspek H1N1 yang dalam periode infeksius
Rencana Penatalaksanaan lainnya adalah : Pengendalian Infeksi.
Dalam hal ini seluruh petugas menerapkan standar precaution. Pada

238
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

saat melakukan tindakan atau Intervensi menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), pengendalian Airborne atau droplet dan bila
pasien di rawat ditempatkan di kamar isolasi dengan tekanan
negative.
Profilaksis Sebelum terpapar
a. Petugas kesehatan yang mempunyai risiko tinggi komplikasi
influenza yang bekerja pada fasiliti kesehatan yang ada kasus
konfirmasi atau membawa pasien pernafasan akut dengan
panas
b. Seseorang yang tidak termasuk risiko tinggi yang mengadakan
perjalanan ke mexico : petugas perbatasan yang bekerja pada
daerah yang ada kasus konfirmasi influenza H1N1
Catatan : risiko komplikasi influenza adalah seseorang dengan
kondisi medical kronik > 65 tahun, anak balita dan perempuan
hamil
5. Pencegahan penularan.
Mencegah penularan sangat penting diketahui dan dilakukan semua
orang karena Influenza ini sangat mudah menular. Yang dapat
dilakukan adalah : Tutup hidung dan mulut dengan tisu saat batuk
atau bersin atau gunakan masker. Untuk menghindari orang lain
sekeliling anda tertular. Selain itu membersihkan tangan dengan
cara : mencuci tangan akan melindungi anda dari kuman. Cuci
tangan terbukti merupakan prosedur yang paling baik untuk
pencegahan penyakit menular.lakukan cuci tangan setiap anda atau
pasien setelah batuk atau bersin. Cucilah tangan dengan sabun dan
air atau alkohol 15-20 detik. Hindari menyentuh mata hidung dan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

239


mulut karena kuman biasanya menular saat seseorang menyentuh
kontaminan dan kemudian menyentuh mata hidung dan mulut nya.
Hindari kontak erat dengan orang sakit, jika anda sakit jaga jarak
dengan yang lain agar mereka tidak tertular. Aerosol akan
menularkan virus pada setiap lingkungan. Bila anda sakit, jika
mungkin, jangan pergi bekerja atau sekolah bila anda sakit. Dengan
demikian anda mencegah orang lain tertular penyakit anda.
6. Asuhan Keperawatan :
Saat ini belum banyak di bahas tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan virus H1N1. Mengingat virus influenza A H1N1
menular dari manusi ke manusia maka isolasi pasien sangat penting
diperhatikan dan dilaksanakan. Peran edukasi perawat sangat besar
untuk memberikan pengertian kepada masyarakat khususnya yang
sedang mengalami influenza yang disebabkan oleh virus A H1N1
agar mentaati perilaku tentang cara pencegahan penularan penyakit
ini. Mengingat pasien tidak selalu di rawat di Rumah Sakit maka
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tidak hanya di tujukan
kepada pasien tetapi juga kepada seluruh keluarga atau masyarakat
yang ada di sekitarnya. Biasanya pasien di rawat di rumah sakit bila
disertai dengan peyakit penyerta yang lain. Penatalaksanaan
keperawatan yang diberlakukan adalah keperawatan dengan isolasi
ketat dengan menerapkan prinsip prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi. Pasien harus di rawat di ruang tersendiri.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

240
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Gambaran kasus H1N1 yang berat sama dengan gambaran
pneumonia pada pasien dengan H5N1 atau Flu Burung. Asuhan
keperawatan yang direncanakan sama dengan asuhan keperawatan
Flu Burung.
Pengkajian Keperawatan: meliputi data subyektif dan data objektif.
Data subjektif: Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat sakit paru
dalam keluarga, Riwayat perjalanan/kunjungan ke meksiko, Kontak
dengan orang yang positif H1N1, Kondisi lingkungan, Dekat dengan
pemeliharaan babi.
Aktifitas: waktu bekerja, jenis pekerjaan, kebiasaan mencuci tangan,
Keluhan demam/meriang, Respirasi: ada keluhan batuk ( sputum &
konsistensinya), pilek,sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri saat
bernapas, Gastrointesinal: mengeluh mual (nyeri ulu hati), diare ,
Cerebral: mengeluh sakit kepala, Ekstremitas: nyeri otot
Data objektif: Keadaan Umum: tampak lemah, gelisah, Tingkat
kesadaran: Compos Mentis, apatis, somnolent, Sporo coma/coma,
Respirasi: sesak napas, napas pendek/cepat & dangkal, batuk
terdengar produktif tetapi sekret sulit dikeluarkan, penggunaan otot
bantu napas.
Gastro Intestinal: mual/muntah, bising Usus, diare, konstipasi,
Cardiovaskuler: Tekanan Darah, takhikardia, Penggisian Kapiler,
arytmia adakah Cianosis, Edema Ekstremitas, Ekstremitas: keadaan
tonus otot, Suhu Badan: panas >38
0
C .
Pemeriksaan Penunjang: Foto Thorax : gambaran pneumonia,
pemeriksaan Laboratorium dan lain lain pemeriksaan penunjang
untuk megetahui keadaan pasien. AGD dapat normal atau alkalosis

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

241


respiratorik dimana terjadi peningkatan Ph darah, penurunan PC02,
Penurunan PO2. Dapat juga terjadi asidosis respiratorik
Diagnose atau masalah keperawatan yang ditemukan: (pada pasien
tanpa penggunaan alat bantu napas
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d tidak efektif batuk,
akumulasi sekret.
Cemas ringan-berat b/d situasi kritis, kurang pengetahuan
pasien/keluarga tentang status/kondisi kesehatannya
Resti penyebaran infeksi b/d kemungkinan paparan lingkungan
thdp pathogen
Intervensi keperawatan:
Masalah Jalan Napas Tidak Efektip:
1. Atur posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi (semi
fowler)
2. Berikan dan anjurkan untuk minum banyak kurang lebih 40-
50 cc/kg/BB/hari u/ Viskositas sekret
3. Demonstrasikan dan anjurkan klien :
a. Batuk efektif
b. Purse Lip Breathing
c. Buang sputum pada tempat yang aman
4. Chest fisioterapi jika tidak ada kontra indikasi
5. Ukur TTV: RR, N, S, & TD & dgn Auskutasi setiap 1-2
jam,saat kritis , selanjutnya 4-6 jam
6. Pemberian oksigen nasal atau masker
7. Pemberian cairan infuse (kolaborasi)

242
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

8. Pemberian obat obat untuk (bronchodilator, mukolitik, anti
virus)
9. Pemeriksaan analisa gas darak sesui dengan program
Masalah keperawatan Cemas Sedang berat.
1. . Bina hubungan saling percaya dengan pasien & keluarga
2. Dengarkan keluhan pasien/keluarga dengan mendengar
aktif dan empati
3. Identifkasi persepsi pasien/keluarga tentang kondisi
sakitnya
4. Identifikasi koping untuk mengatasi kecemasan
5. Jelaskan kepada keluarga ttg kondisi pasien/program
pengobatan/perawatan
6. Beri support pada keluarga agar turut memberi semangat
pada pasien untuk mematuhi program pengobatan dan
perawatan
Masalah resti penyebaran infeksi.
1. Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
2. Gunakan Alat Pelindung Diri sesuai perosedur
3. Tempatkan pasien di Ruang/Kamar Isolasi
4. Usahakan pasien Suspect, Probable dan Konfirm di rawat
terpisah
5. Gunakan alat medik/keperawatan untuk pasien Suspect,
Probbable dan Konfirm (satu alat utk satu pasien)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

243


6. Desinfeksi alat medik/keperawatan setelah digunakan sesuai
prosedur, tempatkan alat makan, APD disposible kantong
sampah medis Incenerator
7. Lakukan tranpor/ merujuk pasien H1N1 sesuai Prosedir:
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien
Gunakan APD sesuai prosedur untuk petugas keseatan
Pasang masker pada pasien
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain
AVIAN INFLUENZA/ FLU BURUNG (H5N1 Flu)
1. Pendahuluan
Flu burung ( Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang
disebabakn oleh virus influenza A subtype H5N1 ( H= hemaglutinin;
N= neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas yaitu
burung dan ayam. Berdasarkan hal tersebut di atas maka
disimpulkan bahwa flu burung selain menyerang unggas dapat juga
menyerang manusia. Berdasarkan kajian pakar, virus H5N1
merupakan salah satu virus yang paling mungkin menyebabkan
pandemic influenza.
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien flu burung pada
dasarnya sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien
pneumonia. Karena flu burung merupakan penyakit yang dapat
menular maka dalam melaksanakan asuhan keperawatan harus
diperhatikan dan menerapkan konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi

244
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


2. Konsep Dasar
Virus influenza tipe A ,merupakan anggota keluarga
orthomyxoviridae. Virus influenza pada unggas mempunyai sifat
dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22
o
C dan lebih
dari 30 hari pada suhu 0
o
C. Didalam tinja unggas dan dalam tubuh
unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati pada pemanasan 60
o
C
selama 30 menit, 56
o
C selama 3 jam dan pemanasan 80
o
C selama 1
menit. Virus akan mati dengan diterjen atau desinfektan misalnya
formalin, cairan yang mengandung iodine atau alkohol 70%
Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok yang perlu di waspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu
burung adalah :
Kontak erat ( dalam jarak 1 meter) seperti merawat, berbicara,
atau bersentuhan dengan pasien suspek, kasus H5N1 yang
sudah confirm.
Terpajan : misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi dengan ternak
ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap lingkungan
yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah yang
terjangkit flu burung dalam bulan terakhir.
Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak
dengan sempurna di wilayah terjangkit flu burung satu bulan
terakhir
Kontak erat dengan binatang lain selain ternak unggas atau
unggas liar, misalnya kucing atau babi yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

245


Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang di
curigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium.
3. Cara Penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
a. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain
yang sakit atau produk unggas yang sakit
b. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja atau secret unggas yang
terserang flu burung
c. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya
beberapa kasus dalam kelompok/ cluster).
d. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak di masak dengan sempurna di wilayah yang terjangkit flu
burung dalam satu bulan terkahir.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi rata rata adalah 3 hari ( 1-7 hari). Masa penularan
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah gejala
timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.
4. Gejala Klinis
Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan
adalah : demam >38
o
C, batuk dan nyeri tenggorokan. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi
selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila ditemukan
gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran nafas bawah yang
memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah terdapat kelainan
saluran nafas bawah akan ditemukan ronkhi di paru dan bila
semakin berat frekuwensi pernafasan akan semakin cepat.

246
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

5. Pemeriksaan penunjang diagnostic
Setiap pasien yang dating dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan darah rutin ( Hb, Leukosit, trombosit,
hitung jenis leukosit) specimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus
hidung dan tenggorokan untuk konfirmasi diagnostic.
Diagnostic flu burung dibuktikan dengan :
a. Uji RT-PCR ( Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction )
untuk H5
b. Biakan dan identifikasi virus influenza A subtype H5N1
c. Uji Serologi
d. Foto thoraks PA dan lateral
e. Pemeriksaan hemoglobin
f. Pemeriksaan kimir darah
g. Pemeriksaan CT Scan
6. Derajat Penyakit
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat
dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal
nafas
Derajat 3 : Pasien dengan pneumonia berat dan gagal nafas
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau
dengan kegagalan organ ganda
( multiple organ failure)

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

247



7. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya
sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi
dengan rencana pasien pulang (discharge planning).
Pengkajian Keperawatan: meliputi data subyektif dan data objektif.
Data subjektif: Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat sakit paru
dalam keluarga, Riwayat perjalanan/kunjungan ke cina, Kontak
dengan orang yang positip flu burung atau suspek, Kondisi
lingkungan yang tidak bersih, Dekat dengan pemeliharaan ayam
atau tempat pemotongan ayam.
Aktifitas: waktu bekerja, jenis pekerjaan, kebiasaan mencuci tangan,
Keluhan demam/meriang, Respirasi: ada keluhan batuk ( sputum &
konsistensinya), pilek,sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri saat
bernapas, Gastrointesinal: mengeluh mual (nyeri ulu hati), diare ,
Cerebral: mengeluh sakit kepala, Ekstremitas: nyeri otot
Data objektif: Keadaan Umum: tampak lemah, gelisah, Tingkat
kesadaran: Compos Mentis, apatis, somnolent, Sporo coma/coma,
Respirasi: sesak napas, napas pendek/cepat & dangkal, batuk
terdengar produktif tetapi sekret sulit dikeluarkan, penggunaan otot
bantu napas.
Gastro Intestinal: mual/muntah, bising Usus, diare, konstipasi,
Cardiovaskuler: Tekanan Darah, takhikardia, Penggisian Kapiler,
arytmia adakah Cianosis, Edema Ekstremitas, Ekstremitas: keadaan
tonus otot, Suhu Badan: panas >38
0
C .
Pemeriksaan Penunjang: Foto Thorax : gambaran pneumonia,
pemeriksaan Laboratorium dan lain lain pemeriksaan penunjang

248
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

untuk megetahui keadaan pasien. AGD dapat normal atau alkalosis
respiratorik dimana terjadi peningkatan Ph darah, penurunan PC02,
Penurunan PO2. Dapat juga terjadi asidosis respiratorik
Diagnose atau masalah keperawatan yang ditemukan: (pada pasien
tanpa penggunaan alat bantu napas: Bersihan jalan napas tidak
efektif, Cemas ringan-berat, Resti penyebaran infeksi
Intervensi keperawatan:
Masalah Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Atur posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi (semi
fowler)
b. Berikan dan anjurkan untuk minum banyak kurang lebih 40-50
cc/kg/BB/hari u/ Viskositas sekret
c. Demonstrasikan dan anjurkan klien :
Batuk efektif
Purse Lip Breathing
Buang sputum pada tempat yang aman
d. Chest fisioterapi jika tidak ada kontra indikasi
e. Ukur TTV: RR, N, S, & TD & dgn Auskutasi setiap 1-2 jam,saat
kritis , selanjutnya 4-6 jam
f. Pemberian oksigen nasal atau masker
g. Pemberian cairan infuse (kolaborasi)
h. Pemberian obat obat untuk (bronchodilator, mukolitik, anti
virus)
i. Pemeriksaan analisa gas darak sesui dengan program
Masalah keperawatan Cemas Sedang berat.
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien & keluarga
b. Dengarkan keluhan pasien/keluarga dengan mendengar aktif
dan empati
c. Identifkasi persepsi pasien/keluarga tentang kondisi sakitnya

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

249


d. Identifikasi koping untuk mengatasi kecemasan
e. Jelaskan kepada keluarga ttg kondisi pasien/program
pengobatan/perawatan
f. Beri support pada keluarga agar turut memberi semangat pada
pasien untuk mematuhi program pengobatan dan perawatan
Masalah resiko tinggi penyebaran infeksi.
a. Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
b. Gunakan Alat Pelindung Diri sesuai perosedur
c. Tempatkan pasien di Ruang/Kamar Isolasi
d. Usahakan pasien Suspect, Probable dan Konfirm di rawat
terpisah
e. Gunakan alat medik/keperawatan untuk pasien Suspect,
Probbable dan Konfirm (satu alat utk satu pasien)
f. Desinfeksi alat medik/keperawatan setelah digunakan sesuai
prosedur, tempatkan alat makan, APD disposible kantong
sampah medis, dan jangan dibuang sembarangan sedapatnya
dibakar dalam Incenerator
g. Lakukan tranpor/ merujuk pasien H5N1 sesuai Prosedur:
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien
Gunakan APD sesuai prosedur untuk petugas keseatan
Pasang masker pada pasien
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain
Pasien Dengan Alat Bantu Napas
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung dengan Alat Bantu Ventilator yang di rawat diruang ICU
isolasi:
a. Pola nafas tidak efektif

250
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

b. Jalan nafas tidak efektif
c. Penurunan cardiac output
d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Gangguan kemunikasi ADL
g. Gangguan komunikasi verbal
h. Risiko tinggi penyebaran infeksi
i. Cemas
2. Tujuan dan Kriteria :
Jalan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil :
Frekuwensi nafas dalam batas normal (16-20 x/menit)
Bunyi nafas vesikuler
Bernafas tidak menggunakan alat bantu nafas
Tidak ada dispneu dan sianosis.
3. Intervensi Keperawatan :
Kaji frekuwensi/ kedalaman pernafaan dan gerakan dada
Asukultutasi are paru, catat adanya ronki, mengi, dan
krekels
Observasi dan catat batuk yang berlebihan, peningkatan
frekuwensi nafas, secret yang berlebihan
Penghisapan sesuai dengan indikasi
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Bantu mengawasi efeks penggunaan nebulizer
Berikan obat sesuai indikasi : Mukolotik, ekspektoran,
bronkodilator analgesic.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

251



Diagnostik Keperawatan
Gangguan pertukaran gas
Tujuan dan Kriteria :
Menunjukan perbaikan ventilasi dengan criteria hasil :
Oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal
Tak ada distress pernafasan
Intervensi Keperawatan :
Kaji frekuwensi kedalaman dan kemudahan bernafas
Oberservasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat
adanya sianosis
Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk
menurunkan demam
Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya
jumlah sputum, perubahan tingkat kesadaran
Berikan terapi O
2
dengan benar
Awasi AGD dan saturasi Oksigen dengan pulse oksimeter
Diagnose Keperawatan
Risiko tinggi penularan infeksi
Tujuan dan Kriteria :
Pencegahan penularan infeksi dengan criteria hasil :
Tidak terdapat tanda - tanda penularan infeksi dari pasien
lain, keluarga dan petugas kesehatan
Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi

252
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Intervensi Keperawatan :
Pantau ketat tanda tanda vital, khususnya pada awal terapi
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan
melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sputum
Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan
petugas kesehatan dengan mencuci tangan secara konsisten
sebelum dan sesudahnya kontak dengan pasien serta
menggunakan APD
Kolaborasi pemberian anti mikro bakteri
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur
Bantu perawatan diri yang tidak dapat dilakukan pasien
Diagnosis Keperawatan
Nyeri :
Tujuan dan Kriteria :
Nyeri terkontrol dengan criteria hasil :
Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
Menunjukan rileks, peningkatan aktifitas dengan tepat
Intervensi Keperawatan
Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan,
ditusuk,. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri
Pantau tanda tanda vital
Kolaborasi pemberian analgesic dan antitusif
Diagnosis Keperawatan
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

253



Tujuan dan Kriteria :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama perawatan dengan
kroteria hasil :
Menunjukan peningkatan berat badan
Menunjukan peningkatan nafsu makan
Makan habis 1 porsi
Tidak ada mual muntah
Intervensi Keperawatan :
Asukultasi bising usus
Berikan makanan porsi kecil dengan frekuwensi sering
Sajikan makanan dalam keadaan hangat
Berikan perawatan mulut
Timbang berat badan setiap hari
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Pengertian
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC ( center for desease
control and prevention/ perawatan) tentang kewaspadaan isolasi
untuk paien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan meliputi
:
1. Kewaspadaan Standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum
dan sesuadah kontak dengan pasien maupun alat alat yang
terkontaminasi secret pernafasan pasien
2. Kewaspadaan Kontak

254
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak
dengan pasien
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien
3. Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung muka, apabila berada pada jarak
1 (satu) meter dari pasien.
4. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne
Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi
Mencuci tangan
Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan
Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran
Bungkukan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari percikan air
Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehinga batas siku
Ambil sabun dan balik- balikan secukupnya dalam
genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air )
Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati hati
Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat di tangan yang
basah
Gosokan dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari - jari
kedua tangan sekurang kurangnya 10-15 detik, ratakan ke
seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah kuku
dan di antara jari jari
Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir
Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang telah
disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

255


Buang kerta lap atau kain terpakai ke tempat yang telah di
sediakan.
CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR
a. Basahi tanga dengan air dan ambil sabun secukupnya
b. Gosokan kedua telapak tangan
c. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan denga
tangan kiri dan sebaliknya
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela sela jari tangan
e. Jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
f. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
g. Gosokan dengan memutar ujung jari jari tangan kiri di talapak
tangan kanan dan sebaliknya
h. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.

MENINGITIS MENINGOKOKUS
1. Konsep dasar
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater,
disebabkan oleh bakteri , virus, riketsia, atau protozoa yang dapat
terjadi secara akut dan kronis.
2. Manifestasi klinis
Keluhan utama yang didapatkan pada pasien antara lain : Nyeri
kepala, Rasa Nyeri dapat menjalar ke tengkuk dan punggung.
Tengkuk menjadi kaku ( disebabkan mengejangnya otot otot

256
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

ekstensor tengkuk). Bila keluhan bertambah hebat, terjadi
opistotonus, yaitu tengkuk kaku dengan sikap kepala tertengadah
dan punggung dengan sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun,
tanda kernig dan brudzinsky positif.
Meningitis dibagi menjadi 2 (dua) golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu: meningitis Serosa dan
meningitis purulenta. Meningitis Serosa adalah radang selaput otak
araknoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piamater
yang meliputi otak dan medulla spinalis. Manifestasi klinis berupa
gejala dan tanda penting adalah: demam tinggi, nyeri kepala, kaku
kuduk dan kesadaran menurun dan muntah-muntah.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Manifestasi klinis penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis
dengan gejala demam, mudah kesal, marah marah, obstipasi,
muntah muntah.
Pada meningitis dapat ditemukan tanda tanda: Perangsangan
meningen kaku kuduk dan tanda tanda perangsangan meningen
lainnya. Suhu badan naik turun, kadang kadang suhu malah
merendah, Nadi sangat labil lebih sering dijumpai nadi lambat atau
bradikardi. Dapat juga dijumpai hiperestesi umum,dan abdomen
tampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat
pada saraf saraf ini. Yang sering terkena nervus III dan VII. Terjadi
afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis,

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

257


hemiparesis, gangguan sensibilitas. Tanda- tanda khas penyakit ini
adalah apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks refleks tendo
yang lemah.

3. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan meningitis termasuk infeksi intra cranial ,
lapisan meningen, atau akumulasi dari abses di otak. Agen
Penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur. Asuhan
keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan
meliputi pengkajian., perencanaan, tindakan keperawatan dan
evaluasi dari tindakan keperawatan.
Pengkajian:
Pengkajian yang dilakukan meliputi: pengkajian kebutuhan aktifitas
dan istirahat didapatkan data keterbatasan aktifitas, ataksia,
hipotonia, kelelahan umum, keterbatasan gerak. Pengkajian sirkulasi
didapatkan riwayat kelainan kardiopatologi, misalnya endokarditis,
penurunan nadi atau bradikardi dan disritmia. Pengkajian Eliminasi,
dilaporkan adanya incontinensia urin. Pengkajian kebutuhan
makanan dan minuman dilaporkan napsu makan menurun, kesulitan
menelan, anoreksia, muntah, turgor kurang, membran mukosa
kerting. Pengkajian kebutuhan kebersihan diri didapatkan
ketergantungan penuh, karena pasien mengalami penurunan
kesadaran. Pengkajian neuro sensori terdapat nyeri kepala,
parastesia, tingling, kehilangan sensasi. Juga penglihatan terganggu,
fotopobia, kehilangan ingatan, kesulitan dalam berkomunikasi.
Pengkajian mata didapatkan reaksi dan ukuran pupil tidak adekwat

258
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

terhadap respon cahaya, juga ditemukan nystagmus dan ptosis,
hemiparesis atau hemiplegia. Pada pase akut tanda brudzinskis
positif dan atau tanda kernigs positif. Reflek tendon yang dalam
menurun, babinski poitif. Pengkajian kenyamanan: sakit kepala,
(severe trobbing, frontal), stiff neck, nyeri dengan gerakan mata,
photo sensitivity. Pengkajian pernafasan: riwyat infeksi paru atau
sinus (abses otak), terlihat peningkatan usaha bernafas, perubahan
status mental dan lemah. Pengkajian ansietas: riwayat infeksi
saluran pernafasan atas atau infeksi lain meliputi mastoiditis, telinga
tengah, sinus, lumbal fungsi, trauma kepala, sickle cell anemia.
Peningkatan temperature, diaphoresis, kelemahan secara
menyeluruh, tonus otot placid atau spastic, paralisis atau paresis,
penurunan sensasi. Pengkajian kebutuhan belajar: riwayat
penggunaan obat (abses otak), hipersensitif obat (nonbacterial
meningitis), penyakit sebelumnya/masalah pengobatan; seperti
kondisi kronis, alkoholik, diabetes mellitus, splenectomy.
Dari pengkajian di atas ditentukan Prioritas keperawatan:
1. Memaksimalkan fungsi cerebral dan perfusi jaringan
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan dukungan emosional bagi paien
4. Meminimalkan nyeri
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis
(dalam hal ini bekerja sama dengan dokter untuk
menjelskan kepada pasien atau keluarga tentang penyakit
dan prognosa penyalkit pasien), dan kebutuhan akan
pengobatan.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

259


Criteria hasil yang diharapkan :
1. Proses infeksi tidak terjadi
2. Komplikasi minimal
3. Nyeri atau ketidak nyamanan terkontrol
4. Kebutuhan ADL terpenuhi
5. Mengerti tentang proses penyakit, prognosa dan program
pengobatan
Diagnosa Keperawatan
1. Risti perluasan infeksi
2. Risti terjadi komplikasi
3. Nyeri
4. Deficit perawatan diri (ADL)
5. Resti terbatasnya pengetahuan (kebutuhan belajar) keluarga
mengenai proses penyakit, prognosis dan penatalaksanaannya
Tindakan mandiri keperawatan ditujukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ditemukan pada pasien : kaji factor risiko infeksi,
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
pasien,monitor tanda tanda chest pain, kaji bunyi nafas dan catat
karakteristik urine.
Pasien bedrest, atur kepala datar, monitor tanda tanda vital
(khusunya sebelum dilakukan tindakan lumbal pungsi, monitor
status neurologi (GCS), kaji kelemahan yang meningkat iritabel,
serangan kejang, monitor tanda tanda vital secara tepat : tekanan
darah, hipertensi, irama jantung.


260
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Pasang penghalang di kedua tempat tidur, lakukan suction atau
pengisapan lendir. Kaji pemenuhan kebutuhan sehari hari.
Lakukan intervensi guna memenuhi kebutuhan pasien. Tindakan
kolaborasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
pengobatan : Kolaborasi pemeberian antibiotic untuk mencegah
infeksi, obat-obat penghilang rasa nyeri dan kejang dan lain lain.
Sumber
1. Mansjoer Arif, suprohaita dkk, (2000).
Kapita selekta kedokteran, Medic Aesculapius Fakultas
Keokteran Universitas Jakarta
2. Doengoes E. Morilyn (2001) Rencana Asuhan Keperawatan
(jilid3) Buku Kedokteran EGG Jakarta
3. Sunardi Ns. MKep.Sp.KMB Asuhan Keperawatan pasien dengan
Traumatic Brain Injury And Meningitis MAkalah. 2010
HEATSTROKE

1. Latar Belakang
Heat stroke merupakan suatu bentuk hipertermia dan dapat di lihat
sebagai continous dari penyakit yang berkaitan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk mengatasi panas , ini termasuk
penyakit ringan, seperti edema panas, ruam panas, kejang panas,
dan tetany, serta sinkop panas dan kelelahan panas. Heat stroke
adalah bentuk yang paling parah dari penyakit panas terkait dan di
definisikan sebagai suhu tubuh lebih tinggi dari 41,1
o
C ( 106
0
C F)
yang terkait disfungsi neurologis.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

261


Dengan pengaruh pemanasan global diperkirakan kejadian heat
stroke dan korban juga akan menjadi lebih umum. Perawat harus
memahami dan cepat tanggap dalam pengelolaan peningkatan suhu
tubuh pasien atau jemaah haji sehingga heat stroke dapat
sepenuhnya di cegah.
2. Pengertian Heat Stroke
Heat stroke (stroke Panas) adalah darurat medis serius dimana
sistim pendingin tubuh berhenti bekerja dan suhu inti dapat naik ke
tingkat berbahaya. Tubuh biasanya menghasilkan panas sebagai
hasil dari metabolisme dan biasanya mampu untuk mengusir panas
dengan baik, radiasi panas melalui kulit atau oleh penguapan
keringat. Namun dalam panas ekstrim, kelembaban tinggi, atau
tenaga yang kuat dibawah matahari, tubuh tidak mungkin dapat
menghilangkan panas dan kenaikan suhu tubuh, kadang kadang
sampai 106 oF (41,1oC) atau lebih tinggi. Lain menyebabkan stroke
panas dehidrasi. Seseorang dalam keadaan dehidrasi mungkin tidak
dapat berkeringat cukup cepat untuk mengusir panas, yang
menyebabkan suhu tubuh naik/meningkat.
Ada 2 bentuk heat stroke yaitu : heat stroke exertional (EHS)
umumnya terjadi pada orang muda yang terlibat dalam aktifitas fisik
berat untuk jangka waktu lama dalam lingkungan yang panas.
Kurangnya Aklimatisasi merupakan factor risiko utama untuk EHS
pada orang dewasa muda.
Factor risiko yang meningkatkan kemungkinan heat stroke termasuk
infeksi virus sebelumnya, dehidrasi, kelelahan, kegemukan, kurang
tidur, kebugaran fisik yang buruk, dan kurangnya aklimatisasi.

262
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Heat stroke classic nonexertional (NEHS) lebih sering mepengaruhi
orang tua berpindah pindah/ aktifitas jalan, orang orang yang sakit
kronis, dan orang orang yang sangat muda. Classic NEHS terjadi
selama gelombang panas lingkungan. Kedua jenis heat stroke
berhubungan dengan mordibitas dan kematian tinggi, terutama jika
terapi atau penanganan tertunda atau terlambat. Pasien dengan
classic NEHS di tandai dengan hipertermia, anhidrosis, dan
perubahan sensorium yang muncul tiba tiba setelah periode
peningkatan temperatur atau gelombang panas. Suhu tubuh lebih
tinggi dari 41oC, meskipun heat stroke dapat terjadi dengan suhu
tubuh lebih rendah. Gejala susunan saraf pusat lainnya termasuk
halusinasi,kejang,kelainan saraf kranial, diesfungsi cerebral, dan
opistotonus. Pada awalnya pasien dengan NEHS mungkin
menunjukan keadaan hiperdynamik perdarahan, tatapi pada kasus
yang berat ditemukan hypodinamik.
3. Penyebab :
Peningkatan produksi panas karena meningkatkan metabolisme
seperti : infeksi,keracunan,radang orak,obat perangsang.
Peningkatan produksi panas karena peningkatan aktifitas otot
seperti : latihan, kejang, sympathomimetics. Peningkatan
produksi panas karena sedang latihan fisik,status
epilepticus,stimulant obat termasuk kokain dan amfetamin,obat
obat tertentu seperti obat anestesi inhalasi volatile dan
succinylcholine dapat menyebabkan hyperthermia ganas.
Penurunan kehilangan panas : mengurangi berkeringat yang di
sebabkan karena penyakit kulit, obat obatan, luka bakar.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

263


Penurunan kehilangan panas karena berkurangnya tanggapan
SSP seperti tingka lanjut usia, balita dan bayi, alcohol,
barbiturate dan obat penenang lain. Penurunan kehilangan
panas karena obat obatan seperti antikolinergik,
neuoroleptik,dan anthistamin. Penurunan kehilangan panas
karena factor eksogen seperti suhu udara yang tinggi dan
kelembaban udara tinggi.
Berkurangnya kemampuan untuk meyesuaikan diri seperti :
anak dan balita, orang tua, pemggunaan diuretic, dan
hypokalemia.
4. Tanda dan gejala
Gejala heat stroke terkadang mirip dengan orang yang mengalami
serangan jantung atau kondisi lainnya. Kadang kadang sebelum
serangan heat stroke terjadi tanda dan gejala kelelahan panas
meliputi :
Mual
Muntah
Kelelahan
Kelemahan
Sakit kepala
Kejang otot dan sakit, dan
Pusing
Gejala kelelahan panas dapat sebagai peningkatan akan serangan
heat stroke. Namun individu dapat mengalami gejala heat stroke

264
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

tiba tiba dan cepat tanpa peringatan. Gejala heat stroke tiap orang
mungkin dapat berbeda.
Tanda tanda umum heat stroke termasuk :
Suhu tubuh tinggi
Tidak adanya berkeringat, dengan kulit merah kering, merah
panas
Nadi cepat/ takikardi
Kesulitan bernafas ( pernafasan cepat dan dangkal)
Perilaku aneh
Halusinasi
Kebingungan
Agitasi
Disorientasi
Penurunan kesadaran
Koma
5. Penatalaksanaan dan pencegahan heat stroke :
Jika menemukan tanda dan gejala sehingga mencurigai akan terjadi
serangan heat stroke maka dapat melakukam hal hal sebagai
berikut :
Pindahkan orang tersebut (jemaah ) dari terik matahari ke
tempat teduh atau ke ruang ber AC
Dinginkan tubuh pasien/ jemaah tersebut dengan melapisi
badannya dengan kain basah atau penyemprotan dengan air
dingin ( dapat menggunakan dengan kompresor air), atau
semprotkan air dingin ke lingkungan orang tersebut.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

265


Berikan air minum dingin atau minuman non alcohol lainya bila
pasien /jemaah tersebut mampu untuk minum
Mungkin diperlukan cairan cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
Menjaga status cairan (hidrasi) adalah sangat penting untuk
mencegah panas dari matahari dan menjaga kestabilan suhu.
Mengkonsumsi kafein dan alcohol dapat menyebabkan
dehidrasi
Upayakan agar sesering mungkin membasahi daerah kepala
dan area tubuh yang tidak tertutup oleh pakaian dengan air
karena hal ini akan menjaga atau mencega terjadinya
hipertermi
Bila banyak keringat dianjurkan untuk banyak minum yang
mengandung elektrolit. Di tanah suci tersedia air zamzam yang
dapat diminum setiap saat
Prioritas Keperawatan:
Menurunkan suhu tubuh dalam batas normal dan tidak
mengalami komplikasi yang berhubungan.
Memenuhi kebutuhan cairan
Masalah keperawatan antara lain:
Hipertermia
Intervensi/tindakan keperawatan:
Pantau suhu tubuh pasien meliputi derajat dan pola, perhatikan
menggigil dan diaphoresis.

266
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi . suhu ruangan/jumlah selimut harus dirubah
untuk mempertahankan suhu tubuh mendekati normal.
Upayakan ruangan ber AC atau semprotkan kompresor air
dingin.
Berikan kompres dingin atau gunakan air dengan suhu kamar
seluruh tubuh, hindari penggunaan alcohol. Penggunaan air
es/alcohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan
suhu secara actual. Selain itu alcohol dapat menyebabkan kulit
kering.
Berikan selimut pendingin, digunakan untuk mengurangi
demam umumnya lebih dari 39,5-40
o
C pada waktu terjadi
gangguan atau kerusakan pada otak.
Kolaborasi pemasangan infuse utuk memberikan cairan melalui
intravena.
Kolaborasi untuk pemberian antipiretik misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (tilenol), yang digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Catatan: penanganan atau memberi asuhan secara dini akan sangat
membantu pemulihan pasien. Perawat penting mengetahui sarana
untuk menurunkan suhu tubuh pasien secara cepat dan aman.
Lakukan antisipasi bila jamaah mengalami serangan heat stroke
seperti: penyediaan handuk dan air untuk memberikan kompres
seluruh tubuh atau untuk membasahi tubuh pasien.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

267



FROSTBITE

1. Latar belakang
Tanah suci Makkah maupun Madinah merupakan impian setiap
muslimin dan muslimat khususnya dari Indonesia untuk dapat
berkunjung kesana guna melaksanakan Ibadah Haji . maupun
Ibadah Umroh. Dari beberapa pembicaraan dengan masyarakat
yang belum pernah berkunjung ke Tanah Suci yang berkaitan
dengan suhu udara disana mayoritas mereka mengatakan bahwa
Tanah Suci Makkah maupun Madinah suhu udaranya sangat panas.
Masyarakat jarang mengatakan bahwa suhu di Tanah Suci
khususnya Madinah pada tahun tahun tertentu dapat sangat dingin
dimana suhu berada di bawah nol.
Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan suatu informasi dan
tindakan antisipasi bagi calon jamaah haji tentang suhu udara
ekstrim (dingin dan panas) yang dapat terjadi di Tanah Suci.
Frostbite merupakan gangguan atau kerusakan yang terjadi pada
jaringan atau sel sel yang disebabkan karena terpapar suhu yang
sangat dingin atau suhu dibawah titik beku kulit sehingga dapt
terbentuk Kristal es dalam jaringan dan mengakibatkan kematian
jaringan. Dalam kasus ringan Frostbite bias pulih sepenuhnya
dengan perawatan dini. Dalam kasus berat Frosbite dapat
menyebabkan Infeksi atau gangren karena terjadi kematian jaringan
akibat dari kekurangan suplai darah kebagian tubuh tersebut.

268
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Pendidikan kesehatan tentang antisipasi pencegahan akibat dari
udara dingin sangat penting diberikan kepada calon jamaah Haji
Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis.
2. Pengertian
Frostbite atau radang dingin merupakan kerusakan jaringan akibat
dari pembekuan karena pembentukan kristal es dalam sel,
pecahnya sel dan menyebabkan kematian sel.. Kondisi ini terjadi
ketika seeorang terpapar suhu di bawah titik beku kulit.
3. Klasifikasi
Frostbite dapat mengakibatkan beberapa kondisi yang berbeda
termasuk:
Prostnip adalah pendinginan dangkal tanpa kerusakan jaringan
selular.
Bengkak karena kedinginan merupakan borok dangkal dari kulit
yang terjadi ketika seorang individu cenderung berulang kali
terkena dingin
Frosnipe atau Radang dingin, di sisi lain, melibatkan kerusakan
jaringan.
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh inti di bawah 35
o
C.
Frosbite dan hipotermia keduanya keduanya termasuk kondisi
darurat dingin

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

269


Contoh Frostbite pada tangan



Frostbitten hands (Frostbite tangan)
Ada empat derajat Frostbite. Masing-masing derajat memiliki
berbagai tingkat rasa sakit.
Frostbite meliputi beberapa tahapan:
Cedera derajat pertama: pada tahap ini terjadi pembekuan
pada permukaan kulit. Cedera ini disebut frostnip. Frostnip
dimulai dengan gejala gatal-gatal dan nyeri. Kemudian kulit
memucat dan akhirnya daerah tersebut menjadi baal atau mati
rasa.
Frostnip umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen
karena hanya lapisan atas kulit yang terlibat. Namun, frostnip
dapat menyebabkan sensitivitas jangka panjang untuk sensasi
panas dan dingin.

270
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Cedera derajat kedua: Jika pembekuan terus berlangsung,
kulit bisa menjadi membeku dan keras, mungkin timbul luka
lepuh sedangkan jaringan yang lebih dalam masih terhindar,
tetap lembut dan normal. Jenis luka lepuh umumnya 1-2 hari
setelah pembekuan. Lepuh dapat menjadi keras dan
menghitam. Sebagian besar menyembuhkan cedera selama 3-
4 minggu. Meskipun bagian tersebut mungkin tetap secara
permanen sensitif terhadap panas dan dingin.
Cedera derajat ketiga dan keempat: Jika jaringan yang
membeku terus berlanjut, terjadi radang dingin yang dalam,
mengenai semua otot, tendon, pembuluh darah, dan
membekukan saraf. Daerah yang terlibat atau terkena terlihat
ungu atau merah dengan lepuh yang biasanya penuh dengan
darah. Jenis frostbite/radang dingin yang parah dapat
menyebabkan hilangnya jari tangan dan kaki karena kerusakan
terjadipermanen.
Butuh beberapa bulan untuk menentukan berapa banyak
kerusakan sebenarnya yang terjadi selama proses pembekuan.
Untuk alasan ini, operasi untuk menghilangkan jaringan yang
Tidak mampu bertahan hidup sering tertunda.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

271




4. Penyebab frostbite atau Radang Dingin
Frostbite terjadi karena mekanisme pertahanan tubuh terhadap
dingin. Bila tubuh berada dalam kondisi eksposur dingin yang
berkepanjangan maka terjadi vasokonstriksi khususnya di daerah
perifer (daerahyang jauh dari jantung) antara lain tangan dan kaki.

272
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Vasokonstriksi tersebut menyebabkan darah yang mengalir kedaerah
tersebut berkurang atau lambat dan darah lebih banyak dialirkan ke
organ organ vital. Bila kondisi eksposur dingin terjadi
berkepanjangan dan tubuh berada dalam bahaya hipotermia,
vasokonstriksi terjadi secara permanen sehingga terjadi kerusakan
jaringan. Bagian yang sering terkena antara lain: Hidung, pipi,
telinga, jari, dan jari kaki (ekstremitas) . Setiap orang rentan,
bahkan orang-orang yang sebagian besar hidupnya tinggal di iklim
dingin.
Beberapa kelompok-kelompok orang yang berisiko terbesar terkena
frostbite dan hipotermia termasuk:
Orang yang menghabiskan banyak waktu di luar rumah,
seperti gelandangan, hikers, pemburu, dll
Orang di bawah pengaruh alcohol
Orang yang sudah berusia lanjut tanpa
pemanasan/penghangat, makanan, dan tempat tinggal yang
memadai.
Risiko meningkat pada mereka dengan penyakit pembuluh
darah perifer, diabetes melitus dan mereka yang memakai obat
beta-blocker lebih rentan.
Orang yang sakit mental.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

273


5. Gejala Frostbite
Tanda-tanda peringatan umum termasuk mati rasa progresif
dan hilangnya kepekaan terhadap sentuhan. Wilayah yang
terkena dampak juga akan merasa seolah-olah terbakar.
Sebagai memperburuk kondisi, rasa sakit mulai memudar
atau ahirnya menghilang.
Kulit juga berubah warna bila terkena dingin ekstrim. Kulit
memucat, kemudian dapat muncul merah, dan akhirnya
putih-ungu jika jika terjadi pembekuan.
Kebanyakan orang mengatakan bagian tubuh yang sakit
terasa "kayu," dan mungkin tampak memiliki tekstur kayu.
Frostbite dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh,
tetapi ujung lobus telinga, hidung, dan bibir, ujung jari, dan
jari-jari kaki adalah daerah yang paling mungkin terkena.
Dalam kasus ringan, dengan perawatan dini bias diharapkan
dapat pulih sepenuhnya.
Pada kasus berat dari Frostbite dapat menyebabkan infeksi,
atau gangren - kematian beberapa jaringan tubuh karena
kekurangan suplai darah.
6. Pengobatan Frostbite
Bila melihat seseorang dengan tanda tanda frostbite segera
keluarkan/pindahkan dari area atau daerah dingin dan segera
lakukan rewarm ( menghangatkan kembali) bagian yang terkena
sesegera mungkin. Rewarm (menghangatkan kembali) dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :

274
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Pasif rewarming : menggunakan panas tubuh atau suhu kamar
untuk membantu seseorang dalam rewarming tubuh itu sendiri.
Misalnya membungkus dengan selimut, meletakan jari jari yang
membeku di ketiak atau di lipat paha atau pindah ke
lingkungan yang hangat.
Aktif rewarming : memberikan tambahan panas pada
seseorang, atau usaha untuk menghangatkan jaringan yang
terkena secepat mungkin tanpa menyebabkan luka bakar
dengan tujuan untuk mencairkan jaringan yang membeku
sehingga kerusakan jaringan dapat di minimalkan. Cara terbaik
untuk menghangatkan bagian beku adalah dengan
memasukkannya ke dalam bak air hangat dengan suhu 104-
108
o
F (40-42
o
C). Pastikan untuk menguji suhu air dengan
termometer atau dengan tangan yang tidak membeku. Rendam
daerah yang membeku dalam suhu konstan tersebut selama
1(satu) jam atau lebih
Pemanasan di atas api atau di samping pemanas harus dihindari!
Metode ini memiliki resiko tinggi terjadinya luka bakar dan jaringan
luka cenderung kering , sehingga menyebabkan kerusakan lebih
dalam/lebih parah.
Proses rewarming merupakan prosedur sangat menyakitkan. Pasien
akan mereasa nyeri pada saat proses Rewarm (penghangatan
kembali), laporkan kepada dokter, untuk kolaborasi pemberian obat
penghilang rasa sakit misalnya Acetaminophen, Aspirin, naproxen,
ibuprofen dan lain lain, atau mungkin dokter akan memberikan obat
penghilang rasa sakit kuat. Jika rewarming selesai tutup kulit yang

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

275


rusak dengan balutan dan pakaian hangat, hubungi dokter segera
dan bawa ke sarana kesehatan atau UGD Rumah sakit.
Jangan menggosok kulit dalam upaya untuk meningkatkan aliran
darah ke bagian yang terkena stersebut. Menggosok kulit
menyebabkan gesekan dan akan lebih menyebabkan kerusakan kulit
dan jaringan yang mendasarinya serta meningkatkan risiko enfeksi.
Jangan merokok atau mengunyah tembakau, nikotin dapat
menyempitkan pembuluh darah, mengurangi aliran darah ke bagian
yang terkena dan penundaan proses penyembuhan.
7. Pencegahan:
Cara yang terbaik untuk mencegah radang dingin adalah
menggunakan pakaian hangat dan melakukan gerakan gerakan jari
tangan dan kaki di dalam ruangan bila jari tangan dan kaki mulai
merasa dingin. Pastikan tangan dan kaki kering dan disarankan
untuk menutupi telinga sebab telinga merupakan bagian yang
sensitive terkena frostbite/radang dingin.

276
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011



8. Pencegahan Frosbite
Sebelum pergi keluar pada suhu yang sangat dingin ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan :
Gunakan pelembab kulit pada wajah, tangan, dan bagian tubuh
lainnya yang mungkin terkena dingin. Gunakan baju hangat,
menggunakan pakaian kering, dan tetap meghindari angin.
Gunakan masker wajah untuk pelindungan ekstra, topi untuk
menutup kepala dan telinga. Pakailah sarung tangan karena jika
jari jari tangan berada dalam sarung tangan akan terjadi panas
tubuh kolektif sehingga jari tangan tetap hangat. Bila melakukan
aktifitas pada temperatur di bawa titik beku, pakailah pakaian
berlapis, semakin banyak lapisan yang di pakai anda terisolasi
semakin baik. Pakaian terdalam harus nonabsorbent dan
tenunan longgar.
Hindari merokok atau minum alcohol. Tembakau menurunkan
sirkulasi karena terjadi konstriksi pembuluh darah, dan alcohol
menganggu kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.
9. Asuhan keperawatan
Literature tentang Asuhan keperawatan pada kasus frostbite tidak
banyak di temukan. Begitu pula di Indonesia hampir tidak pernah di
bicarakan tentang kasus frostbite, kemungkinan salah satu
penyebabnya adalah karena indonesia Negara beriklim tropis.
Namun jemaah haji Indonesia yang akan menunaikan pada tahun
2010 M akan mengalami udara dingin di Madinah. Oleh karena itu

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

277


perawat perlu mengtisipasi dan memahami hal hal yang harus
dilakukan bila menemukan kasus frostbite. Dari data data tanda dan
gejala serta fatofisiologi yang telah di paparkan tentang frostbite
maka masalah keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1. Risiko atau kerusakan integritas kulit
2. Nyeri
3. Perubahan perfusi jaringan
4. Risti infeksi
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan frostbite

10. Prioritas Keperawatan:
Mencegah kerusakan integritas kulit
Menghilangkan nyeri
Memperbaiki sirkulasi perifer
Mencegah komplikasi ( infeksi)
Memberikan informasi tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan frostbite

11. Hasil yang di harapkan :
Adanya pemulihan jaringan melalui proses rewarm.
Nyeri terkontrol
Mempertahankan nadi perifer teraba dengan
kualitas/kekuatan sama, pengisian kapiler baik, dan warna
kulit normal pada area yang cidera
Mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas eksudat

278
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

purulen dan tidak demam
Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
12. Intervensi / Tindakan keperawatan
Amankan pasien ke tempat yang hangat
Lakukam pengkajian sensori pada area cidera dan catat bila
ada baal kesemutan dll
lakukan rewarm denan cara : balut atau bungkus tangan
atau kaki atau daerah yang terkena dengan handuk atau
pembungkus yang hangat, atau rendam tangan atau kaki
yang cidera dalam sirkulasi iar hangat selama 20 menit
Pertahankan bila ada lepuh pertahankan tetap utuh
Bila pasien tidak dapat di angkut e rumah sakit ulang tehnik
rewarm sampai mencapai fasilitas
darurat.
1. Kaji keluhan nyeri pada saat riwarm, perhatikan lokasi/karakter
dan intensitas nyeri.
1.1 Dorong ekspresi perasaan pasien tentang nyeri.
1.2 Jelaskan prosedur / informasi tentang tindakan rewarm (
menghangatkan kembali)
1.3 Dorong penggunaan tehnik manajemen setress contoh :
relaksasi,nafas dalam, bimbingan imajinasi, dan
fisualisasi.
1.4 Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

279


2. Kaji warna, sensasi, gerakan, nadiferifer dan pengisian kapiler
pada eksternitas yang cidera. Bandingkan dengan hasil pada
tungkai yang tidak cidera.
2.1 Posisikan area yang cidera lebih rendan dari jantung.
2.2 Lakukan upaya untuk meningkatkan serkulasi kebagian
cidera dengan menghangatkan bagian tersebut.
3. Hindari menggosok bagian yang cidera karena dapat
menuimbulkan luka.
3.1 Pertahankan lepuh yang terjadi agar tetap utuh
3.2 Hindari penghangatan kembali dengan menggunakan api
atau air panas karena dapat menimbulkan cidera yang lebih
berat.
3.3 Bersihkan jaringan nekrotik. Yang lepas ( termsuk pecahnya
lepuh) dengang funtung atau porset.
3.4 Periksa jaringan cidera tiap hari, perhatikan/catat perubahan
penampilan, bau atau cairan yang di prosuksi
3.5 Awasi tanda tanda vital untuk demm, RL, dll
3.6 Laporkan segera bila ada anda tanda infeksi.
4. Kaji ulang perawatan frostbite
4.1 diskusikan tentang perawatan ekstrimtas atau bagian tubuh
yang rentan terkea frostbite
4.2 beri pemahaman pasien tentang pentingya perlingungan
tubuh terhadap dingin agar tidak terjadi frostbite.

280
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

4.3 Informasikan tentang bahaya peggunaan atau menonsumsi
nekotin dan alohol pada cuaca dingin.
4.4 Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang pencegahan frostbite, pertolongan pada
kegawat daruratan, prognosis, dan rogram pengobatan dan
tindakan yang diperlukan.


GANGGUAN JIWA

SCHIZOPRENIA, GANGGUAN SESSORI PERSEPSI:
HALUSINASI
1. Pendahuluan.
Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada jemaah haji
membutuhkan penanganan praktis kesehatan. Salah satu tenaga
kesehatan adalah tenaga perawat yang merupakan tenaga profesi
kesehatan dan mampu melakukan kegiatan secara tim, selain itu
keperawatan tidak berdiri sendiri tetapi membutuhkan kolaborasi
dengan berbagai profesi kesehatan yang lainnya; salah satunya
adalah dokter. Agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dan persepsi
dalam melaksanakan peran kolaborasi, tenaga perawat harus
memahami order yang diberikan.
Yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah:
Gangguan jiwa menurut PPGDJ II adalah sindroma atau pola
perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

281


bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderita (distress) atau ( Impaiement/ disability ) didalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia .
Didalam perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan pada
fungsi kehidupan sehingga menimbulka penderitaan pada individu
dalam hal ini pembahasannyan mengenai gangguan sensori persepsi
: halusinasi.
Masalah keperawatan Gangguan sensori persepsi : halusinasi
merupakan masalah yang harus diatasi secara serius, karena akan
berakibat perilaku kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan jika halusinasi tersebut sudah sampai pada
tahap yang menguasai individu tersebut :
2. Pengkajian
Pengertian halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa
dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan adanya suara padahan tidak ada
stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui buah-
buahan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
Merasa mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam
permukaan kulit.
a. Mengkaji jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa.

282
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Halusinasi dapat dilakukan dengan mengobservasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami
oleh pasien.
1) Halusinasi dengan / suara ; Mendengan suara-suara atau
kegaduhan yang mengajak bercakap-cakap/ menyruh
melakukan sesuatu yang membahayakan. Pasien terlihan
tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab, menyedengkan
telinga kea rah tertentuatau menutup telinga.
2) Halusinasi penglihatan ; Melihat bayangan seperti sinar,
bentuk geometris, bentuk karton, melihat hantu atau
monster. Pasien menunjuk-menunjuk arah tertentu,
ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
3) Halusinasi penghidu; Membaui bau-bauan serpti bau darah,
urine,feces, kadang-kadang bau itu menyenangkan. Pasien
terlihat menghidu seperti sedang membaui buah-buahan
tertentu , atau menutup hidung
4) Halusinasi pengecapan ; Pasien merasakan rasa seperti
darah,urine atau feces, dan pasien selalu meludah atau
bahkan muntah.
5) Halusinasi perabaan : Pasien mengatakan ada serangan di
permukaan kulit merasa seperti tersengat listrik, pasien
terlihat selalu menggaruk permukaan kulit.
b. Mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi:
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

283


untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi , maka dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
c. Mengkaji respon terhadap halusinasi
Untuk mengetahui dampak halusinasi pada pasien dan apa
respon pasien ketika halusinasi itu muncul, perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat juga dapat menanykan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi dampak halusinasi pada pasien jika
halusinasi timbul.

3. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi

4. Tindakan keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk pasien
a. Tujuan tindakan
Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan

284
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Membantu pasien mengenali halusinasi, denagn cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi ( apa
yang didengar/dilihat ), waktu terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien
saat halusinasi muncul (komunikasinya sama).
Melatih pasien mengontrol halusinasi. Dengan empat
cara yang sudah terbukti dengan hasil eveden base,
antara lain adalah dengan cara menghardik
halusinasi,Bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas yang terjadwal, menggunakan
obat secar teratur.
2. Tindakan Keperawatan kepada keluarga atau kelompok
a. Tujuan untuk keluarga atau kelompok adalah :
keluarga atau kelompok dapat merawat pasien
pondokan dan menjadi system pendukung yang
efektif untuk pasien
b. Tindakan Keperawatan ; factor keluarga/ kelompok
menempati hal vital dalam penanganan pasien
gangguan jiwa si pondokan. Hal ini mengingat
keluarga / kelompok adalah suppot system terdekat
dan 24 jam bersama sama dengan pasien.
Keluarga/kelompok sangat menentukan apakah
pasien akan kambuh atau tetap sehat.
Keluarga/kelompok yang mendukung pasien secara

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

285


konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga/kelompok
tidak mampu merawat pasien, maka akan kambuh
,bahkan untuk memulihkannya kembali sangat sulit.
c. Informasi yang perlu disampaikan kepada
keluarga/kelompok meliputi ;
Jenis halusinasi yang dialami oleh pasien
Tanda dan kejala serta proses terjadinya halusinasi
5. Evaluasi .
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan untuk pasien halusinasi adalah :
Pasien mempercayai petugas kesehatan sebagai terapis.
Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
obyeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi.
Pasien dapat mengontrol halusinasi.
Keluarga/kelompok mampu merawat pasien di pondokan.


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEPRESI :
ISOLASI SOSIAL

Respon perilaku jemaah yang mengalami gangguan sangan
bervariasi sesuai dengan kondisi masing masing. Salah satu respon
perilaku yang muncul adalah isolasi social yang merupakan salah
satu gejala negative pasien dengan psikotik atau skizoprenia

286
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

I. Pengkajian pasien dengan depresi; isolasi social
Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
1. Tanda dan gejala isolasi social yang didapatkan melalui
wawancara adalah;
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak
oleh orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti
dengan orang lain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan.
f. Pasien meraasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Tanda dan gejala isolasi social yang didapatkan melalui
observasi adalah;
a. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara.
b. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang yang terdekat.
c. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
d. Kontak mata kurang.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

287



II. Diagnosa Keperawatan

ISOLASI SOSIAL

III. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi social
c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
2. Tindakan Keperawatan untuk keluarga / kelompok
Melatih keluarga / kelompok yang merawat pasien isolasi
social, untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah
isolasi sosial bersama dengan pasien, dengan cara :
a. Menjelaskan tentang masalah isolasi social dan
dampaknya pada pasien.
b. Memperaagakan cara berkomunikasi dengan pasien
c. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara berkomunikasi dengan pasien
IV. Evaluasi.
1. Evaluasi kemampuan pasien
a. Pasien dapat menjelaskan kebiasaan interaksi.
b. Pasien dapat menjelaskan penyebab tidak bergaul
denganorang lain
c. Pasien dapat menyebutkan keuntungan bergaul
dengan orang lain

288
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

d. Pasien dapat menyebutkan kerugian bila tidak
bergaul dengan orang lain
e. Pasien dapat memperagakan cara berkenalan
dengan orang lain.
f. Pasien sudah melakukan aktivitas berinteraksi
dengan perawaat, keluarga, kelompokk tua.
g. Pasien dapat menyampaikan perasaan setelah
interaksi dengan orang
h. Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan
orang lain
i. Pasien dapat menggunakan obat dengan patuh
2. Evaluasi kemampuan keluarga/kelompok
a. Keluarga/kelompok menyebutkan masalah isolasi
social dan akibatnya.
b. Keluarga/kelompok menyebutkan penyebab isolasi
sosial
ASUHAN KEPERAWATAN PADA JEMAAH DENGAN INSOMNIA

Masalah Insomnia juga merupakan salah satu masalah yang dialami
oleh para jemaah haji yang sedang menunaikan ibadahnya . Hal ini
perlu adanya penangana khusus yang harus dilaksanakan olek
petugas keseatan haji
I. Pengkajian
1. Insomnia merupakan kondisi periode waktu yang lama
keterbatasan waktu tidur tidak dapat tidur ( secara alami

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

289


terus menerua, dalam periode kesadaran relative ).
2. Tanda dan gejala;
Mengantuk sepanjang hari, penurunan kemampuan fungsi,
gelisah , tidak dapat berkonsentrasi, gangguan perceptual(
gangguan sensasi tubuh, delusi, perasaan mengambang),
halusinasi, kebingungan akut, paranoid transient, agitasi
sikap menyerang, cemas, tremor pada tangan.
3. Faktor yang berhubungan :
Ketidak nyamanan fisik psikologis yang lama,asinkronis
sirkardian berlebih, aktivitas tidak adekuat, lingkungan tidur
tidaknyaman atau tidak familier secara menerus.
4. Lingkungan :
Berisik cahaya, tidak familier dengan perlengkapan
tidur,perubahan suhu, teman tidur ,kurang frivesi /control
tidur.
II. Diagnosa Keperawatan.
GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
III. Tindakan Keperawatan
1. Tujuan : agar pasein merasa nyaman fisik dan psikologi
2. Tindakan : tempatkan pada ruangan yang tidak ramai,
orientasikan tempat yang akan di tempati, pasangkan
dengan teman yang sekiranya sudah kenal dalam
kelompok jika keluarga tidak serta, anjurkan minum susu
hangat bila akan tidur

290
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

anjurkan pada pasien untuk melakukan kebiasaan yang
baik bila akan tidur seperti berjikir, membaca
IV. Evaluasi
Pasien mampu mengidentivikasi penyebab kesulitan dalam
tidurnya
Pasien dapat menginformasikan perasaan nyaman dan
tenang, waktu tidur/ istirahat meningkat secara kuwalitas
dan kwantitas.
Pasien mampu mempertahankan koping positif untuk
pemenuhan istirahat tidur


YELLOW FEVER (Demam kuning)








Demam Kuning adalahl infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk di
daerah tropis. Daerah ini memiliki siklus perkotaan dan siklus hutan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

291


yang bergantung pada monyet sebagai pembawa virus ('siklus
sylvatic'). Dalam kasus ringan gejala mirip flu, namun bila kasus
berkmbang menjadi serius, suhu tubuh pasien tinggi dan mungkin
dapat terjadi efek/ akibat lain seperti pendarahan internal, gagal
ginjal dan meningitis.
Siapapun bisa mendapatkan demam kuning, tapi orang tua memiliki
risiko lebih tinggi infeksi dan menjadi parah. Jika seseorang digigit
oleh nyamuk yang terinfeksi, gejala biasanya berkembang sampai
timbul gejala 3-6 hari kemudian.
Demam Kuning dapat menyebabkan epidemi tiba-tiba, dengan
tingkat kematian hampir 50 persen. . Penyakit ini mungkin sulit
dibedakan dari penyakit lain, terutama pada tahap awal. Untuk
mengkonfirmasi kecurigaan, dari sejarah kasus dan informasi
tentang pasien perjalanan di luar negeri, diagnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan sampel darah. Di laboratorium, antibodi spesifik
virus yllow fever/demam kuning dapat dideteksi dalam darah.
1. Penyebab yellow fever/demam kuning
virus demam Kuning termasuk kelompok keluarga Flaviviridae,
anggota lain yang menyebabkan demam berdarah dan ensefalitis
jepang.
Virus ini ditularkan ke dalam aliran darah melalui air liur nyamuk
saat menggigit. Virus ini kemudian dapat diangkut keseluruh tubuh,
dan dapat mereproduksi dirinya di berbagai sel-sel tubuh - biasanya
hati, ginjal dan pembuluh darah. Pada kasus yang parah, sel-sel ini

292
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

dapat menjadi rusak sendiri.
2. Cara penularan virus yellow fever /demam kuning
Virus ini ditularkan di antara manusia melalui perantara beberapa
jenis nyamuk, termasuk Aedes egyptii, yang juga bisa menularkan
demam berdarah. Dijelaskan bahwa, meskipun kehadiran nyamuk
Aedes di Asia, demam kuning terbatas di Afrika dan Amerika
Selatan.
Pada awalnya siklus infeksi terjadi didalam hutan dimana nyamuk
mengisap darah dari monyet yang terinfeksi. Nyamuk ini
mengembangkan infeksi permanen, di mana virus berakumulasi
dalam kelenjar ludah nya. Kemudian nyamuk menggigit monyet
lain, yang kemudian juga menjadi terinfeksi dengan virus.
Seseorang yang melakukan perjalanan melalui hutan juga dapat
terinfeksi oleh nyamuk yang terinfeksi . Ketika orang ini kembali ke
daerah perkotaan, maka sebuah siklus baru dimulai.
Setiap tahun sekitar 200.000 kasus yellow fever/ demam kuning ,
dan 30.000 terjadi kasus kematian, namun angka tersebut tidak
pasti karena pencatatan yang kurang lengkap. secara total, kasus
yellow fever/demam kuning terjadi di 33 negara dan lebih dari 500
juta orang beresiko menderita penyakit ini.
Sampai sekarang, tidak ada kasus demam kuning di Asia. . Tetapi
ditakutkan bahwa perjalanan internasional yang tinggi bisa
terinfeksi virus melalui orang yang terinfeksi.. Nyamuk tidak tinggal
di sini, dan mereka berpotensi menularkan penyakit dan membuat

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

293


reservoir baru.
Oleh sebab itu, negara-negara Asia memiliki peraturan karantina
yang ketat yang diberlakukan kepada Anda bila anda tiba dari
bepergian ke daerah daerah di Afrika dan Amerika Latin dimana
terjadi kasus yellow fever/demam kuning dan anda tanpa sertifikat
vaksinasi.
3. Tanda dan gejala yellow fever/demam kuning.
Masa inkubasi dari infeksi yllow fever/demam kuning adalah 3 (tiga)
sampai 6 (enam) hari. Tanda dan gejalanya antara lain: demam,
sakit kepala , anoreksia , mual, dan muntah. Pada beberapa pasien
akan ada perbaikan dalam gejala dan pemulihan secara bertahap
terjadi tiga sampai empat hari setelah timbulnya gejala.


Demam Kuning memiliki tiga tahap:
a. Tahap awal: Sakit kepala, nyeri otot dan sendi, demam,
kehilangan nafsu makan, muntah, dan penyakit kuning yang
umum. Setelah sekitar 3 - 4 hari, seringkali gejala hilang
sebentar (remisi).
b. Periode pemulihan . Setelah 3 - 4 hari, demam dan gejala
lainnya hiang. Sebagian besar pasien akan pulih pada tahap
ini, tetapi yang lain mungkin masuk ke tahap ketiga, tahap
yang paling berbahaya (tahap keracunan/toksik). Dapat
terjadi dalam waktu 24 jam.

294
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

c. Periode keracunan: Terjadi disfungsi multi oragan. Ini
mungkin termasuk jantung, hati, dan gagal ginjal, gangguan
perdarahan, dan disfungsi otak termasuk delirium kejang ,
koma , syok, dan kematian.
4. Pengobatan dan penatalaksanaan yellow fever/ demam
kuning.
Disebutkn dalam literatur bahwa tidak ada obat-obatan yang
efektif terhadap virus ini. Kasus yang serius pada demam kuning
selalu membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Jika ada kekurangan cairan dalam tubuh, menyebabkan
gangguan dalam keseimbangan elektrolit, hal ini dapat diatasi
dengan pemberian cairan dengan infus.
Dalam kasus ringan, rasa sakit dapat dihilangkan dengan
analgesik sederhana. Suhu yang tinggi dapat ditangani oleh
pendingin pasien dan memberikan obat yang tepat untuk
menurunkan suhu, seperti aspirin .
5. Pencegahan
Jika Anda akan bepergian ke suatu daerah di mana terjangkit
yellow fever/demam kuning yang umum dapat dilakukan:
Tidur di perumahan yang dipilih/aman
Gunakan nyamuk repellents /obat nyamuk
Pakailah pakaian yang menutupi tubuh Anda sepenuhnya
Imunisasi dengan vaksin yang efektif terhadap demam
kuning. Dilakukan sekurang kurangnya 10 14 hari sebelum
perjalanan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

295


Yang terpenting dan aman adalah hindari gigitan nyamuk
6. Prioritas Keperawatan
Meningkatkan rasa nyaman/mengatasi nyeri
Memenuhi kebutuhan nutrisi
Mempertahankan kebutuhan cairan dan elektrolit
Mencegah terjadinya komplikasi
Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses/prognosis
penyakit dan kebutuhan pengobatan
7. Tujuan/hasil yang diharapkan:
Rasa nyeri terkontrol
Asupan nutrisi adekwat
Cairan dan elektrolit terpenuhi
Tidak terjadi komplikasi yang berhubungn
Mengerti tentang proses/prognosis penyakit dan
berpartisipasi aktif dalam program pengobatan
Masalah keperawatan:
Nyeri (akut)
Intervensi keperawatan:
Pertahankan dan anjurkan tirah baring dalam fase akut
Berikan tindakan mandiri keperawatan atau tindakan non
farmakologik misalnya beri kompres dingin pada dahi, pijat
lembut kepala atau leher, redupkan lampu kamar, ajarkan
tekhnik relaksasi: panduan imajinasi atau distraksi

296
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Bantu pasien dalam ambulasi
Berikan cairan dan makanan lembut dan bantu perawatan
mulut dengan teratur.
Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic
Masalah keperawatan
Risti Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh:
Intervensi keperawatan:
Gunakan pendekatan konsisten: duduk dengan pasien pada
saat makan, buang sisa makanan tanpa komentar,
tingkatkan lingkungan nyaman dan catat asupan makanan
Berikan makanan sedikit dan makanan tambahan yang tepat
Buat pilihan menu dan bekerja sama dengan pasien untuk
memilih menu
Upayakan menimbang berat badan dan lakukan evalasi
dengan alat/timbangan yang sama
Jelaskan perlunya makanan yang cukup untuk menjaga
daya tahan tubuh dan melaksanakan aktifitas.
Bila diperlukan bantu pasien untuk menghaluskan
makanannya agar lebih mudah dimakan
Kolaborasi pemberian nutrisi dengan/melalui parenteral bila
ada indikasi
Masalah Keperawatan:
(Risti) kekurangan volume cairan
Intervensi keperawatan:

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

297


Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane
mukosa, turgor kulit.
Awasi jumpah dan jenis masukan cairan
Ukur dan Catat haluaran urine dengan akurat
Diskusikan strategi untuk mengurangi muntah dengan
pasien
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal. Misalnya jadwal minum atau
masukan cairan
Kolaborasi untuk memberikan cairan melalui intra vena
Kolaborasi kemungkinan pemberian kalium oral atau intra
vena sesuai indikasi

SARS (Severe Acute Respiratory syndrome)

1. Latar Belakang
Severe acute Respiratory Syndrome (SARS), pertama kali muncul di
Guang Dong Cina pada tahun 2002. SARS sangat cepat menyebar
atau menular dari orang ke orang. Dilaporkan juga bahwa 10%
kasus SARS dinyatakan meninggal. Dalam wabah tahun 2003 dari
kejadian 8069 kasus yang meninggal sebanyak 775 orang
(wikepedia.org/wiki/SARS.
Transmisi penyakit sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Pada awalnya ada anggapan bahwa penularan melalui penghirupan

298
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

cairan pada saat batuk dan bersin. Kemungkinan juga penyebara
lewat udara yang dapat meningkatkan potensi keganasan penyakit.
Diperkirakan tidak semua penderita mempunyai gejala atau
asymtomatis artinya pasien bisa menularkan penyakit tanpa
mengalami gejala jasmani sehingga dapat menyebar disebuah
populasi. Berkenaan dengan hal tersebut sangat diperlukan
kewaspadaan terhadap timbulnya kasus SARS karena dapat dengan
cepet menyebar dan potensi tinggi menimbulkan wabah.Tekhnik
isolasi ketat terhadap kasus ini merupakan salah satu upaya untuk
menghind penularan/penyebaran kasus disamping penggunaan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai standar.
2. Pengertian
SARS merupakan jenis penyakit pneumonia. Penyebabnya adalah
Virus Corona. Central Desease Controle (CDC) mengumumkan pada
awal April 2004 sebuah jenis virus Corona jenis yang kemungkinan
tidak pernah terlihat pada manusia merupakan perantara yang
bertanggung jawab terhadap penularan SARS.
3. Tanda dan Gejala
Gejala SARS mula mula mirip seperti Flu biasa mencakup demam,
myalgia, lethargy, gejala gastro intestinal, batuk, radang
tenggorokan dan gejala non spesifik lain. Gejala yang sering dialami
oleh seluruh pasien adalah suhu tubuh 38
o
C (100.4
o
F). gejala sesak
napas dapat dialami psien kemudian bila penyakit berlanjut. Gejala
gejala yang dialami pasien tersebut muncul 2 sampai 13 hari
setelah terekspos. Kebanyakan kasus gejala muncul 2 3 hari

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

299


dimana 10 20% membutuhkan alat bantu napas atau ventilasi
mekanik.
Data data pada pemeriksaan fisik didapatkan antara lain pasien
mengalami tachypnea, dan pada auskultasi didapatkan crakle. Lebih
lanjut tachypnea dan lethargy kelihatan jelas. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah sel darah putih dan
platelet cendrung rendah. Pada hasil rontgen foto toraks terlihat
adanya lubang di beberapa bagian paru.
Tes untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan pemeriksaan antara lain
tes Enzyme Linked Imunosorbent Assaay (ELISA). Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi antibody SARS dengan baik namun setelah 21
hari timbul gejala. Tes yang lain adalah tes immunofluorescence dan
tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan PCR dapat
mendeteksi virus SARS di darah, sputum, dan sampel tisu. Tes PCR
sangat spesifik namun tidak sensitive. Artinya bila hasil PCR positif
dipastikan pasien mengalami kasus SARS, namun bila hasil
Pemeriksaan PCR negatif belum tentu pasien tersebut tidak
menderita SARS.
Untuk menetapkan diagnosa SARS ditetapkan berdasarka salah satu
gejala diatas termasuk suhu tubuh 38oC atau lebih dan adanya
kontak dengan pasien SARS pada kurun waktu 10 hari terakhir serta
mengunjungi salah satu daerah yang teridentifikasi.
4. Penatalaksanaan
Tindakan kolaborasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien SARS, mencakup pemberian obat

300
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Antibiotik yang diprogramkan dokter, pemberian antipiretik, oksigen
dan merujuk pasien untuk mendapat bantuan ventilasi mekanik.
Kasus SARS atau yang mencurigakan dibutuhkan tindakan Isolasi
dan ruang isolasi yang disaranka adalah berekanan negatif. Seluruh
petugas yang menangani atau melakukan asuhan kepada pasien
diharuskan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap atau
memenuhi standar precaution yang ditetapkan. Pengelolaan
lingkungan sangat penting dalam penatalaksanaan SARS. Proses
lingkungan hidup berperan dalam penyebaran virus dalam jumlah
besar. Terekspos virus dalam jumlah besar atau SARS yang lebih
parah dapat berdampak besar pada kaum muda yang tadinya sehat.
Langkah langkah untuk memperkecil wabah:
Mengontrol infeksi SARS melalui karantina
WHO menyarankan pemeriksaan penumpang pesawat terbang
untuk mendeteksi gejala SARS (maret tahun 2007)
Menetapkan Rumah Sakit Rujukan yang terpusat
Petugas memeriksa suhu tubuh 2 kali sehari, (sebelum kontak
dan sesudah kontak dengan pasien)
Membatasi kontak antara pasien dan petugas dan antara pasien
dan pengunjung.
Melakukan karantina. Contoh di Singapura: pemerintah
Singapura mengeluarkan Undang Undang tentang karantina:
orang yang kontak dengan pasien SARS wajib menjalani
karantina 10 hari, pasien yang keluar dari RS karantina selama
14 hari dan pasien yang sembuh dari SARS karantina 14 hari.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

301


5. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien SARS prinsipnya sama
dengan asuhan keperawatan pada Flu Burung. Dasarnya
adalah asuhan keperawatan pasien dengan Pneumonia dengan
spesifikasi penerapan isolasi ketat selama melakukan asuhan
pasien.
Prioritas keperawatan :
Mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan
Mengurangi atau meminimalkan penyebaran atau
penularan penyakit
Mendukung proses penyembuhan
Memberikan informasi tentang proses penyakit/
prognosis dan pengobatan
Tujuan
Ventilasi dan oksigenasi adekwat untuk kebutuhan
individu
Penularan penyakit dicegah/diminimalkan
Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami
Perubahan pola hidup/kebiasaan teridentifikasi
6. Masalah keperawatan
Risti penyebaran infeksi
Bersihan jalan napas tidak efektif
Kerusakan pertukaran gas
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
tindakan
7. Intervensi/ Tindakan Keperawatan pada pasien SARS.

302
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

Lakukan Isolasi sesegera mungkin, batasi kontak dengan
jemaah lain termasuk denga keluarga, berikan atau
pasangkan masker kepada pasien (sedapat mungkin masker
N95), gunakan alat pelindung diri (APD) bagi petugas yang
memberikan asuhan, segera dirujuk ke sarana kesehatan
yang memungkinkan dilakukan tehnik Isolasi ketat. Ikuti
Standar Prosedur Oprasional dalam sertiap kegiatan yang
dilakukan terhadap pasien.
Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Gunakan alat medik/keperawatan untuk satu alat satu
pasien. Desinfeksi alat medik/keperawatan setelah
digunakan sesuai prosedur, tempatkan alat makan, APD
disposable di kantong sampah medis buang ses.uai
prosedur untuk penyakit menular
Lakukan transpor pasien sesuai Prosedur:
- Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien
- Gunakan APD sesuai prosedur untuk petugas kesehatan
- Pasang masker pada pasien
- Desinfeksi alat transport dan peralatan lain
Kaji dan catat frekwensi dan kedalaman pernapasan
Bantu pasien latihan napas yang sering, ajarkan pasien cara
melakukan batuk dan ajarka batuk efektif.
Kolaborasi pemberian obat obat yang diprogramkan seperti
obat mukolitik, ekspektoran, bronkodilator dan analgesic.

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

303


Kolaborasi pemberian cairan melalui intra vena (IV), dan
pemberian oksigen.
Oservasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat
adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral
(sirkumoral)
Awasi frekwensi dan irama jantung, tinggikan kepala dorong
nafas dalam dan batuk efektif.
Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar (nasal prong,
masker dll).
Bekerjasama dengan dokter dalam memberikan informasi
tentang penyakit meliputi ketidak mampuan dari penyakit,
lamanya penyembuhan, peraturan isolasi dan pentingnya
menjalani program pengobatan dengan tuntas.


304
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011




Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

305






306
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011





Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

307




308
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011



Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

309




310
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011



Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

311


Lampiran kasus
Lampiran kasus
KASUS 1
JEMAAH HAMIL TRIMESTER PERTAMA


Pada saat Tim TKHI memeriksa ulang kesehatan jemaah ditemukan
ada satu orang calon jemaah yang berangkat bersama suami
ternyata sedang hamil trimester pertama. Sang suami calon jemaah
bersikeras agar istrinya tetap berangkat berhaji dengan segala
resiko yang akan ditanggungnya sendiri.
Tim TKHI berusaha menjelaskan aturan dan prosedur kesehatan
yang berlaku, tetapi sang suami tetap tidak bergeming dengan
penjelasan itu.
Kemudian Tim TKHI mencari pihak mana yang dapat memutuskan
masalah ini, alhasil tidak ditemukan pihak manapun yang berani
mengambil keputusan.

TUGAS KELOMPOK:
1. Peragakan jalan cerita diatas bersama anggota tim
2. Langkah apa yang akan tim lakukan dalam menghadapi
kasus diatas

312
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


KASUS 2
JEMAAH RISTI DI BANDARA SEBELUM TERBANG


Dalam persiapan terbang di sebuah Bandara, setengah dari
calon jemaah dengan status RISTI menunjukkan peningkatan
gejala dan tanda penyakitnya, seperti sesak nafas, sakit kepala
berat, berdebar-debar, keringat dingin, pucat dan cemas.
Menurut daftar manifest jemaah Anda yang termasuk dalam
katagori RISTI diantaranya penyakit Asma, Hipertensi,
Decompensasi Cordis dan Diabetus Mellitus dengan jumlah 12
orang.
Para keluarga/ teman calon jemaah RISTI melapor kepada Anda
bahwa ada beberapa orang yang kondisinya sakit melemah.


TUGAS KELOMPOK
1. Apa yang harus Tim TKHI lakukan ?
2. Tuliskan Langkah langkah yang akan Tim TKHI lakukan
agar situasi ini dapat teratasi


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

313


KASUS 3
JEMAAH SAKIT DALAM PENERBANGAN


Tiga jam setelah take off didapatkan seorang jemaah yang
mengeluh pusing, berdebar debar, sesak nafas dan mual. Setelah
Anda melakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai berikut :
Tekanan Darah : 80/60 mm Hg
Denyut nadi 120/ menit
Frekwensi Pernafasan 40 kali/ menit
KU dellirium
Akral dingin
Lemas



TUGAS KELOMPOK
1. Tentukan Diagnosa calon jemaah tersebut
2. Tuliskan apa yang akan Tim TKHI lakukan
3. Peragakan tindakan yang Tim TKHI lakukan itu


314
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 4
JEMAAH SAKIT DALAM PENERBANGAN

Enam jam setelah take off didapatkan seorang jemaah yang
mengeluh panas badan, pusing, tenggorakan nyeri dan batuk.
Setelah Anda melakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai
berikut :
Tekanan Darah : 120/80 mm Hg
Denyut nadi 100/ menit
Frekwensi Pernafasan 36 kali/ menit
KU Lemah
Batuk
Sesak Nafas
Tenggorokan hiperemis
Lemas


TUGAS KELOMPOK
1. Tentukan Diagnosa calon jemaah tersebut
2. Tuliskan Penatalaksanaan pada kasus tsb di atas agar tidak
menular kepada calon jemaah yang lain.


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

315


KASUS 5
JEMAAH SAKIT DALAM PERJALANAN DARAT
DARI MADINAH KE MEKKAH

Setelah menyelesaikan ibadah Sholat Isya [ bagian dari Arbain
yang terakhir ] jemaah berangkat menuju ke Mekkah dalam
keadaan lelah dan mengantuk.
Di dalam Bus salah satu jemaah mendadak muntah darah segar
disertai nyeri diaderah dada, merasa lemah badan, pusing dan
panas badan.
Setelah Anda melakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai
berikut :
Tekanan Darah : 120/80 mm Hg
Denyut nadi 80/ menit
Frekwensi Pernafasan 40 kali/ menit
KU Lemah
Darah segar dari mulut
Nyeri dada
Sesak Nafas
Batuk


TUGAS KELOMPOK
1. Tentukan Diagnosa calon jemaah tersebut
2. Tuliskan Penatalaksanaan pada kasus tsb di atas [di dalam bus]
agar dapat mempertahankan kondisi jemaah selama perjalanan
sampai ke Mekah untuk dirujuk ke BPHI

316
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011




KASUS 6
JEMAAH SAKIT DI PEMONDOKAN


Pukul 21.00 datang seorang Jemaah wanita umur 50 tahun dengan
keluhan pegal-pegal seluruh badan, sudah berlangsung selama 2
hari yang lalu. Jemaah minta obat agar cepat sembuh dan dapat
khusu beribadah karena sudah dua kali tidak dapat sholat di masjid.
Tim TKHI memberikan obat tablet Analgesik dan Roborantia untuk
tiga hari pengobatan. Jemaah menolak obat tersebut karena sudah
beberapa kali minum obat tapi tidak terasa khasiatnya, maka
jemaah meminta untuk disuntik saja. Tim TKHI memberikan
suntikan vitamin B komplek sebanyak 2 cc.
Selang beberapa saat ketika kembali ke kamar, jemaah terjatuh dan
dibawa kembali oleh temannya ke kamar pelayanan dalam keadaan
tidak sadar.
Setelah Anda melakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai
berikut :
Tekanan Darah : 70/50 mm Hg
Denyut nadi 60/ menit
Frekwensi Pernafasan 18 kali/ menit
Tidak Sadar
Akral dingin

TUGAS KELOMPOK
1. Tentukan Diagnosa calon jemaah tersebut
2. Tuliskan apa yang akan Tim TKHI lakukan pada kasus diatas
3. Peragakan tindakan yang Tim TKHI lakukan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

317


KASUS 7
ANTARA TUGAS DAN IBADAH [ARBAIN]


Menjelang Sholat Dzuhur, seorang jemaah laki-laki datang ke
tempat pelayanan kesehatan karena nyeri pada perut bagian bawah.
Dokter kloter sedang bersiap untuk menunaikan ibadah sholat
Dzuhur di masjid Nabawi sedangkan perawat sudah berangkat
duluan ke masjid.
Setelah diadakan pemeriksaan ditemukan :
Tekanan Darah : 120/80 mm Hg
Denyut nadi 80/ menit
Frekwensi Pernafasan 24 kali/ menit
KU kesakitan di perut bagian bawah
Anamnesa: riwayat penyakit pernah mempunyai keluhan
kencing batu yang belum di operasi



TUGAS KELOMPOK:
1. Apa yang akan anda lakukan pada situasi seperti itu
sementara sudah terdengar adzan sholat Dzuhur di masjid
Nabawi
2. Bagaimana penatalaksanaan yang saudara rencanakan


318
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 8
JEMAAH SAKIT DI PONDOKAN


Setelah sholat Dzuhur, dua orang jemaah datang ke tempat
pelayanan kesehatan karena nyeri pada perut disertai dengan
mencret berkali-kali. Beberapa saat kemudian sebelum 2 orang itu
selesai dilayani, datang lagi 4 orang jemaah sekamarnya dengan
keluhan yang sama. Jemaah tersebut melaporkan bahwa ada
beberapa temannya di kamar menderita sakit yang sama. Tapi tidak
mau berobat. Dari hasil anamnesa diketahui sakit muncul sesudah
mengkonsumsi makanan yang baru saja dibeli dari penjual makanan
di depan pondokan.



TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Apa rencana yang akan tim lakukan dalam situasi seperti ini,
tuliskan


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

319


KASUS 9
JEMAAH SAKIT DI PONDOKAN


Malam hari sekitar pukul 24.00, satu orang jemaah datang melapor
ke tempat pelayanan kesehatan karena mendapati teman
sekamarnya kejang-kejang dan badannya panas tinggi. Tim TKHI
mengunjungi kamar jemaah tersebut dan setelah melakukan
pemeriksaan didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut:
Panas tinggi mendadak ( > 38 C )
Muntah
Rangsangan selaput otak dengan tanda-tanda :
Kaku kuduk
Tanda Kernig
Tanda Brudzinski
Ruam kulit berupa eritema, makuler, purpura, petechie,
echimosis
Kesadaran koma


TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Apa rencana yang akan tim lakukan terhadap pasien dan
jemaah yang lainnya dalam situasi seperti ini, tuliskan

320
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 10
JEMAAH STRESS DI PONDOKAN


Malam hari pukul 24.00, Karu datang melapor ke tempat pelayanan
kesehatan karena mendapati seorang jemaahnya mengamuk dan
meresahkan jemaah disekitarnya. Menurut cerita Karu, bahwa ia
mengamuk karena tidak dapat tidur, selalu terganggu oleh suara
teman sekamarnya yang mengaji setiap malam dan telinganya
selalu mendengar suara suara lain yang mengancam jiwanya.
Disisi lain Karu dan kerabatnya tidak dapat berbuat banyak karena
takut diserang dan khawatir jemaah yang bersangkutan nekad
berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri.

TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Apa rencana yang akan tim lakukan terhadap pasien
tersebut dan peragakan cara-cara menangani jemaah
dengan kondisi seperti itu.


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

321


KASUS 11
OBAT HABIS

Tim TKHI seperti biasa meminta obat ke sub Daker untuk pelayanan
jemaah yang membutuhkan. Tetapi kali ini terpaksa harus mendapat
jatah setengah dari yang direncanakan biasanya, sedangkan jumlah
jemaah yang berobat semakin meningkat. Setiap jemaah yang
datang selalu meminta obat walaupun sebenarnya jemaah jemaah
itu tidak selalu memerlukan obat, karena beberapa keluhan sakitnya
hanya psikosomatis saja.

TUGAS KELOMPOK :
1. Apa yang harus tim lakukan dengan obat yang terbatas
2. Bagaimana sikap anda menghadapi situasi seperti ini

322
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 12
JEMAAH SAKIT DILUAR PEMONDOKAN

Saat anda keluar dari masjid, di halaman anda menemukan seorang
jemaah lelaki yang menderita sakit dengan keluhan: sakit dada,
berdebar-debar, pucat dan lemas, nyeri pada dada menjalar ke
tangan kiri sampai ke ujung kelingking. Jemaah tersebut bukan
berasal dari kloter anda. Anda mengetahui dari adanya kerumunan
orang di halaman depan Majidil Haram, istrinya menangis dan panik
minta tolong, belum ada seorang petugaspun yang menanganinya.

TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Tulis langkah-langkah penanganan kasus tersebut dan
peragakan
3. Apa yang anda lakukan selanjutnya


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

323


KASUS 13
JEMAAH SAKIT DILUAR PEMONDOKAN


Sepulang dari Sholat Subuh di depan pemondokan terlihat
kerumunan orang yang sedang berusaha menolong seorang jemaah
yang sedang terduduk menggigil. Sebagai seorang petugas
kesehatan anda langsung melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan data sebagai berikut:
Tampak pucat
Dingin, Kaku
Suhu 26
O
C
Pupil miosis
Depresi napas
Bradikardi
Hipotensi
Edema menyeluruh
Kesadaran menurun




TUGAS KELOMPOK:

1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Tulis langkah-langkah penanganan kasus tersebut dan peragakan
3. Apa yang anda lakukan selanjutnya

324
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 14
JEMAAH SAKIT DILUAR PEMONDOKAN


Setelah anda melakukan sholat masjidil Haram, anda menemukan
seorang jemaah lelaki yang dikerumuni orang dalam keadaan tidak
bisa berdiri. Anda langsung melakukan pemeriksaan dan
menemukan data sebagai berikut:
Kelainan neurologis fokal
hemiparesis,
hemihipestesi,
hemiannopsia,
afasi,
kaku kuduk.
kesadaran menurun

TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Tulis langkah-langkah penanganan kasus tersebut dan
peragakan
3. Apa yang anda lakukan selanjutnya

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

325


KASUS 15
KECELAKAAN LALU LINTAS


Sepulang anda dari sektor untuk mengambil obat, di pinggir jalan
terdapat seorang jemaah Indonesia yang tergeletak dengan posisi
tertelungkup dan darah disekitar kepala. Menurut informasi yang
diterima dari orang sekitar dia adalah korban tabrak lari. Anda
langsung mengadakan pemeriksaan dan ditemukan data-data
sebagai berikut:
Kesadaran menurun
Pusing
sakit kepala
muntah
amnesia retrograd
GCS kurang dari 13
Pemeriksaan neurologis normal




TUGAS KELOMPOK:

1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Tulis dan peragakan langkah-langkah evakuasi korban secara
benar

326
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011


KASUS 16
JEMAAH SAKIT SAAT SAI


Ditengah keramaian jemaah sedang melaksanakan sai tiba-tiba
seorang jemaah limbung/ terhuyung - huyung dipapah oleh teman-
temannya. Anda mendekati korban dan menanyakan riwayat
penyakitnya. Hasil anamnesa yang anda lakukan ternyata korban
telah muntah-muntah sebelum berangkat Sai. selanjutnya anda
melakukan pemeriksaan dan menemukan data-data sebagai berikut:

Akral dingin
Hipotensi
Takikardi
Pucat
kulit lembab
kolaps vena leher
Kesadaran menurun


TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan diagnosa penyakit tersebut
2. Tulis langkah-langkah penanganan kasus tersebut dan
peragakan
3. Apa yang anda lakukan selanjutnya


Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

327


KASUS 17
PIKET JAGA DI BPHI

Pada saat anda [dokter kloter] piket jaga di BPHI datang telephon
dari perawat kloter anda yang melaporkan bahwa salah satu jemaah
RISTI di pondokan kondisinya memburuk. Pada saat itu anda tidak
bisa meninggalkan BPHI karena sedang sibuk melayani pasien,
Sedangkan Perawat anda tidak tahu bagaimana cara menangani
pasien tersebut.


TUGAS KELOMPOK:

1. Apa yang harus anda lakukan
2. Tuliskan langkah-langkahnya dengan cermat


328
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 18
JEMAAH DIRAWAT DI RSAS


Dua hari yang lalu anda mengirim salah seorang jemaah untuk
dioperasi di RSAS karena Appendicities Acut, saat ini pasien masih
dirawat. Keluarga pasien bersikeras agar dapat menungguinya. Anda
menjelaskan bahwa menurut prosedur RSAS pasien tidak dapat
ditunggui oleh keluarga, walaupun demikian keluarga tetap
memaksa anda untuk mengantarnya.



TUGAS KELOMPOK:

1. Apa yang harus anda lakukan
2. Bagaimana caranya dan peragakan

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

329



KASUS 19
KEJADIAN DI ARAFAH

Ditengah kehusukan ibadah Arafah, datang laporan dari
berbagai tenda yang menyatakan jemaah banyak yang pusing
dan muntah-muntah. Anda segera mengunjungi tenda-tenda
tersebut dan menemukan banyak jemaah yang kondisinya
sudah lemah, dari hasil anamnesa anda menemukan muntah-
muntah terjadi setelah menyantap makanan yang disediakan
oleh pihak katering.
Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan data :
Keadaan umum lemah
Pusing, muntah-muntah
Sakit kepala
Berak-berak
Keringat dingin

TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan Diagnosa pada kasus ini
2. Apa yang anda lakukan untuk penyelematan korban,
tuliskan
3. Apa yang anda lakukan untuk mencegah bertambah
banyaknya korban, tuliskan
4. Bagaimana anda melakukan evakuasi korban, tuliskan








330
Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

KASUS 20
JEMAAH SAKIT DI MINA

Sepulang anda melempar jumroh, di tenda anda sudah ditunggu
oleh seorang jemaah yang sesak napas, pucat, keringat dingin,
terdengar wheezing. Pada anamnesis yang anda lakukan pasien
punya riwayat sesak napas yang biasanya timbul kalau
melakukan aktivitas yang berat

TUGAS KELOMPOK:
1. Lakukan Diagnosa pada kasus ini
2. Apa rencana penatalaksanaan anda pada penderita, tuliskan
3. Peragakan saran anda kepada pasien untuk mencegah
kambuhnya penyakit

Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2011

331





KASUS 21
PERJALANAN KEMBALI KE PEMONDOKAN

Sesudah kegiatan di Armina jemaah berbondong-bondong menuju
ke pemondokan masing-masing di Mekah. Dalam perjalanan
menggunakan bus selalu terjadi kemacetan luar biasa yang
menghabiskan waktu 4 8 jam. Pada situasi demikian kadang-
kadang ditemukan jemaah yang mengalami stress menjadi lebih
sensitif dan mudah marah. Hal seperti ini perlu dicegah karena akan
mempengaruhi kesehatan fisiknya. Bagaimana anda
mengatasinya, mohon tuliskan dan peragakan

También podría gustarte