Está en la página 1de 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana
keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena
dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan
masyarakat.
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional
di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu
arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta
orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit
ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial
adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang
selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi
menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh
penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke hemoragik yaitu
stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor risiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah
vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
2
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke
sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-
vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari
dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang
otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus dan pons.
Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan
yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan
penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang
dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia
terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan
seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan
lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu
penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang
patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke.

1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan mahasiswa
mampu :
1.2.1 Mengetahui konsep keluarga.
1.2.2 Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
1.2.3 Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
1.2.4 Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna
kepada pasien stroke.




3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
stroke.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi
informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1 KONSEP KELUARGA

2.1.1 Definisi
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai
hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi
dan lain sebagainya (Soerjono, 2004: 23)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah adopsi atau perkawinan (WHO, 1969).

2.1.2 Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga, seperti :
1. Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga inti ( the nuclear family ) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b. Pasangan inti ( the dyad family ) adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Keluarga usila adalah keluarga terdiri dari suami dan istri yang
sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
d. The childless adalah keluarga tanpa anak karena telambat menikah,
bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
e. Keluarga besar 3 generasi ( the extended family )keluarga yang
terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi,
kakek, nenek dan lain-lain.
5
f. Keluarga dengan orang tua tunggal ( Single parent ) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
g. Commuter family yaitu kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
h. Jaringan keluarga besar ( kin-network family) adalah beberapa
keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.
i. Keluarga campuran ( blended family ) adalah keluarga yang
dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
j. Orang dewasa tinggal sendiri ( single adult living alone ) yaitu suatu
rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

2. Tipe keluarga non tradisional
a. Ibu remaja yang belum menikah ( the unmarried teenage mother )
adalah keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. Commune family yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
yang hidup serumah.
c. The non marrital heterosexual cohabiting family adalah keluarga
yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
d. Keluarga dengan pasangan sejenis ( Gay and lesbian family ) yaitu
seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
e. Kumpul kebo ( cohabitating couple ) adalahorang dewasa yang
hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
f. Kelompok keluarga menikah ( group marriage family ) adalah
beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi
sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
g. Keluarga angkat ( foster family ) yaitu keluarga yang menerima
anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.

6
2.1.3 Tahap perkembangan keluarga
1. Keluarga dengan pasangan baru menikah yaitu tahap ini dimulai dari
pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
2. Keluarga menjelang kelahiran adalah tugas utama keluarga untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak
merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang
sangat dinantikan.
3. Keluarga dengan tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga
mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang kepada anak karena
pada tahap ini bayi kehidupannya sangat bergantung kepada orang tuanya.
Dan kondisinya masih sangat lemah.
4. Kelurga dengan anak prasekolah yaitu pada tahap ini anak sudah mulai
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,
tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui
mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-
norma sosial budaya, dsb.
5. Keluarga dengan anak sekolah adalah bagaimana cara mendidik anak,
mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak
belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
6. Keluarga dengan anak remajayaitu tahap ini tahap yang paling rawan,
karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua
dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7. Keluarga dengan melepas anak ke masarakat, setelah melalui tahap remaja
dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap
selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai
kehidupan berumah tangga.
8. Kelurga dengan tahap berdua kembal, setelah anak besar dan menempuh
kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja.
7
Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima
kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
9. Keluarga dengan tahap tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua
orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
Struktur Keluarga

2.1.4 Tugas perkembangan keluarga
Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)
1. Keluarga baru menikah a. Membina hubungan intim yang
memuaskan
b. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki
anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir a. Mempersiapkan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual, dan
kegiatan
c. Mempertahankan hubungan
dalamrangka memuaskan
pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia pra-
sekolah
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, kebutuhan anak yang lain
harus terpenugi
d. Mempertahankan hubungan yang
sehat
8
e. Pembagian waktu untuk individu,
pasangan, anak.
f. Pembagian tanggungjawab anggota
keluarga
g. Merencanakan kegiatan dan waktu
untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah a. Membantu sosialisasi anak
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab
b. Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
terbuka
d. Mempersiapkan perubahan system
peran dan peraturan anggota
keluarga
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai
deasa
a. Memperluas jaringan keluarga
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru di
masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua
dan kegiatan di rumah

9
7. Keluarga usia pertengahan a. Mempertahankan kesehatan
individu dan pasangan
b. Mempertahankan hubungan yang
serasi dan memuaskan dengan
anak-anak dan sebaya
c. Meningkatkan kekaraban pasangan
8. Keluarga usia tua a. Mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga yang
saling menyenangkan pasangannya
b. Adaptasi dengan perubahan yang
terjadi : kehilangan pasangan,
kekuatan fisik, penghasilan
keluarga.
c. Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu

2.1.5 Struktur keluarga
1. Patrilineal, adalah kelurga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis
ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun dari jalur
garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.




10
2.1.6 Struktur pemegang kekuasaan dalam keluarga
1. Patriakal yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak Ayah.
2. Matriakal yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak Ibu.
3. Equlitarian adalah yang memegang dalam keluarga adalah Ayah dan Ibu.

2.1.7 Struktur peran
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.1.8 Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling
menerima dan mendukung.
11
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan
di lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.1.9 Tugas keluarga di bidang kesehatan
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.












12
2.2 KONSEP MEDIS

2.2.1 Definisi
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda
Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu.

2.2.2 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
2. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut :
a. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
c. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus)
13
d. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
3. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
4. Arteritis
Merupakan suatu peradangan pada arteri
5. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
6. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak
akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
14
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
7. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
8. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

2.2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit
neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat),ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada
penderita stroke antara lain :
1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi
pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu
sisi tubuh.
2. kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia
(bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual
spasial, kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5. Disfungsi kandung kemih.





15
2.2.4 Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me
yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya cardiac arrest.
16
2.2.5 Pathway
17
2.2.6 Penatalaksanaan Stroke
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.

2.2.7 Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara
percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.

2.2.8 Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.







18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE

3.1 Pengkajian
3.1.1 Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan
dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap
stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
3.1.2 Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus
otot, postur tubuh, dan posisi kepala.
3.1.3 Kekakuan atau flaksiditas leher.
3.1.4 Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap
cahaya dan posisi okular.
3.1.5 Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
3.1.6 Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi,
suhu tubuh dan tekanan arteri.
3.1.7 Kemampuan untuk bicara
3.1.8 Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap
24 jam.
3.1.9 Riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan makanan dan umur.

Dari pengkajian secara umum tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut.
19

2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
1) Data Subyektif :
Kesulitan dalam beraktivitas, kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
2) Data obyektif :
Perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia), kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
b Sirkulasi
1) Data Subyektif :
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.
2) Data obyektif :
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
c Integritas ego
1) Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
2) Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan,
kegembiraan.
Kesulitan berekspresi diri
d Eliminasi
1) Data Subyektif :
Inkontinensia, anuria
Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak
adanya suara usus (ileus paralitik)

20

e Makan/ minum
1) Data Subyektif :
Nafsu makan hilang.
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
2) Data obyektif :
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
Obesitas (faktor risiko).
f Sensori Neural
1) Data Subyektif :
Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati.
Penglihatan berkurang.
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
2) Data obyektif :
Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif.
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada
semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral).
Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa),
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif /
kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
21
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil.
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral.
g Nyeri / kenyamanan
1) Data Subyektif :
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
2) Data obyektif :
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot /
fasial.
h Respirasi
1) Data Subyektif :
Perokok (faktor risiko).
i Keamanan
1) Data obyektif :
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali.
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri.
j Interaksi sosial
1) Data obyektif :
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
(Doenges E, Marilynn,2000).





22
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan otak, oedem
otak.
3.2.2 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot,
kontrol.
3.2.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
3.2.4 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan otak.
3.2.5 Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer.

3.3 Intervensi Keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
perdarahan
otak, oedem
otak.

Klien tidak
mengalami perfusi
jaringan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
1x24 jam.

KH:
Perfusi jaringan
cerebral: Fungsi
neurology
meningkat, tdk
sianosis,
kelemahan
berkurang
Status
neurology:Kesa
daran meningkat,
Fungsi motorik
meningkat, Fung
si persepsi
sensorik mening
kat., Komunikasi
kognitif
meningkat. TD
120-110mmHg,
N 100x/mnt, S
36,5C, RR 20-
24x/mnt.
Peningkatan perfusi serebral
Kaji kesadaran klien
Monitor status respirasi
Monitor laboratorium utk status
oksigenasi: AGD
Kolaborasi obat-obatan untuk
memepertahankan status hemodinamik.

Monitor neurology
Monitor pupil: gerakan, kesimetrisan,
reaksi pupil
Monitor kesadaran,orientasi, GCS dan
status memori.
Ukur vital sign
Kaji peningkatan kemampuan motorik,
persepsi sensorik ( respon babinski)
kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi
jaringan cerebral
Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan
TIK
Laporkan pada dokter ttg perubahan
kondisi klien












23
2 Kerusakan
mobilitas fisik
b.d kerusakan
neuromuskuler
, kerusakan
persepsi
sensori,
penurunan
kekuatan otot.
Klien mampu
meningkatkan
mobilitas fisik
setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam.

KH :
Level mobilitas:
Peningkatan
fungsi dan
kekuatan otot
ROM aktif /
pasif meningkat
Perubahan
pposisi adekuat.
Fungsi motorik
meningkat.
ADL optimal
Latihan : gerakan sendi (ROM)
Kaji kemampuan klien dalam melakukan
mobilitas fisik
Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama
latihan
Jaga keamanan klien
Jelaskan kepada klien dan keluarga
manfaat latihan
Bantu klien utk mengoptimalkan gerak
sendi pasif manpun aktif.
Beri reinforcement positif setiap kemajuan
Kolaborasi dg fisioterapi utk program
latihan

Terapi latihan : kontrol otot
Kaji kesiapan klien utk melakukan latihan
Evaluasi fungsi sensorik
Berikan privacy klien saat latihan
kaji dan catat kemampuan klien utk
keempat ekstremitas, ukur vital sign
sebelum dan sesudah latihan
Kolaborasi dengan fisioterapi
Beri reinforcement ppositif setipa
kemajuan

3 Kerusakan
komunikasi
verbal b.d
kerusakan otak
Klien mampu
meningkatkan
komunikasi verbal
setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam.

KH:
Kemampuan
komunikasi:
Penggunaan
isyarat
nonverbal
Penggunaan
bahasa tulisan,
gambar
Peningkatan
bahasa lisan
Komunikasi :
kemampuan
penerimaan.
Kemampuan
interprestasi
meningkat
Mendengar aktif:
Kaji kemampuan berkomunikasi
Jelaskan tujuan interaksi
Perhatikan tanda nonverbal klien
Klarifikasi pesan bertanya dan feedback.
Hindari barrier/ halangan komunikasi

Peningkatan komunikasi: Defisit bicara
Libatkan keluarga utk memahami pesan
klien
Sediakan petunjuk sederhana
Perhatikan bicara klien dg cermat
Gunakan kata sederhana dan pendek
Berdiri di depan klien saat bicara, gunakan
isyarat tangan.
Beri reinforcement positif
Dorong keluarga utk selalu mengajak
komunikasi denga klien







24
4 Defisit self-
care: b.d
kelemahan,
gangguan
neuromuskuler
, kerusakan
mobilitas fisik
Klien mampu
mempertahankan
self-care secara
optimal setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam.

KH:
Mandi teratur.
Kebersihan
badan terjaga
kebutuhan
sehari-hari
(ADL) terpenuhi

Self-care assistant.
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari hari
Sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk
ADL
Bantu ADL sampai mampu mandiri.
Latih klien untuk mandiri jika
memungkinkan.
Anjurkan, latih dan libatkan keluarga
untuk membantu memenuhi kebutuhan
klien sehari-hari
Berikan reinforcement positif atas usaha
yang telah dilakukan klien.
5 Risiko infeksi
b.d imunitas
tubuh primer
menurun,
prosedur
invasif
Klien mampu
memperthankan
imunitas tubuhnya
setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam.

KH:
Tidak ada tanda-
tanda infeksi
status imune
klien adekuat
V/S dbn,
TD 120-
110mmHg
S 36,5-37,5C
N 60-100x/mnt
RR 20-24x/mnt

Konrol infeksi :
Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain.
Pertahankan teknik isolasi.
Batasi pengunjung bila perlu.
Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai
alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan dresing infus, DC setiap hari.
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas.
Dorong istirahat yang cukup.
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
25
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.
Laporkan kecurigaan infeksi.
































26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada
gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan fungsi
otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat mengakibatkan
kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi tergantung pada
daerah otak yang di pengaruhi.
Faktor-faktor risiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.

4.2 Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat
member kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan
pada klien dengan STROKE



27
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC

Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta
Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Bruner & Suddhart. vol 2. Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002

http://id.scribd.com/doc/122546908/askep-stroke (diakses tanggal 27 April 2014)

http://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke (diakses tanggal 27 April 2014)


28
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi
Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pasien Stroke yang akan sangat
berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam
isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang
membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.



Jember, Mei 2014


Penulis


i
29
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP KELUARGA........................................... .......................................... 4
2.1.1 Definisi .................................................................................................. 4
2.1.2 Tipe Keluarga ........................................................................................ 4
2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga .............................................................. 6
2.1.4 Tugas Perkembangan Keluarga .............................................................. 7
2.1.5 Struktur Keluarga ................................................................................... 9
2.1.6 Struktur Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga .................................... 10
2.1.7 Struktur Peran ......................................................................................... 10
2.1.8 Fungsi Keluarga...................................................................................... 10
2.1.9 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan .................................................... 11
2.2 KONSEP MEDIS ............................................................................................... 12
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 12
2.2.2 Etiologi ................................................................................................... 12
2.2.3 Tanda dan Gejala .................................................................................... 14
2.2.4 Patofisiologi ............................................................................................ 15
2.2.5 Pathway .................................................................................................. 16
2.2.6 Penatalaksanaan Stroke .......................................................................... 17
2.2.7 Pengobatan Konservatif.......................................................................... 17
2.2.8 Pengobatan Pembedahan ........................................................................ 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DENGAN
STROKE
3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 22
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................. 22

ii
30
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 26
4.2 Saran .............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA






























iii
31
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Keparawatan Keluarga disemester VI Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Merdeka Surabaya.







Jember, Mei 2014
Menyetujui



Pembimbing
















32
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS
PASCA STROKE








Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Aprilia Dian P, S.Kep., CWCCA



Disusun Oleh :
Leygus Arga B. 11.14201.0009
Febu Retnosari 12.14201.0003


PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MERDEKA SURABAYA
2014

También podría gustarte