(Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : ROGHIB ASHFIHANI NIM : 073111408 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011 ii Semarang, Maret 2011 NOTA DINAS Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamualaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) Nama : Roghib Ashfihani NIM : 073111408 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Wassalamualaikum wr. wb. Pembimbing, Drs. Ikrom, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1 002 iii KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN Naskah Skripsi dengan: Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) Nama : Roghib Ashfihani NIM : 073111408 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, April 2011 Ketua, Sekretaris, Sugeng Ristiyanto, Drs. M.Ag. Hj. Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001 Penguji I, Penguji II, Widodo Supriyono, Drs. M.A. H. Dr. Raharjo, M.Ed. St. NIP. 19591025 198703 1 003 NIP. 19651123 199103 1 003 Dosen Pembimbing, Drs. Ikrom, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1 002 iv ABSTRAK Roghib Ashfihani (NIM. 073111408). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi. Semarang Fakultas Tarbiyah I`AIN Walisongo 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar PAI melalui metode card sort pada kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang dengan dua siklus. Metode pengumpulan datanya menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode card sort pada pembelajaran PAI mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan / menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada tahap pra siklus sebesar 64,29%, pada siklus I sebesar 85,71%, dan pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu para tahap pra siklus sebesar 64, siklus I sebesar 72, dan pada siklus II naik menjadi 82. Hal ini berarti, target yang ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 65 sudah tercapai. Aktivitas belajar peserta didik juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode card sort. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktivan peserta didik melalui kerja sama antar kelompok. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik ini dapat terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus II, secara berturut-turut sebesar: 45,00%, 70,00 % dan 82,50 %. Dengan begitu target yang ingin dicapai telah terpenuhi yaitu prosentase aktifitas peserta didik sebesar 80%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI melalui metode card sort. Adanya peningkatan prestasi belajar ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik. Hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua pihak (peserta didik, guru dan orang tua) untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran PAI. v DEKLARASI Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, Maret 2011 Deklarator Roghib Ashfihani NIM. 073111408 vi MOTTO .,` ` ` , . , ` - `. - , . .,_ : ~ . Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (QS. Adz-Dzariyat : 56). * * Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm. 862 vii PERSEMBAHAN Karya ini ku persembahkan kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda yang terhormat, yang senantiasa memberikan doa restu serta dukungan baik secara moral maupun material terhadap keberhasilan penulis. 2. Suami tercinta, yang telah memberikan semangat, dukungan serta doanya hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Putra putri tersayang, yang selalu menjadi penghibur di kala penulis merasa bosan. 4. Keluarga besar yang memberikan support untuk kesuksesan penulis viii KATA PENGANTAR ,, = ~, ,,-, Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010). Sholawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat dan umatnya, Amin. Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali berbagai cobaan, godaan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Sujai, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. Ikrom, M.Ag. selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan serta telah meluangkan waktu dalam penulisan skripsi ini. 3. SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang beserta guru yang telah memberikan izin penelitian dan membantu dalam pelaksanaan penelitian. 4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan. 5. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat gandan. Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. ix Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam pendidikan biologi dan memberi kontribusi bagi para pecinta ilmu. Dan juga penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Semarang, Maret 2011 Penulis Roghib Ashfihani NIM. 073111408 x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... iv DEKLARASI .............................................................................................. v MOTTO ....................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 5 C. Penegasan Istilah ................................................................ 6 D. Rumusan Masalah................................................................ 8 E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8 F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8 BAB II : PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI METODE CARD SORT A. Prestasi Belajar PAI .............................................................. 9 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI ...................................... 9 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ......... 11 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................... 12 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................... 13 5. Pokok Bahasan Fiqih Ibadah (Shalat) ............................. 14 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI . 16 7. Jenis-jenis Prestasi Belajar PAI ...................................... 19 B. Konsep Dasar Metode Pembelajaran .................................... 20 1. Metode Pembelajaran ..................................................... 20 2. Prinsip Penggunaan Metode ........................................... 21 xi C. Konsep Dasar Metode Card Sort .......................................... 23 1. Pengertian Metode Card Sort ......................................... 23 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kartu ...................... 24 D. Penggunaan Metode Card Sort dalam Pembelajaran PAI ..... 26 E. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................ 27 F. Kerangka Berpikir ................................................................. 28 G. Hipotesis Tindakan .............................................................. 28 BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................... 29 B. Setting dan Subyek Penelitian .............................................. 30 C. Desain Penelitian ................................................................. 30 D. Metode Pengumpulan Data .................................................. 34 E. Metode Analisis Data ........................................................... 36 F. Indikator Keberhasilan ......................................................... 36 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal ............................................................ 38 B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus ............................ 41 C. Pembahasan ......................................................................... 50 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 55 B. Saran-saran ............................................................................ 56 C. Penutup.................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Disamping metode, penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki peserta didik. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode- metode pembelajaran. Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka persoalan selanjutnya bagi seorang tenaga pengajar menetapkan suatu cara yang memberikan jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan itu sebaik-baiknya. Untuk menyusun strategi dalam memilih metode atau model pembelajaran yang sesuai, guru harus mengetahui pengetahuan awal peserta didik, yang diperoleh melalui pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran, agar sewaktu memberi materi pengajaran kelak, guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai peserta didik. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan guru telah berhasil dalam mengajar. Selain penetapan tujuan dan pengetahuan awal peserta didik, bidang studi/pokok bahasan juga sebagai penentu dalam memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. Dengan demikian, metode yang kita gunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada peserta didik. Begitu juga alokasi waktu dan sarana penunjang akan digunakan acuan dalam penyesuaian dan ketepatan menerapkan metode pembelajaran. Metode yang diterapkan harus mengikuti dan menyesuaikan ketersediaan waktu atau 2 yang dialokasikan dalam kurikulum. Dengan ketepatan waktu yang disesuaikan pemilihan metode yang tepat, akan menjadi alternatif metode yang diterapkan. Penerapan metode pembelajaran yang dipilih harus mampu membangkitkan keaktifan peserta didik, memacu minat dan motivasi peserta didik dan meningkatkan prestasi akademik/hasil belajar peserta didik. Hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar dan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik/pelajar. Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping kemampuan, faktor lain yang juga mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang adalah faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan lain-lain. 1 Adanya pengaruh dari dalam diri peserta didik merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang disadarinya. Jadi sejauh mana usaha peserta didik untuk mengkondisikan dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai. Meskipun demikian, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik masih dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya, yang disebut lingkungan. 2 Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, hasil belajar di sekolah dipengaruhi oleh kapasitas dan kualitas pembelajaran. Dan kualitas pembelajaran berkaitan erat dengan tersedianya perangkat pembelajaran, model pembelajaran, minat peserta didik dan lain-lain. Melalui perangkat pembelajaran yang ada, pemilihan model pembelajaran yang tepat, diharapkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu kualitas pembelajaran yang meliputi aktivitas dan hasil prestasi belajar peserta didik. 1 Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 6 2 Ibid. 3 Dengan tercapainya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar, berarti penyelenggara pendidikan telah ikut berpartisipasi menyukseskan tercapainya target kurikulum. Diharapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berlaku dan pemilihan model pembelajaran yang tepat, dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual peserta didik, serta meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Sebagaimana diketahui, kurikulum adalah seluruh pengalaman belajar yang ditawarkan pada peserta didik dibawah arahan dan bimbingan sekolah. Sebagai sebuah kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan. Kurikulum harus memiliki relevansi, yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. 3 Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum. Oleh karena itu, para pengajar yang terdidik penuh di dalam tugasnya akan memiliki ketrampilan menggunakan segala teknik penunjang yang mungkin diwujudkan dengan tujuan pengajaran dan bahan pelajaran dalam rangka mencapai titik kulminasi pendidikan pada umumnya, proses belajar mengajar pada khususnya. Setiap guru guru perlu meningkatkan peranan dan kompetensinya, karena proses belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang memiliki kompetensi baik akan mampu mengelola pembelajaran dengan baik sehingga prestasi belajar peserta didik juga bisa maksimal 4 Salah satu indiakasi guru yang memiliki kompetensi adalah dapat milihan metode pembelajaran yang tepat. Dalam konteks pembelajaran, metode pembelajaran akan banyak mempengaruhi cara belajar peserta didik. Mata pelajaran yang disampaikan tanpa tujuan dan peserta didik diharuskan 3 Lihat Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hlm. 160 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 9 4 mengingat-ingat, maka semangat belajarnya akan turun. Sebaliknya jika proses pembelajaran diatur sedemikian rupa dan memiliki tujuan tertentu, maka semangat belajar peserta didik juga akan meningkat dan akhirnya berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik. 5 Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu menggunakan seluruh potensinya secara optimal, akan memberikan efek positif bagi peningkatan prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan pengamatan awal terhadap pelaksanaan dan hasil pembelajaran PAI di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang, ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: pertama, pembelajaran selama ini masih cenderung monoton dan belum divariasikan dengan metode lain yang lebih variatif, misalnya yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Hal ini menyebabkan aktivitas peserta didik rendah atau pasif, yaitu prosentase aktifitas peserta didik secara klasikal hanya 45%. Kedua, prestasi belajar masih rendah, hal ini dibuktikan dari hasil ulangan semester ganjil yang berjumlah 14 peserta didik, sebanyak 7 atau sekitar 50% belum berhasil mendapatkan nilai 6,5 sebagai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan. Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran PAI di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang, diketahui adalah bahwa peserta didik merasa jenuh, kurang bersemangat karena guru mengajar senantiasa monoton dan pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan kemampuan peserta didik. Permasalahan utama dari kondisi di atas adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar PAI masih konvensional sehingga aktivitas dan prestasi belajar peserta didik masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang lebih menarik, salah satu diantaranya adalah dengan metode card sort. Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. 5 Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikoilogi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 62-63 5 Strategi ini untuk menyiasati pembelajaran agar menjadi menarik, peserta didik dapat aktif dan tidak merasa jemu dalam mengikuti proses belajar mengajar. Strategi ini dikembangkan dengan menggunakan permainan kartu indeks. Setiap kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi materi rukun iman dan rukun Islam atau lainnya. Makin banyak peserta didik makin banyak pula pasangan kartunya. Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan suasana yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. 6 Salah satu permainan yang diaplikasikan dalam pembelajaran adalah permainan kartu. Metode pembelajaran yang menggunakan media kartu di antaranya adalah metode card sort. Melalui metode card sort tersebut diharapkan prestasi belajar PAI peserta didik dapat meningkat. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI METODE CARD SORT (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010). B. Identifikasi Masalah Berdasar pelaksanaan observasi awal yang telah dilaksanakan di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang sebagai obyek penelitian diperoleh identifikasi masalah yang meliputi kondisi peserta didik, kondisi guru dan kondisi pembelajaran sebagai berikut: 1. Kondisi peserta didik a. Rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal masih dibawah 6,5. b. Peserta didik cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. 6 Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150 6 c. Adanya anggapan dari sebagian besar peserta didik bahwa pelajaran PAI sulit untuk dipelajari karena terlalu banyak hafalan. 2. Kondisi guru Kesulitan dalam mengaktifkan peserta didik sebagai bentuk pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan. 3. Kondisi pembelajaran a. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan peserta didik b. Interaksi pembelajaran cenderung searah dan dominasi pembelajaran dipegang oleh guru. c. Perlunya pengembangan model pembelajaran yang mampu melibatkan aktivitas dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. C. Penegasan Istilah Untuk memperjelas dan tidak menimbulkan salah tafsir pemahaman para pembaca, maka pada bagian ini penulis ingin memberikan penegasan pada masing-masing istilah dari judul penelitian ini. 1. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf dan sebagainya). 7 Yang dimaksud kata meningkatkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar PAI setelah menggunakan metode card sort. Kata prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. 8 Sedangkan menurut Morgan learning is any relatively permanent change in behavior which occur as a result of experience or practice 9 (perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh 7 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 574 8 Ibid., hlm. 390 9 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm. 2 7 mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan PAI (Pendidikan Agama Islam) yang akan diteliti adalah mata pelajaran fiqih ibadah. Fiqih ibadah adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada peserta didik agar memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran- ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Metode card sort Metode card sort (kartu sortir) adalah suatu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan bertujuan agar peserta didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Metode card sort bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang dimaksud disini adalah peserta didik lebih menyukai belajar sambil bermain, maksudnya dalam proses belajar mengajar, guru harus membuat peserta didik tertarik dan senang terhadap materi yang disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode ini juga merupakan salah satu metode atau strategi pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang bertujuan untuk mengaktifkan individu sekaligus kelompok dalam belajar. 10 Dalam penerapan metode ini, masing-masing peserta didik diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi materi syarat sah shalat dan lain sebagainya. Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian skripsi Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010) di atas, adalah usaha yang dilakukan guru 10 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008), hlm. 89. 8 dalam rangka meningkatkan prestasi belajar PAI dengan cara mengimplementasikan metode card sort dalam pembelajaran secara komprehensif dan sistematis di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang. D. Rumusan Masalah Apakah metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI pada kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar PAI melalui metode card sort pada kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta didik Melalui hasil penelitian ini diharapkan peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, disamping itu peserta didik akan mendapatkan pembelajaran yang variatif serta berperan aktif, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 2. Bagi Guru Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru-guru yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan metode pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik, tidak monoton dan inovatif. Sehingga pada perkembangan selanjutnya guru akan lebih kreatif dan berusaha menghilangkan kejenuhan peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tersebut. 3. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan inovasi dalam pembelajaran. 9 BAB II PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI METODE CARD SORT A. Prestasi Belajar PAI 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu pihak dan peserta dodol dipihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar-mengajar. 1 Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik. Interaksi edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga terjadi proses penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik. 2 Oleh karena itu dalam proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer pengetahuan tetapi juga mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru memberikan informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran berbeda. Hasil perolehan tersebut dinamakan prestasi belajar. Pengertian prestasi menurut kamus adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). 3 Prestasi dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. 1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 4. 2 Ibid. 3 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 390. 10 Adapun menurut Morgan learning is any relatively permanent change in behavior which occur as a result of experience or practice. 4 Maksudnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi relatif permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan. Sedangkan menurut Sholeh Abdul Aziz belajar adalah: , . , _, - _ ',=, ,' . _ _, ,, . -, , ,- .
Belajar adalah suatu perubahan di dalam pemikiran peserta didik
yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu kemudian menumbuhkan perubahan yang baru dalam pemikiran peserta didik. Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah ukuran atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar berupa perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendidikan agama Islam lebih dipahami sebagai upaya atau cara mendidik ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam menurut Abdul Madjid dan Dian Andayani adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang harus ditetapkan. 6 Jadi yang dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh setelah proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan 4 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm. 2 5 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus. 1., (Makkah : Darul Ma'rif, tth.), hlm. 169. 6 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 132. 11 peserta didik dalam pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor atau nilai ulangan. 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pelaksanaan Pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini antara lain : 7 a. Dasar Yuridis/Hukum Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang- undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut antara lain: 1. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. b. Dasar Religius Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran terdapat dalam Q.S. Al-Imran: 104. `3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) s: $# tbrB'tur $ rpRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ 9$# 4 y7 s9'r&ur Nd c qs =J 9$# ) ., : ~ ( Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan 7 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 132-133. 12 mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Imran: 105.). 8 c. Dasar Psikologis Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 8 A. Soenarjo, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm. 93. 13 c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 9 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pede jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 10 Menurut Muhaimin, PAI bertujuan agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi 9 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 134-135. 10 Ibid., hlm. 135. 14 manusia muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. 11 Tujuan PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal ini dilakukan dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan membuahkan kebaikan di akhirat. Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) butir a, disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulai dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. 12 Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhlakul karimah. 5. Pokok Bahasan Fiqih Ibadah (Shalat) Sebagaimana telah diketahui bahwa ajaran pokok Islam, meliputi masalah aqidah (keimanan), yang bersifat itikad batin, mengajarkan keEsaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam; syariah (keIslaman), berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia; dan akhlaq (ihsan), yakni amalan yang bersifat pelengkap dan kesempurnaan bagi kedua amal tersebut dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari. 13 11 Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 78 12 Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), hlm. 218. 13 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 77. 15 Ketiga pokok ajaran tersebut yang dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlaq, kemudian lahirlah ilmu tauhid, fiqih dan ilmu akhlaq dalam dunia pendidikan. Dan ketiga kelompok ilmu tersebut dilengkapi dengan dasar hukum Islam, yaitu al-Quran dan Hadits. 14 Sehingga dalam dunia pendidikan Islam mata pelajaran PAI, terdiri atas Ilmu Aqidah akhlaq, fiqih, al-Quran-Hadits dan Sejarah Islam (SKI). Dan salah satu sub pokok bahasan PAI adalah ibadah shalat. Ibadah merupakan kewajiban tiap orang yang beragama. Dalam Islam kewajiban ibadah dinyatakan dalam firman Allah SWT. dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56. .,` ` ` , . , ` - `. - , . .,_ : ~ . Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. (QS. Adz-Dzariyat : 56). 15 Salah satu ajaran Islam yang paling utama adalah tentang shalat. Shalat merupakan ibadah yang terdiri dari perkataan maupun perbuatan yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam. Dalam agama Islam shalat merupakan kewajiban setiap muslim baik pria maupun wanita. Shalat merupakan tiang agama, maka jika tidak mengerjakan shalat, akan termasuk orang yang meruntuhkan agama, maka dari itu kebiasaan untuk melaksanakan shalat harus ditanamkan kepada anak-anak kita sejak dini, karena latihan-latihan yang berbau keagamaan yang merupakan ibadah kongkrit seperti shalat, puasa, membaca al-Quran dan berdoa, bila dibiasakan pada anak-anak sejak dini, maka akan timbul rasa senang pada anak untuk melakukannya. 16 14 Ibid. 15 Soenarjo, op.cit., hlm. 862 16 Zakiah Daradjat, Shalat: Seni Pendidikan dan Keimanan untuk Anak-Anak, (Jakarta: CV. Ruhama, 1996), hlm. 86. 16 Dengan cara memberikan pendidikan shalat, maka diharapkan peserta didik dapat melaksanakan ibadah shalat dengan tertib, benar dan mampu memahami serta menghayati setiap bacaan dan gerakan shalat itulah yang akhirnya akan melahirkan sikap pribadi yang disiplin dalam melaksanakan shalat maupun disiplin beribadah lainnya. Seseorang yang dengan rajin dan tertib dalam menjalankan shalat dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan kedisiplinan seorang muslim. Keberhasilan menjalankan shalat yang tertib dan teratur dapat berimbas pada kedisiplinan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin baik ibadah shalat seseorang semakin baik pula tingkat kedisiplinannya. Sebaliknya semakin sering ia mengabaikan aspek ibadah, maka ia juga akan lebih mudah mengabaikan urusan-urusan di luar ibadah. 17 Oleh karena itu pembelajaran shalat harus diberikan sedini mungkin. Karena pendidikan ibadah shalat lebih menekankan para dataran praktis, maka metode yang digunakan harus berbeda. Dalam proses pembelajaran ibadah shalat, peserta didik harus mengalami sendiri bagaimana tata caranya. Pengalaman nyata ini merupakan titik tekan dalam pembelajaran ibadah shalat. Keberhasilan proses pendidikan ibadah shalat juga dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah pemilihan metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah metode card sort. Metode ini memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar sambil bermain tanpa mengurangi esensi dari materi shalat itu sendiri. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu dan faktor 17 Ibid. 17 pendekatan pembelajaran. 18 Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik- baiknya. Yang tergolong faktor internal adalah : 1) Inteligensi Menurut L. M. Lerman seperti dikutip Mustaqim, inteligensi adalah kemampuan berfikir dalam arti memikirkan hal-hal abstrak. 19 Kecerdasan atau inteligensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan dapat direalisasikan tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Dalam pembelajaran PAI peserta didik dilatih untuk menyelesaikan setiap masalah dalam tes atau pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik memiliki kecakapan untuk menyelesaikan masalah dan memiliki pengetahuan tentang materi yang sudah di ajarkan. 2) Minat Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhannya. 20 Dengan demikian minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya siswa yang menaruh minat besar pada PAI karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah 18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 132 19 Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (t.kp: Andalan Kitam 2007), hlm. 109 20 Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 1, hlm. 133 18 memungkinkan siswa belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Melalui pembelajaran menggunakan metode Card Sort akan dapat memusatkan minat belajar peserta didik dalam hal ini peserta didik tidak lagi pasif yang hanya duduk diam mendengarkan guru dalam menerangkan belajar tetapi peserta didiklah yang aktif dalam proses KBM. Guru di sini bertugas sebagai fasilitator. 3) Bakat Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat dan pembawaan) yang dibawa dari lahir. 21 Dengan demikian bakat adalah kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan yang sudah ada sejak manusia itu ada. Atau secara sederhana bakat merupakan sesuatu kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh setiap orang sejak dia lahir. Melalui pembelajaran, maka dapat diketahui bakat peserta didik melalui tes dan latihan. Peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan juga dilatih untuk memunculkan / mengetahui bakat yang dimiliki oleh peserta didik. 4) Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. 22 Dalam tugas pembelajaran terdapat evaluasi hasil belajar terhadap hasil kerja peserta didik berupa nilai. Nilai tersebut bisa memotivasi peserta didik dalam belajar. Karena pada dasarnya seseorang pasti menginginkan nilai yang bagus. Sedangkan faktor eksternal peserta didik yang mempengaruhi prestasi belajarnya di antaranya adalah lingkungan sosial seperti sekolah, masyarakat dan keluarga serta lingkungan non sosial seperti gedung 21 Suharso dan Ana Retnoningsih, Op.Cit., hlm. 69 22 Mustaqim, op.cit., hlm. 57 19 sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal peserta didik, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. 23 Kedua faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap prestasi belajar peserta didik. 7. Jenis-jenis Prestasi Belajar PAI Dalam proses pembelajaran, guru memiliki hak sepenuhnya dalam melakukan penilaian. Oleh karena itu, setiap guru memiliki standar yang berbeda dalam menilai keberhasilan suatu proses belajar. Hal ini didasarkan pada banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut. Meskipun begitu ada, indikasi dari keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: a. Tingginya daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran, baik secara individu maupun klasikal. b. Tercapainya tujuanya pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru. 24 Pada dasarnya prestasi belajar PAI meliputi prestasi yang berkenaan dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ukuran prestasi belajar PAI peserta didik dapat diketahui dari indikator-indikator sebagai beirkut : a. Prestasi berkenaan dengan ranah cipta (kognitif), berupa pengembangan pengetahuan agama termasuk di alamnya fungsi ingatan dan kecerdasan. b. Prestasi berkenaan dengan ranah rasa (afektif), berupa pembentukan sikap terhadap agama, termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan sikap. c. Prestasi berkenaan dengan ranah karsa (psikomotorik) berupa menumbuhkan ketrampilan beragama termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan dan tingkah laku. 25 23 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 137-138 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 120. 25 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm. 266 20 Idealnya dalam pembelajaran melakukan penilaian guru harus mempertimbangkan ketigas ranah tersebut. Sehingga kemampuan peserta didik bisa maksimal, tidak hanya menonjol dalam satu ranah saja. B. Konsep Dasar Metode Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran Secara etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang bearti jalan atau cara. Jadi meode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 26 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah diatur dan dipikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. 27 Menurut Hamzah B. Uno metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. 28 Jadi metode pembelajaran adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu. Dalam menggunakan suatu metode, kita seharusnya memiliki beberapa landasan pemikiran mengapa kita menggunakan metode tersebut. Prinsip pemakaian metode yang digunakan berfungsi untuk memberi penguatan terhadap apa yang kita kerjakan, sehingga kita mempunyai alasan yang kuat dalam menggunakan suatu metode tertentu. Metode yang dipilih oleh pendidik seharusnya merupakan metode yang tepat, metode yang tidak bertentangan dengan tujuan pembelajaran atau standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam RPP. Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan 26 Ibid., hlm. 104. 27 Suharso dan Ana Retnoningsih, op.cit., hlm. 321 28 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 2 21 dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin. Dari penjelasan di atas tadi dapat dilihat bahwa pada intinya metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan. Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik. Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha untuk mempermudah atau mencari jalan yang paling sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah pembelajaran. Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa ada materi yang berkenaan dengan dimensi afektif dan psikomotorik, dan ada materi yang berkenaan dengan dimensi kognitif, dan semua hal ini memerlukan metode yang berbeda-beda untuk mencapai kesemuanya dalam tujuan pembelajaran. 2. Prinsip Penggunaan Metode Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany adalah sebagai berikut: a. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya. b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan. 22 c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik. d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik. e. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berpikir. f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik. g. Menegakkan Uswah Khasanah" 29 Berkaitan dengan masalah pemilihan metode dalam pendidikan, hampir tidak dapat diabaikan beberapa faktor yang boleh dikatakan menjadi rambu-rambu penting dalam memilih metode agar metode itu dapat bekerja secara efektif dan maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Pertama, kondisi anak didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah apakah mereka memiliki tingkat kemampuan dalam respons terhadap metode yang diberlakukan kepada mereka, misalnya menggunakan metode card sort dan lainnya. Kedua, materi pelajaran yang menghendaki beraneka macam metode yang berbeda-beda. Ketiga, kapabilitas guru dalam menggunakan metode merupakan faktor yang menentukan efektifitas pemakaian metode yang dipilih. Keempat, tujuan, sebagaimana telah disinggung di depan. Metode apapun yang dipilih dalam pendidikan harus disinkronkan dengan tujuan yang hendak dicapai, bukan sebaliknya tujuan yang menyesuaikan metode. 30 Dari beberapa data di atas dapat kita ketahui bahwa banyak sekali prinsip dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menerapkan metode pembelajaran agar tercipta suatu kondisi belajar mengajar yang 29 Lihat Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 595 30 Untung Slamet, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra), 2005, hlm. 171-172. 23 menyenangkan serta dapat secara efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. C. Konsep Dasar Metode Card Sort 1. Pengertian Metode Card Sort Metode card sort (kartu sortir) adalah suatu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan bertujuan agar peserta didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Metode card sort bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang dimaksud disini adalah peserta didik lebih menyukai belajar sambil bermain, maksudnya dalam proses belajar mengajar, guru harus membuat peserta didik tertarik dan senang terhadap materi yang disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode ini juga merupakan salah satu metode atau metode pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang bertujuan untuk mengaktifkan individu sekaligus kelompok dalam belajar. 31 Dalam penerapan metode ini, masing-masing peserta didik diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi materi syarat sah shalat dan lain sebagainya. Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan suasana yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. 31 Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008), hlm. 89. 24 Melalui permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial. 32 Bermain adalah cara yang paling alamiah bagi manusia, dalam mempelajari hal-hal baru. Adi W. Gunawan dalam bukunya Genius Learning menjelaskan beberapa manfaat bila menggunakan metode permainan dalam pembelajaran ( bermain sambil belajar) diantaranya : 33 a. Mempersingkat waktu belajar hingga 60%. b. Memberi kehidupan pada materi yang membosankan. c. Belajar multi disiplin dan multi dimensi. Sedangkan Rita dan Kenneth Dunn dalam bukunya Teaching Students Trough Their Individual Learning Styles merekomendasikan berbagai kreasi dari permainan kartu sebagai media pembelajaran. Yaitu bahwa permainan kartu dapat memperbesar pengajaran dari berbagai subjek dan bisa digunakan untuk memperkenalkan, menguatkan atau mengulang pelajaran, mudah dibuat dan bahan-bahannya juga sederhana. 34 Permainan kartu sortir (card sort) yang dikembangkan oleh Mel Silberman dalam bukunya Active Learning merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih. 35 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kartu Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing. Metode kartu juga memiliki beberapa kelebihan, kelebihan kartu antara lain adalah: 32 Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150 33 Adi W. Gunawan.Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003). Cet. I hlm. 205. 34 Linda Campbell et.al., Metode Praktis Pembelajaran, Terj. Tim Intuisi (Depok : Intuisi Press, 2006), Cet. II hlm. 89. 35 Malvin Silberman, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, terj. Sardjuli, (Yogyakarta: Yappendis, 1996), Cet. 1, hlm. 149. 25 a. Mudah dibawa-bawa Dengan ukuran yang kecil kartu dapat disimpan di tas, bahkan di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di mana saja, di kelas maupun di luar kelas. b. Praktis Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, kartu sangat praktis, dalam menggunakan media ini guru tidak memerlukan keahlian khusus, media ini tidak juga membutuhkan listrik. Jika ingin menggunakan kita tinggal mengurutkan gambar sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi gambarnya tepat tidak terbalik, jika sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara diikat atau menggunakan kotak khusus agar tidak tercecer. c. Gampang Diingat Karakteristik kartu adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan, misalnya mengenal huruf, mengenal angka, mengenal nama binatang, tata cara wudlu dan sebagainya. Sajian pesan-pesan ini akan memudahkan peserta didik untuk mengingat pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan penjelasan akan memudahkan peserta didik untuk memahami konsep tertentu, untuk mengetahui sebuah benda dapat dibantu dengan gambarnya, begitu juga sebaliknya untuk mengetahui apa wujud suatu benda atau konsep dengan melihat penjelasan atau teksnya. d. Menyenangkan Media kartu ini termasuk dalam kategori permainan. Misalnya peserta didik secara berlomba-lomba mencari suatu benda atau nama- nama tertentu yang disimpan secara acak, dengan cara berlari peserta didik berlomba mencari sesuai perintah, selain mengasah kognitif juga melatih ketangkasan. Sehingga pembelajaran terasa menyenangkan. 26 Setelah kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam penjelasan di atas, di bawah ini akan dijelaskan pula tentang kelemahan-kelemahan metode card sort: a. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran pada ranah kognitif tingkat tinggi, karena peserta didik hanya terpaku pada permainan tersebut. b. Guru memiliki satu masalah pada saat mengelola kelas, karena keadaan kelas yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga seorang guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik. c. Metode ini tidak selalu dapat diterapkan pada setiap materi, dengan kata lain metode ini tidak fleksibel pada setiap pokok bahasan terutama pada pembelajaran PAI. D. Penggunaan Metode Card Sort dalam Pembelajaran PAI Dalam penggunaannya metode card sort tidak selalu bisa diterapkan dalam setiap pokok bahasan, akan tetapi hanya pokok bahasan tertentu saja. Dan salah satu contoh penggunaan metode card sort dalam pembelajaran PAI adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pelajaran (jumlah kartu sama dengan jumlah peserta didik di kelas. Isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan kartu rincian). 2. Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur. 3. Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing memperoleh satu (boleh dua). 4. Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya. 5. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan tulis secara urut. 6. Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya. 7. Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya. 27 8. Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik. 9. Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut. 36 E. Kajian Penelitian yang Relevan Sebagai bahan komparasi peneliti akan melakukan kajian terhadap beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul skripsi yang akan penelitia buat, di antaranya: Siti Faizah dengan skripsi yang berjudul Peranan Permainan Kartu Sortir Terhadap Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Pada Peserta Didik Kelas X Semester I MAN Kalibeber Wonosobo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode permainan kartu sortir telah memberikan peranan yang signifikan terhadap hasil belajar Kimia khususnya pada materi pokok Sistem Periodik Unsur. Siti Anisah Shofwani mahasiswi Jurusan Matematika angkatan 2002, dengan judul skripsi Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan Penggunaan Media (Kartu Masalah) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok Bahaasan Perbandingan Kelas III Semester I MTs. Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Dengan kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (kartu masalah) lebih efektif dari pada pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan ekspositori. Khomisah dengan skripsinya yang berjudul Implementasi Active Learning dalam Pembelajaran PAI di SMPN 2 Kebumen. Dalam skripsi ini yang ditekankan adalah tentang pentingnya penerapan metode-metode active learning dalam pembelajaran PAI, bukan pada penerapan salah satu metode active learning. Berdasarkan uraian di atas sejauh ini belum ada penelitian yang membahas secara khusus tentang peranan metode permainan kartu sortir terhadap hasil belajar PAI. 36 Ismail, SM, op.cit., hlm. 89. 28 F. Kerangka Berpikir Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Pada prinsipnya penggunaan metode digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran, namun tidak semua metode dapat diimplementasikan pada semua pelajaran, karena setiap metode mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Guru harus mampu memilih metode yang tepat dan cocok dengan keadaan peserta didik dan karakteristik materi pelajaran. Disamping itu, guru harus memahami prinsip- prinsip umum penggunaan metode pembelajaran yang berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas. Metode card sort sebagai sebuah metode yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Karena metode ini efektif untuk membantu peserta didik untuk meningkatan motivasi belajar. Sehingga peserta didik mampu meningkatkan aktifitas dan prestasi belajarnya. Apabila tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal berarti guru telah berhasil dalam kegiatan belajar mengajar. Metode card sort dapat juga diiplementasikan dalam pembelajaran PAI. Selama ini pembelajaran PAI dinilai kurang maksimal karena hanya mengandalkan metode ceramah tanpa diimbangi dengan metode lainnya yang lebih kreatif. Hal ini berimbas pada hasil belajar peserta didik yang cenderung menurun. Dengan metode card short, motivasi belajar peserta didik dapat meningkatkan, karena metode ini mengedepankan aspek permainan sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Disamping itu metode card short memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar PAI. G. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang. 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran. 1 Dalam penelitian tindakan kelas guru secara reflektif dapat menganalisis, mensistesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Misalnya bagi guru, penelitian tindakan kelas ini dapat peningkatan profesionalitasnya serta dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Dalam implementasinya penelitian tindakan kelas ini bisa dilakukan secara kolaboratif. Partisipasi setiap tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dari tahap awal sampai akhir. Kerjasama kolaboratif ini dengan sendirinya akan membentuk tim yang solid guna meningkatkan kualitas pembelajaran. B. Setting dan Subyek Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah dirancang oleh guru dan peneliti, yaitu penelitian bertahap dengan siklus sebagai akhir setiap tahapnya, baik siklus pertama kedua, dan ketiga. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 5 April sampai dengan 29 1 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 3 30 Mei 2010 di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang. Sebelum pelaksanaan tiap siklus, dilakukan observasi awal. Observasi tahap awal dimulai pada tanggal 29 Maret 2010. 2. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 14 orang dengan komposisi putra 8 dan putri 6. Selain peserta didik, subyek lainnya yang juga ikut diteliti adalah guru PAI, karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. C. Data Prestasi Belajar PAI Data prestasi belajar peserta didik kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 sebelum dilakukan penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1. Data Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 No Nama Nilai 1 Adnan Fauzi Saefudin 60 2 Alkaedina Setti Rahma 73 3 Dinda Eka Safitri 67 4 Fachrezy Bayu Purnama 67 5 M. Yusuf Aldi Atmoko 47 6 Rangga Sandi Kusuma 60 7 Saddam Iqbal Mahendra 67 8 Ulil Amri al-Ulamai 73 9 Zaim Zulfkri Raihan 60 10 Afif Muharram TP 67 11 D. R Maurendra Sari S. 67 12 Salma Wahyu Rahmania 67 13 Shinta Askya Wulandari 53 14 Fadhilah Herliana Putri 67 Jml 895 Rata-rata 64 % Ketuntasan 64.29 Dari data di atas diketahui bahwa prestasi belajar PAI peserta didik masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta 31 didik secara klasikal hanya 64, masih dibawah standar ketuntasan minimal yaitu 65. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar peserta didik juga masih rendah, hanya 64,29%. Data ini menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan perbaikan tiap siklusnya. D. Desain Penelitian Dalam penelitian ini ada empat tahapan yang akan dilalui yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap tahapan siklus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya. 2 Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut ini: 3 Desain Penelitian Tindakan Langkah-langkah yang dilakukan untuk setiap siklus pembelajaran dalam prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahapan ini dilakukan rencana kegiatan dengan menyesuaikan model yang akan diterapkan sebagai berikut: 2 Ibid., hlm. 17 3 Ibid., hlm. 16 Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Perencanaan ? Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Siklus II Refleksi 32 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan dengan langkah-langkah pada metode pembelajaran yang diterapkan, dalam hal ini metode card sort. 2) Membuat alat bantu pembelajaran berupa kartu indeks. 3) Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik 4) Menyusun tes akhir setiap siklus b. Tahap Tindakan Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Melaksanakan pembelajaran di kelas III sebagai kelas yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang diterapkan berdasar RPP yang telah dibuat peneliti bersama kolaborator. 2) Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai SK/KD mapel, jumlah kartu sama dengan jumlah peserta didik di kelas dan isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan kartu rincian). 3) Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur. 4) Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing-masing memperoleh satu atau dua kartu. 5) Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya. 6) Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan secara urut. 33 7) Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya. 8) Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya. 9) Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik. 10) Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut. 11) Melaksanakan tes akhir pembelajaran tiap siklus. c. Observasi Dalam kegiatan ini observer melaksanakan pengamatan, pencatatan, dan menginterpretasi terhadap berlangsungnya pembelajaran, terutama kepada peserta didik dengan sambil mengerjakan lembar observasi yang telah disediakan. Pada tahap ini pula ketelitian dan kecermatan dalam mencatat dan mengamati sangat diperlukan, apalagi bila terjadi suatu perubahan mendadak dalam pelaksanaan tindakan yang ditimbulkan akibat respon peserta didik yang dikenai tindakan. Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat. d. Refleksi Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari tiap siklus dikumpulkan untuk dianalisis selanjutnya diadakan refleksi terhadap hasil analisis sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil belajar inilah yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya. 34 2. Siklus II Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II merupakan klimak dari penelitian tindakan kelas ini. Karena menurut perkiraan penulis, pada siklus II ini hasil belajar peserta didik sudah memenuhi target pembelajaran. Langkah-langkahnya sama dengan siklus sebelumnya yaitu: a. Tahapannya tetap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi b. Materi pelajaran berkelanjutan c. Diharapkan efektivitas kerja peserta didik harus lebih tinggi dari pada siklus I d. Di akhir kegiatan/siklus, peneliti memberikan evaluasi sesuai dengan pokok bahasa yang diberikan. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain : 1. Tes Metode tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. 4 Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai prestasi belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tes ini dilakukan pada tiap akhir siklus dalam penelitian tindakan terhadap mata pelajaran PAI kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan fiqih ibadah. 4 Suarsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., 2006), hlm. 53 35 2. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang diselidiki. 5 Apabila diikhtisarkan alasan secara metodologis dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi ini adalah pengamatan yang mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan lain-lain. Teknik ini akan digunakan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung yaitu observasi secara langsung dan sistematis seperti kondisi tempat belajar, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang meliputi kemampuan peserta didik menyelesaikan tugas, antusias terhadap pelajaran yang sedang diikuti, semangat dalam belajar, perhatian saat pelajaran berlangsung dan lain-lain. Adapun pelaksanaan observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Instrumennya berupa lembar observasi yang telah dirancang bersama oleh guru dan mitra kolaboratif dalam penelitian ini. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah agenda, dan sebagainya. 6 Hasil dari dokumentasi akan digunakan sebagai pelengkap dan penguat dari data-data yang didokumentasikan. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data rekapitulasi tentang; daftar peserta didik, daftar nilai prestasi peserta didik dan 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)., hlm. 206 36 aktivitas peserta didik berupa dokumen gambar/foto selama kegiatan pembelajaran. F. Metode Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel. 7 Dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data yang berbentuk kuantitatif dan data yang berbentuk kualitatif. Data-data kuantitatif di antaranya adalah hasil tes PAI dan angka prosentase keaktifan peserta didik yang diketahui melalui penilaian lembar observasi peserta didik. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar peserta didik tersebut dapat dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata atau presentasi keberhasilan belajar dan lain-lain. Sedangkan data kualitatif di antaranya adalah deskripsi data yang menggambarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran. G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 65. 7 Suharsimi Arikunto, dkk., op.cit., hlm. 131-132 37 2. Prosentase aktifitas belajar peserta didik di kelas > 80 %. Hasil prosentase dapat diketahui dari lembar observasi peserta didik yang disusun oleh peneliti dan kolaboran (guru). 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi Awal Observasi awal dilakukan peneliti di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat observasi awal ini guru PAI melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap proses pembelajaran PAI di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang diketahui bahwa selama ini guru lebih sering menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Guru lebih mendominasi jalannya proses pembelajaran sedangkan peserta didik lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Kesempatan peserta didik untuk mengemukakan pendapat masih kecil, sehingga pengajaran terkesan monoton dan tidak menggairahkan. Peserta didik hanya menulis dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya, sangat jarang terangsang untuk berpikir, tetapi lebih banyak terangsang untuk mengingat dan menghafal materi pelajaran. Berikut ini digambarkan data hasil belajar peserta didik pada observasi awal atau sebelum diadakannya tindakan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Pra Siklus No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 47 2 Nilai tertinggi 73 3 Nilai rata-rata kelas 64 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 5 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 9 6 Prosentase ketuntasan klasikal 64,29% 39 Hasil observasi awal mengenai hasil belajar peserta didik seperti yang tercantum pada tabel di atas menggambarkan bahwa prestasi belajar peserta didik masih rendah dan perlu ditingkatkan dengan indikator nilai rata-rata peserta didik hanya 64 masih di bawah kriteria nilai ketuntasan minimum individu yaitu 65. Jumlah peserta didik yang tuntas hanya 9 peserta didik atau ketuntasan klasikalnya 64,29% masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Sedangkan berkaitan dengan hasil observasi tentang aktifitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil Aktifitas Peserta Didik Pra Siklus No Aspek yang Diamati Nilai rata- rata 1 Tingkat kerja sama peserta didik 1 2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 2 3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung 2 4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas 2 5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman 2 Jumlah skor 9 Prosentase 45 % Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20 Kriteria penilaian : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa prosentase aktifitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal adalah 45% dengan kriteria kurang, masih di bawah indikator keberhasilan tindakan yaitu 40 80%. Peserta didik kurang begitu aktif dalam pembelajaran. Salah satu indikator aktifitas peserta didik yang menonjol adalah kurangnya kerja sama di antara peserta didik. Mereka juga kurang begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan metode yang digunakan oleh guru kurang memberikan ruang bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya. Metode yang monoton juga mengakibatkan peserta didik mudah merasa jenuh dan kurang begitu bersemangat mengikuti pembelajaran. Melihat hasil observasi awal ini, maka dapat diketahui beberapa permasalahan pembelajaran PAI di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang ini, yakni: 1. Hasil belajar peserta didik masih rendah (nilai rata-rata kelas 62 masih di bawah nilai ketuntasan individual yaitu 65 dan ketuntasan klasikal 64,29% masih jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85%). 2. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran masih rendah. Adapun aktivitas yang paling rendah adalah tingkat kerja sama di antara peserta didik. 3. Rendahnya nilai hasil belajar peserta didik ini diasumsikan disebabkan oleh rendahnya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dan salah satu faktor yang memicu rendahnya aktifitas belajar peserta didik adalah penggunaan metode mengajar guru yang tidak mengacu pada metode mengajar peserta didik aktif (guru lebih sering menggunakan metode ceramah). Observasi awal ini dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian tindakan berikutnya dalam pembelajaran PAI. Untuk mengatasi berbagai masalah dan kelemahan pembelajaran PAI tersebut maka dilakukan tindakan berupa penerapan metode card sort dalam pembelajaran. 41 B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus 1. Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat observasi awal maka telah direncanakan metode pembelajaran pada siklus I ini adalah metode card sort. Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk RPP. Materi yang dibahas pada siklus I adalah Fiqih Ibadah dengan standar kompetensi: memahami syarat dan rukun shalat, serta kompetensi dasar: 1) menyebutkan syarat sah dan wajib shalat, 2) menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat. Selain RPP, peneliti juga mempersiapkan instrumen lainnya seperti kartu sortir yang berisi materi-materi Fiqih Ibadah, lembar observasi untuk peserta didik dan guru, dan lembar soal. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2010. Materi yang diajarkan tentang syarat sah dan wajib shalat, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang direncanakan dalam RPP. Sub materi yang disampaikan pada siklus I ini adalah pengertian syarat sah shalat, macam-macam syarat sah dan wajib shalat serta macam-macam hal-hal yang membatalkan shalat. Dalam menjelaskan materi syarat sah dan wajib shalat ini, guru juga memperlihatkan kartu- kartu yang berisi tentang syarat sah dan syarat wajib shalat. Selama proses pembelajaran guru juga mengajak peserta didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru meminta peserta didik untuk membaca tulisan yang ada di kartu yang ditunjukkan oleh guru secara bersama- sama. Guru juga memberikan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan jika ada yang belum paham. 42 Setelah itu, guru mengacak kartu-kartu yang berisi materi syarat sah dan wajib shalat tersebut sehingga tercampur menjadi satu. Guru membagikan kartu-kartu tersebut kepada setiap peserta didik. Setiap peserta didik minimal mendapatkan satu kartu, namun ada beberapa peserta didik yang mendapatkan dua kartu. Kartu terbagi menjadi dua bagian yaitu kartu induk dan kartu rinciannya. Ada 3 kartu induk dan 14 kartu rinciannya. Kartu induk berisi tentang sub materi yaitu syarat sah shalat, syarat wajib shalat, dan hal-hal yang membatalkan shalat. Sedangkan kartu rincian berisi tentang macam-macam syarat sah (5), macam-macam syarat wajib (4) dan hal-hal yang membatalkan shalat (5). Guru memerintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, guru memerintahkan masing-masing peserta didik membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan secara urut. Jadi semuanya ada 3 kelompok. Setelah peserta didik selesai menyusun kartu-kartu tersebut, guru melakukan koreksi bersama terhadap pekerjaan peserta didik tersebut. Guru meminta salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian guru meminta kelompok lain untuk memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya tersebut. Setelah semuanya selesai, guru memberikan apresiasi dengan memberikan nilai terhadap hasil kerja masing-masing kelompok. Pada akhir siklus I guru melakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. 43 Tabel 3 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 53 2 Nilai tertinggi 80 3 Nilai rata-rata kelas 72 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 2 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 12 6 Prosentase ketuntasan klasikal 85,71% Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas diketahui bahwa peserta didik yang mencapai ketuntasan individu yakni 12 orang (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65), dan peserta didik yang belum mencapai nilai ketuntasan individu ada 2 (tidak mencapai nilai 65). Sedangkan rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal adalah 72. Deskripsi data tersebut memperlihatkan bawa sudah ada peningkatan nilai hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada observasi awal (pra siklus) 62 naik menjadi 72 pada siklus I dan ketuntasan klasikal 64,29% pada observasi awal naik menjadi 85,71% pada siklus I. Walaupun rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan tetapi indikator keberhasilan ketuntasan klasikal sebesar 90% masih belum tercapai maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II. c. Observasi Selama pembelajaran berlangsung aktivitas guru maupun peserta didik diamati oleh peneliti. Aktifitas belajar peserta didik yang diamati di antaranya adalah tingkat kerja sama peserta didik, antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, kemampuan menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan dari guru atau teman sekelas. 44 Adapun hasil observasi mengenai aktivitas peserta didik pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus I No Aspek yang Diamati Nilai rata- rata 1 Tingkat kerja sama peserta didik 3 2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 3 3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung 3 4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas 3 5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman 2 Jumlah skor 14 Prosentase 70 % Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20 Kriteria penilaian : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik Berdasarkan data tabel tentang aktivitas belajar peserta didik siklus I di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas peserta didik pada siklus I mencapai 70% ini berada pada ketegori baik. Meskipun begitu prosentase aktifitas peserta didik tersebut belum memenuhi target minimal yang diharapkan yaitu 80%. Data aktivitas peserta didik ini dijadikan pertimbangan untuk tindakan siklus II, yakni perlu adanya upaya peningkatan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan hasil observasi mengenai aktifitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat dilihat pada tabel berikut: 45 Tabel 5 Aktifitas Pembelajaran Guru Siklus I No Aspek yang Dinilai Nilai 1. Penerapan metode pembelajaran 3 2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 2 3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 3 4. Membimbing peserta didik selama proses pembelajaran 3 5. Menjawab pertanyaan peserta didik 3 6. Memberikan motivasi pada peserta didik 3 Jumlah 16 Rata-rata 3 Skor tertinggi setiap aspek = 4 Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Selain melihat hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, perlu juga mempertimbangkan faktor lain yang mendukung pembelajaran yaitu aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tampak pada tabel di atas bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan skor rata-rata 3 dan tergolong pada kategori baik. Hal ini menunjukkan guru sudah cukup baik dalam melakukan pengelolaan pembelajaran. Namun pengelolaan pembelajaran juga harus lebih ditingkatkan pada siklus berikutnya agar lebih baik lagi, karena bermula dari pengelolaan pembelajaran inilah akan melahirkan tingkat aktivitas peserta didik yang lebih tinggi serta peningkatan hasil belajar yang lebih baik. 46 d. Refleksi Berdasarkan hasil belajar peserta didik dan observasi terhadap aktivitas peserta didik dan pengelolaan pengajaran pada siklus I, maka produk refleksi pada siklus I dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Sudah ada peningkatan nilai hasil peserta didik. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal pada tahap pra siklus adalah 62 naik menjadi 72 pada siklus I dan ketuntasan klasikal pada tahap pra siklus 64,29% naik menjadi 85,71% pada siklus I, tetapi indikator keberhasilan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90% masih belum tercapai. 2) Aktivitas peserta didik pada siklus I sudah berada dalam kategori baik, namun belum mencerminkan aktivitas belajar yang tinggi, ini dapat dilihat dari persentasi aktivitas peserta didik yaitu 75%. Sedangkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti adalah minimal > 80%. 3) Pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sudah berada pada tingkat baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki seperti kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi dua arah dan kemampuan dalam mengimplementasikan metode card sort. Diharapkan pada siklus berikutnya kemampuan guru dalam berkomunikasi dua arah dan kemampuan menerapkan metode card sort menjadi lebih baik. Melihat hasil refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya menigkatkan lagi aktivitas belajar peserta didik dan pengelolaan pengajaran guru. 2. Siklus II a. Perencanaan Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode yang sama pada siklus I hanya saja mengalami beberapa 47 perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus I tertuang dalam RPP. Materi yang dibahas pada siklus I adalah Fiqih Ibadah dengan standar kompetensi: memahami syarat dan rukun shalat, serta kompetensi dasar: 1) menyebutkan rukun shalat, 2) menyebutkan sunah shalat. Instrumen lainnya yang dipersiapkan adalah kartu sortir yang berisi rukun dan sunah shalat, lembar observasi untuk peserta didik, lembar observasi untuk guru, dan lembar soal. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 Mei 2010. Pokok bahasan yang diajarkan pada siklus II ini adalah rukun dan sunah shalat. Pelaksanaan pembelajarannya mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dipersiapkan. Prinsip pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I, tetapi peneliti lebih menekankan pada pemberian motivasi agar aktivitas peserta didik lebih meningkat dari siklus I. Pada akhir siklus II juga dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil tes akhir pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 67 2 Nilai tertinggi 93 3 Nilai rata-rata kelas 82 4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 0 5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 14 6 Prosentasi ketuntasan klasikal 100% Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas diketahui bahwa peserta didik yang mencapai nilai ketuntasan individu yakni > 65 ada 14 orang dan yang tidak mencapai ketuntasan individu 48 tidak ada. Sedangkan rata-rata kelas hasil belajar peserta didik adalah 82. Data tersebut memperlihatkan peningkatan nilai hasil belajar peserta didik dari nilai hasil belajar peserta didik pada siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada siklus I 72 naik menjadi 82 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 85,71% pada siklus I naik menjadi 100% pada siklus II. Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran siklus II ini telah memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembelajaran, karena nilai rata-rata ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 90. Dengan kata lain, hasil belajar yang dicapai pada siklus II sudah tuntas. c. Observasi Selama pembelajaran aktivitas guru maupun peserta didik tetap diamati. Hasil observasi mengenai aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7 Aktivitas Belajar Peserta Didik Siklus II No Aspek yang Diamati Nilai rata- rata 1 Tingkat kerja sama peserta didik 4 2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 4 3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung 3 4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas 3 5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman 3 Jumlah skor 16 Prosentase 75 % Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20 49 Kriteria penilaian : 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 75% menjadi 82,50% pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar peserta didik berada dalam kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas belajar peserta didik yang diharapkan yaitu 80%. Ini berarti aktivitas belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan. Hasil observasi yang dilakukan terhadap guru mitra/kolaboran mengenai pengelolaan pembelajaran oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8 Aktifitas Pembelajaran Guru Siklus II No Aspek yang Dinilai Nilai 1. Penerapan metode pembelajaran 4 2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 3 3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 4 4. Membimbing peserta didik selama proses pembelajaran 4 5. Menjawab pertanyaan peserta didik 4 6. Memberikan motivasi pada peserta didik 3 Jumlah 22 Rata-rata 4 Skor tertinggi setiap aspek = 4 Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik 50 Tampak pada tabel di atas bahwa nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru adalah 4 dan tergolong pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan guru sudah baik dalam melakukan pengelolaan pembelajaran. d. Refleksi Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II, maka produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada siklus I 72 naik menjadi 82 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 85,71% pada siklus I naik menjadi 100% pada siklus II. Hal ini berarti ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 90%. Jadi hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah tuntas. 2) Aktivitas peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 75% menjadi 82,50% pada siklus II. Ini berarti batas minimal aktivitas peserta didik yang diharapkan sebesar 80% sudah terpenuhi. 3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus I. C. Pembahasan Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun aktifitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai yang diperoleh peserta didik 65. Sedangkan untuk aktifitas belajar peserta didik indikatornya adalah apabila prosentase aktifitas belajar peserta didik di kelas > 80 %. 51 Pada siklus I pembelajaran difokuskan pada implementasi metode card sort. Metode ini baru pertama kali diimplementasikan di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang. Jadi secara teknis, baik guru maupun peserta didik belum tahu bagaimana penerapan metode card sort ini dalam pembelajaran PAI. Sebelum penelitian ini dimulai, peneliti dan guru sudah melakukan diskusi mengenai penerapan metode card sort dalam pembelajaran PAI. Meskipun begitu penerapan metode ini pada siklus I masih mengalami beberapa kendala, di antaranya kemampuan mengorganisasi peserta didik selama proses pembelajaran. Guru kelihatan masih kewalahan mengorganisir peserta didik dalam menemukan kartu induk dan kartu rinciannya. Namun kendala ini dengan cepat diatasi oleh guru dengan cara mengorganisir peserta didik yang membawa kartu induk, sehingga peserta didik yang lain dengan mudah menemukan kartu induk mereka. Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan dibandingkan pada tahap pra siklus (observasi awal). Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 62 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 64,29%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik adalah 72 dan ketuntasan klasikalnya 85,71%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 21,43%. Untuk prosentase aktifitas belajar peserta didik pada tahap pra siklus adalah 45% sedangkan pada siklus I naik menjadi 75%. Ada peningkatan aktiftias peserta didik sebesar 30%. Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari siklus I belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan peneliti. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian pada peningkatan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara tiap anggota peserta didik diminta untuk menjelaskan hasil sortiran mereka, tidak hanya perwakilan seperti pada siklus I. Dengan cara seperti ini, peserta didik jadi lebih aktif dalam pembelajaran. Disamping itu, mereka juga lebih memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru. 52 Pada siklus II ini, hasil belajar peserta didik baik secara individual maupun secara klasikal mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 72 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 85,71%, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik adalah 82 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14,29%. Untuk prosentase aktifitas belajar peserta didik pada siklus I adalah 75% sedangkan pada siklus I naik menjadi 82,50%. Ada peningkatan aktiftias peserta didik sebesar 7,5%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil peserta didik sudah memenuhi target yang ditetapkan peneliti. Peningkatan hasil belajar peserta didik tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Per Siklus No Siklus Nilai rata-rata Prosentase Ketuntasan Belajar 1 Pra 62 64,29% 2 I 72 85,71% 3 II 82 100% Untuk melihat hasil peningkatan tersebut dalam bentuk grafik, berikut peneliti tampilkan diagramnya. 62 64.29 72 85.71 82 100 0 20 40 60 80 100 Pra Siklus Siklus I Siklus II Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Nilai rata-rata Prosentase Ketuntasan 53 Sedangkan peningkatan aktifitas peserta didik selama pembelajaran dari tahap pra siklus sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10 Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Tiap Siklus No Siklus Nilai rata-rata Prosentase Aktifitas Kelas 1 Pra 2 45,00% 2 I 3 70,00% 3 II 3 82,50% Data tabel tersebut selanjutnya diubah dalam bentuk diagram sebagai berikut: 45.0 75.0 82.5 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Prosentase Aktifitas Peserta Didik Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari peran guru yang secara kontinyu memperbaiki kemampuannya dalam menerapkan metode card sort. Metode card sort ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya adalah: 1. Pembelajaran terasa menyenangkan Melalui metode card sort ini, peserta didik dapat belajar sambil bermain. Secara psikologis peserta didik yang berada pada tingkat pendidikan 54 dasar, khususnya pada kelas-kelas awal dekat sekali dengan aktifitas bermain. Mereka lebih menyukai aktifitas-katifitas bermain dari pada aktifitas kognitif yang membutuhkan pemahaman tingkat tinggi. Oleh karena itu, guru haru dapat memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan proses pembelajaran. Metode card sort menggunakan media kartu sebagai pengantar materi pelajaran. Media kartu ini termasuk dalam kategori permainan. Dalam implementasinya peserta harus mencari kartu induk dan rinciannya di antara teman-teman sekelasnya. Aktiftias ini tidak hanya mangasah aspek kognitif tetapi juga melatih ketangkasan peserta didik, sehingga pembelajaran terasa menyenangkan. Disamping itu tampilan kartu yang ditampilkan dengan warna warna yang mencolok dapat memancing ketertarikan peserta didik terhadap metode ini. 2. Meningkatkan aktifitas peserta didik Metode ini dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode card sort merupakan salah satu metode active learning. Dalam impelementasinya, peserta didik diharuskan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Sehingga aktifitas ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. 3. Materi yang disampaikan lebih gampang diingat Salah satu karakteristik kartu adalah memudahkan siapa untuk mengingat pesan yang ada di dalam kartu tersebut. Pesan-pesan pendek yang ada pada setiap kartu sortir tersebut dapat diingat oleh peserta dengan lebih mudah. Karena yang ditampilkan didalam kartu bukan deskripsi materi yang panjang, melainkan sub-sub materi yang simple dan mudah diingat. 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode card sort untuk meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010, dapat peneliti kemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode card sort pada pembelajaran PAI mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan / menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada tahap pra siklus sebesar 64,29%, pada siklus I sebesar 85,71%, dan pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu para tahap pra siklus sebesar 62, siklus I sebesar 72, dan pada siklus II naik menjadi 82. Hal ini berarti, target yang ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 65 sudah tercapai. 2. Aktivitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode card sort. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktivan peserta didik melalui kerja sama antar kelompok. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik ini dapat terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus II, secara berturut-turut sebesar: 45,00%, 70,00 % dan 82,50 %. Dengan begitu target yang ingin dicapai telah terpenuhi yaitu prosentase aktifitas peserta didik sebesar 80%. 56 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode card sort untuk meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010, maka ada beberapa saran yang penulis tujukan kepada para pemerhati dan praktisi pendidikan sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bagi guru, untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar yang baik dengan menggunakan metode card sort diperlukan persiapan penguasaan materi dengan baik, menggali pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dan hal-hal yang terkait dengan unsur metode card sort seperti mempersiapkan kartu sortir yang menarik. 2. Bagi Peserta Didik Bagi peserta didik, SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang khususnya, dan peserta didik secara umum, agar lebih rajin, tekun dan sabar dalam pembelajaran PAI. Melalui metode card sort, pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan dan pada akhirnya prestasi belajar pun akan meningkat. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Bagi peneliti berikutnya atau pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya. Dan mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan 2 siklus, maka peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan temuan yang lebih signifikan. C. Penutup Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan disertai doa semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. 57 Penulis menyadari, meskipun penulisan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal mungkin, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Semua itu semata-mata karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya penulis berdoa, semoga Allah SWT., senantiasa menganugerahkan rahmat, hidayah dan berkah-Nya kepada kita semua dan mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya bagi kita semua, Amin. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. -------, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara., 2006. Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Azis, Sholeh Abdul dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus. 1., Makkah : Darul Ma'rif, tth. Campbell, Linda et.al., Metode Praktis Pembelajaran, Terj. Tim Intuisi, Depok : Intuisi Press, 2006. Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995. -------, Shalat: Seni Pendidikan dan Keimanan untuk Anak-Anak, Jakarta: CV. Ruhama, 1996. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006. Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2002. Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Educa, 2010. Ismail, Andang, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media, 2006. Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: RASAIL Media Group, 2008. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004. Malvin Silberman, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, terj. Sardjuli, Yogyakarta: Yappendis, 1996. Morgan, Clifford T., Introduction to Psychology, New York: In Grow Hill, 1971. Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikoilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, t.kp: Andalan Kitam 2007. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1990. Slamet, Untung, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2005. Soenarjo, A., dkk., Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1989. Sudjana, Nana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996. Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya Karya, 2009. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Roghib Ashfihani Tempat/Tanggal lahir : Semarang, 5 Januari 1977 Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Kedungpane RT 06 RW X Ngaliyan Semarang Jenjang Pendidikan : 1. SD Al Irsyad Lulus Tahun 1988 2. SMP Muhammadiyah I Semarang Lulus Tahun 1991 3. SMA Assalam Solo Lulus Tahun 1995 4. IAIN Walisongo Angkatan 2007 Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan semoga dapat menjadi keterangan yang jelas. Semarang, Maret 2011 Penulis Roghib Ashfihani NIM. 073111408 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK PRA SIKLUS No Resp Skor Jml % Ket. A B C D E R-1 2 2 2 2 2 10 50.00 Kurang R-2 1 1 2 2 2 8 40.00 Kurang R-3 2 2 2 2 2 10 50.00 Kurang R-4 1 2 2 2 2 9 45.00 Kurang R-5 2 1 2 2 2 9 45.00 Kurang R-6 1 1 2 2 1 7 35.00 Sangat Kurang R-7 1 2 2 3 2 10 50.00 Kurang R-8 2 2 2 2 1 9 45.00 Kurang R-9 1 3 3 3 2 12 60.00 Cukup R-10 1 1 1 2 2 7 35.00 Sangat Kurang R-11 2 2 2 3 3 12 60.00 Cukup R-12 1 2 2 2 1 8 40.00 Kurang R-13 2 1 2 2 2 9 45.00 Kurang R-14 1 2 1 2 2 8 40.00 Kurang Jml 20 24 27 31 26 128 rata- rata 1 2 2 2 2 9 45.00 Kurang % 35.7 42.9 48.2 55.4 46.4 Krite Sangat Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Keterangan: Aspek Pengamatan A = Tingkat kerja sama peserta didik B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK SIKLUS I No Resp Skor Jml % Ket. A B C D E R-1 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik R-2 2 3 3 3 2 13 65.00 Cukup R-3 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik R-4 3 2 3 3 2 13 65.00 Cukup R-5 3 2 3 3 3 14 70.00 Baik R-6 2 2 3 2 2 11 55.00 Kurang R-7 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik R-8 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik R-9 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik R-10 3 2 2 2 2 11 55.00 Kurang R-11 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik R-12 3 2 2 2 3 12 60.00 Cukup R-13 2 3 3 3 2 13 65.00 Cukup R-14 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik Jml 39 37 37 39 37 189 rata- rata 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik % 69.6 66.1 66.1 69.6 66.1 Krite Baik Baik Baik Baik Baik Keterangan: Aspek Pengamatan A = Tingkat kerja sama peserta didik B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK SIKLUS II No Resp Skor Jml % Ket. A B C D E R-1 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik R-2 3 4 3 4 4 18 90.00 Sangat Baik R-3 3 3 3 4 3 16 80.00 Sangat Baik R-4 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik R-5 3 3 4 3 3 16 80.00 Sangat Baik R-6 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik R-7 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik R-8 4 4 3 4 3 18 90.00 Sangat Baik R-9 3 3 3 4 3 16 80.00 Sangat Baik R-10 4 3 4 3 3 17 85.00 Sangat Baik R-11 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik R-12 3 3 2 3 4 15 75.00 Baik R-13 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik R-14 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik Jml 49 49 43 46 44 231 rata- rata 4 4 3 3 3 17 82.50 Sangat Baik % 87.5 87.5 76.8 82.1 78.6 Krite Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Keterangan: Aspek Pengamatan A = Tingkat kerja sama peserta didik B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik NILAI HASIL BELAJAR PAI PRA SIKLUS No. Resp. Nilai KKM Keterangan R-1 60 65 Tidak Tuntas R-2 73 65 Tuntas R-3 67 65 Tuntas R-4 53 65 Tidak Tuntas R-5 47 65 Tidak Tuntas R-6 60 65 Tidak Tuntas R-7 67 65 Tuntas R-8 73 65 Tuntas R-9 60 65 Tidak Tuntas R-10 67 65 Tuntas R-11 60 65 Tidak Tuntas R-12 67 65 Tuntas R-13 53 65 Tidak Tuntas R-14 67 65 Tuntas Jml 874 Rata-rata 62 %Ketuntasan 64.29 NILAI HASIL BELAJAR PAI SIKLUS I No. Resp. Nilai KKM Keterangan R-1 73 65 Tuntas R-2 80 65 Tuntas R-3 80 65 Tuntas R-4 67 65 Tuntas R-5 60 65 Tidak Tuntas R-6 65 65 Tuntas R-7 73 65 Tuntas R-8 80 65 Tuntas R-9 73 65 Tuntas R-10 80 65 Tuntas R-11 80 65 Tuntas R-12 73 65 Tuntas R-13 53 65 Tidak Tuntas R-14 73 65 Tuntas Jml 1010 Rata-rata 72 %Ketuntasan 85.71 NILAI HASIL BELAJAR PAI SIKLUS II No. Resp. Nilai KKM Keterangan R-1 80 65 Tuntas R-2 87 65 Tuntas R-3 93 65 Tuntas R-4 80 65 Tuntas R-5 67 65 Tuntas R-6 87 65 Tuntas R-7 73 65 Tuntas R-8 87 65 Tuntas R-9 80 65 Tuntas R-10 93 65 Tuntas R-11 87 65 Tuntas R-12 80 65 Tuntas R-13 73 65 Tuntas R-14 87 65 Tuntas Jml 1154 Rata-rata 82 %Ketuntasan 100.00 REKAPITULASI NILAI AKTIFITAS PESERTA DIDIK No. Resp. PRA SIKLUS I SIKLUS II R-1 10 14 17 R-2 8 13 18 R-3 10 15 16 R-4 9 13 17 R-5 9 14 16 R-6 7 11 15 R-7 10 14 17 R-8 9 15 18 R-9 12 15 16 R-10 7 11 17 R-11 12 14 15 R-12 8 12 15 R-13 9 13 17 R-14 8 15 17 Jml 128 189 231 rata-rata 9 15 17 2 3 3 % 45.00 75.00 82.50 kriteria Kurang Baik Sangat Baik REKAPITULASI NILAI TES No. Resp. PRA SIKLUS I SIKLUS II R-1 60 73 80 R-2 73 80 87 R-3 67 80 93 R-4 53 67 80 R-5 47 60 67 R-6 60 65 87 R-7 67 73 73 R-8 73 80 87 R-9 60 73 80 R-10 67 80 93 R-11 60 80 87 R-12 67 73 80 R-13 53 53 73 R-14 67 73 87 Jml 874 1010 1154 Rata-rata 62 72 82 %Ketuntasan 64.29 85.71 100.00 Kriteria Cukup Baik Baik Sekali LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU No Aspek yang Dinilai Penilaian Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. Penerapan metode pembelajaran 2 3 4 2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 1 2 3 3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 2 3 4 4. Membimbing peserta didik selama proses pembelajaran 2 3 4 5. Menjawab pertanyaan peserta didik 2 3 4 6. Memberikan motivasi pada peserta didik 2 3 3 Jumlah 11 16 22 Rata-rata 2 3 4 Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik