Está en la página 1de 80

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI

MELALUI METODE CARD SORT


(Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari
Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
ROGHIB ASHFIHANI
NIM : 073111408
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
Semarang, Maret 2011
NOTA DINAS
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamualaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card
Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)
Nama : Roghib Ashfihani
NIM : 073111408
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah.
Wassalamualaikum wr. wb.
Pembimbing,
Drs. Ikrom, M.Ag.
NIP. 19650329 199403 1 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah Skripsi dengan:
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card
Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)
Nama : Roghib Ashfihani
NIM : 073111408
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, April 2011
Ketua, Sekretaris,
Sugeng Ristiyanto, Drs. M.Ag. Hj. Dra. Nur Uhbiyati, M.Pd.
NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001
Penguji I, Penguji II,
Widodo Supriyono, Drs. M.A. H. Dr. Raharjo, M.Ed. St.
NIP. 19591025 198703 1 003 NIP. 19651123 199103 1 003
Dosen Pembimbing,
Drs. Ikrom, M.Ag.
NIP. 19650329 199403 1 002
iv
ABSTRAK
Roghib Ashfihani (NIM. 073111408). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah
Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi. Semarang
Fakultas Tarbiyah I`AIN Walisongo 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi
belajar PAI melalui metode card sort pada kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta
didik kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang dengan dua
siklus. Metode pengumpulan datanya menggunakan tes, observasi dan
dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode card sort pada
pembelajaran PAI mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang
diinginkan dan mengoptimalkan / menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini
terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada tahap pra siklus
sebesar 64,29%, pada siklus I sebesar 85,71%, dan pada siklus II ketuntasan
belajar peserta didik mencapai 100%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga
mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu para tahap pra siklus sebesar 64,
siklus I sebesar 72, dan pada siklus II naik menjadi 82. Hal ini berarti, target yang
ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara
klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh
peserta didik 65 sudah tercapai.
Aktivitas belajar peserta didik juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan
metode card sort. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktivan peserta
didik melalui kerja sama antar kelompok. Guru juga mudah memantau aktivitas
peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan
aktivitas belajar peserta didik ini dapat terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus
II, secara berturut-turut sebesar: 45,00%, 70,00 % dan 82,50 %. Dengan begitu
target yang ingin dicapai telah terpenuhi yaitu prosentase aktifitas peserta didik
sebesar 80%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada
peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI melalui
metode card sort. Adanya peningkatan prestasi belajar ini dapat dilihat dari
peningkatan nilai rata-rata peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar peserta
didik.
Hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
semua pihak (peserta didik, guru dan orang tua) untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran PAI.
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun
pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Maret 2011
Deklarator
Roghib Ashfihani
NIM. 073111408
vi
MOTTO
.,` ` ` , . , ` - `. - , . .,_ : ~ .
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu.
(QS. Adz-Dzariyat : 56).
*
*
Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm. 862
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda yang terhormat, yang senantiasa memberikan doa
restu serta dukungan baik secara moral maupun material terhadap
keberhasilan penulis.
2. Suami tercinta, yang telah memberikan semangat, dukungan serta doanya
hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Putra putri tersayang, yang selalu menjadi penghibur di kala penulis
merasa bosan.
4. Keluarga besar yang memberikan support untuk kesuksesan penulis
viii
KATA PENGANTAR
,, = ~, ,,-,
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
Melalui Metode Card Sort (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah
Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010).
Sholawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarga, para sahabat dan umatnya, Amin.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali berbagai cobaan, godaan dan
rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan
berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat tersusun. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. Ikrom, M.Ag. selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan pengarahan serta telah meluangkan waktu dalam penulisan
skripsi ini.
3. SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang beserta guru yang telah
memberikan izin penelitian dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama di
bangku perkuliahan.
5. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat gandan.
Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun analisanya, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
ix
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran dalam pendidikan biologi dan memberi kontribusi bagi
para pecinta ilmu. Dan juga penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Semarang, Maret 2011
Penulis
Roghib Ashfihani
NIM. 073111408
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... iv
DEKLARASI .............................................................................................. v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 5
C. Penegasan Istilah ................................................................ 6
D. Rumusan Masalah................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II : PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI METODE CARD
SORT
A. Prestasi Belajar PAI .............................................................. 9
1. Pengertian Prestasi Belajar PAI ...................................... 9
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ......... 11
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ..................................... 12
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................... 13
5. Pokok Bahasan Fiqih Ibadah (Shalat) ............................. 14
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI . 16
7. Jenis-jenis Prestasi Belajar PAI ...................................... 19
B. Konsep Dasar Metode Pembelajaran .................................... 20
1. Metode Pembelajaran ..................................................... 20
2. Prinsip Penggunaan Metode ........................................... 21
xi
C. Konsep Dasar Metode Card Sort .......................................... 23
1. Pengertian Metode Card Sort ......................................... 23
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kartu ...................... 24
D. Penggunaan Metode Card Sort dalam Pembelajaran PAI ..... 26
E. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................ 27
F. Kerangka Berpikir ................................................................. 28
G. Hipotesis Tindakan .............................................................. 28
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 29
B. Setting dan Subyek Penelitian .............................................. 30
C. Desain Penelitian ................................................................. 30
D. Metode Pengumpulan Data .................................................. 34
E. Metode Analisis Data ........................................................... 36
F. Indikator Keberhasilan ......................................................... 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Awal ............................................................ 38
B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus ............................ 41
C. Pembahasan ......................................................................... 50
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 55
B. Saran-saran ............................................................................ 56
C. Penutup.................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional.
Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Disamping metode, penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat
mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam
menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang
hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-
metode pembelajaran. Apabila telah ditetapkan satu tujuan khusus, maka
persoalan selanjutnya bagi seorang tenaga pengajar menetapkan suatu cara yang
memberikan jaminan tertinggi akan tercapainya tujuan itu sebaik-baiknya.
Untuk menyusun strategi dalam memilih metode atau model
pembelajaran yang sesuai, guru harus mengetahui pengetahuan awal peserta
didik, yang diperoleh melalui pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran, agar
sewaktu memberi materi pengajaran kelak, guru tidak kecewa dengan hasil
yang dicapai peserta didik. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka
dapat dikatakan guru telah berhasil dalam mengajar. Selain penetapan tujuan
dan pengetahuan awal peserta didik, bidang studi/pokok bahasan juga sebagai
penentu dalam memilih dan menetapkan model pembelajaran yang sesuai untuk
diterapkan. Dengan demikian, metode yang kita gunakan tidak terlepas dari
bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada
peserta didik.
Begitu juga alokasi waktu dan sarana penunjang akan digunakan acuan
dalam penyesuaian dan ketepatan menerapkan metode pembelajaran. Metode
yang diterapkan harus mengikuti dan menyesuaikan ketersediaan waktu atau
2
yang dialokasikan dalam kurikulum. Dengan ketepatan waktu yang
disesuaikan pemilihan metode yang tepat, akan menjadi alternatif metode
yang diterapkan. Penerapan metode pembelajaran yang dipilih harus mampu
membangkitkan keaktifan peserta didik, memacu minat dan motivasi peserta
didik dan meningkatkan prestasi akademik/hasil belajar peserta didik. Hasil
belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari
luar dan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik/pelajar.
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping kemampuan, faktor lain yang
juga mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar seseorang adalah faktor
fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan lain-lain.
1
Adanya pengaruh dari dalam diri peserta didik merupakan hal yang logis jika
dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
disadarinya. Jadi sejauh mana usaha peserta didik untuk mengkondisikan
dirinya bagi perbuatan belajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai.
Meskipun demikian, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik masih
dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya, yang disebut lingkungan.
2
Salah satu
lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah
ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru. Hasil belajar pada hakikatnya
tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, hasil belajar di sekolah
dipengaruhi oleh kapasitas dan kualitas pembelajaran. Dan kualitas
pembelajaran berkaitan erat dengan tersedianya perangkat pembelajaran, model
pembelajaran, minat peserta didik dan lain-lain. Melalui perangkat
pembelajaran yang ada, pemilihan model pembelajaran yang tepat, diharapkan
tercapainya tujuan pendidikan, yaitu kualitas pembelajaran yang meliputi
aktivitas dan hasil prestasi belajar peserta didik.
1
Nana Sudjana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 6
2
Ibid.
3
Dengan tercapainya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar, berarti
penyelenggara pendidikan telah ikut berpartisipasi menyukseskan tercapainya
target kurikulum. Diharapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum
yang berlaku dan pemilihan model pembelajaran yang tepat, dapat
mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual peserta didik, serta
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Sebagaimana diketahui, kurikulum adalah seluruh pengalaman belajar
yang ditawarkan pada peserta didik dibawah arahan dan bimbingan sekolah.
Sebagai sebuah kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang
seharusnya dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan. Kurikulum
harus memiliki relevansi, yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara
komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian,
dan penilaian.
3
Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan
kurikulum. Oleh karena itu, para pengajar yang terdidik penuh di dalam
tugasnya akan memiliki ketrampilan menggunakan segala teknik penunjang
yang mungkin diwujudkan dengan tujuan pengajaran dan bahan pelajaran dalam
rangka mencapai titik kulminasi pendidikan pada umumnya, proses belajar
mengajar pada khususnya.
Setiap guru guru perlu meningkatkan peranan dan kompetensinya,
karena proses belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik sangat
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang memiliki kompetensi
baik akan mampu mengelola pembelajaran dengan baik sehingga prestasi
belajar peserta didik juga bisa maksimal
4
Salah satu indiakasi guru yang memiliki kompetensi adalah dapat
milihan metode pembelajaran yang tepat. Dalam konteks pembelajaran, metode
pembelajaran akan banyak mempengaruhi cara belajar peserta didik. Mata
pelajaran yang disampaikan tanpa tujuan dan peserta didik diharuskan
3
Lihat Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Educa, 2010), hlm. 160
4
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
hlm. 9
4
mengingat-ingat, maka semangat belajarnya akan turun. Sebaliknya jika proses
pembelajaran diatur sedemikian rupa dan memiliki tujuan tertentu, maka
semangat belajar peserta didik juga akan meningkat dan akhirnya berdampak
pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.
5
Proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu menggunakan
seluruh potensinya secara optimal, akan memberikan efek positif bagi
peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap pelaksanaan dan hasil
pembelajaran PAI di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang,
ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: pertama, pembelajaran selama
ini masih cenderung monoton dan belum divariasikan dengan metode lain yang
lebih variatif, misalnya yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Hal ini menyebabkan aktivitas peserta didik rendah atau pasif, yaitu prosentase
aktifitas peserta didik secara klasikal hanya 45%. Kedua, prestasi belajar masih
rendah, hal ini dibuktikan dari hasil ulangan semester ganjil yang berjumlah 14
peserta didik, sebanyak 7 atau sekitar 50% belum berhasil mendapatkan nilai
6,5 sebagai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan.
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran PAI di SD
Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang, diketahui adalah bahwa peserta
didik merasa jenuh, kurang bersemangat karena guru mengajar senantiasa
monoton dan pembelajaran satu arah (berpusat pada guru) tanpa melibatkan
kemampuan peserta didik.
Permasalahan utama dari kondisi di atas adalah metode pembelajaran
yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar PAI masih
konvensional sehingga aktivitas dan prestasi belajar peserta didik masih
rendah. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang lebih menarik,
salah satu diantaranya adalah dengan metode card sort. Metode ini merupakan
kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,
penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
5
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikoilogi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.
62-63
5
Strategi ini untuk menyiasati pembelajaran agar menjadi menarik,
peserta didik dapat aktif dan tidak merasa jemu dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Strategi ini dikembangkan dengan menggunakan permainan
kartu indeks. Setiap kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks
dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu
yang berisi materi rukun iman dan rukun Islam atau lainnya. Makin banyak
peserta didik makin banyak pula pasangan kartunya.
Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan suasana
yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang
mengandung aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui
permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik
perkembangan berpikir, emosi maupun sosial.
6
Salah satu permainan yang
diaplikasikan dalam pembelajaran adalah permainan kartu. Metode
pembelajaran yang menggunakan media kartu di antaranya adalah metode
card sort. Melalui metode card sort tersebut diharapkan prestasi belajar PAI
peserta didik dapat meningkat.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI
METODE CARD SORT (Studi Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah
Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010).
B. Identifikasi Masalah
Berdasar pelaksanaan observasi awal yang telah dilaksanakan di SD
Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang sebagai obyek penelitian
diperoleh identifikasi masalah yang meliputi kondisi peserta didik, kondisi guru
dan kondisi pembelajaran sebagai berikut:
1. Kondisi peserta didik
a. Rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal masih dibawah 6,5.
b. Peserta didik cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran.
6
Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150
6
c. Adanya anggapan dari sebagian besar peserta didik bahwa pelajaran PAI
sulit untuk dipelajari karena terlalu banyak hafalan.
2. Kondisi guru
Kesulitan dalam mengaktifkan peserta didik sebagai bentuk pemahaman
peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
3. Kondisi pembelajaran
a. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang mengaktifkan peserta
didik
b. Interaksi pembelajaran cenderung searah dan dominasi pembelajaran
dipegang oleh guru.
c. Perlunya pengembangan model pembelajaran yang mampu melibatkan
aktivitas dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
C. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas dan tidak menimbulkan salah tafsir pemahaman
para pembaca, maka pada bagian ini penulis ingin memberikan penegasan
pada masing-masing istilah dari judul penelitian ini.
1. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf dan sebagainya).
7
Yang dimaksud kata meningkatkan dalam penelitian ini adalah
meningkatkan prestasi belajar PAI setelah menggunakan metode card sort.
Kata prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya.
8
Sedangkan menurut Morgan learning is any
relatively permanent change in behavior which occur as a result of
experience or practice
9
(perubahan tingkah laku yang relatif permanen
sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan). Jadi prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh
7
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya
Karya, 2009), hlm. 574
8
Ibid., hlm. 390
9
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm.
2
7
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.
Sedangkan PAI (Pendidikan Agama Islam) yang akan diteliti
adalah mata pelajaran fiqih ibadah. Fiqih ibadah adalah bagian dari mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada
peserta didik agar memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran-
ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Metode card sort
Metode card sort (kartu sortir) adalah suatu metode pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan bertujuan agar peserta
didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan
daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Metode card
sort bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa
memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang dimaksud disini
adalah peserta didik lebih menyukai belajar sambil bermain, maksudnya
dalam proses belajar mengajar, guru harus membuat peserta didik tertarik
dan senang terhadap materi yang disampaikan, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Metode ini juga merupakan salah satu metode
atau strategi pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan yang bertujuan untuk mengaktifkan individu sekaligus
kelompok dalam belajar.
10
Dalam penerapan metode ini, masing-masing peserta didik
diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat
berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang
berisi materi syarat sah shalat dan lain sebagainya.
Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian skripsi Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Melalui Metode Card Sort (Studi
Tindakan Pada Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang
Tahun Pelajaran 2009/2010) di atas, adalah usaha yang dilakukan guru
10
Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran
Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008),
hlm. 89.
8
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar PAI dengan cara
mengimplementasikan metode card sort dalam pembelajaran secara
komprehensif dan sistematis di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari
Mijen Semarang.
D. Rumusan Masalah
Apakah metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI
pada kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan
prestasi belajar PAI melalui metode card sort pada kelas III SD
Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peserta didik
Melalui hasil penelitian ini diharapkan peserta didik akan lebih
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, disamping itu
peserta didik akan mendapatkan pembelajaran yang variatif serta berperan
aktif, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
langsung bagi guru-guru yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru
dalam menerapkan metode pembelajaran yang menarik perhatian peserta
didik, tidak monoton dan inovatif. Sehingga pada perkembangan
selanjutnya guru akan lebih kreatif dan berusaha menghilangkan
kejenuhan peserta didik melalui penerapan model pembelajaran tersebut.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru
lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan
pendekatan inovasi dalam pembelajaran.
9
BAB II
PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI METODE CARD SORT
A. Prestasi Belajar PAI
1. Pengertian Prestasi Belajar PAI
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan
secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi
individu yaitu pengajar di satu pihak dan peserta dodol dipihak lain.
Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar-mengajar.
1
Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif.
Interaksi edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk
mendidik. Interaksi edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak
sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga terjadi proses
penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik.
2
Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer pengetahuan tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan.
Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik dapat menguasai
bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru memberikan
informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran
berbeda. Hasil perolehan tersebut dinamakan prestasi belajar.
Pengertian prestasi menurut kamus adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
3
Prestasi
dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan dan kemajuan
peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang
disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 4.
2
Ibid.
3
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya
Karya, 2009), hlm. 390.
10
Adapun menurut Morgan learning is any relatively permanent
change in behavior which occur as a result of experience or practice.
4
Maksudnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi relatif
permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan.
Sedangkan menurut Sholeh Abdul Aziz belajar adalah:
, . , _, - _ ',=, ,' . _ _, ,, . -, ,
,- .

Belajar adalah suatu perubahan di dalam pemikiran peserta didik


yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu kemudian
menumbuhkan perubahan yang baru dalam pemikiran peserta
didik.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi
belajar adalah ukuran atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti
proses belajar berupa perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan pendidikan agama Islam lebih dipahami
sebagai upaya atau cara mendidik ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam menurut Abdul Madjid dan Dian
Andayani adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam melalui bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang harus
ditetapkan.
6
Jadi yang dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang
diperoleh setelah proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan
4
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: In Grow Hill, 1971), hlm.
2
5
Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus. 1.,
(Makkah : Darul Ma'rif, tth.), hlm. 169.
6
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 132.
11
peserta didik dalam pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor atau nilai
ulangan.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai
dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini antara lain :
7
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar
yuridis formal tersebut antara lain:
1. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD45 dalam Bab XI pasal
29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama
adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
Dalam Al-Quran terdapat dalam Q.S. Al-Imran: 104.
`3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) s: $# tbrB'tur $ rpRQ$$/ tbqygZtur `t
s3YJ 9$# 4 y7 s9'r&ur Nd c qs =J 9$# ) ., : ~ (
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 132-133.
12
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Al-Imran: 105.).
8
c. Dasar Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: Semua
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup
yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada
suatu perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat
mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
8
A. Soenarjo, dkk., Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1989), hlm.
93.
13
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
9
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pede jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
10
Menurut Muhaimin, PAI bertujuan agar siswa memahami,
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 134-135.
10
Ibid., hlm. 135.
14
manusia muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia.
11
Tujuan PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal
ini dilakukan dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang
kemudian akan membuahkan kebaikan di akhirat.
Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat
(1) butir a, disebutkan bahwa mata pelajaran agama dan akhlak mulai
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama.
12
Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai agama supaya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk
manusia yang berakhlakul karimah.
5. Pokok Bahasan Fiqih Ibadah (Shalat)
Sebagaimana telah diketahui bahwa ajaran pokok Islam, meliputi
masalah aqidah (keimanan), yang bersifat itikad batin, mengajarkan
keEsaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan
meniadakan alam; syariah (keIslaman), berhubungan dengan amal lahir
dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Allah, guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur pergaulan hidup dan
kehidupan manusia; dan akhlaq (ihsan), yakni amalan yang bersifat
pelengkap dan kesempurnaan bagi kedua amal tersebut dan yang
mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
13
11
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 78
12
Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), hlm.
218.
13
Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 77.
15
Ketiga pokok ajaran tersebut yang dijabarkan dalam bentuk rukun
iman, rukun Islam dan akhlaq, kemudian lahirlah ilmu tauhid, fiqih dan
ilmu akhlaq dalam dunia pendidikan. Dan ketiga kelompok ilmu tersebut
dilengkapi dengan dasar hukum Islam, yaitu al-Quran dan Hadits.
14
Sehingga dalam dunia pendidikan Islam mata pelajaran PAI, terdiri atas
Ilmu Aqidah akhlaq, fiqih, al-Quran-Hadits dan Sejarah Islam (SKI).
Dan salah satu sub pokok bahasan PAI adalah ibadah shalat.
Ibadah merupakan kewajiban tiap orang yang beragama. Dalam Islam
kewajiban ibadah dinyatakan dalam firman Allah SWT. dalam surat Adz-
Dzariyat ayat 56.
.,` ` ` , . , ` - `. - , . .,_ : ~ .
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu. (QS. Adz-Dzariyat : 56).
15
Salah satu ajaran Islam yang paling utama adalah tentang shalat.
Shalat merupakan ibadah yang terdiri dari perkataan maupun perbuatan
yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam. Dalam
agama Islam shalat merupakan kewajiban setiap muslim baik pria maupun
wanita. Shalat merupakan tiang agama, maka jika tidak mengerjakan
shalat, akan termasuk orang yang meruntuhkan agama, maka dari itu
kebiasaan untuk melaksanakan shalat harus ditanamkan kepada anak-anak
kita sejak dini, karena latihan-latihan yang berbau keagamaan yang
merupakan ibadah kongkrit seperti shalat, puasa, membaca al-Quran dan
berdoa, bila dibiasakan pada anak-anak sejak dini, maka akan timbul rasa
senang pada anak untuk melakukannya.
16
14
Ibid.
15
Soenarjo, op.cit., hlm. 862
16
Zakiah Daradjat, Shalat: Seni Pendidikan dan Keimanan untuk Anak-Anak, (Jakarta:
CV. Ruhama, 1996), hlm. 86.
16
Dengan cara memberikan pendidikan shalat, maka diharapkan
peserta didik dapat melaksanakan ibadah shalat dengan tertib, benar dan
mampu memahami serta menghayati setiap bacaan dan gerakan shalat
itulah yang akhirnya akan melahirkan sikap pribadi yang disiplin dalam
melaksanakan shalat maupun disiplin beribadah lainnya.
Seseorang yang dengan rajin dan tertib dalam menjalankan shalat
dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan kedisiplinan seorang muslim.
Keberhasilan menjalankan shalat yang tertib dan teratur dapat berimbas
pada kedisiplinan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin
baik ibadah shalat seseorang semakin baik pula tingkat kedisiplinannya.
Sebaliknya semakin sering ia mengabaikan aspek ibadah, maka ia juga
akan lebih mudah mengabaikan urusan-urusan di luar ibadah.
17
Oleh karena itu pembelajaran shalat harus diberikan sedini
mungkin. Karena pendidikan ibadah shalat lebih menekankan para dataran
praktis, maka metode yang digunakan harus berbeda. Dalam proses
pembelajaran ibadah shalat, peserta didik harus mengalami sendiri
bagaimana tata caranya. Pengalaman nyata ini merupakan titik tekan
dalam pembelajaran ibadah shalat. Keberhasilan proses pendidikan ibadah
shalat juga dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah pemilihan
metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran adalah metode card sort. Metode ini memberikan
ruang bagi peserta didik untuk belajar sambil bermain tanpa mengurangi
esensi dari materi shalat itu sendiri.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu dan faktor
17
Ibid.
17
pendekatan pembelajaran.
18
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-
baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah :
1) Inteligensi
Menurut L. M. Lerman seperti dikutip Mustaqim, inteligensi
adalah kemampuan berfikir dalam arti memikirkan hal-hal abstrak.
19
Kecerdasan atau inteligensi seseorang memberi kemungkinan bergerak
dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai
di mana kemungkinan dapat direalisasikan tergantung pula kepada
kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
Dalam pembelajaran PAI peserta didik dilatih untuk
menyelesaikan setiap masalah dalam tes atau pertanyaan yang
diberikan oleh guru sehingga peserta didik memiliki kecakapan untuk
menyelesaikan masalah dan memiliki pengetahuan tentang materi yang
sudah di ajarkan.
2) Minat
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan
sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi
seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
20
Dengan
demikian minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Umpamanya siswa yang menaruh minat besar pada PAI
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah
18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 132
19
Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (t.kp: Andalan Kitam 2007), hlm. 109
20
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet. 1, hlm. 133
18
memungkinkan siswa belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi
yang diinginkan.
Melalui pembelajaran menggunakan metode Card Sort akan
dapat memusatkan minat belajar peserta didik dalam hal ini peserta
didik tidak lagi pasif yang hanya duduk diam mendengarkan guru
dalam menerangkan belajar tetapi peserta didiklah yang aktif dalam
proses KBM. Guru di sini bertugas sebagai fasilitator.
3) Bakat
Bakat adalah dasar (kepandaian, sifat dan pembawaan) yang
dibawa dari lahir.
21
Dengan demikian bakat adalah kemampuan
manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan yang sudah ada sejak
manusia itu ada. Atau secara sederhana bakat merupakan sesuatu
kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh setiap orang sejak dia
lahir.
Melalui pembelajaran, maka dapat diketahui bakat peserta
didik melalui tes dan latihan. Peserta didik menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru dan juga dilatih untuk memunculkan / mengetahui
bakat yang dimiliki oleh peserta didik.
4) Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai sesuatu tujuan.
22
Dalam tugas pembelajaran terdapat
evaluasi hasil belajar terhadap hasil kerja peserta didik berupa nilai.
Nilai tersebut bisa memotivasi peserta didik dalam belajar. Karena
pada dasarnya seseorang pasti menginginkan nilai yang bagus.
Sedangkan faktor eksternal peserta didik yang mempengaruhi
prestasi belajarnya di antaranya adalah lingkungan sosial seperti sekolah,
masyarakat dan keluarga serta lingkungan non sosial seperti gedung
21
Suharso dan Ana Retnoningsih, Op.Cit., hlm. 69
22
Mustaqim, op.cit., hlm. 57
19
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal peserta didik, alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
23
Kedua
faktor tersebut memiliki kontribusi terhadap prestasi belajar peserta didik.
7. Jenis-jenis Prestasi Belajar PAI
Dalam proses pembelajaran, guru memiliki hak sepenuhnya dalam
melakukan penilaian. Oleh karena itu, setiap guru memiliki standar yang
berbeda dalam menilai keberhasilan suatu proses belajar. Hal ini
didasarkan pada banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
tersebut. Meskipun begitu ada, indikasi dari keberhasilan suatu proses
belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
a. Tingginya daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran, baik
secara individu maupun klasikal.
b. Tercapainya tujuanya pembelajaran yang telah ditentukan oleh guru.
24
Pada dasarnya prestasi belajar PAI meliputi prestasi yang berkenaan
dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ukuran prestasi belajar PAI
peserta didik dapat diketahui dari indikator-indikator sebagai beirkut :
a. Prestasi berkenaan dengan ranah cipta (kognitif), berupa
pengembangan pengetahuan agama termasuk di alamnya fungsi
ingatan dan kecerdasan.
b. Prestasi berkenaan dengan ranah rasa (afektif), berupa pembentukan
sikap terhadap agama, termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan
sikap.
c. Prestasi berkenaan dengan ranah karsa (psikomotorik) berupa
menumbuhkan ketrampilan beragama termasuk di dalamnya fungsi
kehendak, kemauan dan tingkah laku.
25
23
Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 137-138
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 120.
25
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.
266
20
Idealnya dalam pembelajaran melakukan penilaian guru harus
mempertimbangkan ketigas ranah tersebut. Sehingga kemampuan peserta
didik bisa maksimal, tidak hanya menonjol dalam satu ranah saja.
B. Konsep Dasar Metode Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Secara etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metha yang berarti
melalui atau melewati, dan hodos yang bearti jalan atau cara. Jadi meode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
26
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah diatur dan
dipikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu
pengetahuan dan sebagainya.
27
Menurut Hamzah B. Uno metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
28
Jadi metode
pembelajaran adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu.
Dalam menggunakan suatu metode, kita seharusnya memiliki
beberapa landasan pemikiran mengapa kita menggunakan metode tersebut.
Prinsip pemakaian metode yang digunakan berfungsi untuk memberi
penguatan terhadap apa yang kita kerjakan, sehingga kita mempunyai
alasan yang kuat dalam menggunakan suatu metode tertentu.
Metode yang dipilih oleh pendidik seharusnya merupakan metode
yang tepat, metode yang tidak bertentangan dengan tujuan pembelajaran
atau standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
RPP.
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran
bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan
26
Ibid., hlm. 104.
27
Suharso dan Ana Retnoningsih, op.cit., hlm. 321
28
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 2
21
dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain,
metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan
sebaik dan semudah mungkin.
Dari penjelasan di atas tadi dapat dilihat bahwa pada intinya
metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran kearah tujuan
tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan.
Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan
metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana
menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga
materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.
Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagaimana dijumpai
dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha untuk
mempermudah atau mencari jalan yang paling sesuai dengan
perkembangan jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah pembelajaran.
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan
bahwa ada materi yang berkenaan dengan dimensi afektif dan
psikomotorik, dan ada materi yang berkenaan dengan dimensi kognitif,
dan semua hal ini memerlukan metode yang berbeda-beda untuk mencapai
kesemuanya dalam tujuan pembelajaran.
2. Prinsip Penggunaan Metode
Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam menurut
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya.
b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan.
22
c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak
didik.
d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.
e. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan,
integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan
kebebasan berpikir.
f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang
menggembirakan bagi anak didik.
g. Menegakkan Uswah Khasanah"
29
Berkaitan dengan masalah pemilihan metode dalam pendidikan,
hampir tidak dapat diabaikan beberapa faktor yang boleh dikatakan
menjadi rambu-rambu penting dalam memilih metode agar metode itu
dapat bekerja secara efektif dan maksimal dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Pertama, kondisi anak didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah apakah mereka memiliki tingkat kemampuan dalam respons
terhadap metode yang diberlakukan kepada mereka, misalnya
menggunakan metode card sort dan lainnya. Kedua, materi pelajaran yang
menghendaki beraneka macam metode yang berbeda-beda. Ketiga,
kapabilitas guru dalam menggunakan metode merupakan faktor yang
menentukan efektifitas pemakaian metode yang dipilih. Keempat, tujuan,
sebagaimana telah disinggung di depan. Metode apapun yang dipilih
dalam pendidikan harus disinkronkan dengan tujuan yang hendak dicapai,
bukan sebaliknya tujuan yang menyesuaikan metode.
30
Dari beberapa data di atas dapat kita ketahui bahwa banyak sekali
prinsip dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menerapkan
metode pembelajaran agar tercipta suatu kondisi belajar mengajar yang
29
Lihat Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hlm. 595
30
Untung Slamet, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra), 2005,
hlm. 171-172.
23
menyenangkan serta dapat secara efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
C. Konsep Dasar Metode Card Sort
1. Pengertian Metode Card Sort
Metode card sort (kartu sortir) adalah suatu metode pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif dan bertujuan agar peserta
didik mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan
daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasi-inovasi. Metode card
sort bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa
memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik yang dimaksud disini
adalah peserta didik lebih menyukai belajar sambil bermain, maksudnya
dalam proses belajar mengajar, guru harus membuat peserta didik tertarik
dan senang terhadap materi yang disampaikan, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Metode ini juga merupakan salah satu metode
atau metode pembelajaran Aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan yang bertujuan untuk mengaktifkan individu sekaligus
kelompok dalam belajar.
31
Dalam penerapan metode ini, masing-masing peserta didik
diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat
berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang
berisi materi syarat sah shalat dan lain sebagainya.
Kegiatan pembelajaran melalui permainan dapat menciptakan
suasana yang kondusif. Dengan bermain anak memperoleh pelajaran yang
mengandung aspek kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik.
31
Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran
Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RASAIL Media Group, 2008),
hlm. 89.
24
Melalui permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik
perkembangan berpikir, emosi maupun sosial.
32
Bermain adalah cara yang paling alamiah bagi manusia, dalam
mempelajari hal-hal baru. Adi W. Gunawan dalam bukunya Genius
Learning menjelaskan beberapa manfaat bila menggunakan metode
permainan dalam pembelajaran ( bermain sambil belajar) diantaranya :
33
a. Mempersingkat waktu belajar hingga 60%.
b. Memberi kehidupan pada materi yang membosankan.
c. Belajar multi disiplin dan multi dimensi.
Sedangkan Rita dan Kenneth Dunn dalam bukunya Teaching
Students Trough Their Individual Learning Styles merekomendasikan
berbagai kreasi dari permainan kartu sebagai media pembelajaran. Yaitu
bahwa permainan kartu dapat memperbesar pengajaran dari berbagai
subjek dan bisa digunakan untuk memperkenalkan, menguatkan atau
mengulang pelajaran, mudah dibuat dan bahan-bahannya juga sederhana.
34
Permainan kartu sortir (card sort) yang dikembangkan oleh Mel
Silberman dalam bukunya Active Learning merupakan kegiatan
kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan
sifat, fakta tentang suatu obyek atau mengulangi informasi. Gerakan fisik
yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas
yang telah letih.
35
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kartu
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Metode kartu juga memiliki beberapa kelebihan, kelebihan kartu
antara lain adalah:
32
Andang Ismail, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm. 150
33
Adi W. Gunawan.Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untuk Menerapkan
Accelerated Learning, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003). Cet. I hlm. 205.
34
Linda Campbell et.al., Metode Praktis Pembelajaran, Terj. Tim Intuisi (Depok : Intuisi
Press, 2006), Cet. II hlm. 89.
35
Malvin Silberman, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, terj.
Sardjuli, (Yogyakarta: Yappendis, 1996), Cet. 1, hlm. 149.
25
a. Mudah dibawa-bawa
Dengan ukuran yang kecil kartu dapat disimpan di tas, bahkan
di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan
di mana saja, di kelas maupun di luar kelas.
b. Praktis
Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, kartu sangat
praktis, dalam menggunakan media ini guru tidak memerlukan
keahlian khusus, media ini tidak juga membutuhkan listrik. Jika ingin
menggunakan kita tinggal mengurutkan gambar sesuai dengan
keinginan kita, pastikan posisi gambarnya tepat tidak terbalik, jika
sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan cara diikat atau
menggunakan kotak khusus agar tidak tercecer.
c. Gampang Diingat
Karakteristik kartu adalah menyajikan pesan-pesan pendek
pada setiap kartu yang disajikan, misalnya mengenal huruf, mengenal
angka, mengenal nama binatang, tata cara wudlu dan sebagainya.
Sajian pesan-pesan ini akan memudahkan peserta didik untuk
mengingat pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan penjelasan
akan memudahkan peserta didik untuk memahami konsep tertentu,
untuk mengetahui sebuah benda dapat dibantu dengan gambarnya,
begitu juga sebaliknya untuk mengetahui apa wujud suatu benda atau
konsep dengan melihat penjelasan atau teksnya.
d. Menyenangkan
Media kartu ini termasuk dalam kategori permainan. Misalnya
peserta didik secara berlomba-lomba mencari suatu benda atau nama-
nama tertentu yang disimpan secara acak, dengan cara berlari peserta
didik berlomba mencari sesuai perintah, selain mengasah kognitif juga
melatih ketangkasan. Sehingga pembelajaran terasa menyenangkan.
26
Setelah kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam penjelasan di
atas, di bawah ini akan dijelaskan pula tentang kelemahan-kelemahan
metode card sort:
a. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran pada ranah kognitif tingkat
tinggi, karena peserta didik hanya terpaku pada permainan tersebut.
b. Guru memiliki satu masalah pada saat mengelola kelas, karena
keadaan kelas yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga seorang
guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik.
c. Metode ini tidak selalu dapat diterapkan pada setiap materi, dengan
kata lain metode ini tidak fleksibel pada setiap pokok bahasan terutama
pada pembelajaran PAI.
D. Penggunaan Metode Card Sort dalam Pembelajaran PAI
Dalam penggunaannya metode card sort tidak selalu bisa diterapkan
dalam setiap pokok bahasan, akan tetapi hanya pokok bahasan tertentu saja.
Dan salah satu contoh penggunaan metode card sort dalam pembelajaran PAI
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pelajaran (jumlah kartu sama
dengan jumlah peserta didik di kelas. Isi kartu terdiri dari kartu
induk/topik utama dan kartu rincian).
2. Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur.
3. Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing memperoleh satu
(boleh dua).
4. Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu induknya dengan
mencocokkan kepada teman sekelasnya.
5. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, perintahkan
masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di
papan tulis secara urut.
6. Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.
7. Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil
sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya.
27
8. Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik.
9. Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.
36
E. Kajian Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan komparasi peneliti akan melakukan kajian terhadap
beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul skripsi yang akan
penelitia buat, di antaranya:
Siti Faizah dengan skripsi yang berjudul Peranan Permainan Kartu
Sortir Terhadap Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Pada
Peserta Didik Kelas X Semester I MAN Kalibeber Wonosobo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode permainan kartu sortir telah
memberikan peranan yang signifikan terhadap hasil belajar Kimia khususnya
pada materi pokok Sistem Periodik Unsur.
Siti Anisah Shofwani mahasiswi Jurusan Matematika angkatan 2002,
dengan judul skripsi Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah
Dengan Penggunaan Media (Kartu Masalah) Terhadap Kemampuan
Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok Bahaasan Perbandingan Kelas III
Semester I MTs. Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Dengan
kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media
(kartu masalah) lebih efektif dari pada pembelajaran yang biasa dilaksanakan
oleh guru dengan menggunakan ekspositori.
Khomisah dengan skripsinya yang berjudul Implementasi Active
Learning dalam Pembelajaran PAI di SMPN 2 Kebumen. Dalam skripsi ini
yang ditekankan adalah tentang pentingnya penerapan metode-metode active
learning dalam pembelajaran PAI, bukan pada penerapan salah satu metode
active learning.
Berdasarkan uraian di atas sejauh ini belum ada penelitian yang
membahas secara khusus tentang peranan metode permainan kartu sortir
terhadap hasil belajar PAI.
36
Ismail, SM, op.cit., hlm. 89.
28
F. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran
adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Pada prinsipnya
penggunaan metode digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran,
namun tidak semua metode dapat diimplementasikan pada semua pelajaran,
karena setiap metode mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Guru harus mampu
memilih metode yang tepat dan cocok dengan keadaan peserta didik dan
karakteristik materi pelajaran. Disamping itu, guru harus memahami prinsip-
prinsip umum penggunaan metode pembelajaran yang berorientasi pada
tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas.
Metode card sort sebagai sebuah metode yang diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Karena metode ini efektif untuk
membantu peserta didik untuk meningkatan motivasi belajar. Sehingga peserta
didik mampu meningkatkan aktifitas dan prestasi belajarnya. Apabila tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal berarti guru telah berhasil dalam
kegiatan belajar mengajar.
Metode card sort dapat juga diiplementasikan dalam pembelajaran
PAI. Selama ini pembelajaran PAI dinilai kurang maksimal karena hanya
mengandalkan metode ceramah tanpa diimbangi dengan metode lainnya yang
lebih kreatif. Hal ini berimbas pada hasil belajar peserta didik yang cenderung
menurun. Dengan metode card short, motivasi belajar peserta didik dapat
meningkatkan, karena metode ini mengedepankan aspek permainan sehingga
pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Disamping itu metode card short
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran
dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar PAI.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah bahwa metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar PAI di
Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK). Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah serta
melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya
perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru
sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran.
1
Dalam penelitian tindakan kelas guru secara reflektif dapat menganalisis,
mensistesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dengan melakukan
penelitian tindakan kelas, pendidik dapat memperbaiki praktik pembelajaran
sehingga menjadi lebih efektif. Misalnya bagi guru, penelitian tindakan
kelas ini dapat peningkatan profesionalitasnya serta dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Dalam implementasinya penelitian tindakan
kelas ini bisa dilakukan secara kolaboratif. Partisipasi setiap tim secara
langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dari tahap awal sampai akhir. Kerjasama kolaboratif ini dengan sendirinya
akan membentuk tim yang solid guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah
dirancang oleh guru dan peneliti, yaitu penelitian bertahap dengan
siklus sebagai akhir setiap tahapnya, baik siklus pertama kedua, dan
ketiga. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 5 April sampai dengan 29
1
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 3
30
Mei 2010 di SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang.
Sebelum pelaksanaan tiap siklus, dilakukan observasi awal. Observasi
tahap awal dimulai pada tanggal 29 Maret 2010.
2. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 14 orang dengan komposisi putra
8 dan putri 6. Selain peserta didik, subyek lainnya yang juga ikut diteliti
adalah guru PAI, karena guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran.
C. Data Prestasi Belajar PAI
Data prestasi belajar peserta didik kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 sebelum dilakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Data Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
No Nama Nilai
1 Adnan Fauzi Saefudin 60
2 Alkaedina Setti Rahma 73
3 Dinda Eka Safitri 67
4 Fachrezy Bayu Purnama 67
5 M. Yusuf Aldi Atmoko 47
6 Rangga Sandi Kusuma 60
7 Saddam Iqbal Mahendra 67
8 Ulil Amri al-Ulamai 73
9 Zaim Zulfkri Raihan 60
10 Afif Muharram TP 67
11 D. R Maurendra Sari S. 67
12 Salma Wahyu Rahmania 67
13 Shinta Askya Wulandari 53
14 Fadhilah Herliana Putri 67
Jml 895
Rata-rata 64
% Ketuntasan 64.29
Dari data di atas diketahui bahwa prestasi belajar PAI peserta didik
masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta
31
didik secara klasikal hanya 64, masih dibawah standar ketuntasan minimal
yaitu 65. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar peserta didik juga masih
rendah, hanya 64,29%. Data ini menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan tindakan perbaikan tiap siklusnya.
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini ada empat tahapan yang akan dilalui yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan ini
dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap tahapan siklus didasarkan atas
masukan dari siklus sebelumnya.
2
Secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut ini:
3
Desain Penelitian Tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk setiap siklus pembelajaran
dalam prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan rencana kegiatan dengan
menyesuaikan model yang akan diterapkan sebagai berikut:
2
Ibid., hlm. 17
3
Ibid., hlm. 16
Perencanaan
Pelaksanaan Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
?
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Siklus II
Refleksi
32
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada metode pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini metode card sort.
2) Membuat alat bantu pembelajaran berupa kartu indeks.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik
4) Menyusun tes akhir setiap siklus
b. Tahap Tindakan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana
pembelajaran yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai
berikut:
1) Melaksanakan pembelajaran di kelas III sebagai kelas yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan metode
pembelajaran yang diterapkan berdasar RPP yang telah dibuat
peneliti bersama kolaborator.
2) Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai
SK/KD mapel, jumlah kartu sama dengan jumlah peserta didik
di kelas dan isi kartu terdiri dari kartu induk/topik utama dan
kartu rincian).
3) Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur.
4) Bagikan kartu kepada peserta didik dan pastikan masing-masing
memperoleh satu atau dua kartu.
5) Perintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu
induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya.
6) Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu,
perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan secara urut.
33
7) Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok
menempelkan hasilnya.
8) Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk
menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar
dari kelompok lainnya.
9) Berikan apresiasi setiap hasil kerja peserta didik.
10) Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.
11) Melaksanakan tes akhir pembelajaran tiap siklus.
c. Observasi
Dalam kegiatan ini observer melaksanakan pengamatan,
pencatatan, dan menginterpretasi terhadap berlangsungnya
pembelajaran, terutama kepada peserta didik dengan sambil
mengerjakan lembar observasi yang telah disediakan. Pada tahap ini
pula ketelitian dan kecermatan dalam mencatat dan mengamati
sangat diperlukan, apalagi bila terjadi suatu perubahan mendadak
dalam pelaksanaan tindakan yang ditimbulkan akibat respon peserta
didik yang dikenai tindakan.
Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk
membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti
dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar
dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat.
d. Refleksi
Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari tiap siklus
dikumpulkan untuk dianalisis selanjutnya diadakan refleksi terhadap
hasil analisis sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
hasil belajar sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Hasil belajar
inilah yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan
pelaksanaan siklus berikutnya.
34
2. Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II merupakan
klimak dari penelitian tindakan kelas ini. Karena menurut perkiraan
penulis, pada siklus II ini hasil belajar peserta didik sudah memenuhi
target pembelajaran. Langkah-langkahnya sama dengan siklus
sebelumnya yaitu:
a. Tahapannya tetap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi
b. Materi pelajaran berkelanjutan
c. Diharapkan efektivitas kerja peserta didik harus lebih tinggi dari
pada siklus I
d. Di akhir kegiatan/siklus, peneliti memberikan evaluasi sesuai
dengan pokok bahasa yang diberikan.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, antara lain :
1. Tes
Metode tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan.
4
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai
prestasi belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II. Pelaksanaan tes
ini dilakukan pada tiap akhir siklus dalam penelitian tindakan terhadap
mata pelajaran PAI kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen
Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan fiqih ibadah.
4
Suarsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.,
2006), hlm. 53
35
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena atau kejadian yang diselidiki.
5
Apabila
diikhtisarkan alasan secara metodologis dengan menggunakan metode
pengamatan atau observasi ini adalah pengamatan yang mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perilaku tak sadar,
kebiasaan, dan lain-lain.
Teknik ini akan digunakan dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung yaitu observasi secara langsung dan sistematis
seperti kondisi tempat belajar, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
meliputi kemampuan peserta didik menyelesaikan tugas, antusias
terhadap pelajaran yang sedang diikuti, semangat dalam belajar,
perhatian saat pelajaran berlangsung dan lain-lain.
Adapun pelaksanaan observasi ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang aktivitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Instrumennya berupa lembar observasi yang telah
dirancang bersama oleh guru dan mitra kolaboratif dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah agenda, dan
sebagainya.
6
Hasil dari dokumentasi akan digunakan sebagai pelengkap
dan penguat dari data-data yang didokumentasikan.
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data rekapitulasi
tentang; daftar peserta didik, daftar nilai prestasi peserta didik dan
5
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002)., hlm. 206
36
aktivitas peserta didik berupa dokumen gambar/foto selama kegiatan
pembelajaran.
F. Metode Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah karakteristik data
yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta
menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya
misalnya bentuk grafik dan tabel.
7
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data yang berbentuk
kuantitatif dan data yang berbentuk kualitatif. Data-data kuantitatif di
antaranya adalah hasil tes PAI dan angka prosentase keaktifan peserta didik
yang diketahui melalui penilaian lembar observasi peserta didik. Data
kuantitatif berupa nilai hasil belajar peserta didik tersebut dapat dianalisis
dengan cara mencari nilai rata-rata atau presentasi keberhasilan belajar dan
lain-lain. Sedangkan data kualitatif di antaranya adalah deskripsi data yang
menggambarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas peserta didik
selama berlangsungnya pembelajaran.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai
90 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik
65.
7
Suharsimi Arikunto, dkk., op.cit., hlm. 131-132
37
2. Prosentase aktifitas belajar peserta didik di kelas > 80 %. Hasil
prosentase dapat diketahui dari lembar observasi peserta didik yang
disusun oleh peneliti dan kolaboran (guru).
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi Awal
Observasi awal dilakukan peneliti di Kelas III SD Muhammadiyah
Plus Jatisari Mijen Semarang pada tanggal 29 Maret 2010. Pada saat
observasi awal ini guru PAI melakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah dan diselingi dengan tanya jawab.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap proses
pembelajaran PAI di Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen
Semarang diketahui bahwa selama ini guru lebih sering menggunakan
metode konvensional yaitu ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Guru
lebih mendominasi jalannya proses pembelajaran sedangkan peserta didik
lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
Kesempatan peserta didik untuk mengemukakan pendapat masih
kecil, sehingga pengajaran terkesan monoton dan tidak menggairahkan.
Peserta didik hanya menulis dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya,
sangat jarang terangsang untuk berpikir, tetapi lebih banyak terangsang
untuk mengingat dan menghafal materi pelajaran.
Berikut ini digambarkan data hasil belajar peserta didik pada
observasi awal atau sebelum diadakannya tindakan, selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik
Pra Siklus
No Keterangan Perolehan
1 Nilai terendah 47
2 Nilai tertinggi 73
3 Nilai rata-rata kelas 64
4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 5
5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 9
6 Prosentase ketuntasan klasikal 64,29%
39
Hasil observasi awal mengenai hasil belajar peserta didik seperti yang
tercantum pada tabel di atas menggambarkan bahwa prestasi belajar peserta
didik masih rendah dan perlu ditingkatkan dengan indikator nilai rata-rata
peserta didik hanya 64 masih di bawah kriteria nilai ketuntasan minimum
individu yaitu 65. Jumlah peserta didik yang tuntas hanya 9 peserta didik atau
ketuntasan klasikalnya 64,29% masih di bawah standar ketuntasan klasikal
yaitu 85%.
Sedangkan berkaitan dengan hasil observasi tentang aktifitas peserta
didik selama mengikuti pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Hasil Aktifitas Peserta Didik
Pra Siklus
No Aspek yang Diamati
Nilai rata-
rata
1 Tingkat kerja sama peserta didik 1
2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 2
3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang
berlangsung
2
4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
tugas
2
5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau
teman
2
Jumlah skor 9
Prosentase 45 %
Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa prosentase aktifitas
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal adalah 45%
dengan kriteria kurang, masih di bawah indikator keberhasilan tindakan yaitu
40
80%. Peserta didik kurang begitu aktif dalam pembelajaran. Salah satu
indikator aktifitas peserta didik yang menonjol adalah kurangnya kerja sama
di antara peserta didik. Mereka juga kurang begitu antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini disebabkan metode yang digunakan oleh guru kurang
memberikan ruang bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan teman
sekelasnya. Metode yang monoton juga mengakibatkan peserta didik mudah
merasa jenuh dan kurang begitu bersemangat mengikuti pembelajaran.
Melihat hasil observasi awal ini, maka dapat diketahui beberapa
permasalahan pembelajaran PAI di Kelas III SD Muhammadiyah Plus
Jatisari Mijen Semarang ini, yakni:
1. Hasil belajar peserta didik masih rendah (nilai rata-rata kelas 62 masih
di bawah nilai ketuntasan individual yaitu 65 dan ketuntasan klasikal
64,29% masih jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85%).
2. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran masih rendah.
Adapun aktivitas yang paling rendah adalah tingkat kerja sama di antara
peserta didik.
3. Rendahnya nilai hasil belajar peserta didik ini diasumsikan disebabkan
oleh rendahnya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dan
salah satu faktor yang memicu rendahnya aktifitas belajar peserta didik
adalah penggunaan metode mengajar guru yang tidak mengacu pada
metode mengajar peserta didik aktif (guru lebih sering menggunakan
metode ceramah).
Observasi awal ini dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian
tindakan berikutnya dalam pembelajaran PAI. Untuk mengatasi berbagai
masalah dan kelemahan pembelajaran PAI tersebut maka dilakukan
tindakan berupa penerapan metode card sort dalam pembelajaran.
41
B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat
observasi awal maka telah direncanakan metode pembelajaran pada
siklus I ini adalah metode card sort. Perencanaan pengajaran pada siklus
I ini dituangkan dalam bentuk RPP. Materi yang dibahas pada siklus I
adalah Fiqih Ibadah dengan standar kompetensi: memahami syarat dan
rukun shalat, serta kompetensi dasar: 1) menyebutkan syarat sah dan
wajib shalat, 2) menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat. Selain
RPP, peneliti juga mempersiapkan instrumen lainnya seperti kartu sortir
yang berisi materi-materi Fiqih Ibadah, lembar observasi untuk peserta
didik dan guru, dan lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2010. Materi yang diajarkan tentang
syarat sah dan wajib shalat, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan
prosedur yang direncanakan dalam RPP.
Sub materi yang disampaikan pada siklus I ini adalah pengertian
syarat sah shalat, macam-macam syarat sah dan wajib shalat serta
macam-macam hal-hal yang membatalkan shalat. Dalam menjelaskan
materi syarat sah dan wajib shalat ini, guru juga memperlihatkan kartu-
kartu yang berisi tentang syarat sah dan syarat wajib shalat. Selama
proses pembelajaran guru juga mengajak peserta didik untuk berperan
aktif dalam pembelajaran. Guru meminta peserta didik untuk membaca
tulisan yang ada di kartu yang ditunjukkan oleh guru secara bersama-
sama. Guru juga memberikan kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan jika ada yang belum paham.
42
Setelah itu, guru mengacak kartu-kartu yang berisi materi syarat
sah dan wajib shalat tersebut sehingga tercampur menjadi satu. Guru
membagikan kartu-kartu tersebut kepada setiap peserta didik. Setiap
peserta didik minimal mendapatkan satu kartu, namun ada beberapa
peserta didik yang mendapatkan dua kartu. Kartu terbagi menjadi dua
bagian yaitu kartu induk dan kartu rinciannya. Ada 3 kartu induk dan 14
kartu rinciannya. Kartu induk berisi tentang sub materi yaitu syarat sah
shalat, syarat wajib shalat, dan hal-hal yang membatalkan shalat.
Sedangkan kartu rincian berisi tentang macam-macam syarat sah (5),
macam-macam syarat wajib (4) dan hal-hal yang membatalkan shalat
(5).
Guru memerintahkan setiap peserta didik bergerak mencari kartu
induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya. Setelah
kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, guru
memerintahkan masing-masing peserta didik membentuk kelompok dan
menempelkan hasilnya di papan secara urut. Jadi semuanya ada 3
kelompok. Setelah peserta didik selesai menyusun kartu-kartu tersebut,
guru melakukan koreksi bersama terhadap pekerjaan peserta didik
tersebut. Guru meminta salah satu penanggungjawab kelompok untuk
menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian guru meminta kelompok
lain untuk memberikan komentar terhadap pekerjaan temannya
tersebut. Setelah semuanya selesai, guru memberikan apresiasi dengan
memberikan nilai terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.
Pada akhir siklus I guru melakukan tes akhir yang berfungsi
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik
pada siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
43
Tabel 3
Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik
Siklus I
No Keterangan Perolehan
1 Nilai terendah 53
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rata-rata kelas 72
4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas
belajar
2
5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 12
6 Prosentase ketuntasan klasikal 85,71%
Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas
diketahui bahwa peserta didik yang mencapai ketuntasan individu yakni
12 orang (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65), dan
peserta didik yang belum mencapai nilai ketuntasan individu ada 2
(tidak mencapai nilai 65). Sedangkan rata-rata hasil belajar peserta
didik secara klasikal adalah 72.
Deskripsi data tersebut memperlihatkan bawa sudah ada
peningkatan nilai hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat nilai
rata-rata kelas pada observasi awal (pra siklus) 62 naik menjadi 72 pada
siklus I dan ketuntasan klasikal 64,29% pada observasi awal naik
menjadi 85,71% pada siklus I.
Walaupun rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan tetapi
indikator keberhasilan ketuntasan klasikal sebesar 90% masih belum
tercapai maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II.
c. Observasi
Selama pembelajaran berlangsung aktivitas guru maupun
peserta didik diamati oleh peneliti. Aktifitas belajar peserta didik
yang diamati di antaranya adalah tingkat kerja sama peserta didik,
antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, perhatian,
kemampuan menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan dari guru
atau teman sekelas.
44
Adapun hasil observasi mengenai aktivitas peserta didik pada
siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Aktivitas Belajar Peserta Didik
Siklus I
No Aspek yang Diamati
Nilai rata-
rata
1 Tingkat kerja sama peserta didik 3
2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 3
3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang
berlangsung
3
4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
tugas
3
5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau
teman
2
Jumlah skor 14
Prosentase 70 %
Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Berdasarkan data tabel tentang aktivitas belajar peserta didik
siklus I di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas peserta didik pada
siklus I mencapai 70% ini berada pada ketegori baik. Meskipun begitu
prosentase aktifitas peserta didik tersebut belum memenuhi target
minimal yang diharapkan yaitu 80%.
Data aktivitas peserta didik ini dijadikan pertimbangan untuk
tindakan siklus II, yakni perlu adanya upaya peningkatan aktivitas
belajar peserta didik dalam pembelajaran.
Sedangkan hasil observasi mengenai aktifitas pembelajaran
yang dilakukan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
45
Tabel 5
Aktifitas Pembelajaran Guru
Siklus I
No Aspek yang Dinilai Nilai
1. Penerapan metode pembelajaran 3
2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 2
3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 3
4. Membimbing peserta didik selama proses
pembelajaran
3
5. Menjawab pertanyaan peserta didik 3
6. Memberikan motivasi pada peserta didik 3
Jumlah 16
Rata-rata 3
Skor tertinggi setiap aspek = 4
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Selain melihat hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta
didik dalam pembelajaran, perlu juga mempertimbangkan faktor lain
yang mendukung pembelajaran yaitu aktifitas pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
Tampak pada tabel di atas bahwa pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru mendapatkan skor rata-rata 3 dan tergolong
pada kategori baik. Hal ini menunjukkan guru sudah cukup baik dalam
melakukan pengelolaan pembelajaran. Namun pengelolaan
pembelajaran juga harus lebih ditingkatkan pada siklus berikutnya agar
lebih baik lagi, karena bermula dari pengelolaan pembelajaran inilah
akan melahirkan tingkat aktivitas peserta didik yang lebih tinggi serta
peningkatan hasil belajar yang lebih baik.
46
d. Refleksi
Berdasarkan hasil belajar peserta didik dan observasi terhadap
aktivitas peserta didik dan pengelolaan pengajaran pada siklus I, maka
produk refleksi pada siklus I dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Sudah ada peningkatan nilai hasil peserta didik. Hal ini dapat
dilihat nilai rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal pada
tahap pra siklus adalah 62 naik menjadi 72 pada siklus I dan
ketuntasan klasikal pada tahap pra siklus 64,29% naik menjadi
85,71% pada siklus I, tetapi indikator keberhasilan ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 90% masih belum tercapai.
2) Aktivitas peserta didik pada siklus I sudah berada dalam kategori
baik, namun belum mencerminkan aktivitas belajar yang tinggi, ini
dapat dilihat dari persentasi aktivitas peserta didik yaitu 75%.
Sedangkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti
adalah minimal > 80%.
3) Pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sudah berada
pada tingkat baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu
diperbaiki seperti kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi
dua arah dan kemampuan dalam mengimplementasikan metode card
sort. Diharapkan pada siklus berikutnya kemampuan guru dalam
berkomunikasi dua arah dan kemampuan menerapkan metode card
sort menjadi lebih baik.
Melihat hasil refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan
dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya menigkatkan
lagi aktivitas belajar peserta didik dan pengelolaan pengajaran guru.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan
metode yang sama pada siklus I hanya saja mengalami beberapa
47
perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada
siklus I tertuang dalam RPP. Materi yang dibahas pada siklus I adalah
Fiqih Ibadah dengan standar kompetensi: memahami syarat dan rukun
shalat, serta kompetensi dasar: 1) menyebutkan rukun shalat, 2)
menyebutkan sunah shalat. Instrumen lainnya yang dipersiapkan adalah
kartu sortir yang berisi rukun dan sunah shalat, lembar observasi untuk
peserta didik, lembar observasi untuk guru, dan lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 Mei 2010. Pokok bahasan yang
diajarkan pada siklus II ini adalah rukun dan sunah shalat. Pelaksanaan
pembelajarannya mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang telah dipersiapkan.
Prinsip pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini hampir
sama dengan siklus I, tetapi peneliti lebih menekankan pada
pemberian motivasi agar aktivitas peserta didik lebih meningkat dari
siklus I. Pada akhir siklus II juga dilakukan tes akhir yang berfungsi
untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil tes akhir pada siklus
II selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6
Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik
Siklus II
No Keterangan Perolehan
1 Nilai terendah 67
2 Nilai tertinggi 93
3 Nilai rata-rata kelas 82
4 Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar 0
5 Jumlah peserta didik yang tuntas belajar 14
6 Prosentasi ketuntasan klasikal 100%
Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas
diketahui bahwa peserta didik yang mencapai nilai ketuntasan individu
yakni > 65 ada 14 orang dan yang tidak mencapai ketuntasan individu
48
tidak ada. Sedangkan rata-rata kelas hasil belajar peserta didik adalah
82.
Data tersebut memperlihatkan peningkatan nilai hasil belajar
peserta didik dari nilai hasil belajar peserta didik pada siklus I. Hal ini
dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada siklus I 72 naik menjadi 82 pada
siklus II dan ketuntasan klasikal 85,71% pada siklus I naik menjadi
100% pada siklus II.
Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran
siklus II ini telah memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai salah
satu indikator keberhasilan pembelajaran, karena nilai rata-rata ketuntasan
klasikal telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 90. Dengan kata lain,
hasil belajar yang dicapai pada siklus II sudah tuntas.
c. Observasi
Selama pembelajaran aktivitas guru maupun peserta didik tetap
diamati. Hasil observasi mengenai aktivitas belajar peserta didik dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7
Aktivitas Belajar Peserta Didik
Siklus II
No Aspek yang Diamati
Nilai rata-
rata
1 Tingkat kerja sama peserta didik 4
2 Peserta didik antusias mengikuti pelajaran 4
3 Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang
berlangsung
3
4 Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
tugas
3
5 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau
teman
3
Jumlah skor 16
Prosentase 75 %
Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 4, Skor total maksimal = 20
49
Kriteria penilaian :
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar peserta
didik mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 75% menjadi
82,50% pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar peserta didik
berada dalam kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal
aktivitas belajar peserta didik yang diharapkan yaitu 80%. Ini berarti
aktivitas belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan
tindakan.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap guru mitra/kolaboran
mengenai pengelolaan pembelajaran oleh peneliti dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 8
Aktifitas Pembelajaran Guru
Siklus II
No Aspek yang Dinilai Nilai
1. Penerapan metode pembelajaran 4
2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 3
3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 4
4. Membimbing peserta didik selama proses
pembelajaran
4
5. Menjawab pertanyaan peserta didik 4
6. Memberikan motivasi pada peserta didik 3
Jumlah 22
Rata-rata 4
Skor tertinggi setiap aspek = 4
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
50
Tampak pada tabel di atas bahwa nilai rata-rata pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan guru adalah 4 dan tergolong pada
kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan guru sudah baik dalam
melakukan pengelolaan pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II, maka
produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah lebih baik
dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata
kelas pada siklus I 72 naik menjadi 82 pada siklus II dan ketuntasan
klasikal 85,71% pada siklus I naik menjadi 100% pada siklus II. Hal
ini berarti ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan
yaitu 90%. Jadi hasil belajar peserta didik pada siklus II sudah
tuntas.
2) Aktivitas peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I yang
hanya 75% menjadi 82,50% pada siklus II. Ini berarti batas minimal
aktivitas peserta didik yang diharapkan sebesar 80% sudah
terpenuhi.
3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II sudah
tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus I.
C. Pembahasan
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun
aktifitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya.
Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap
akhir siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar
ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90 % dan
secara individual nilai yang diperoleh peserta didik 65. Sedangkan untuk
aktifitas belajar peserta didik indikatornya adalah apabila prosentase aktifitas
belajar peserta didik di kelas > 80 %.
51
Pada siklus I pembelajaran difokuskan pada implementasi metode card
sort. Metode ini baru pertama kali diimplementasikan di SD Muhammadiyah
Plus Jatisari Mijen Semarang. Jadi secara teknis, baik guru maupun peserta
didik belum tahu bagaimana penerapan metode card sort ini dalam
pembelajaran PAI. Sebelum penelitian ini dimulai, peneliti dan guru sudah
melakukan diskusi mengenai penerapan metode card sort dalam pembelajaran
PAI. Meskipun begitu penerapan metode ini pada siklus I masih mengalami
beberapa kendala, di antaranya kemampuan mengorganisasi peserta didik
selama proses pembelajaran. Guru kelihatan masih kewalahan mengorganisir
peserta didik dalam menemukan kartu induk dan kartu rinciannya. Namun
kendala ini dengan cepat diatasi oleh guru dengan cara mengorganisir peserta
didik yang membawa kartu induk, sehingga peserta didik yang lain dengan
mudah menemukan kartu induk mereka.
Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan dibandingkan
pada tahap pra siklus (observasi awal). Pada tahap pra siklus nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik adalah 62 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 64,29%,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik adalah 72 dan ketuntasan
klasikalnya 85,71%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 21,43%.
Untuk prosentase aktifitas belajar peserta didik pada tahap pra siklus adalah 45%
sedangkan pada siklus I naik menjadi 75%. Ada peningkatan aktiftias peserta
didik sebesar 30%. Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari siklus I belum
memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan peneliti. Oleh karena itu,
penelitian dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian pada
peningkatan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik dituntut
untuk lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara tiap anggota peserta didik
diminta untuk menjelaskan hasil sortiran mereka, tidak hanya perwakilan seperti
pada siklus I. Dengan cara seperti ini, peserta didik jadi lebih aktif dalam
pembelajaran. Disamping itu, mereka juga lebih memahami materi yang sedang
diajarkan oleh guru.
52
Pada siklus II ini, hasil belajar peserta didik baik secara individual
maupun secara klasikal mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar peserta didik adalah 72 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 85,71%,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata peserta didik adalah 82 dan ketuntasan
klasikalnya mencapai 100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar
14,29%. Untuk prosentase aktifitas belajar peserta didik pada siklus I adalah 75%
sedangkan pada siklus I naik menjadi 82,50%. Ada peningkatan aktiftias peserta
didik sebesar 7,5%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil peserta didik sudah
memenuhi target yang ditetapkan peneliti.
Peningkatan hasil belajar peserta didik tiap siklus dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 9
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Per Siklus
No Siklus Nilai rata-rata
Prosentase
Ketuntasan Belajar
1 Pra 62 64,29%
2 I 72 85,71%
3 II 82 100%
Untuk melihat hasil peningkatan tersebut dalam bentuk grafik, berikut
peneliti tampilkan diagramnya.
62
64.29
72
85.71
82
100
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Nilai rata-rata
Prosentase
Ketuntasan
53
Sedangkan peningkatan aktifitas peserta didik selama pembelajaran dari
tahap pra siklus sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10
Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Tiap Siklus
No Siklus Nilai rata-rata
Prosentase Aktifitas
Kelas
1 Pra 2 45,00%
2 I 3 70,00%
3 II 3 82,50%
Data tabel tersebut selanjutnya diubah dalam bentuk diagram sebagai
berikut:
45.0
75.0
82.5
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Prosentase Aktifitas Peserta Didik
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari peran guru
yang secara kontinyu memperbaiki kemampuannya dalam menerapkan metode
card sort. Metode card sort ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya
adalah:
1. Pembelajaran terasa menyenangkan
Melalui metode card sort ini, peserta didik dapat belajar sambil
bermain. Secara psikologis peserta didik yang berada pada tingkat pendidikan
54
dasar, khususnya pada kelas-kelas awal dekat sekali dengan aktifitas bermain.
Mereka lebih menyukai aktifitas-katifitas bermain dari pada aktifitas kognitif
yang membutuhkan pemahaman tingkat tinggi. Oleh karena itu, guru haru
dapat memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Metode card sort menggunakan media kartu sebagai pengantar materi
pelajaran. Media kartu ini termasuk dalam kategori permainan. Dalam
implementasinya peserta harus mencari kartu induk dan rinciannya di
antara teman-teman sekelasnya. Aktiftias ini tidak hanya mangasah aspek
kognitif tetapi juga melatih ketangkasan peserta didik, sehingga
pembelajaran terasa menyenangkan. Disamping itu tampilan kartu yang
ditampilkan dengan warna warna yang mencolok dapat memancing
ketertarikan peserta didik terhadap metode ini.
2. Meningkatkan aktifitas peserta didik
Metode ini dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam
pembelajaran. Metode card sort merupakan salah satu metode active
learning. Dalam impelementasinya, peserta didik diharuskan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Sehingga aktifitas
ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
3. Materi yang disampaikan lebih gampang diingat
Salah satu karakteristik kartu adalah memudahkan siapa untuk
mengingat pesan yang ada di dalam kartu tersebut. Pesan-pesan pendek yang
ada pada setiap kartu sortir tersebut dapat diingat oleh peserta dengan lebih
mudah. Karena yang ditampilkan didalam kartu bukan deskripsi materi yang
panjang, melainkan sub-sub materi yang simple dan mudah diingat.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan
metode card sort untuk meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik
Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010, dapat peneliti kemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode card sort pada pembelajaran PAI mempermudah bagi
guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan
/ menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari prosentase
ketuntasan belajar secara klasikal pada tahap pra siklus sebesar 64,29%,
pada siklus I sebesar 85,71%, dan pada siklus II ketuntasan belajar peserta
didik mencapai 100%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga mengalami
peningkatan yang signifikan, yaitu para tahap pra siklus sebesar 62, siklus
I sebesar 72, dan pada siklus II naik menjadi 82. Hal ini berarti, target
yang ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta
didik secara klasikal mencapai 90 % dan secara individual nilai rata-rata
yang diperoleh peserta didik 65 sudah tercapai.
2. Aktivitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menerapkan
metode card sort. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktivan
peserta didik melalui kerja sama antar kelompok. Guru juga mudah
memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan
permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan
dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik
ini dapat terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus II, secara berturut-turut
sebesar: 45,00%, 70,00 % dan 82,50 %. Dengan begitu target yang ingin
dicapai telah terpenuhi yaitu prosentase aktifitas peserta didik sebesar
80%.
56
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan
metode card sort untuk meningkatkan prestasi belajar PAI peserta didik
Kelas III SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010, maka ada beberapa saran yang penulis tujukan kepada para
pemerhati dan praktisi pendidikan sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Bagi guru, untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan
kualitas hasil belajar yang baik dengan menggunakan metode card sort
diperlukan persiapan penguasaan materi dengan baik, menggali
pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan materi yang akan
dibahas dan hal-hal yang terkait dengan unsur metode card sort seperti
mempersiapkan kartu sortir yang menarik.
2. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik, SD Muhammadiyah Plus Jatisari Mijen
Semarang khususnya, dan peserta didik secara umum, agar lebih rajin,
tekun dan sabar dalam pembelajaran PAI. Melalui metode card sort,
pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan dan pada akhirnya prestasi
belajar pun akan meningkat.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya atau pihak lain yang ingin melakukan
penelitian yang serupa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya. Dan
mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan 2 siklus, maka peneliti lain
diharapkan dapat melanjutkan temuan yang lebih signifikan.
C. Penutup
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, dengan disertai doa semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
57
Penulis menyadari, meskipun penulisan skripsi ini sudah diusahakan
semaksimal mungkin, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Semua itu semata-mata karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan
lebih lanjut.
Akhirnya penulis berdoa, semoga Allah SWT., senantiasa
menganugerahkan rahmat, hidayah dan berkah-Nya kepada kita semua dan
mudah-mudahan skripsi ini ada manfaatnya bagi kita semua, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
-------, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara., 2006.
Arikunto, Suharsimi, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Azis, Sholeh Abdul dan Abdul Azis Madjid, Tarbiyah Wa Turuqu At-Tadris, Jus.
1., Makkah : Darul Ma'rif, tth.
Campbell, Linda et.al., Metode Praktis Pembelajaran, Terj. Tim Intuisi, Depok :
Intuisi Press, 2006.
Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
-------, Shalat: Seni Pendidikan dan Keimanan untuk Anak-Anak, Jakarta: CV.
Ruhama, 1996.
Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen
Agama RI, 2006.
Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untuk
Menerapkan Accelerated Learning, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2002.
Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka
Educa, 2010.
Ismail, Andang, Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media, 2006.
Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,
Semarang: RASAIL Media Group, 2008.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2004.
Malvin Silberman, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, terj.
Sardjuli, Yogyakarta: Yappendis, 1996.
Morgan, Clifford T., Introduction to Psychology, New York: In Grow Hill, 1971.
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikoilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, t.kp: Andalan Kitam 2007.
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1990.
Slamet, Untung, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2005.
Soenarjo, A., dkk., Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Thoha Putra, 1989.
Sudjana, Nana, CBSA: Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996.
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:
Widya Karya, 2009.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Roghib Ashfihani
Tempat/Tanggal lahir : Semarang, 5 Januari 1977
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kedungpane RT 06 RW X Ngaliyan Semarang
Jenjang Pendidikan :
1. SD Al Irsyad Lulus Tahun 1988
2. SMP Muhammadiyah I Semarang Lulus Tahun 1991
3. SMA Assalam Solo Lulus Tahun 1995
4. IAIN Walisongo Angkatan 2007
Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan
semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.
Semarang, Maret 2011
Penulis
Roghib Ashfihani
NIM. 073111408
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
PRA SIKLUS
No
Resp
Skor
Jml % Ket.
A B C D E
R-1 2 2 2 2 2 10 50.00 Kurang
R-2 1 1 2 2 2 8 40.00 Kurang
R-3 2 2 2 2 2 10 50.00 Kurang
R-4 1 2 2 2 2 9 45.00 Kurang
R-5 2 1 2 2 2 9 45.00 Kurang
R-6 1 1 2 2 1 7 35.00 Sangat Kurang
R-7 1 2 2 3 2 10 50.00 Kurang
R-8 2 2 2 2 1 9 45.00 Kurang
R-9 1 3 3 3 2 12 60.00 Cukup
R-10 1 1 1 2 2 7 35.00 Sangat Kurang
R-11 2 2 2 3 3 12 60.00 Cukup
R-12 1 2 2 2 1 8 40.00 Kurang
R-13 2 1 2 2 2 9 45.00 Kurang
R-14 1 2 1 2 2 8 40.00 Kurang
Jml 20 24 27 31 26 128
rata-
rata
1 2 2 2 2 9 45.00 Kurang
% 35.7 42.9 48.2 55.4 46.4
Krite
Sangat
Kurang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Keterangan:
Aspek Pengamatan
A = Tingkat kerja sama peserta didik
B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran
C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung
D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas
E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Klasifikasi Aktivitas
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
SIKLUS I
No
Resp
Skor
Jml % Ket.
A B C D E
R-1 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik
R-2 2 3 3 3 2 13 65.00 Cukup
R-3 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
R-4 3 2 3 3 2 13 65.00 Cukup
R-5 3 2 3 3 3 14 70.00 Baik
R-6 2 2 3 2 2 11 55.00 Kurang
R-7 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik
R-8 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
R-9 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
R-10 3 2 2 2 2 11 55.00 Kurang
R-11 3 3 2 3 3 14 70.00 Baik
R-12 3 2 2 2 3 12 60.00 Cukup
R-13 2 3 3 3 2 13 65.00 Cukup
R-14 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
Jml 39 37 37 39 37 189
rata-
rata
3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
% 69.6 66.1 66.1 69.6 66.1
Krite
Baik Baik Baik Baik Baik
Keterangan:
Aspek Pengamatan
A = Tingkat kerja sama peserta didik
B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran
C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung
D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas
E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Klasifikasi Aktivitas
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PESERTA DIDIK
SIKLUS II
No
Resp
Skor
Jml % Ket.
A B C D E
R-1 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik
R-2 3 4 3 4 4 18 90.00 Sangat Baik
R-3 3 3 3 4 3 16 80.00 Sangat Baik
R-4 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik
R-5 3 3 4 3 3 16 80.00 Sangat Baik
R-6 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
R-7 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik
R-8 4 4 3 4 3 18 90.00 Sangat Baik
R-9 3 3 3 4 3 16 80.00 Sangat Baik
R-10 4 3 4 3 3 17 85.00 Sangat Baik
R-11 3 3 3 3 3 15 75.00 Baik
R-12 3 3 2 3 4 15 75.00 Baik
R-13 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik
R-14 4 4 3 3 3 17 85.00 Sangat Baik
Jml 49 49 43 46 44 231
rata-
rata
4 4 3 3 3 17 82.50 Sangat Baik
% 87.5 87.5 76.8 82.1 78.6
Krite
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Baik
Sangat
Baik
Baik
Keterangan:
Aspek Pengamatan
A = Tingkat kerja sama peserta didik
B = Peserta didik antusias mengikuti pelajaran
C = Perhatian peserta didik saat pelajaran sedang berlangsung
D = Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas
E = Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru atau teman
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Klasifikasi Aktivitas
0% - 39% = Sangat Kurang
40% - 55% = Kurang
56% - 65% = Cukup
66% - 79% = Baik
80% - 100% = Sangat Baik
NILAI HASIL BELAJAR PAI
PRA SIKLUS
No. Resp. Nilai KKM Keterangan
R-1 60 65 Tidak Tuntas
R-2 73 65 Tuntas
R-3 67 65 Tuntas
R-4 53 65 Tidak Tuntas
R-5 47 65 Tidak Tuntas
R-6 60 65 Tidak Tuntas
R-7 67 65 Tuntas
R-8 73 65 Tuntas
R-9 60 65 Tidak Tuntas
R-10 67 65 Tuntas
R-11 60 65 Tidak Tuntas
R-12 67 65 Tuntas
R-13 53 65 Tidak Tuntas
R-14 67 65 Tuntas
Jml 874
Rata-rata 62
%Ketuntasan 64.29
NILAI HASIL BELAJAR PAI
SIKLUS I
No. Resp. Nilai KKM Keterangan
R-1 73 65 Tuntas
R-2 80 65 Tuntas
R-3 80 65 Tuntas
R-4 67 65 Tuntas
R-5 60 65 Tidak Tuntas
R-6 65 65 Tuntas
R-7 73 65 Tuntas
R-8 80 65 Tuntas
R-9 73 65 Tuntas
R-10 80 65 Tuntas
R-11 80 65 Tuntas
R-12 73 65 Tuntas
R-13 53 65 Tidak Tuntas
R-14 73 65 Tuntas
Jml 1010
Rata-rata 72
%Ketuntasan 85.71
NILAI HASIL BELAJAR PAI
SIKLUS II
No. Resp. Nilai KKM Keterangan
R-1 80 65 Tuntas
R-2 87 65 Tuntas
R-3 93 65 Tuntas
R-4 80 65 Tuntas
R-5 67 65 Tuntas
R-6 87 65 Tuntas
R-7 73 65 Tuntas
R-8 87 65 Tuntas
R-9 80 65 Tuntas
R-10 93 65 Tuntas
R-11 87 65 Tuntas
R-12 80 65 Tuntas
R-13 73 65 Tuntas
R-14 87 65 Tuntas
Jml 1154
Rata-rata 82
%Ketuntasan 100.00
REKAPITULASI NILAI AKTIFITAS PESERTA DIDIK
No. Resp. PRA SIKLUS I SIKLUS II
R-1 10 14 17
R-2 8 13 18
R-3 10 15 16
R-4 9 13 17
R-5 9 14 16
R-6 7 11 15
R-7 10 14 17
R-8 9 15 18
R-9 12 15 16
R-10 7 11 17
R-11 12 14 15
R-12 8 12 15
R-13 9 13 17
R-14 8 15 17
Jml 128 189 231
rata-rata
9 15 17
2 3 3
% 45.00 75.00 82.50
kriteria Kurang Baik Sangat Baik
REKAPITULASI NILAI TES
No. Resp. PRA SIKLUS I SIKLUS II
R-1 60 73 80
R-2 73 80 87
R-3 67 80 93
R-4 53 67 80
R-5 47 60 67
R-6 60 65 87
R-7 67 73 73
R-8 73 80 87
R-9 60 73 80
R-10 67 80 93
R-11 60 80 87
R-12 67 73 80
R-13 53 53 73
R-14 67 73 87
Jml 874 1010 1154
Rata-rata 62 72 82
%Ketuntasan 64.29 85.71 100.00
Kriteria Cukup Baik Baik Sekali
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
No Aspek yang Dinilai
Penilaian
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
1. Penerapan metode pembelajaran 2 3 4
2. Menciptakan berkomunikasi dua arah 1 2 3
3. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 2 3 4
4. Membimbing peserta didik selama proses
pembelajaran
2 3 4
5. Menjawab pertanyaan peserta didik 2 3 4
6. Memberikan motivasi pada peserta didik 2 3 3
Jumlah
11 16 22
Rata-rata
2 3 4
Kriteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik

También podría gustarte