Está en la página 1de 12

a.

Definisi
Adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah menaalami osteoporosis,
garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5 cm proximal garis sendi,
bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi
dari processus styloideus ulna (Abraham colles 1814).
b. Ruang lingkup :
Berdasarkan perribagian:
1. Frykman 1967
Didasarkan atas adanya fraktur pada sendi radiocarpalia, radio ulna bagian distal dan
processus styloideus ulna. Makin tinggi tipe fraktur makin jelek prognosis.
2. Sallter
Membagi fraktur menjadi stabil dan tak stabil yang didasarkan pada banyaknya komunitas
fraktur dibagian distal.
3. Sarmento 1981
Membagi fraktur atas dasar peranjakan dan adanya fraktur pada sendi radio carpalia.
Insiden:
Kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60 % dari fraktus radius umur atas
50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria, sedang umur kecil dari 50
tahun wanita sama dengan pria.
c. Indikasi Operasi
Kominusi Dorsal lebih dari 50% dari dorsal ke palmar distance
Kominusi metafiseal Palmar
Initial dorsal tilt lebih dari 20
Pergeseran initial (fragment translation) lebih dari 1 cm
Pemendekan Initial lebih dari 5 mm
Disrupsi Intra-artikuler
Disertai Fraktur ulna
Osteoporosis masif
d. Kontraindikasi non-operatif
(tidak ada)
e. Diagnosis Banding
1. Fraktur pergelangan tangan tipe lainnya
2. Dislokasi sendi Wrist
f. Pemeriksaan Penunjang
X-ray
Penanganan Reduksi tertutup
Prinsip
Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil reposisi dan cegah
komplikasi karena reposisi yang anatomis akan memberikan fungsi yang
baik. Reposisi dapat dilakukan dalam anestesi lokal, regional blok atau
anestesi umum.
Teknik reposisi
Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan dengan cara
disimpaksi, traksi, reposisi, dan
imobilisasi dilakukan selama 2-5 menit. Fungsi yang baik tercapai jika post
reposisi angulasi dorsal < 15
0
pemendekan radius < 3mm
Metode Imobilisasi
Konservatif dengan gip atau lungtional brace.
Operatif dengan fiksator
Posisi pergelangan tangan
- Posisi palmar fleksl 15 dan ulnar deviasi 20
Posisi lengan bawah
Posisi pronasi ( klasik )
Posisi supinasi
Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari
fraktur sudah cukup stabil
dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement
imobilisasi cukup 3-4 minggu.
Fisioterapi
Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena penderita
diharapkan bekerja biasa setelah 3-4 bulan fraktur.
Komplikasi
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Dini
Kompresi / trauma a. ulnaris dan medianus
Kerusakan tendon
Edema post reposisi
Redislokasi
2. Lanjut
Arthrodosis dan nyeri kronis
Shoulder hand syndrome
Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
Malunion/ non union
Stiff hand
Volksman ischemic contraktur
Suddeck atropi
Mortalitas (tidak ada)
Perawatan Pasca reduksi tertutup
Imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggut,
Follow up
Pengawasan pasca pemasangan gips dan komplikasi pemasangannya.
Latihan isometrik segera dilakukan dan oposisi jari. Mengganti gips bila
pembengkakan pergelangan tangan telah mereda, biasanya setelah satu
minggu, dan mengganti dengan forearm splint bila telah clinical union

http://bedahumum.wordpress.com/tag/fraktur-colles/








Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan.
Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini
tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.

Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang
yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama
fraktur Colles. (Armis, 2000). Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang
memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang. (Apley & Solomon, 1995)
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi.
Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana
garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius terjadi
dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari
prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal (Reksoprodjo, 1995)
Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan. Dua hal
yang harus terus menerus diingat : (1) pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi
berkonsentrasi pada pengembalian gerakan; (2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari
harus mendapatkan latihan sejak awal. (Apley & Solomon, 1995)
Melihat masih cukup tingginya angka kejadian fraktur Colles maka perlu diketahui insidensi fraktur Colles di
RSUD Saras Husada Purworejo, agar dapat dilakukan perawatan dan penanganan secara intensif pada tiap-tiap
kasusnya.

A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles
pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran
dorsal fragmen distal. (Apley & Solomon, 1995)

B. Anatomi dan Kinesiologi
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan
dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di
sebelah volar dan dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain
terdapat ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang
melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulna.
Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligament
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid
triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna.
Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi
radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah
gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral) seperti diperlihatkan
pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral umumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti
fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila
reduksinya tidak sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi
radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah
bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak memperhitungkan angulasi akan
menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987)

C. Patofisiologi
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan trauma langsung, yaitu
jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan
bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)
Benturan mengena di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang
mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan
pergeseran dorsal. (Apley & Solomon, 1995) Garis fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus styloideus
radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik
digambarkan seperti garpu terbalik (dinner fork deformity). (Armis, 2000)

D. Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal. Namun yang paling sering
digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan
menjadi 4 tipe berikut : (Simon & Koenigsknecht, 1987)
Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar

E. Trauma/Kelainan yang Berhubungan
Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi berbarengan dengan trauma atau luka yang berhubungan, antara lain
: (Simon & Koenigsknecht, 1987)
1. Fraktur prosesus styloideus (60 %)
2. Fraktur collum ulna
3. Fraktur carpal
4. Subluksasi radioulnar distal
5. Ruptur tendon fleksor
6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris

F. Manifestasi Klinis
Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan) dengan sebutan
deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada
pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan
digerakkan. (Apley & Solomon, 1995) Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena.

Gambar 3. Dinner fork deformity



G. Diagnosis
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat
dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis
dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui
letak persis patahannya (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan
stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada
keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh. (Reksoprodjo, 1995). Terdapat
fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen
radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-
kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat (Apley & Solomon, 1995)

Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan tangan, (c)
Pergeseran ke belakang dan ke radial

Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur. Dalam evaluasi fraktur,
beberapa pertanyaan berikut perlu dijawab:
1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna atau pada collum ulna ?
2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?
3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?
Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi radioulnar distal. Selain itu, evaluasi sudut
radiokarpal dan sudut radioulnar juga diperlukan untuk memastikan perbaikan fungsi telah lengkap. (Simon &
Koenigsknecht, 1987)

H. Penatalaksanaan
- Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan
sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
- Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan
di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen;
fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau
posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal
dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep.
Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Gambar 5. Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c) deviasi ulnar
Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi
dipertahankan hingga gips mengeras
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai setelah pasien
sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk
membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya
diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas
dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

Gambar 6. (a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh pasien secara teratur

- Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya
dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi
dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. (Apley & Solomon, 1995)
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan komplikasi jangka panjang.
Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya
harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip
yang perlu diketahui, sebagai berikut :
Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran fragmen
Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah palmar, sedangkan
angulasi dorsal tidak
Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit
dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan :
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps dan siku dielevasi sebanyak
90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau
sampai fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal
tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka
beban dapat diturunkan.
4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi terhadap pergelangan tangan
sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan anteroposterior long arms
splint
6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan
juga pemeriksaan pada saraf medianusnya
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk mengurangi bengkak.
Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari
ketiga dan dua minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan
untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

Gambar 7. Reduksi pada fraktur Colles

I. Komplikasi
Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan
Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang
terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal
berkurang.
Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap
menjadi keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari,
waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan
akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan osteoporosis
dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang
Lanjut
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang
terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya
terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif lebih muda, 2,5 cm bagian bawah ulna
dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat
dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan
tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.
Atrofi Sudeck , kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan
trofik yang berat.
Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa minggu setelah terjadi fraktur radius
bagian bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan itu
dan diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan. (Apley & Solomon, 1995)

http://medlinux.blogspot.com/2008/07/fraktur-coles.html












Penatalaksanaan Pada Fraktur Colles
Fraktur yang terjadi pada bagian metafisis tulang radius bagian distal ini sering terjadi pada wanita
berusia diatas 50 tahun, karena proses penuaan dan osteoporosis.

Gejala Klinis
Biasanya fraktur ini terjadi pada saat seseorang jatuh dengan menumpu pada telapak tangan dengan
lengan bawah pada keadaan pronasi (menghadap ke bawah). Keadaan ini (dorsifleksi
tangan dan deviasi dari radial) menyebabkan kekhasan lokasi dan karakeristik dari
fraktur ini. Pada pemeriksaan fisis, terlihat jelas adanya perubahan bentuk yang
menyerupai garpu, dikenal sebagai dinner fork deformity. Terdapat pembengkakan
pada pergelangan tangan dan nyeri pada pergerakan atau penekanan. Terbatasnya
gerakan sendi pergelangan tangan juga menunjukkan adanya fraktur ini.

Penatalaksanaan
Pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan
below-elbow cast selama 4 minggu
Pada jenis fraktur yang displaced :
1. Dilakukan reduksi tertutup
2. Imobilisasi, dapat dengan cara :
Plaster cast, selama 3 minggu
Three quarter slab
External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak stabil
dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun
Pemeriksaan Tambahan
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur ini,
yaitu :
Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius
Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat
terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif
Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :
Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal
Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan crushing dari tulang cancellous
Komplikasi
Kekakuan jari
Kekakuan bahu
Malunion (salah menyambung)
Subluksasi residual dari sendi radioulnar
Sudecks reflex sympathetic dystrophy
Late rupture of the tendon of the extensor pollicis longus
http://widodo-sarono.blogspot.com/2011/07/penatalaksanaan-pada-fraktur-colles.html























Faktur Colles
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
fraktur mel i nt ang pada r adi os t epat di at as per gel angan t angan, dengan
per ges er andorsal fragmen distal. ini adalah fraktur yang paling sering
ditemukan padamanula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan
osteoporosis pasca menopause. karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki
riwayat jatuh pada tangan yang terentang.Mekanisme CideraBenturan mengena disepanjang
lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. tulang mengalami farktur
pada sambungan krotikokanselosa danfragmen distal remuk ke dalam ekstensi
dan pergeseran dorsal.Fraktur Colles sering digolongkan berdasarkan apakah prosesus
stiloideus ulna juga mengalami fraktur, apakah sendi radioolunar terlibat dan
apakah sendi21

radiokarpal terlibat (Frykman, 1967) kita memilih untuk mempelajari
secaraterpisah fraktur yang melibatkan sendi radiokarpal : kelompok sisanya,
yangutama, diterapi dengan cara yang sama dan dipeljari bersama-samaGambaran
klinik Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiologidiciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan
penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. pada pasien dengan
sedikitdeformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangantangan
digerakan.

También podría gustarte