Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
\
|
=
Keterangan :
KRi : Kerapatan relatif
n : Total tegakan seluruh jenis
ni : Jumlah total individu ke-i
C. Fekuensi Jenis (Fi)
Frekuensi jenis (Fi) yaitu peluang ditemukannya suatu jenis ke-i dalam semua
petak contoh dibandingkan dengan jumlah total petak contoh yang dibuat.
Untuk menghitung frekuensi jenis (Fi) digunakan rumus :
=
p
pi
Fi
Keterangan :
Fi : Frekuensi jenis ke-i
pi : Jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis ke-i
n : Jumlah total petak contoh yang dibuat
D. Frekuensi Relatif (FRi)
Ferkuensi relatif (FRi) adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke-i dengan
jumlah frekuensi seluruh jenis. Untuk menghitung frekuensi relatif (FRi)
digunakan rumus :
% 100 X
p
Fi
FRi
|
|
.
|
\
|
=
Keterangan :
FRi : Frekuensi jenis ke-i
Fi : Frekuensi jenis ke-i
p : Jumlah total petak contoh yang dibuat
E. Penutupan Jenis (Ci)
Penutupan jenis (Ci) adalah luas penutupan jenis ke-i dalam suatu unit area
tertentu.
A
BA
Ci
=
Dimana,
4
DBH t
= BA
Keterangan :
Ci : Penutupan jenis
BA : Basal Area
A : Luas total area pengambilan contoh
DBH : Diameter batang pohon,
: Konstanta (3,1416)
F. Penutupan Relatif (CRi)
Penutupan relatif (CRi) yaitu perbandingan antara penutupan jenis ke-i dengan
luas total penutupan untuk seluruh jenis. Untuk menghitung CRi, maka
digunakan rumus % 100 X
C
Ci
CRi
|
|
.
|
\
|
=
Keterangan :
RCi : penutupan relatif
Ci : Penutupan jenis ke-i
C : Penutupan total untuk seluruh jenis
G. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) adalah penjumlahan nilai relatif (KRi), frekuensi
relatif (FRi) dan penutupan relatif (CRi) dari mangrove (Bengen, 2004)
dengan rumus:
INP = KRi + FRi + CRi
Indeks nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 300. Nilai penting ini
memberikan gambaran tentang peranan suatu jenis mangrove dlam ekosistem
dan dapat juga digunakan untuk mengetahui dominansi suatu spesies dalam
komunitas.
3.3.3. Parameter Sosial Ekonomi
Data nilai sosial dianalisis untuk mengetahui kondisi masyarakat di sekitar
kawasan wisata, peran keberadaan kelembagaan dan pemanfaatan sumberdaya
oleh masyarakat setempat. Analisis berdasarkan data data primer dan sekunder
yang dikumpulkan dari lapang maupun instansi terkait mengenai keberadaan
sumber daya manusia, pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumberdaya
alam sekitar kawasan wisata oleh masyarakat sekitar lokasi praktikum.
Tabel 2. Indikator Sosial
Variabel Indikator
Skor
1 2 3 4 5
Jumlah Penduduk Jiwa <750
750 -
1250
1251 -
1750 1751 - 2250 > 2250
Pertumbuhan
penduduk %/th <0,5 0,5-1 1-1,5 1,5-2 >2
Kepadatan
penduduk jiwa/km2 1-50 51-250 251-400 401-450 >451
Kelompok umur
% kel. Umur
(15-55 th.) <20 20-40 40-60 60-80 >80
Tingkat pendidikan
% dominasi
kelompok
pendidikan PT SLA SMP SD tidak
Pendapatan
pengelompoka
n keluarga
sejahtera (%) <20 20-40 40-60 60-80 >80
Sumber: Wardhani dan Sembel (2009)
Tabel 3. Indikator Ekonomi
Variabel Indikator
Skor
1 2 3 4 5
Strafikasi sosial keberadaan tidak ada ada
Ttadisi/norma keberadaan tidak ada ada
Pluraslisme
% penganut agama
(dominan) <20 20-40 40-60 60-80 >80
Konflik sosial frekuensi (%) <20 20-40 40-60 60-80 >80
Gangguan kegiatan
sekitar frekuensi (%) <20 20-40 40-60 60-80 >80
Tingkat pengangguran % <20 20-40 40-60 60-80 >80
Gangguan kesehatan prevalensi ISPA <20 20-40 40-60 60-80 >80
Persepsi terhadap
kegiatan sekitar % <20 20-40 40-60 60-80 >80
Tokoh
keberadaan dan
peran tidak ada ada
Sumber: Wardhani dan Sembel (2009)
Tabel 4. Indikator Kelembagaan
Variabel Indikator
Skor
1 2 3 4 5
Kelembagaan sosial
masyarakat Keberadaan ada tidak
Bentuk Pemilikan dan Keberadaan monopoli tidak
Penguasaan Fasilitas monopoli
Fasilitas Umum Keberadaan dekat jauh
Lokasi tempat wisata Keberadaan
di luar
pemukiman
di dalam
pemukiman
Sumber: Wardhani dan Sembel (2009)
3.3.4. Analisis Kesesuaian Lahan Wisata Pantai
Analisis keruangan untuk kesesuaian bertujuan untuk menentukan daerah
yang dianggap potensial berdasarkan kriteria-kriteria yang berhubungan secara
langsung dengan daerah pesisir yang menjadi objek penelitian (Aronoff 1991).
Kesesuaian kawasan yang dihasilkan dalam kegiatan/analisis ini merupakan
kesesuaian aktual atau kesesuaian pada saat ini (current suitability). Kesesuaian
aktual ini menunjukkan kondisi kawasan saat ini berdasarkan data yang tersedia
dan belum mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan serta tingkat
pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala fisik atau
faktor-faktor penghambat yang kemungkinan ada. Potensi wisata pantai
ditentukan berdasarkan zonasi tingkat kerentanan pada peta kerentanan
lingkungan dan sumberdaya sesuai dengan peruntukannya. Hal ini dikarenakan
setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang
sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Rumus yang digunakan
untuk kesesuaian wisata adalah (Hutabarat et al. 2009):
% 100 X
Nmaks
Ni
IKW
(
=
Keterangan:
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
Ni : Nilai Parameter ke-i (bobot x skor)
N maks : Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Penentuan kesesuaian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang
diperoleh dari setiap parameter. Keseuaian kawasan dilihat melalui tingkat
persentase kesesuaian dari penjumlahan nilai seluruh parameter. Parameter-
parameter tersebut mempunyai kriteria-kriteria yang berfungsi untuk menentukan
variabel kesesuaian pengembangan wisata pantai dan setiap variabel
menggambarkan tingkat kecocokan untuk penggunaan tertentu. Pada praktikum
ini variabel kesesuaian dibagi menjadi 3 kelas yang didefinisikan sebagai berikut:
- Kategori Sangat Sesuai (S1)
Kawasan tidak memiliki pembatas yang serius untuk suatu penggunaan
tertentu secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti
dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap kegiatan atau produksi lahan
tersebut, serta tidak akan menambah masukan dari pengusahaan lahan
tersebut.
- Kategori Sesuai (S2)
Kawasan yang memiliki pembatas yang agak besar untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas tersebut akan
mengurangi aktivitas dan keuntungan yang diperoleh, serta meningkatkan
masukan untuk mengusahakan lahan tersebut.
- Kategori Sesuai Bersyarat (S3)
Daerah ini memiliki pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan
tingkat perlakuan yang harus ditetapkan.
- Kategori Tidak Sesuai (N)
Kawasan yang memiliki pembatas permanen/berat, sehingga tidak mungkin
dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. Oleh karena itu
perlu mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Tabel 5 Matriks Kesesuaian Lahan Wisata Wisata Mangrove
No Parameter Bobot S1 S2 S3 N Keterangan
1.
Ketebalan Mangrove
(m)
5 >500
>200-
500
50-200 <50
NilaiSkor:
Kelas S1=4
Kelas S2=3
Kelas S3=2
Kelas N=1
Nilai Maks:
52
2.
Kerapatan Mangrove
(100m
2
)
3
>15-
25
>10-
15
5-10 <5
3. Jenis Mangrove 3 >5 3-5 1-2 0
4. Pasang Surut (m) 1 0-1 >1-2 >2-5 >5
5.
Obyek Biota (Jumlah
jenis biota)
1 >4 3-4 2
Salah
satu biota
Sumber: Modifikasi dari Yulianda (2007)
Tabel 6 Matriks Kesesuaian Lahan untuk Wisata Rekreasi Pantai
No Parameter Bobot S1 S2 S3 N Keterangan
1.
Kedalaman
Dasar
perairan (m)
5 0-5 6-10 11-15 > 15
NilaiSkor:
Kelas S1=4
Kelas S2=3
Kelas S3=2
Kelas N =1
Nilai Maks:
112
2. Tipe Pantai 5
Pasir
putih
Pasir
putih,
sedikit
karang
Pasir
hitam,
berkarang,
sedikit
terjal
Lumpur,
berbatu,
terjal
3.
Lebar Pantai
(m)
5 > 15 10-15 3-<10 < 3
4.
Material
Dasar
Perairan
3 Pasir
Karang
berpasir
Pasir
berlumpur
Lumpur
5.
Kecepatan
Arus
(cm/dtk)
3 0-0.17 0.17-0.34 0.34-0.51 > 0.51
6.
Kemiringan
Pantai ()
3 <10 10-25 >25-45 >45
7.
Kecerahan
Perairan (m)
1 >10 >5-10 3-5 <2
8.
Penutupan
Lahan Pantai
1
Kelapa,
lahan
terbuka
Semak
Belukar
rendah,
savana
Belukar
tinggi
Hutan
bakau,
pemukiman
dan
pelabuhan
9.
Biota
Berbahaya
1
Tidak
ada
Bulu babi
Bulu babi,
ikan pari
Bulu babi,
ikan pari,
lepu, hiu
10.
Ketersediaan
Air Tawar
(jarak/km)
1 <0.5 >0.5-1 >1-2 >2
Sumber: Modifikasi dari Yulianda (2007) dan Bakosurtanal (1996)
Tingkat Kesesuaian Wisata Pantai:
S1 : Sangat sesuai (nilai 80-100%) S3 : Sesuai bersyarat (nilai 35-<60%)
S2 : Cukup sesuai (nilai 60-<80%) N : Tidak sesuai (nilai <35%)
3.3.5. Analisis Daya Dukung Wisata
Potensi ekologis pengunjung dihitung berdasarkan area yan digunakan
untuk beraktifitas dan alam masih mampu untuk mentolerir kehadiran
pengunjung.
Tabel 7 Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)
Jenis Kegiatan Jml Pengunjung
(Orang)
Unit
Area (Lt)
Keterangan
Wisata
Mangrove
1 50 m
2
Dihitung panjang track, setiap 1 orang
sepanjang 50 m
Rekreasi Pantai 1 50 m
2
1 orang setiap 50 m panjang pantai
Sumber: Hutabarat et al (2009)
Di sisi lain, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah waktu kegiatan
pengunjung (Wp) yang dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh
pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata (Tabel). Waktu pengunjung
diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu
kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu
kerja sekitar 8 jam (jam 8-16).
Tabel 8 Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata
No. Kegiatan wisata Waktu yang dibutuhkan
Wp- (jam)
Total waktu 1 hari
Wt-(jam)
1. Wisata mangrove 2 8
2. Rekreasi pantai 3 6
Sumber: Hutabarat et al (2009)
Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara
lestari. Hal ini dikarenakan pengembangan ekowisata bahari tidak bersifat
pariwisata masal (mass tourism), mudah rusak dan ruang pengunjung yang sangat
terbatas, sehingga diperlukan penentuan daya dukung kawasan. Metode yang
diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata bahari
dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah
jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan
yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan
manusia. Perhitungan DDK dalam bentuk rumus sebagai berikut (Hutabarat et al.,
2009):
Dimana:
DDK : Daya Dukung Kawasan (Orang/hari)
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata
dalam satu hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff S. 1991. Geographic Information System A Management Perspektive.
WDL Publications. Ottawa.
[Bakosurtanal] Badan Koordinator Survei Tanah Nasional. 1996. Pengembangan
Prototipe Wilayah Pesisir dan Marina Kupang NTT. Pusat Bina Aplikasi
Inderaja dan SIG. Jakarta.
Bengen D G. 2004. Pedoman teknis: Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor.
Cicin S, R W Knecht. 1998. Integrated Coastal and Marine Management. Island
Press, Washington D.C.
Cicin S, R W Knecht. 1998. Integrated Coastal and Marine Management. Island
Press, Washington D.C.
Elly M J. 2009. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Aplikasi Arc View 3.2
dan ERMapper 6.4. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hall C M. 2001. Trends in ocean and coastal tourism: the end of the last frontier?
Ocean & Coastal Management Vol 44: 601618 p.
Hutabarat A A, F Yulianda, A Fahrudin, S Harteti, Kusharjani. 2009. Pengelolaan
Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pusdiklat Kehutanan Departemen
Kehutanan RI. SECEM-Korea International Coorporation Agency. Bogor.
Kim S dan Y Kim. Overview of Coastal and Marine Tourism in Korea. 1996.
Journal of Tourism Studies Vol 7 (2): 4653 p.Lawaherilla N E. 2002.
Pariwisata Bahari: Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan.
Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut
Pertanian Bogor.
Miller M. 1993. The Rise of Coastal and Marine Tourism. Ocean & Coastal
Management Vol 21 (13): 18399p.
Orams M. 1999. Marine Tourism: Development, Impacts and Management.
London: Routledge.
Ryan C. 2002. Equity, Management, Power Sharing and Sustainability Issues of
The New Tourism. Tourism Management Vol 23: 1726 p.
Samiyono, Trismadi. 2001. Peta Pelayaran Wisata Bahari Indonesia. Prosiding
Seminar Laut Nasional III. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia 29-31
Mei. Jakarta.
Setyawan A D, K Winarno. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove
di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. . Jurnal Biodiversitas Vol 7
(2): 159-163 hal.
Sunarto. 2000. Kausalitas Poligenik dan Ekuilibrium Dinamik sebagai Paradigma
dalam Pengelolaan Ekosistem Pesisir. Prosiding. Seminar Nasional
Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-pulau Kecil dalam Konteks
Negara Kepulauan. Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Wardhani M K dan Sembel L. 2009. Rancangan Indikator Kerentanan Kawasan
Wisata Pantai. Presentasi Tugas Kerentanan Lingkungan Pesisir dan
Lautan. Mayor Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Wong P P. 1991. Coastal Tourism in Southeast Asia. ICLARM Education Series
13. International Centre For Living Aquatic Resources Management,
Manila, Philippines: 40 p.
Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. (Makalah) Disampaikan pada Seminar Sains
21 Februari 2007 pada Departemen Manajenem Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.