Está en la página 1de 6

PAPER METODOLOGI dan RISET KEPERAWATAN HASRAT INGIN TAHU MANUSIA

Dosen pengampu:

Disusun oleh : Kelompok 11


Vera Putriarti Winda Rezky Saputri Wahyu Romadhoni Wiwing Megawati

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2012/2013

BAB II PEMBAHASAN Ilmu pengetahuan sebenarnya merupakan kumpulan pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur dan kebenarannya sudah teruji (Marzuki, 1977, h.1). Salah satu sifat manusia adalah rasa ingin tahu. Sifat rasa ingin tahu manusia diawali dengan apa?, lalu mengapa? dan berkembang menjadi bagaimana?. Rasa ingin tahu ini yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Rasa ingin tahu bisa timbul karena manusia tidak ingin berada dalam ketidak tahuan, Melalui kemampuannya, manusia dapat mencari atau melakukan penelitian terhadap rasa ingin tahunya tersebut. Karena pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu, rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan . Jadi pengetahuannya tidak statis, sedemikian rupa terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup, juga untuk memenuhi kepuasan hidup serta untuk mencapai cita-cita. Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan apabila dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inheren dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non-ilmiah maupun pendekatan ilmiah

A. Cara Manusia Mencari Kebenaran 1. Penemuan secara kebetulan Penemuan inihasilnya tidak dapat dipastikan benar atau tidak benar. 2. Trial dan error Cara ini dialkukan dengan mencoba dan mencoba lagi. Pada saat mengadakan tondakan (trial) tidak ada kesadaran sama sekali untuk berhasil (bersifat untung - untungan), dan bahkan bisa menjadi salah (error) 3. Otoritas / kewibawaan Keyakinan akan suatu kebenaran yang berasal dari orang terkemuka atau orang yang memiliki kewibawaan. 4. Pemecahan secara spekulasi Cara ini sama dengan tial dan error. Hal yang membedakan adalah cara ini lebih sistematis dan lebih teratur. 5. Dengan berfikir kritis atau berdasarkan pengalaman Kemampuan berfikir yang dimiliki oleh manusia menggunakan dua cara, yaitu : a. Deduktif Jalan fikiran dengan berdasarkan kebenaran umum untuk memperoleh kesimpulan. b. Induktif Jalan fikiran yang berdasarkan fakta fakta dari pengalaman langsung, kemudian menarik kesimpulan secara umum. 6. Metode pendidikan ilmiah Penyelidikan yang dilakukan dengan pendekatan taraf keilmuan, dengan menggunakan asumsi sebab dan akibat.

B.

C. lo

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Informed Consent merupakan suatu izin (consent) atau persetujuan dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan yang sudah dimengertinya. Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI tahun 2008. maka Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang

Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2 menyebutkan dalam memberikan informasi kepada pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting. Bentuk Informed Consent a. Dengan dinyatakan (Expreess) Secara lisan (oral) Secara tertulis (written)

b. Dianggap diberikan Dalam keadaan normal Dalam keadaan gawat darurat (emergency) DAFTAR PUSTAKA Sumber: Buku Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia Last edited by gitahafas on Thu Jun 03, 2010 5:50 am; edited 6 times Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja, Bioetik dan Hukum Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum, Penerbit Pustaka Dwipar, Oktober 2005 Berg, Jessica W., Paul S. Appelbaum, Charles W. Lidz, and Alan Meisel. 2001. Informed Consent: Legal Theory and Clinical Practice. 2nd ed. New York: Oxford University Press. M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan HukumKesehatan Ed.4, Jakarta : EGC. 2008.

También podría gustarte