Está en la página 1de 10

Pendekatan Struktural

Strukturalis pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena uang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Struktur berasal dari kata stuctura, bahasa latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubugannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, dipihak yang lain hubungan antara unsur (unsur) dengan totalistasnya. Sebagai kualitas totalitas, antar-hubungan merupakan energi, motivator terjadinya gejala yang baru, mekanisme yang baru, yang pada gilirannya menampilkan makna-makna baru. Strukturalisme adalah suatu pendekatan terhadap teks dan praktik teks yang berasal dari kerangka teoritis seorang pakar linguistik Swiss, Ferdinand de Saussure. Strukturalisme mengambil dua ide dasar Saussure. Pertama, perhatian pada hubungan yang mendukung teks dan praktik budaya, tata bahasa yang memungkinkan makna. Kedua, pandangan bahwa makna selalu merupakan hasil dari hubungan seleksi dan kombinasi yang dimungkinkan terjadi di dalam struktur yang mendukungnya. Menurut Jean Peaget strukturalisme mengandung tiga hal pokok: Pertama gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah instrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (trasformation), struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahanbahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Begitupun dengan Northrop Frye, baginya kesusastraan ialah sebuah struktur verbal otonom yang terputus dari acuan lain di luar dirinya. Sebuah area yang tersegel dan menatap ke dalam yang mengandung kehidupan dan realitas dalam sebuah sistem hubungan verbal. Yang

dilakukan sistem ini hanya menata ulang unit-unit simbolisnya dalam hubungannya satu sama lain, bukan dalam hubungannya dengan realitas apa pun di luar sistem. Abrams mengatakan ada empat model pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengkaji karya sastra. Pertama, pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri, pendekatan ini disebut objektif. Kedua, pendekatan yang menitikberatkan penulis, disebut ekspresif. Ketiga, pendekatan yang menitik beratkan pada semesta, disebut mimetik. Keempat, pendekatan yang menitikberatkan pembaca, disebut pragmatik. Sebagai pendekatan yang menitik beratkan pada karya itu sendiri, pendekatan objektif identik dengan pendekatan strukturalisme yang bertujuan memaparkan fungsi dan keterkaitan antarunsur karya sastra. Secara garis besar struktur karya sastra (fiksi) dibagi atas dua bagian, yaitu: (1) struktur luar (ekstrinsik) dan (2) struktur dalam (instrinsik). Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut. Struktur dalam (intrinsik) adalah unsur-unsur yang membantuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur (plot), pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa. Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form) dan isi (content) atau makna (significance) yang otonom. Artinya, pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks sastra itu sendiri dan tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya. Karena itulah pendekatan strukturalis memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Dresden dalam Teeuw mengatakan, bagi setiap peneliti sastra, analisis struktur karya sastra merupakan prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Selain itu analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat, teliti dan marik keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna seutuhnya.

Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Pendekatan Komunikatif Pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:40). Jadi, pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedurprosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa. Pendekatan ini lahir akibat ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh metode tatabahasa terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55). Jadi, pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa komunikasi lisan maupun tertulis.

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks. Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajarmengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar. Selanjutnya, untuk memahami hakikat pendekatan komunikatif, menurut Syafiie (dalam http://m.nasirazami.blogspot.com) ada delapan hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Teori Bahasa Pendekatan komunikatif berdasarkan pada teori bahasa yang menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa itu merupakan suatu sistem untuk mengekspresikan makna. Teori ini lebih memberi tekanan pada dimensi semantik dan komunikatif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif yang perlu ditonjolkan ialah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.

b. Teori Belajar Pebelajar dituntut untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dan dituntut untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini ialah teori pemerolehan bahasa kedua secara alami. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar bahasa lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara informal melalui komunikasi langsung di dalam bahasa yang sedang dipelajari. c. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan komunikatif merupakan tujuan yang lebih mencerminkan kebutuhan siswa iaitu kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa ialah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi). d. Silabus Silabus disusun searah dengan tujuan pembelajaran, yang harus dipehatikan ialah kebutuhan para pembelajar. Tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi yang diilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa. e. Tipe Kegiatan Tipe kegiatan komunikasi dapat berupa kegiatan tukar informasi, negosiasi makna, atau kegiatan berinteraksi. f. Peranan Guru Guru berperan sebagai fasilitator, konselor, dan manajer proses belajar.

g. Peranan Siswa Peranan siswa sebagai pemberi dan penerima, sebagai negosiator dan interaktor. Di samping itu, pelatihan yang langsung dapat mengembangkan kompetensi komunikatif pembelajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai struktur bahasa, tetapi menguasai pula bentuk dan maknanya dalam kaitan dengan konteks pemakaiannya.

h. Peranan Materi Materi disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi yang nyata. Materi berfungsi sebagai sarana yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa diharapkan mampu melatih kemampuan berbahasa setiap individu yang berupa (Hartinah 2010:109-110): a. Mengkodifikasikan, mencatat, dan menyimpan berbagai hasil pengalaman dan pengamatan;

b. Mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi; c. Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan; dan

d. Mengkomunikasikan berbagai informasi. 2. Latar Belakang Munculnya Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa muncul pada tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap empat aliran pembelajaran bahasa yang dianut sebelumnya (grammar translation method, direct method, audiolingual method, dan cognitive learning theory). Keempat metode itu memiliki ciri yang sama yaitu pembelajaran bahasa dalam bidang struktur bahasa yang disebut pembelajaran bahasa struktural atau pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan struktural. Pendekatan struktural menitikberatkan pengajaran bahasa pada pengetahuan tentang

kaidah bahasa (tatabahasa) yang biasanya disusun dari struktur yang sederhana ke struktur yang kompleks. Para pebelajar mula-mula diperkenalkan bunyi-bunyi, bentuk-bentuk kata, struktur kalimat, kemudian makna unsur-unsur tersebut. Kelemahan pendekatan struktural ialah tidak pernah memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk berlatih menggunakan bahasa dalam situasi komunikasi yang nyata yang sesungguhnya lebih urgen dimiliki oleh para siswa ketimbang pengetahuan tentang kaidahkaidah bahasa. Memang kurikulum nasional berupaya menanggulangi dan memperbaiki kelemahan tersebut dengan memberi perhatian pada tujuan akhir bahasa: komunikasi fungsional dan pragmatik antara dan sesama insan (Henry Guntur Tarigan 2009:137). Kelemahan dari pendekatan struktural itulah yang mengilhami lahirnya pendekatan komunikatif yang menitikberatkan perhatian pada penggunaan bahasa dalam situasi komunikasi. Pendekatan komunikatif memberikan tekanan pada kebermaknaan dan fungsi bahasa. Dengan kata lain, bahasa untuk tujuan tertentu dalam kegiatan berkomunikasi. 3. Ciri-ciri Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55-56): a. Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa;

b. Tujuan belajar bahasa adalam membimbing peserta didik agar mampu berkomunkasi dalam situasi yang sebenarnya; c. Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa;

d. Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui; e. Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;

f.

Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik dalam berkomunikasi

diperluas; dan g. Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta didik sendiri, dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil 4. Prosedur Pelaksanaan Pendekatan Komunikatif Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif, Finochiaro dan Brumfit (dalam http://m.nasirazami.blogspot.com) menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Penyajian Dialog Singkat Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan Pelatihan ini diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah, kelompok kecil, atau secara individu. c. Tanya Jawab Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, Tanya jawab yang berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua, tanya jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.

d. Pengkajian Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama. e. Penarikan Simpulan

Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang terkandung dalam dialog. f. Aktivitas Interpretatif Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan. g. Aktivitas Produksi Lisan Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas yang bebas. h. Pemberian Tugas Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah.

5 Strategi Pembelajaran Dalam Pendekatan Komunikatif Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi. Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/ mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (Pannen, dkk. 2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning belajar dengan menghafal. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan / siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan pemahaman tersebut, strategi pembelajaran SCL atau pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik adalah strategi pembelajaran yang member kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:27).

También podría gustarte