Está en la página 1de 16

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA





II.1. Kehilangan Gigi Molar Pertama Bawah
II.1.1. Gigi Molar Pertama Bawah


Molar pertama bawah yang sering disebut 6 year molar adalah gigi tetap
pertama yang erupsi, dengan erupsi terjadi sekitar umur 6 tahun. Proses
kalsifikasi terjadi pada saat kelahiran, dimana enamel terbentuk sempurna
pada usia 3 tahun, sedangkan akar terbentuk sempurna pada usia 9 - 10 tahun.
Molar pertama bawah merupakan gigi terbesar pada rahang bawah, dengan
ukuran mesiodistal mahkota lebih besar sekitar 1 mm daripada
bukolingualnya.

Kata molar sendiri diambil dari bahasa Latin, yaitu mola
yang berarti gerinda.

Gigi molar merupakan gigi nonsuccedaneous, yaitu
yang bukan menggantikan gigi sulung.
14,15
Gigi ini berlokasi di distal gigi
Premolar kedua bawah dan di mesial dari gigi Molar kedua bawah. Gigi ini
berantagonis dengan gigi Molar pertama atas dan gigi Premolar kedua atas
pada oklusi normal kelas I.
16
Gigi ini mempunyai fungsi yang sama secara
umum dengan gigi Molar, yaitu: (1) berperan penting pada proses mastikasi
makanan, dalam pengunyahan dan penggilingan makanan sehingga dapat
ditelan, (2) mempertahankan dimensi vertikal wajah, diantaranya: menjaga
hubungan dimensi vertikal, mencegah protrusi dagu, dan mencegah
penampilan yang lebih tua daripada usianya, (3) menjaga kontinuitas
lengkung gigi sehingga menjaga gigi-geligi lainnya tetap berada dalam posisi
lengkung yang normal, (4) serta berperan dalam estetik wajah, yaitu
menyangga pipi sehingga terlihat normal dan menjaga posisi dagu agar
memiliki jarak yang proporsional dengan hidung.
17
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
6

Gambar II.1. Posisi normal gigi Molar pertama bawah
Sumber: Kraus BS, J ordan RE, Abrams L. A Study Of The Masticatory System: Dental
Anatomy And Occlusion
18



II.1.2. Etiologi Kehilangan Gigi Molar Pertama Bawah
Karies gigi adalah alasan utama ekstraksi gigi. Berdasarkan penelitian
Albadri S., ZaitounH., McDonnell ST., Davidson LE. (2007) di Inggris, 70 %
alasan gigi Molar pertama bawah dicabut adalah karies dengan prognosis
yang buruk.
2
Hal ini juga dibuktikan pada penelitian P. Cretsi, J . Hedderich,
S. Freitag, dan M. Kern yang dilakukan di J erman dimana alasan kehilangan
gigi Molar pertama adalah karies (38,5 %), alasan endodontik (21,8 %),
fraktur gigi (19,2 %), alasan periodontal (5,1 %) dan alasan lainnya (5,4 %).
19



II.1.3. Lama kehilangan gigi
Lama kehilangan gigi adalah lama jangka waktu antara pencabutan
terakhir dengan saat dimulainya perawatan prostodontik.
20


II.1.4. Dampak Kehilangan Gigi Molar Pertama Bawah
II.1.4.1. Terhadap Gigi Tetangga dan Gigi Antagonis
Besarnya pergeseran gigi tetangga bergantung pada interkuspasi pada
gigi dengan antagonisnya, umur dan kondisi periodonsium. Oleh karena itu,
jika gigi tersebut terkunci dengan baik, maka akan terjadi pergerakan gigi
yang minimal. Faktor lain yang akan mempengaruhi pergeseran gigi adalah
umur pasien dan kondisi periodonsium. Kondisi periodonsium mempengaruhi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
7
sebab semakin buruk kondisi periodonsium maka semakin besar kemampuan
gigi untuk bergeser. Ketika terjadi pergerakan gigi maka oklusi akan
mengalami penyusunan ulang yang dapat menyebabkan kontak prematur dan
trauma periodonsium.
11

Dampak terhadap gigi antagonis adalah ekstrusi. Ekstrusi dapat terjadi
karena gigi antagonis tidak dapat beroklusi. Erupsi akan terus terjadi sampai
gigi tersebut berkontak dengan gigi lain di rahang bawah.
11

Dampak kehilangan gigi Molar pertama bawah terhadap gigi tetangga
dan antagonis telah dibuktikan pada penelitian P. Cretsi, J . Hedderich, S.
Freitag, and M. Kern di J erman yaitu terjadi kemiringan Premolar kedua
bawah sebesar 4,6 4,4, terjadi kemiringan Molar kedua bawah sebesar
12,6 7,1, dan terjadi rotasi gigi tetangga sebanyak 42,6 %,
19
sedangkan
ekstrusi gigi Molar pertama atas pada literatur Shankland
cit
di Amerika
didapat nilai ekstrusi sebesar 1,43 mm dalam 16 bulan sampai dengan 1 mm
setiap 2 bulan.
21
Berdasarkan penelitian oleh H.L. Craddock and C.C.
Youngson (2000) di Inggris dibuktikan bahwa 83 % mengalami ekstrusi dari
155 lokasi yang tidak mempunyai gigi antagonis dengan nilai ekstrusi 0,5
mm sampai dengan 5,4 mm.
12











Gambar II.2. Dampak kehilangan gigi Molar pertama bawah terhadap gigi tetangga dan gigi
antagonis.
Sumber:http://www.columbia.edu/itc/hs/dental/D5300/Lecture%2012.DDS.Class2008.20050
622. Principles%20of%20Molar%20Uprigh_BW.pdf
22


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8
II.1.4.2. Disharmoni Oklusal
Kehilangan gigi yang fungsional (salah satunya Molar pertama bawah),
dalam susunan oklusal memiliki kecenderungan untuk menyebabkan
gangguan relasi oklusal pada gigi yang tersisa. Dampak dari kehilangan tidak
terbatas pada daerah diastema, perubahan dapat ditemukan pada daerah yang
jauh dari daerah diastema.

Dampak ini telah dijelaskan oleh Thielemann
dalam Thielemanns diagonal law, J ika gangguan seperti ekstrusi, gigi
miring, maupun flap gingivum Molar ketiga, dll membatasi pergerakan
fungsional pada rahang bawah, maka elongasi pada gigi anterior dan penyakit
periodonsium akan terjadi pada regio anterior antagonis yang diagonal
dengan daerah gangguan tersebut.

Pencabutan gigi tetap tanpa diganti sering menyebabkan disharmoni
oklusal. Disharmoni oklusal yang terjadi yaitu kemiringan mesial dan lingual
dari gigi Molar kedua dan ketiga bawah, ekstrusi gigi Molar pertama atas,
protrusi regio anterior rahang atas dengan terbukanya kontak antara Premolar
pertama dan kedua bawah.

Pada distema yang tidak dirawat akan sering
terjadi resorpsi tulang disekitar gigi Molar atas dan gigi-geligi anterior.
23

Rangkaian kejadian disharmoni oklusal akibat kehilangan gigi Molar
pertama bawah yang sering ditemukan, yaitu: (1) gigi Molar kedua dan Molar
ketiga bawah akan bergeser, mengakibatkan penurunan dimensi vertikal. (2)
gigi Premolar rahang bawah akan bergeser ke distal, dan Insisif rahang bawah
akan berotasi atau bergeser ke lingual. Ketika gigi Premolar rahang bawah
bergeser ke distal, maka Premolar rahang bawah akan kehilangan hubungan
interkuspasi dengan gigi rahang atas dan mengakibatkan kemiringan ke arah
distal. (3) Anterior overbite akan meningkat dimana Insisif bawah akan
menabrak Insisif atas sehingga jaraknya semakin dekat dengan aspek gingival
gigi Insisif atas dan dapat mengakibatkan trauma pada gingival. (4) Insisif
bawah akan terdorong ke labial dan ke lateral karena adanya perubahan dari
regio insisif, sehingga gigi-gigi anterior akan ekstrusi ke aposisi insisal, yaitu
mencari posisi insisal yang adaptif setelah perubahan tersebut, (5) dan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
9
akhirnya terbentuk diastema akibat separasi gigi-gigi anterior.

Seluruh
rangkaian kejadian ini disebut collapse of bite.
8, 23


II.1.4.3. Dampak Lain
Dampak lain hasil dari kehilangan Molar pertama bawah adalah impaksi
makanan, kontak terbuka, batas linggir yang tidak rata, dan penurunan fungsi
pembersihan gigi selama mastikasi.
11
Selain itu, dampak lainnya adalah (1)
terbentuknya poket gingiva pada sisi diastema, (2) dapat terjadi karies karena
akumulasi plak pada gigi yang tidak mempunyai kontak lagi, (3) terjadi
gangguan estetika ketika gigi anterior telah terlibat,

(4) terdapat
kecenderungan midline bergeser ke arah diastema, (5) mekanisme
neuromuskular akan membentuk pola pergerakan baru rahang bawah untuk
mengkompensasi posisi gigi yang baru akibat ketidakserasian dengan gigi
lainnya dalam fungsi mulut, (6) sisa gigi yang ada akan mencoba berdaptasi
dengan pola pergerakan yang baru tersebut, dengan kemungkinan akan
menimbulkan ketidakserasian dalam pergerakan,

dan (7) dengan adanya
kontak prematur akan menyebabkan deviasi pergerakan rahang bawah yang
akhirnya akan terjadi disfungsi sendi temporomandibular dan spasma otot
yang menyebabkan rasa nyeri.
11,24,25



II.2. Pergerakan Gigi
II.2.1. Pergerakan Gigi Normal
26,27

Pergerakan gigi fisiologis adalah pergerakan yang besar ke bidang
oklusal yang dibutuhkan gigi-geligi sehingga gigi-geligi berfungsi dengan
optimal. Pergerakan gigi fungsional bertujuan untuk mencapai dan menjaga
posisi fungsional gigi-geligi. Ada 3 pergerakan fisiologis gigi-geligi, yaitu:
(1) pergerakan gigi pra erupsi, yaitu pergerakan benih gigi-geligi sulung dan
tetap di dalam jaringan rahang sebelum gigi-geligi tersebut erupsi, (2)
pergerakan gigi erupsi, yaitu pergerakan gigi dari posisi awalnya di dalam
tulang rahang ke posisi fungsional pada oklusi, (3) dan pergerakan gigi pasca
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
10
erupsi, yaitu pergerakan gigi untuk menjaga posisi dari gigi yang telah erupsi
pada oklusi ketika rahang bertambah besar dan juga untuk mengkompensasi
adanya keausan gigi pada bidang oklusal dan proksimal. Pada pergerakan
pasca erupsi, ada 3 jenis pergerakan yang berbeda, yaitu: pergerakan yang
terjadi untuk mengakomodasi pertumbuhan rahang, pergerakan yang terjadi
untuk mengkompensasi keausan pada bidang oklusal, dan pergerakan yang
terjadi untuk mengkompensasi keausan pada bidang interproksimal. Proses
kompensasi keausan pada bidang interproksimal dikenal sebagai mesial atau
approximal drift.

II.2.2. Gaya-gaya Fisiologis yang J atuh pada Gigi
13,27,28

Selama berfungsi, baik waktu mengunyah, menelan, atau berbicara akan
timbul bermacam gaya yang disebabkan bekerjanya sistem stomatognatik.
Macam-macam gaya yang bekerja saat mulut bergerak atau berfungsi:
1. Gaya vertikal, adalah gaya yang arahnya sejajar dengan sumbu gigi dan
menekan gigi ke dalam soket pada waktu gigi atas dan bawah berkontak.
Gaya ini merupakan gaya terbesar dan paling sering jatuh pada gigi.
Kemudian gaya ini diterima oleh membran serabut periodonsium yang
sebagian besar arahnya oblik, dimana serabut ini berfungsi menahan gaya
vertikal.
Gaya vertikal ini antara lain merupakan hasil kontraksi otot kunyah
seperti otot Masseter dan otot Temporalis, yaitu gaya oklusal yang terdiri
dari: gaya oklusi interkuspal, dan juga gaya gerakan meluncur (lateral
gliding) saat fase mastikasi.
Oklusi interkuspal terjadi antara lingir tonjol dan fossa antagonisnya
atau antara lingir tonjol dan daerah lingir marginal antagonis. Kedua
kondisi ini berperan dalam membentuk kontak gigi yang stabil dan akan
mendistribusikan daya yang terbentuk pada oklusi interkuspal. Gaya yang
mengenai rongga mulut pada oklusi interkuspal biasanya didistribusikan
ke seluruh gigi yang ada. Bila masih terdapat kontak tonjol-fossa dan
tonjol-lingir antara semua gigi posterior dan bila kedua lengkung masih
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
11
bergigi sempurna, semua gigi akan dapat kembali ke posisi semula ketika
gigi tidak lagi saling beroklusi. Ketika terdapat perubahan pada bidang
oklusal maka akan terjadi perubahan gaya aksial. Dikatakan bahwa,
ketika mahkota molar mengalami ekstrusi sebanyak 0,2 mm dari bidang
oklusal di working side, maka gaya vertikal di gigi tersebut akan naik
sebesar 42%.
2. Gaya horizontal, adalah gaya yang terdiri dari dua gaya yaitu gaya lateral
dan anterior component force. Gaya lateral terjadi akibat adanya gerakan
otot-otot bibir, pipi, lidah.
Gaya horizontal fisiologis dihasilkan oleh bibir, pipi, lidah, gigi
tetangga dan gigi antagonisnya. Otot-otot lidah di salah satu sisi dan otot -
otot bibir dan pipi di sisi lainnya (otot orofasial) berfungsi
mempertahankan berbagai sumber tekanan horizontal pada gigi. Aktivitas
otot-otot ini umumnya membentuk pola yang stabil di sepanjang hidup
dan berperan dalam membentuk membentuk posisi horizontal gigi-gigi
ketika gigi bertumbuh vertikal. Gaya-gaya antara otot orofasial yang
berlawanan biasanya menghasilkan hubungan horizontal gigi yang stabil.
Semua aktivitas otot orofasial akan menimbulkan gerakan gigi-gigi.
Sedangkan anterior component force, adalah gaya fungsional yang
mendorong gigi ke depan pada waktu gigi atas dan bawah belakang
berkontak. Gaya anterior component force adalah resultan mesial dari
gaya-gaya saat gigi-geligi berkontak yang terbentuk dari inklinasi sumbu
gigi-geligi saat oklusi fungsional.
Pergeseran karena gaya horizontal dipengaruhi oleh durasi beban,
jumlah beban, dan titik aplikasi dari beban tersebut. Pengaruh gaya
horizontal ini tidak hanya mengakibatkan pergeseran bukolingual namun
juga mengakibatkan pergeseran mesiodistal dan ekstrusi.
3. Gaya diagonal adalah gaya yang arahnya oblik terhadap sumbu gigi.
Sebagai resultan gaya vertikal yang mengenai tepi lereng tonjol dari
mahkota gigi, gaya ini menyebabkan gigi tertekan miring/tipping dalam
soket melalui pusat rotasi, yang pada gigi akar tunggal terletak pada
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
12
pertengahan
1
/
3
apeks, tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi. Pada gigi
dengan akar ganda maka fulkrumnya terletak pada interradikular tulang
alveolar di tengah-tengah antara crest dan dasar tulang tersebut.

Suatu gigi akan terus bergerak ke satu arah sampai mencapai posisi stabil,
dimana gaya yang menahan telah seimbang dengan gaya yang mendorong.
Gerak miring dan rotasi multiarah dari gigi yang terjadi sebagai respon ketika
dijatuhi beban baik dari vertikal maupun horizontal akan mencapai batasnya
bila reseptor-reseptor periodonsium memberikan refleks penghentian gaya
atau bila sudah terjadi pengimbangan daya dari gigi antagonis. Ketika gaya
dihentikan, gigi akan kembali ke posisi semula melalui sifat pemulihan elastis
jaringan periodonsium yang tertekan. Ketiga faktor yang dapat menghasilkan
pergerakan gigi ke satu arah bila gigi terkena gaya, yaitu: (1) pusat resistensi
(Fish, 1917) dimana gaya/beban jatuh, tetapi pusat resistensi dapat berubah
apabila tulang alveolar mengalami kerusakan, (2) gigi penopang di
sebelahnya, dimana kehilangan gigi tetangga dapat mengubah respon elastis
yang normal, dan (3) dukungan otot horizontal pada permukaan bukal dan
lingual, dimana gaya yang dihasilkan dapat berubah sesuai kebiasaan
(habitual) masing-masing individu. Sifat pergerakan multiarah, respons
elastik, dan reposisi gigi inilah yang merupakan karakteristik respon gigi
terhadap gaya.

II.2.3. Pergerakan Gigi Patologis (Migrasi Patologis)
8

Migrasi patologis adalah pergeseran gigi sebagai dampak dari gangguan
keseimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi posisi fisiologis gigi dan
diperberat oleh adanya gangguan periodonsium. Pada migrasi patologis, gigi
bisa bergerak dalam berbagai arah, dan migrasi biasanya juga diikuti dengan
mobilitas dan rotasi. Migrasi patologis pada arah oklusal atau insisal disebut
ekstrusi.
Ada 2 faktor yang berperan penting dalam menjaga posisi normal gigi,
yaitu kesehatan dan ketinggian normal periodonsium, serta beban yang
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
13
diberikan pada gigi. Selain itu, kekuatan oklusi dan tekanan dari pipi, bibir,
dan lidah juga dapat berpengaruh. Beberapa faktor yang penting dalam
hubungannya dengan beban oklusal yaitu (1) morfologi gigi dan inklinasi
tonjol, (2) keberadaan dari gigi-geligi, (3) kecenderungan fisiologis untuk
migrasi ke mesial, (4) hubungan titik kontak, (5) keberadaan dari atrisi pada
bidang insisal, oklusal, dan proksimal, dan (6) inklinasi dari sumbu gigi.
Perubahan pada faktor-faktor tersebut akan mengawali rentetan
perubahan interrelasi pada kondisi satu gigi atau beberapa gigi yang
mengakibatkan migrasi patologis. Migrasi patologis terjadi ketika kondisi
jaringan pendukung periodonsium melemah, adanya peningkatan atau
perubahan beban yang jatuh pada gigi, atau bisa karena keduanya.

Etiologi Migrasi Patologis

1) Penurunan Dukungan Periodonsium
Adanya dampak dari terinflamasinya jaringan periodonsium pada
periodontitis menyebabkan ketidakseimbangan antara gaya-gaya yang
berusaha menjaga gigi pada posisinya dengan gaya-gaya oklusal dan
otot-otot.
Ketika posisi gigi berubah, dimana gigi akan mendapat beban oklusal
yang abnormal, maka akan memicu kerusakan jaringan periodonsium dan
migrasi gigi. Patologis migrasi akan langsung terjadi setelah gigi tidak
lagi mempunyai titik kontak dengan antagonisnya. Adanya tekanan dari
lidah, bolus makanan selama mastikasi, dan adanya proliferasi dari
jaringan granulasi akan menghasilkan gaya yang dapat mengakibatkan
migrasi patologis.

2) Perubahan pada Beban yang J atuh ke Gigi
Perubahan pada jumlah, arah dan frekuensi tekanan pada gigi bisa
menyebabkan migrasi patologis dari satu gigi atau beberapa gigi. Beban
ini tidak perlu abnormal untuk menyebabkan migrasi patologis apabila
kondisi periodonsiumnya saja sudah lemah.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
14
Hal ini bisa terjadi disebabkan karena beban trauma oklusinya sendiri,
atau karena gabungan dengan penyakit periodonsium. Tekanan dari lidah
juga dapat menyebabkan pergeseran gigi walaupun pada kondisi tidak
terdapat gangguan periodonsium. Selain itu, tekanan dari lidah juga dapat
memperburuk migrasi patologis gigi yang telah mengalami penurunan
dukungan periodonsium.

II.2.4. J enis-J enis Pergerakan Gigi
29-32

Pergerakan dasar gigi terbagi menjadi:
1. Tipping
Tipping adalah pergerakan yang berhubungan dengan perubahan inklinasi
aksial dimana pergerakan mahkota gigi lebih besar daripada akar. Simple
tipping merupakan pergerakan gigi elemental yang terjadi ketika gaya
jatuh pada mahkota sehingga mahkota bebas untuk tip atau miring di
sekeliling sumbu horizontal dalam arah mesiodistal maupun bukolingual.
Pusat rotasi gerakan ini terletak apikal dari pusat resistensi. Contohnya
adalah pergerakan mesial tipping gigi molar dimana pergerakan dimana
mahkota berada lebih mesial daripada akar.
2. Translasi
Translasi murni (bodily movement) adalah pergerakan gigi dimana
mahkota dan akar bergerak dalam jarak yang sama tanpa perubahan
inklinasi aksial. Translasi adalah perpindahan dimana tidak ada bagian
dari gigi yang mengalami perubahan pada posisi yang menyimpang.
Translasi terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Translasi horizontal
Translasi horizontal adalah pergerakan akar dan mahkota pada arah
dan waktu yang sama dimana vektor perpindahan biasanya sejajar
dengan bidang oklusal atau tegak lurus terhadap angulasi panjang
aksis gigi. Pada pergerakan ini, posisi aksial gigi dipertahankan tanpa
pergerakan kearah vertikal.
b. Translasi vertikal, terdiri dari 2 macam yaitu ekstrusi dan intrusi.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
15
Ekstrusi adalah translasi vertikal kearah koronal sepanjang sumbu
gigi. Pada pergerakan ini, gigi berpindah secara bodily tanpa
translasi horizontal.
Intrusi/pergerakan apikal adalah pergerakan gigi ke dalam alveolus
dalam arah okluso-apikal.
3. Rotasi
Rotasi adalah berputarnya suatu gigi di sekitar sumbu panjang akar tanpa
efek translasi apapun. Tidak ada gaya yang beraksi pada pusat resistensi,
sehingga hanya rotasi yang terjadi. Secara klinis, pergerakan ini hanya
dapat dilihat dari perspektif oklusal. Rotasi murni merupakan perpindahan
gigi dimana semua titik di atas atau di dalam gigi bergerak melingkar.
Pusat lingkaran-lingkaran ini terletak pada satu garis aksis yang
menembus pusat resistan gigi tersebut.


4. Pergerakan akar
Pergerakan akar adalah pergerakan ujung apeks akar tanpa adanya
pergerakan mahkota. Pergerakan akar biasanya lebih ditujukan pada torsi
akar dimana pusat rotasinya berada di oklusal pusat resisten. Pada
pergerakan ini, posisi mahkota dipertahankan sedangkan akar digerakkan
kearah mesial, distal, lingual atau bukal.


II.3. Ekstrusi Gigi Molar Pertama Atas
II.3.1. Gigi Molar Pertama Atas
Gigi Molar pertama atas adalah gigi yang berlokasi di distal gigi
Premolar kedua atas dan di mesial dari gigi Molar kedua atas. Fungsi dari
gigi ini secara umum sama dengan fungsi molar yang lainnya, yaitu untuk
mengunyah selama mastikasi.
33
Panjang gigi adalah 19,5 mm dengan panjang
mahkota 7,5 mm. Inklinasi mesiodistal sumbu gigi ini dengan garis vertikal
membentuk sudut 14
0
sedangkan inklinasi fasiolingual sumbu gigi ini dengan
garis vertikal membentuk sudut 20
0
.
18
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
16

Gambar II.3. Posisi normal gigi Molar Pertama Atas
Sumber: Kraus BS, J ordan RE, Abrams L. A Study Of The Masticatory System: Dental
Anatomy And Occlusion
18


II.3.2. Ekstrusi
II.3.2.1. Definisi
Pergerakan Ekstrusi adalah pergerakan gigi melewati bidang oklusal yang
diikuti dengan pergerakan tulang pendukungnya.
34
Ekstrusi merupakan
pergerakan translasi vertikal kearah koronal sepanjang sumbu gigi.
30

II.3.2.2. Proses Pergerakan
Ketika gigi dipisahkan oleh gigi lain dan gigi antagonis tidak bisa beroklusi
karena terdapat diastema maka akibatnya adalah gigi kehilangan stimulasi
normal regularnya dan akhirnya akan terjadi ekstrusi secara perlahan-lahan
sebab ekstrusi merupakan pergerakan yang berkelanjutan, dan ekstrusi akan
terus terjadi hingga berkontak dengan salah satu gigi di rahang yang
berlawanan, atau pada kasus yang parah, dapat berkontak sampai
mukoperiosteum.
10,11,35
Pada umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan
tarikan pada seluruh struktur periodonsium. Proses ekstrusi gigi dari soketnya
dapat terjadi dengan resorpsi atau tanpa resorpsi, dan dilanjutkan dengan
deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme
pendukung gigi.
36
Dengan adanya peningkatan daya tarikan dari serabut
periodonsium, akan menyebabkan deposisi tulang pada dinding alveolus
dengan aktivitas resorpsi yang kecil dimana aktivitas osteoklas menyebar di
sepanjang soket gigi.
37

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan ekstrusi adalah: (1) kondisi
periodonsium, sebab semakin buruk kondisi periodonsiumnya, maka semakin
besar kemampuan gigi untuk bergerak, (2) gaya yang mengenai gigi saat gigi
tidak mempunyai antagonis lagi, beberapa gaya itu adalah gaya oklusal
antagonis yaitu beban oklusal dari arah yang berlawanan dimana gaya ini
membantu pergerakan ekstrusi, dan juga menyebabkan kerusakan jaringan
periodonsium pada gigi yang berkaitan,
28
gaya horizontal yang dihasilkan oleh
bibir, pipi, lidah, gigi tetangga dan gigi antagonisnya dimana otot lidah di salah
satu sisi dan otot - otot bibir dan pipi di sisi lainnya (otot orofasial) berfungsi
mempertahankan berbagai sumber tekanan horizontal pada gigi,
27
dan juga
gaya gravitasi dimana gaya ini memiliki kecenderungan menarik semua obyek
ke pusat bumi,
3
(3) selain itu, umur juga mempengaruhi pergerakan gigi, karena
pergerakan gigi lebih cepat dan kemungkinan lebih permanen pada usia muda
dibandingkan dengan usia dewasa. Hal ini disebabkan gigi lebih bergerak pada
periode pertumbuhan, dimana jaringan lebih responsif dan hasilnya lebih stabil.
Selain itu, diasumsikan bahwa berkurangnya vitalitas jaringan pada usia
dewasa menghasilkan pergerakan gigi yang lebih terbatas.
30,37
Hal ini
dibuktikan lagi pada literatur Shankland bahwa kecepatan erupsi akan menurun
sejalannya umur.
cit 21

II.3.2.3. Patologis Ekstrusi


Ekstrusi gigi biasanya akan mengakibatkan kehilangan dukungan tulang
pada gigi itu, meskipun terkadang alveolus akan mengikuti gigi yang
berekstrusi.
11
Pergerakan ekstrusi pada tahun - tahun awal kehilangan gigi
Molar pertama bawah terjadi dikarenakan pertumbuhan periodonsium
(periodontal growth) sebab periodonsium kurang mendapatkan stimulasi yang
ditandai dengan bergesernya gingival margin kearah oklusal. Pertumbuhan
periodonsium (periodontal growth) ini tidak akan terjadi jika gigi masih
beroklusi. Namun, jika lama kehilangan gigi telah lebih dari 10 tahun maka
pergerakan ekstrusi akan menjadi erupsi aktif. Pada erupsi aktif terjadi
patologis periodonsium dimana selain gigi akan terus bergerak kearah oklusal,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
18
terdapat juga pergerakan gingival margin yang berhenti bergeser kearah oklusal
melainkan bergeser kearah apikal.

Oleh karena itu, pada erupsi aktif akar akan
terekspos.
35

gambar II.4. Posisi Normal Gigi Posterior atas dari lateral
35


gambar II.5. Periodontal Growth saat lama kehilangan <10 tahun
35


gambar II.6. Active eruption ( erupsi aktif) saat lama kehilangan lebih dari 10 tahun dan
kurang dari 15 tahun
35


gambar II.7. Active eruption ( erupsi aktif) saat lama kehilangan lebih dari 15 tahun
35


II.3.2.4. Dampak Ekstrusi
Ekstrusi gigi dapat menyebabkan kondisi buruk pada intraoral, yaitu dapat
menyebabkan gigi pedoman (tooth guidance) dan rahang bawah bergeser,
menyebabkan beban abnormal pada gigi-geligi, menciptakan kondisi kontak
prematur atau terkuncinya oklusi yang terkadang bisa menyebabkan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
19
terbatasnya fungsi mastikasi yang total dan serius, akan menyebabkan
kehilangan titik kontak normal dengan gigi tetangganya, dimana kondisi ini
akan menyebabkan terjebaknya makanan, kerusakan jaringan periodonsium,
dan karies subgingival, dan akhirnya karena posisi gigi tersebut, sering
menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan akses dan perawatan.
11



Gambar II.8. Ekstrusi dan Dampaknya Sebagai Akibat Kehilangan Gigi Molar Pertama Bawah
Sumber: Stoll FA., Chatherman J L. Dental Health Education: For The Education Of
Individuals During Dental Treatment, School Dental Health Programs And In Public Health
Programs.
4



















Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
20
II.4. Kerangka Teori
















Hilang Gigi
Molar Pertama
Bawah
Lamanya
Kehilangan
gigi
Ekstrusi Gigi
Molar Pertama
Atas
Gaya-Gaya
Fisiologis
Umur
Kondisi
Periodonsium
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

También podría gustarte