Está en la página 1de 4

Granulasi kering 2.

1 tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat sceara kempa cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bular, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pembasah. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa : 1. Zat pengisi dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Sacharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok. 2. Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanys yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10-20 % (panas), solutio Methylcellulosum 5 %. 3. Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat. 4. Zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5 %, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum. (Anief, 2007).
2.2pengertian granulasi kering
Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya (Kloe,2010). Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang (Kloe,2010).

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban (Andayana, 2009).

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi 2. Zat aktif susah mengalir 3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

(Andayana, 2009) 1. 2. 3. Keuntungan cara granulasi kering adalah: Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat (Andayana, 2009). Kekurangan cara granulasi kering adalah: Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang (Andayana, 2009). Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya terbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan no.4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat bergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989). Pada proses ini komponenkomponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling (Andayana, 2009).

1. 2. 3.

Granulasi Kering Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan : a. Mesin Slug Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.

b. Mesin Rol Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan. Prinsip Granulasi Kering Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan antara partikel-partikel dengan pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul antar partikel-partikel tergantung dari sifat serbuk serta campuran. Sifat ikatan bermacam-macam, yaitu : 1. Ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam campuran ada serat-serat, misalnya selulosa. 2. Ikatan yang terjadi karena gaya molekular. 3. Gaya pengikat dari pengikat kering. 4. Melalui pancairan yang kemudian membeku kembali. Keuntungan dan Kerugian Granulasi Kering Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah : 1. Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan akan proses validasi. 2. Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat. 3. Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya. 4. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab. Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah : 1. Perlu mesin khusus untuk pembuat slug. 2. Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen. 3. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut. 4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat. 5. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai. Proses Pelaksanaan a) Penghalusan Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder. b) Pencampuran Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer, twin-shell, dan blender. c) Slugging Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug. d) Pengayakan Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 6-12 mesh yang disebut oscilating granulator/fitzmill. e) Pengayakan Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya. f) Penambahan Penghancur dan Lubrikan

Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya. g) Pengempaan Tablet Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah pengempaan massa cetak berupa granul menjadi tablet.

Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kloe. 2010. Metode granulasi kering. Available online at : http://duniafarmasi.com/farmasetika/metodegranulasi-kering [diakses 27 April 2013] Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Voigt, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi, Edisi V. diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N., Edisi 5. UGM Press. Yogyakarta.

También podría gustarte