Está en la página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Momen inersia adalah besaran yang analog dengan massa yang dikenal pada
gerak rotasi. Momen inersia (I) dari sebuah partikel bermassa m dapat didefinisikan
sebagai hasil kali massa massa partikel dengan kuadrat jarak partikel pada atau dari
titik poros yang biasa ditulis dengan I = m.r2
Sebuah benda tegar tersusun atas banyak partikel terpisah yang mempunyai
massa masing-masing m1, m2, m3, … . Untuk menentukan momen inersia dari
benda-benda seperti ini terhadap suatu poros tertentu maka mula-mula massa
masing-masing partikel harus dikalikan dulu dengan jarak dari porosnya (r 1, r2, r3,
…) kemudian menjumlahkannya.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencoba mengenalkan dan
menerapkan hukum II Newton pada gerak rotasi serta untuk menentukan momen
inersia sistem suatu benda berwujud roda sepeda.

1.3 PERMASALAHAN
Permasalahan yang muncul pada percobaan momen inersia ini adalah
sulitnya menentukan besarnya momen inersia benda yang tidak pejal dan bagaimana
caranya menentukan besarnya momen inersia suatu sistem yang berwujud roda
sepeda. Dalam percobaan ini muncul permasalahan yaitu bagaimana menentukan
momen inersia untuk as roda, roda dengan satu beban dan roda dengan dua beban.

1.4 SISTEMATIKA LAPORAN


Laporan ini terdiri dari lima bab secara garis besar dan berisi tentang
percobaan penentuan nilai momen inersia, untuk lebih jelasnya maka susunan
laporan adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang
latar belakang, tujuan percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum. Bab
II Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan singkat tentang teori dasar yang
mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan. Bab III Cara Kerja dan Peralatan,
dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan kerja yang dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan peralatan yang diperlukan dalam
melakukan praktikum. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam praktikum
tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya penganalisaan lebih
lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan cara mengukur, tidak
sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan memperhitungkan ralat-ralat dari data
yang diperoleh dalam melakukan praktikum agar mendapatkan data yang
mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari
kegiatan praktikum yang dilakukan.

BAB II

2
DASAR TEORI

Momen inersia adalah kelembaman suatu benda yang berotasi yang


dirotasikan terhadap sumbu tertentu. Momen Inersia (I) adalah suatu besaran yang
memperlihatkan tentang usaha suatu sistem benda untuk menentang gerak rotasinya.
Besaran ini dimiliki oleh semua sistem benda (khususnya padat) apapun bentuknya
(bulat, persegi, segitiga, dll). Oleh karena itu momen inersia didefinisikan sebagai
kecenderungan suatu sistem benda untuk berputar terus atau diam sebagai reaksi
terhadap gaya torsi dari luar.
Pada dasarnya menentukan momen inersia benda berwujud tertentu seperti
silinder pejal, bola dsb cenderung lebih mudah dibandingkan jika kita harus
menentukan besar momen inersia untuk bentuk benda yang tidak beraturan dengan
distribusi massa yang tidak sama.

m
Gambar 2.1
Pada gambar di atas terlihat bila seutas tali tanpa massa dililitkan pada
silinder yng dapat berputar bebas pada sumbu mendatar melalui porosnya. Salah satu
ujungnya diikatkan pada silinder dan ujung yang lain digantungi beban. Kemudian
tali dilepaskan maka beban akan turun dengan percepatan a sehingga berlaku hukum
II Newton.
Silinder berjari-jari r akan berotasi dengan percepatan sudut konstan karena
adanya gaya yang bekerja pada tepian silinder. Dengan demikian momen putar
terhadap silinder besarnya adalah τ = T.r Apabila momen inersia silinder I dan
silinder dipercepat dengan percepatan anguler maka beban m akan turun dengan
percepatan linier sebesar a = α.r dan momen putar terhadap silinder besarnya adalah
τ = α.I Untuk turun selama t detik, jarak yang ditempuh beban adalah h = ½.a t2

Secara matematis gambar di atas dapat diketahui momen inersianya sebagai berikut :
τ = I.α ΣFy = m.a

a
τ = I. m.g −T = m.a
R
R
I = τ. T = m.( g − a )
a

3
maka
R
I = F.R.
a
R2
I = m.( g − a ).
a
g 
I = m.R 2 . −1
 a 
dimana I = momen inersia (kg.m2)
m = massa beban (kg)
R = jari-jari roda (m)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
a = percepatan tangensial (m/s2)
τ = momen gaya (N.m)
F = gaya (N)
T = tegangan tali (N)
Sedangkan besarnya percepatan tangensialnya adalah

2h
a=
t2
dimana h = jarak tempuh beban (m)
t = waktu tempuh beban (s)
Dengan mengetahui percepatan tangensial momen inersia dapat dihitung
melalui percobaan dengan menggunakan berbagai macam beban yang berbeda.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya momen inersia antara lain :
 massa benda
 bentuk benda
 sumbu putar
Bila bentuk benda beraturan dan pejal maka momen inersianya lebih mudah
dihitung daripada menghitung momen inersia pada benda yang bentuknya tidak
beraturan. Kedudukan dan sumbu putar berpengaruh terhadap momen inersia karena
bila benda mempunyai sumbu putar berbeda maka momen inersianya juga berbeda.
Di bawah ini terdapat beberapa cara untuk menghitung momen inersia pada
beberapa benda yang telah dapat terdiskripsikan.

4
Persamaan ini kemudian dapat diselesaikan dengan persamaan hukum II Newton
untuk gerak rotasi dan translasi sistem, sehingga diperoleh :
τ = I α= T R
TR=Iα
TR=I a/R
T = I a / R2 ………..(a)
Berdasar gambar disamping :
W1 - T = m1 . a
m1 . g - T = m1 . a
T = m1 ( g - a )……….(b)
Gambar 2.2
Roda dg beban tunggal
Substitusi persamaan (a) ke (b) :
I a / R2 = m1 ( g - a )
Ia = m1 R2 ( g - a )
I = m1 R2 ( g - a ) / a
sehingga didapat besar momen inersia : I = m1 R2 ( g / a - 1 )
Selain cara diatas dapat pula memakai metode dua beban seperti pada
gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.3
Roda dg beban ganda
Pada Gambar diatas diasumsikan bahwa m1>m2 sehingga m1 bergerak ke bawah
dengan persamaan tegangan T1 = m1 ( g - a ) { sama dengan T pada beban
tunggal }.
Untuk persamaan T2 :
T2 - m2 . g = m2 . a
T2 = m2 ( a + g )
Gaya resultan pada roda terhadap sumbu :
∑τ=Iα
T1 . R - T2 . R = I α
( T1-T2 )R = I a / R { masukkan harga-harga T1 dan T2 }
Maka diperoleh harga momen inersia : I = R2 [ m1(g / a - 1) - m2(g / a + 1) ]

5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 ALAT DAN BAHAN


1. Roda sepeda beserta statip 1 set
2. Electric stop clock 1 buah
3. Anak timbangan 1 set
4. Rollmeter 1 buah
5. Waterpas 1 buah
6. Tempar beban 1 buah
7. Tali secukupnya

III.2 CARA KERJA


1. Mengatur roda sepeda seperti pada gambar

roda

statip
m

Gambar 3.1
2. Memeriksa posisi sumbu statip agar tegak lurus bidang
waterpas.
3. Menentukan tinggi antara poros dengan kedudukan akhir
beban (h) dan melepaskan beban. Mencatat waktu tempuh
beban untuk mencapai jarak h. Melakukannya sebanyak 5
kali.
4. Melakukan langkah 1 −3 untuk beban yang berbeda.
5. Melakukan langkah 1 − 4 untuk ketinggian yang berbeda.
6. Melakukan langkah 1 − 5 untuk jari- jari roda yang berbeda.
7. Menyusun alat seperti pada gambar 3.2.

6
8. Mengatur ketinggian kedua beban agar sama dan
mengukurnya dari lantai.
9. Melepaskan beban dan mencatat waktu yang ditempuh beban
untuk mencapai lantai.

roda

statip

m1 m2
h

Gambar 3.2

7
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISA DATA


4.1.1 Roda Besar (R = 25 cm = 0,25 m)
4.1.1.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 0,81 -0,022 4,84.10-4
2 0,84 0,008 0,64.10-4
3 0,88 0,048 2,3.10-3
4 0,73 -0,102 10,4.10-3
5 0,9 0,068 4,6.10-3
t = ∑( t −t )2
0,832 =17,9.10-3
Tabel 4.1
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

17 ,9.10 −3 = 0,029
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,03
= ×100 % =35 ,9 %
0,083

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −35 ,9 % =64 ,1 %

 m = 120 g = 0,12 kg
( t −t
No t (secon) ) ( t − t )2
1 1,16 0,016 2,56.10-4
2 1,16 0,016 2,56.10-4
3 1,17 0,026 6,76.10-4
4 1,10 -0,044 1,9.10-3
5 1,13 -0,014 1,9.10-4
t = ∑( t −t )2 =3,3.10-3
1,144

8
Tabel 4.2
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

3,3.10 −3 = 0,013
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,013
= ×100 % =1,13 %
1,144

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −1,13 % =98 ,87 %
 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,19 0,036 1,3.10-3
2 1,16 0,006 0,3.10-4
3 1,15 -0,004 0,16. 10-4
4 1,12 -0,034 1,15.10-3
5 1,15 -0,004 0,16.10-4
t = ∑( t − t )2
1,154 =2,52.10-3
Tabel 4.3
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

2,52 .10 −3 = 0,0112


=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0112
= ×100 % = 0,97 %
1,154

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,97 % =99 ,03 %

9
4.1.1.2 h = 70 cm = 0,7 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,17 0,018 3,2.10-4
2 1,12 -0,032 1,02.10-3
3 1,15 -0,002 0,04.10-4
4 1,18 0,028 7,8.10-4
5 1,14 -0,012 1,44.10-4
t = ∑( t −t )2
1,152 =2,28.10-3
Tabel 4.4
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

2,28 .10 −3 = 0,0107


=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0107
= ×100 % = 0,93 %
1,152

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,93 % =99 ,07 %
 m = 120 g = 0,12 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,41 -0,056 3,14.10-3
2 1,46 -0,006 0,3.10-4
3 1,50 0,034 1,15. 10-4
4 1,51 0,044 1,9.10-3
5 1,45 -0,016 2,56.10-4
t = 1,46 ∑( t − t )2 = 6,5.10-
3

Tabel 4.5

10
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

6,5.10 −3 = 0,018
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,02
= ×100 % =1,8 %
1,10

∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,018
= ×100 % =1,23 %
1,466

Keseksamaan K = 100 % − I
= 100 % −1,23 % =98 ,77 %
 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,6 0,024 5,7.10-4
2 1,63 0,054 2,9.10-3
3 1,52 -0,056 3,1.10-3
4 1,5 -0,076 5,8.10-3
5 1,63 0,054 2,9.10-3
t = ∑( t −t )2 =1,5.10-2
1,567
Tabel 4.6
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

1,5.10 −2 = 0,0277
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0277
= ×100 % =1,756 %
1,567

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −1,756 % =98 ,24 %

11
4.1.2 Roda Kecil (R = 2,5 cm = 0,025 m)
4.1.2.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
`1 9,06 -0,14 2,07.10-2
2 9,07 -0,134 1,8.10-2
3 9,2 -0,004 0,1.10-4
4 9,39 0,186 3,5.10-2
5 9,3 0,096 9,2.10-3
t = ∑( t −t )2 =8,2.10-2
9,204
Tabel 4.7
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

8,2.10 −2 = 0,064
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,064
= ×100 % = 0,7 %
9,204

Keseksamaan K = 100 % − I
= 100 % −0,7 % =99 ,3 %
 m = 120 g = 0,12 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 11,56 -0,0186 3,5.10-2
2 11,69 -0,056 3,1.10-3
3 12,06 0,314 9,8.10-2
4 11,66 -0,086 7,4.10-3
5 11,76 0,014 1,9.10-4
t = ∑( t − t )2 = 1,4.10-

12
1
11,746
Tabel 4.8
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

1,4.10 −1 = 0,085
=
20

∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,085
= ×100 % =0,07 %
11 ,746

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,07 % =99 ,93 %
 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 12,7 -0,044 1,9.10-3
2 12,56 -0,184 3,4.10-2
3 12,81 0,066 4,3.10-3
4 12,84 0,096 9,2.10-3
5 12,81 0,066 4,3.10-3
t = ∑( t −t )2 = 5,3.10-2
12,74
Tabel 4.9
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

5,3.10 −2 = 0,0518
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0518
= ×100 % = 0,4 %
12 ,74

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,4 % =99 ,6 %
4.1.2.2 h = 70 cm = 0,7 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2

13
1 11,22 0,062 3,8.10-3
2 11,13 -0,028 7,8.10-4
3 11,13 -0,028 7,8.10-4
4 11,12 -0,038 1,4.10-3
5 11,19 0,032 1,02. 10-3
t = ∑( t −t )2 = 7,88.10-3
11,16
Tabel 4.10
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

7,88 .10 −3 = 0,0198


=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0198
= ×100 % = 0,178 %
11,169

Keseksamaan K = 100 % − I
= 100 % −0,178 % =99 ,822 %
 m = 120 g = 0,12 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 14,10 0,102 1,04.10-2
2 14,15 0,152 2,3.10-2
3 14,08 0,082 6,7.10-3
4 13,84 -0,158 2,5.10-2
5 13,82 -0,178 3,2.10-2
t = ∑( t − t )2 = 9,7.10-
2
13,99
Tabel 4.11
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

9,6.10 −2 = 0,0696
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0696
= ×100 % = 0,5 %
13 ,99

Keseksamaan K = 100 % − I

14
=100 % −0,5 % =99 ,5 %

 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 15,31 0,136 1,8.10-2
2 15,22 0,046 2,1.10-3
3 15,08 -0,094 8,8.10-3
4 15,16 -0,014 1,9.10-4
5 15,10 -0,074 5,4.10-3
t = ∑( t −t )2 = 3,5.10-2
15,17
Tabel 4.12
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

3,5.10 −2 = 0,042
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,042
= ×100 % = 0,276 %
15 ,17

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,276 % =99 ,724 %

4.1.3 Roda Kecil (R = 2,5 cm = 0,025 m) dengan dua massa berbeda


4.1.3.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2

15
1 1,16 0,004 0,16.10-4
2 1,09 -0,066 4,3.10-3
3 1,16 0,004 0,16.10-4
4 1,22 0,064 4,09.10-3
5 1,15 0,006 0,36.10-4
t = ∑( t −t )2 = 8,52.10-2
1,156
Tabel 4.13

Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

8,52 .10 −3 =0,02


=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,02
= ×100 % =1,78 %
1,156

Keseksamaan K = 100 % − I
= 100 % −1,78 % =98 ,22 %
 m = 120 g = 0,12 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,48 0,002 0,04.10-4
2 1,5 0,018 3,2.10-4
3 1,49 0,008 0,64.10-4
4 1,45 -0,032 1,02.10-3
5 1,49 0,008 0,64.10-4
t = 1,48 ∑( t − t )2 = 1,4.10-
3

Tabel 4.14
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

1,4.10 −3 = 0,0086
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t

16
0,0086
= ×100 % = 0,58 %
1,48

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,58 % =99 ,42 %

 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,55 -0,01 1.10-4
2 1,56 0 0
3 1,51 -0,05 2,5.10-3
4 1,6 0,04 1,6.10-3
5 1,58 0,02 0,4.10-3
t = 1,56 ∑( t −t )2 = 4,6.10-3
Tabel 4.15
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

4,6.10 −3 = 0,015
=
20

∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,015
= ×100 % = 0,97 %
1,56

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,97 % =99 ,03 %

4.1.3.2 h = 70 cm = 0,7 m
 m = 200 g = 0,2 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2

17
1 1,42 -0,06 3,6.10-3
2 1,49 0,01 0,1.10-3
3 1,5 0,02 4.10-4
4 1,53 0,05 2,5.10-3
5 1,46 -0,02 4.10-4
t = 1,48 ∑( t −t )2 = 4,5.10-3
Tabel 4.16
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

4,5.10 −3 = 0,015
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,015
= ×100 % =1 %
1,48

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −1 % = 99 %
 m = 120 g = 0,12 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,62 -0,01 1.10-3
2 1,66 0,03 9.10-4
3 1,58 -0,05 2,5.10-3
4 1,63 0 0
5 1,66 0,03 0,9.10-3
t = 1,63 ∑( t −t )2 = 4,4.10-
3

Tabel 4.17
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

4,4.10 −4 = 0,0148
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,0148
= ×100 % = 0,9 %
1,66

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −0,9 % =99 ,1 %

18
 m = 100 g = 0,1 kg
No t (secon) ( t −t ) ( t − t )2
1 1,88 0,03 9.10-4
2 1,91 0,06 3,6.10-3
3 1,81 -0,04 1,6.10-3
4 1,82 -0,03 0,9.10-3
5 1,83 -0,02 0,4.10-3
t = 1,85 ∑( t −t )2 = 7,4.10-3
Tabel 4.18
Σ( t − t ) 2
Ralat mutlak ∆t =
n ( n −1)

7,4.10 −3 = 0,019
=
20
∆t
Ralat nisbi I = ×100 %
t
0,019
= ×100 % =1 %
1,85

Keseksamaan K = 100 % − I
=100 % −1 % = 99 %

4.1 PEMBAHASAN
Roda Besar
(R = 25 cm = 0,25 m)
4.1.1.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
 gt 2  2 10 .( 0,832 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0, 2 .( 0, 26 ) 
 −1
 =80 ,07 .10
−3

   2 .0,5 
kg.m2
 m = 120 g = 0,12 kg
 gt 2  2 10 .(1,44 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,12 .( 0, 26 ) 
 −1
 = 98 ,05 .10
−3

   1 
kg.m2
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2  2 10 .(1,154 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,1.( 0, 26 ) 
 −1
 = 83 ,26 .10
−3

   1 
kg.m2
4.1.1.2 h = 70 cm = 0,7 m

19
 m = 200 g = 0,2 kg
 gt 2  2 10 .(1,152 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0, 2.( 0, 26 ) 
 −1
 =114 ,64 .10
−3

   2.0,7 
kg.m2
 m = 120 g = 0,12 kg
 gt 2  2 10 .(1,466 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,12 .( 0, 26 ) 
 −1
 =116 ,42 .10
−3

   1 , 4 
kg.m2
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2  2 10 .(1,576 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,1.( 0, 26 ) 
 −1
 =113 ,17 .10
−3

   1 , 4 
kg.m2

4.1.2 Roda Kecil (R = 2,5 cm = 0,025 m)


4.1.2.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
 gt 2  2 10 .( 9, 204 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0, 2 .( 0, 025 ) 
 −1
 = 105 ,77 .10
−3

   2 . 0,5 
kg.m2
 m = 120 g = 0,12 kg
 gt 2  2 10 .(11,746 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,12 .( 0, 025 ) 
 −1
 =103 ,4.10
−3

   1 
kg.m2
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2  2 10 .(12 ,744 ) 
2
I = m.R 2   = 0,1.( 0,025 ) 
 2h −1  1
−1
 =101 ,44 .10 −3
   
kg.m2

4.1.2.2 h = 70 cm = 0,7 m
 m = 200 g = 0,2 kg
 gt 2  2 10 .(11,158 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0, 2 .( 0,025 ) 
 −1
 =111 ,03 .10
−3

   1,4 
kg.m2
 m = 120 g = 0,12 kg

20
 gt 2  2 10 .(13 ,998 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,12 .( 0, 025 ) 
 −1
 =104 ,895 .10 −3
   1,4 
kg.m2
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2  2 10 .(15 ,174 ) 
2
I = m.R 2 
 2h −1
 = 0,1 .( 0,025 ) 
 −1
 =102 ,72 .10
−3

   1 
kg.m2

4.1.3 Dengan Menggunakan 2 Massa Berbeda


4.1.3.1 h = 50 cm = 0,5 m
 m = 200 g = 0,2 kg
 gt 2 
I = R 2  ( m1 − m 2 ) − ( m1 + m2 ) 
 2h 

10 .(1,156 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 (0,2 − 0,05 ) − (0,2 + 0,05 ) 
 = 0,119 kg.m
2

 2 . 0,5 

 m = 120 g = 0,12 kg
 gt 2 
I = R 2  ( m1 − m 2 ) − ( m1 + m2 ) 
 2 h 

10 .(1,482 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 (0,12 − 0,05 ) − (0,12 + 0,05 ) 
 = 0,0924 kg.m
2

 2 .0,5 
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2 
I = R 2  ( m1 − m 2 ) − ( m1 + m2 ) 
 2 h 

10 .(1,56 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 2.0,5 (0,1 − 0,05 ) − (0,1 + 0,05 ) 
 = 0,072 kg.m
2

 

4.1.3.1 h = 70 cm = 0,7 m
 m = 200 g = 0,2 kg

21
 gt 2 
I = R 2  ( m1 − m 2 ) − ( m1 + m2 ) 
 2h 

10 .(1,48 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 (0,12 − 0,05 ) − (0,12 + 0,05 ) 
 = 0,142 kg.m
2

 1,4 
m = 120 g = 0,12 kg
 gt 2 
I = R 2  (m1 − m2 ) − (m1 + m 2 ) 
 2h 

10 .(1,63 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 (0,12 − 0,05 ) − (0,12 + 0,05 ) 
 = 0,078 kg.m
2

 1,7 
 m = 100 g = 0,1 kg
 gt 2 
I = R 2  ( m1 − m 2 ) − ( m1 + m2 ) 
 2h 

10 .(1,85 ) 2 
= (0,26 ) 2 
 (0,1 − 0,05 ) − (0,1 + 0,05 ) 
 = 0,072 kg.m
2

 1,4 

22
BAB V
KESIMPULAN

1. Momen inersia dapat dirumuskan sebagai berikut :


τ m.( g − a ).R 2
I= I=
α a
ΣF.R g 
I= I = m.R 2 . −1
a a 
R
m.(g − a ).R
I=
a
R

23
2. Hasil perhitungan besarnya momen inersia dengan menggunakan 1 beban adalah
sebagai berikut:
2.1 Roda besar
2.1.1 h = 50 cm
m = 200 g ; I = 0,08 kg.m2
m = 120 g ; I = 0,09 kg.m2
m = 100 g ; I = 0,083 kg.m2
2.1.2 h = 70 cm
m = 200 g ; I = 0,114 kg.m2
m = 120 g ; I = 0,116 kg.m2
m = 100 g ; I = 0,113 kg.m2
2.2 Roda kecil
2.2.1 h = 50 cm
m = 200 g ; I = 0,105 kg.m2
m = 120 g ; I = 0,103 kg.m2
m = 100 g ; I = 0,101 kg.m2
2.2.2 h = 70 cm
m = 200 g ; I = 0,111 kg.m2
m = 120 g ; I = 0,104 kg.m2
m = 100 g ; I = 0,103 kg.m2
3. Besarnya momen inersia suatu benda dipengaruhi oleh massa, jarak
yangditempuh, dan percepatan tangensial benda tersebut.
4. Tidak hanya benda yang tertentu saja yang dapat ditentukan momen inersianya,
tetapi benda yang tak beraturanpun dapat ditentukan momen inersianya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fisika, Jilid 2 Edisi Ketiga, Halliday & Resnick, Pantur Silaban Ph.D &
Drs. Erwin Sucipto, Penerbit Erlangga.
2. Fisika Universitas 2, Sears & Zemansky.

24

También podría gustarte