Está en la página 1de 157

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN


PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI



Oleh :

Nuril Milati
07140073














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh :
Nuril Milati
07140073












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI

Oleh :
Nuril Milati
07140073


Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing


Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 279


Tanggal 25 Juli 2009


Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah



Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN


PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG

SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh
Nuril Milati (07140073)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
06 Agustus 2009 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada tanggal: 12 Agustus 2009

Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
Abdussakir, M. Pd
NIP. 150 327 247


:




Sekretaris Sidang
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 279


:



Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 279


:



Penguji Utama
Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag
NIP. 150 287 892

:




Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang





Drs. M. Zainuddin, MA.
NIP. 150 275 502

PERSEMBAHAN

Adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai atas terselesainya penulisan
skripsi ini selayaknya semacam Manusia Sempurna menginginkan
berbagi kebahagiaan dan kebanggaan dengan sekitarnya. Ku persembahkan
skripsi ini untuk:

Ayah dan Ibunda tercinta. Pelita hidupku yang selalu mengasihi dan
menyayangiku dengan kasih tak terbatas dari buaian hingga mengerti akan
arti sebuah ilmu dengan belasan sesejuk embun dan doa suci di malam
hari.

Suamiku Tersayang Imam Taufik. Kasih dan sayangmu yang Damai
dijiwaku Memberikan semangatku ketika Terpuruk.

Sahabat-sahabatku. mb U2n, Kasna, Priti, Kayntong, Suinah, Koceng, dan
Keluarga Besar Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang, Yang selalu
membawa Anganku untuk kembali mengulang cerita Lamaku bersama lagi.

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa mulai dari guru Tk, para ustadz sampai para
dosen-dosen, trima kasih banyak atas ilmunya dan jasa-jasanya. Semoga
tetap menjadi Pahlawan dalam keadaan apapun.

Semua manusia yang mungkin pernah bertemu baik sengaja maupun tidak
dan seluruh mahluk hidup yang mungkin telah tercuri ilmunya walaupun
kadang-kadang ada semacam kesalahan yang Biasa dilakukan sebagai
manusia.

Trima-kasih pada buku-buku dengan Pengarangnya, Internet dengan situs-
situsnya, Komputer dengan winamp dan printernya yang menjadi Inspirasi
dan referensi skripsi ini.

SORRY n THANKS ALL
MOTTO


# <) 6 7n/ 3t:$/ 9# t:# ( 9_ L9$/ m& 4
) 7/ =& / &#6 ( =& G9$/

Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk-Nya. (Q. S. An-Nahl:125)
1




1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-
Hidayah, 1998), hlm. 421
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

Nota Dinas Pembimbing

Hal : Skripsi Nuril Milati Malang, 25 Juli 2009
Lamp : 5 (lima) Eksemplar


Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi,
bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut di bawah ini:

Nama : Nuril Milati
NIM : 07140073
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT (Teams Games Turnament) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-
Rahmah Jabung Malang

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Pembimbing




Dra. Hj. Sulalah, M.Ag
NIP. 150 267 279


SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.



Malang, 25 Juli 2009


Nuril Milati
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-
Rahmah Jabung Malang .
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah
membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam yang kita
harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.
Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi
dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN malang
sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang serta untuk
memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana
Pendidikan di UIN Malang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan
kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis
temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan
segala kerendahan hati, diucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda dan ibunda serta segenap keluarga yang dengan sabar telah
membesarkan, membimbing, mendoakan, mengarahkan, memberi
kepercayaan, bantuan moril dan materil demi kesuksesan ananda.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya hingga laporan ini selesai.
5. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang yang telah membimbing penulis selama belajar dibangku
perkuliahan.
6. Bapak Ali Riwayat, selaku Kepala Sekolah MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung
Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.
7. Ibu Ervita Ummul Khoiroh, S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Matematika
yang telah bersedia bekerjasama demi terselesainya penelitian ini.
8. Segenap Guru dan Karyawan MI. Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung
Malang yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data
selama penelitian ini berlangsung.
9. Seluruh siswa/i kelas V MI. Ar-Rahmah yang turut membantu jalannya
program penelitian ini.
10. Keluarga besar Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang selalu
memberikan inspirasi dalam hidup.
11. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan
motivasi dan banyak pengalaman yang berharga.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya dan doa tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah
dan mendapat Ridha-Nya. Amin...
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Amiiin...


Malang, 25 Juli 2009


Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok
Tradisional.................................................................................... 33
Tabel 2.2 : Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ................................. 38
Tabel 4.1 : Ruang dan Inventaris MI Ar-Rahmah Sukoilo Tahun Ajaran
2008-2009 .................................................................................... 82
Tabel 4.2 : Data Kelas V ................................................................................ 83
Tabel 4.3 : Pembentukan Kelompok Belajar ................................................... 87
Tabel 4.4 : Distribusi Skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian
Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo
Jabung Malang ............................................................................. 89
Tabel 4.5 : Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I .............................. 94
Tabel 4.6 : Distribusi Skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran
Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ......... 96
Tabel 4.7 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada
Siklus I ......................................................................................... 97
Tabel 4.8 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada
Siklus I ......................................................................................... 99
Tabel 4.9 : Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus I ......................................... 100
Tabel 4.10 : Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II .......................... 105
Tabel 4.11 : Distribusi Skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran
Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ....... 106
Tabel 4.12 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kagiatan Guru Pada
Siklus II ...................................................................................... 108
Tabel 4.13 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada
Siklus II ...................................................................................... 109
Tabel 4.14 : Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus II ....................................... 110
Tabel 4.15 : Hasil Angket Respon Siswa Setelah Siklus II ............................. 113
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Krucut Pengaaman Belajar .......................................................... 26
Gambar 2.2 : Pola Pengaturan Tempat Duduk Model Cluser............................ 42
Gambar 2.3 : Pola Pengeturan Tempat Duduk Model Swing ............................ 43
Gambar 2.4 : Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Secara Umum ..................................................................... 55
Gambar 2.5 : Urutan Celling Dalam Meja Turnamen ....................................... 60
Gambar 3.1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 : Struktur Organisasi MI Ar-Rahmah .......................................... 135
Lampiran 2 : Denah MI Ar-Rahmah .............................................................. 136
Lampiran 3 : Badan Struktur Organisasi Komite/Dewan Sekolah .................. 137
Lampiran 4 : Bagan Struktur Organisasi Sekolah........................................... 138
Lampiran 5 : Jadwal Pelajaran Tahun Akademik 2008/2009.......................... 139
Lampiran 6 : Profil Sekolah ........................................................................... 140
Lampiran 7 : Daftar Nama Guru RA/MI Tahun 2009 .................................... 142
Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 143
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 146
Lampiran 10 : Materi Pelajaran ..................................................................... 148
Lampiran 11 : Daftar Kelompok I (Asal) ....................................................... 150
Lampiran 12 : Daftar Kelompok II (Turnamen) ............................................. 151
Lampiran 13 : Aturan Permainan TGT .......................................................... 152
Lampiran 14 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus I ............ 153
Lampiran 15 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus II ........... 155
Lampiran 16 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus I ................. 157
Lampiran 17 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus II ................. 163
Lampiran 18 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ............................... 166
Lampiran 19 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ............................. 169
Lampiran 20 : Rekapitulasi Nilai Kelompok Siklus I dan II ............................ 172
Lampiran 21 : Rekapitulasi Nilai Turnamen Siklus I dan II ............................ 173
Lampiran 22 : Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus I dan II ............................... 174
Lampiran 23 : Gambar-Gambar Poin (Smile) ................................................. 175
Lampiran 24 : Piagam Penghargaan ............................................................... 176
Lampiran 25 : Format Angket Respon Siswa .................................................. 177
Lampiran 26 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran ......... 179
Lampiran 27 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ........ 182
Lampiran 28 : Pedoman Wawancara .............................................................. 185
Lampiran 29 : Dokumentasi Hasil Penelitian .................................................. 186
Lampiran 30 Lampiran Surat Keputusan Kepala MI Ar-Rahmah .................... 195
Lampiran 31 : Surat Penelitian ....................................................................... 196
Lampiran 32 : Surat Keterangan Penelitian .................................................... 197
Lampiran 33 :Bukti Konsultasi ....................................................................... 198
Lampiran 34 : Daftar Riwayat Hidup.............................................................. 199
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vi
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................. vii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii
ABSTRAK ....................................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
F. Definisi Operasional ............................................................................ 7
G. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI
A. Prestasi Belajar .................................................................................. 10
1. ................................................................................................... P
engertian prestasi belajar .............................................................. 10
2. ................................................................................................... F
aktor-faktor yang dapat prestasi .................................................... 13
3. ................................................................................................... U
saha kearah peningkatan prestasi belajar ...................................... 18
B. Belajar dan Pembelajaran .................................................................. 21
1. ................................................................................................... P
engertian belajar dan pembelajaran............................................... 21
2. ................................................................................................... C
iri-ciri belajar dan pembelajaran ................................................... 23
3. ................................................................................................... F
aktor-faktor yang mempengaruhi belajar ...................................... 27
C. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 29
1. ................................................................................................... P
engertian pembelajaran kooperatif ................................................ 29
2. ................................................................................................... C
iri-ciri pembelajaran kooperatif .................................................... 32
3. ................................................................................................... P
entingnya pembelajaran kooperatif ............................................... 32
4. ................................................................................................... U
nsur-unsur pembelajaran kooperatif .............................................. 34
5. ................................................................................................... P
eran guru dalam proses pembelajaran kooperatif .......................... 36
6. ................................................................................................... K
euntungan pembelajaran kooperatif .............................................. 37
7. ................................................................................................... K
elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif........................ 39
D. Pembelajaran Matematika .................................................................. 45
1. ................................................................................................... P
engertian pembelajaran matematika .............................................. 45
2. ................................................................................................... K
arakteristik pembelajaran matematika ........................................... 48
3. ................................................................................................... T
ujuan pembelajaran matematika ................................................... 50
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT) ........ 52
1. ................................................................................................... L
angkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT ...................... 53
2. ................................................................................................... K
elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT ........ 62

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 63
B. Kehadiran Peneliti .............................................................................. 64
C. Setting Penelitian ................................................................................ 64
D. Data dan Sumber Data ........................................................................ 66
E. Siklus Penelitian ................................................................................. 67
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 68
G. Analisis data ....................................................................................... 71
H. Pengecekan Keabsahan Temuan ......................................................... 74
I. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................................ 75

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian ........................................................ 79
B. Paparan Data....................................................................................... 86
1. Pra tindakan ...................................................................................... 86
2. Siklus I ............................................................................................. 90
3. Siklus II .......................................................................................... 102

4. Refleksi Masing-Masing Siklus ...................................................... 119
a. Siklus I ...................................................................................... 119
b. Siklus II ..................................................................................... 120

BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo
Jabung Malang ............................................................................... 121
B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI. Ar-
Rahmah Bendo Jabung Malang dengan diterapkannya
Pembelajaran kooperatif tipe TGT .................................................. 125

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 129
B. Saran .............................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Milati, Nuril, 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams
Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-
Rahmah Jabung Malang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Sulalah, M.Pd.

Kata kunci: Prestasi, Pembelajaran Kooperatif Model TGT.

Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali
disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut.
Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang,
mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat
segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah
banyak konsep pembelajaran aktif yang ditawarkan. pembelajaran aktif
nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau
kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan menerapkan pembelajaran
ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada
pembelajaran ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk penerapan pembelajaran kooperatif
tipe TGT dalam pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung
Malang. (2) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas V MI
Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian PTK
kolaboratif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain:
observasi, wawancara, dokumentasi, pengukuran tes, dan catatan lapangan
Analisis yang digunakan peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Urutan
kegiatan penelitian mencakup 4 tahap meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan dan (4) refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada pelajaran matematika ada 2 tahap yang di dalamnya
mencakup penyajan kelas, kerja kelompok, game, turnamen, dan penghargaan
kelompok. Penerapannya sangatlah bagus meskipun banyak hambatan yang
didapat pada pelaksanaannya, hal ini sesuai dengan respon siswa yang
menunjukkan sebesar 83.87% siswa yang menyatakan bahwa siswa sangat senang
mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan tipe TGT dengan teman-
temannya. (2) penerapan belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa, hal
ini dibuktikan pada hasil tes pada sebelum diadakannya penelitian, siklus I dan
siklus II yang porsentasenya mulai 32.43%, 80% sampai 97.14%.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat
dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia
pendidikan meliputi pendidikan di tingkat perguruan tinggi, SMA, SMP, dan
SD. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang maju maka harus dilakukan
usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang
pendidikan tersebut. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar
mengajar di semua jenjang tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga
siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan yang
diharapkan.
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan
fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Pada
pelaksanaan pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat karena cara guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sangat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat
siswa terhadap materi pelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa guru berkewajiban
untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar mencapai
hasil pembelajaran yang optimal.
2

Dari hasil wawancara dengan guru matematika MI Ar-Rahmah Bendo
Jabung Malang diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah
tersebut rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut
diduga karena guru secara aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan
latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan
latihan. Pembelajaran seperti itu kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya
sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tersebut kurang mampu
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil sekali
peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu
dengan siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama.
Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
lahir dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme,
pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut
Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang berada
dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara
yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik
untuk menyelesaikan setiap masalah.
3


2
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama
dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 4
3
Ichad Carry Wijayanti, Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar dengan
Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan Dinamika
Gerak Lurus di SMUN 5 Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10.
Salah satu model pembelajaran yang berpijak pada pandangan
konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan
kegiatan belajar bersama dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang).
Dalam pembelajaran kooperatif masing-masing siswa anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggotanya. Mereka harus
saling membantu melaksanakan tugas yang diberikan kepada kelompoknya
sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi optimal yang mungkin
diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team Assisted
Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.
4

Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok
untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu
mengajar, belajar kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan
kelompok. Hal yang menarik dari TGT dan yang membedakannya dengan
tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen,
siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk
mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang
berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang
berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya

4
Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di
Kelas IV SD Islam Maarif 02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana.
Hal. 14
sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya
sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba
dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena
itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di
meja turnamennya. Hal ini tentu akan memotivasi siswa dalam belajar
sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu
tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang
sekiranya dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa. Dalam rangka itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan
judul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Jabung Malang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang?
2. Bagaimana peningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI
Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran
kooperatif tipe TGT?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran
matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang.
2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah
Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT.

D. Hipotesis Penelitian
Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses pembelajaran
Matematika, maka prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Jabung
Malang dapat meningkatkan.

E. Manfaat Penelitian
1. Lembaga atau sekolah
Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan
penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang
lebih baik.
2. Guru
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kekreatifan bagi peserta didik dan
juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran
yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang
bagus.
3. Siswa
Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk
belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
4. Peneliti.
Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode
pembelajaran kooperatif model TGT sehingga nantinya dapat dijadikan
sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
5. Bagi Jurusan
Bagi jurusan hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka
perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil
penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan
menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan
atau kompetensi pembelajaran tertentu.
6. Bagi Fakultas/Universitas
Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban
Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan: (1) pendidikan dan
pembelajaran, (2) penelitian, dan (3) pengabdian kepada masyarakat,
terlebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru
profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan
sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang
akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah
pembelajaran.

F. Definisi Operasional
Dalam pembahasan skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan
yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya persepsi lain mengenai
istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi
istilah dan batasan-batasannya.
Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Belajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam
mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.
2. Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide,
struktur yang diatur menurut aturan yang logis.
3. Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok
kecil siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan
pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah
dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasi belajar secara individu
maupun kelompok.
4. Metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT)
adalah salah satu model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode
belajar kooperatif. Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement.
5. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas
belajar.
5


G. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab
menjadi sub bab yaitu sebagai berikut :
Bab I




Bab II

:




:

Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang
akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
sistematika pembahasan.
Merupakan kajian teoritik yang menjelaskan tentang
pengertian Belajar dan Pembelajaran, Belajar Matematika,

5
Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 23.



Bab III





Bab IV

Bab V

Bab IV




:





:

:

:
Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran
Kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), dan
Prestasi Belajar.
Merupakan bab yang menerangkan tentang metode
pendekatan yang digunakan peneliti dalam pembahasannya
yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
temuan, tahap-tahap penelitian.
Merupakan bab yang memaparkan latar belakang obyek
penelitian dan paparan data.
Merupakan pembahasan hasil penelitian untuk menjawab
masalah penelitian
Penutup memuat tentang: kesimpulan, saran, dan bagian
akhir. Bagian akhir ini terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-
lampiran, dan daftar riwayat hidup.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan
belajar. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka perlu
diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan prestasi dan apa
yang dimaksud dengan belajar.
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu Presesatie yang
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha.
6

Masud Hasan Abdul Qohar berpendapat prestasi adalah apa yang
telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja.
7

Sementara itu Widodo dalam kamus ilmiah populer berpendapat,
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai.
8

Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu
keberhasilan.

6
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,, 1991), Hal.2-3
7
Masud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmu Populer, (Jakarta:Bintang Pelajar,1983),
hal.56
8
Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2000), Hal.594
Dari beberapa pendapat, penulis dapat melihat beberapa unsur dari
definisi prestasi yaitu adanya usaha dan hasil yang dicapai. Berangkat dari
unsur-unsur ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah
suatu hasil yang telah dicapai seseorang, baik itu menyenangkan hati
ataupun tidak, berkat adanya usaha yang keras.
Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
9

Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan
tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar
dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau
dalam ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
ketrampilan (psikomotorik).
10
Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga
keliang lahat nanti.
11


9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), Hal. 2
10
M. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet.1, Hal. 5
11
Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Manfaatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1-2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum
pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti
keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya.
Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat
interaksi dengan lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan. Kecuali perubahan tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama
dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial.
Dalam sejarah kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran
prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu
dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang
masih berada pada bangku sekolah.
Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar
siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis
besar indikator (penunjuk adanya prestasi tersebut) diakitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
12


12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 64
Pengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap prestasi
belajar siswa juga untuk memahami dan mengetahui tentang siapa dan
bagaimana peserta didik itu, pemahaman tentang peserta didik ini untuk
mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang
dimilikinya, agar mempermudah dan membantu guru dalam
mengembangkan program pengajaran yang harus diberikan.
Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan
diketahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu
aktivitas dan juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau
dengan kata lain siswa akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun
waktu tertentu.
Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi
belajar siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun
test sumatif. Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun
standar penilaian terlebih dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa dengan harapan mendapat data sebagai bahan
informasi guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kegiatan pengajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu
pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa
mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Makmun dalam buku Mulyasa komponen-komponen yang terlibat
dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah:
a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang
mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses
pembelajaran.
b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan
sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan
program.
c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan
suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang
melatar belakanginya. Dengan demikian, untuk memahami tentang
prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya.
13




13
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
Hal. 190
a. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial.
1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi
dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah,
teman dan masyarakat pada umumnya.
2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang
bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan
rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan
sebagainya.
Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil
belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor
eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah
peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan
khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan
keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini
efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen
sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru.
Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan
secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka
kerja, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir yang
seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi
pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan
mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian Kriteria
keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi
berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut.
Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang
tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi
keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam memonitor
kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal
ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung
berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat
seperti anti sosial.
b. Faktor Internal
Uzer mengklasifikasikan faktor internal mencakup:
1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki.
b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
dan penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari
diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan
motivasi.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan
dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang
dicapai akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil belajar
yang dicapai tidak akan melebihi tingkat Intelegensinya. Semakin
tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil
belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah. Maka
kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian,
tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurang,
pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang
mempengaruhinya.
14

Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap
obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun
negatif.
Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang
dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh
terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya
memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.
3. Usaha Kearah Peningkatan Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak
pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat,
ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap
usaha dan kegiatannya.

14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hal. 73
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan
prestasi belajar antara lain:
a. Keadaan Jasmani
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani
yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam
keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar
dengan efektif.
b. Keadaan Sosial Emosional.
Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat,
atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai
temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat
mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.
c. Keadaan lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan
konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan
alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan.
d. Memulai pelajaran
Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila
merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri
untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.


e. Membagi pekerjaan
Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada
suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat
untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu
menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu.
f. Adakan kontrol
Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah
dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan
menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus.
g. Pupuk sikap optimis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi
meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan
segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik
memupuk suasana kerja yang menggembirakan.
h. Menggunakan waktu
Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu
dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai
habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh
tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas.
i. Cara mempelajari buku
Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba
memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya.

j. Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-
banyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi
membaca sampai perguruan tinggi.
Untuk suatu tindakan yang efisien diperlukan adanya kesiapan
dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Demikian
pula dalam belajar, kesiapan ini merupakan hal yang esensial.
15

Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola respon atau
kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya
kesiapan merupakan kapasitas fisik maupun mental untuk belajar, disertai
harapan ketrampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan
sesuatu. Seseorang dikatakan siap untuk sesuatu buku bila mempunyai
latar belakang pengetahuan untuk memahami isi buku, mempunyai
kemauan untuk melakukannya, dan mempunyai harapan ketrampilan
tertentu yang akan dimiliki sesudah mempelajari buku tersebut.

B. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk
mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam
kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik

15
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Cet.ke-3, hal. 100
mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk belajar ini bisa berasal dari
dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang datang
dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik
16
.
Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang
kompleks. Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari
siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari
segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu
hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi
seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor
17
.
Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkah
laku baik itu perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto
mengemukakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya
18
.
Perubahan yang terjadi dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya
tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkah
laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan

16
Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia (Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 8
17
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama
dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 17
18
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hal. 2
pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara
optimal
19
. Menurut Djamarah belajar yaitu serangkaian kegiatan jiwa
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik
20
.
Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan
nilai sikap. Seorang guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran
siswa dalam kelas belum berarti siswa sedang belajar, selama siswa tidak
melibatkan diri dia tidak akan belajar. Sehingga supaya terjadi belajar
dituntut orang melibatkan diri dan harus ada interaksi aktif
21
.
2. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang

19
Selvia, Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 2009
20
Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hal. 12
21
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hal. 59
dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut
tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.
22

Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling
bertanggung jawab atas berhasil tidaknya program pembelajaran di
sekolah/madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau memiliki
peran sentral dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang
praktisi yang berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti
pernah menghadapi masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai
seorang pendidik ia berkeinginan akan apa yang akan diajarkannya atau
sedang dibahas dengan siswa dapat dipahami atau diserap oleh siswa
seoptimal mungkin, namun seringkali tidak sesuai dengan apa yang ia
harapkan.
Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam
kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah,
tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian, atau
mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama
pembelajaran berlangsung, atau menggunakan buku teks untuk pemberian
tugas-tugas rumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh
guru, sementara siswa hanya melihat.
Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali
beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak

22
Dimyati dan Mujiono Belajar dan Pembelajarani (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
hlm. 7
keterpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut
antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning dan lain
sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi pembelajaran yang
mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Untuk tujuan
inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji
coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah, atau
penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat
dipertanggungjawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran.
Dalam hal ini yang paling penting adalah seberapa jauh model-
model pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu
kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh
model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum
berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula krucut pengalaman belajar
yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam krucut
pengalaman di bawah ini.







Gambar 2.1
Krucut Pengalaman Belajar

















Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa jika guru
mengajar dengan ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa
atau hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan
sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confucius bahwa apa yang saya
dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya
lakukan, saya paham.
23


23
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Penerbit Nusamedia, 2006), hlm. 23
KERUCUT PENGALAMAN BELAJAR
Yang kita ingat: Modus

10%............................................ Veral


20%........................................


30%............................... Visual


50%..........................


70%.................
Berbuat

90%.........


Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan
terdapat sembilan langkah prosedural (urutan peristiwa) pembelajaran
adalah: (1) Menarik Perhatian, (2) Memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa (kompetensi dasar yang hendak dicapai). (3) Merangsang
ingatan pada prasyarat belajar, (4) Menyajikan bahan, (5) Memberikan
bimbingan belajar, (6) Mendorong unjuk kerja, (7) Memberikan balikan
informative, (8) Menilai unjuk kerja dan (9) Meningkatkan retensi dan alih
belajar.
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode
bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif.
Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B
sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui
bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi
hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya
yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda
dalam melaksanakan metode yang sama. Dapat disimpulkan bahwa
strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa
mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran.
Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara
global dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran
24
.
Menurut Setyosari pembelajaran merupakan suatu usaha manusia
yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar
orang lain
25
. Menurut Dick & Carey pembelajaran merupakan suatu
proses yang sistematis dimana setiap komponen memiliki arti sangat
penting untuk keberhasilan belajar
26
. Dalam setiap komponen tentunya
ada unsur saling bekerjasama daolam mencapai tujuan tertentu. Menurut
Setyosari pembelajaran merupakan penyajian informasi dan aktivitas-
aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si
belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan
27
.
Peristiwa pembelajaran dalam suatu bidang studi atau mata
pelajaran memiliki berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu berupa proses-
proses yang bersifat langsung dalam kelas dan juga tidak langsung. Pada
dasarnya pengertian tentang peristiwa pembelajaran merupakan
serangkaian komunikasi yang dilakukan kepada si belajar/siswa.

24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal.144
25
Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek (Malang: Elang Mas,
2001) hal. 1
26
Ibid, hal. 2
27
Ibid , hal. 4
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang
dilakukan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau
keberhasilan yang diharapkan.

C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu Cooperate
yang artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi
merupakan pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam
kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa
dituntut untuk bisa bekerja sama untuk mencapai sukses bersama dan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu dalam kelompoknya
28
.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan
menggunakan kelompok kecil yang siswanya bekerja secara bersama-sama
untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung
jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya. Didalam

28
Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan
Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada
Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005,
Hal. 4.
pembelajaran kooperatif guru sebagai fasilitator dan guru bukan lagi satu-
satunya sebagai sumber informasi bagi siswa.
Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif:
Menurut Slavin mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
berikut: Cooperaratif Learning Methods share the ideal that student work
together to lear and are responsible for the team mates learning as well as
their own. Definisi ini menyatakan bahwa metode pembelajaran melalui
pendekatan kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa
belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok
29
,
berbeda dengan pembelajaran konvensional, penekanan pembelajaran
kooperatif adalah belajar bersama.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar
dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling
bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab atas teman
sekelompoknya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota
saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok
belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
tidak cukup jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus

29
Siti Rosmawar Is, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan
Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com
/2008/02/model-pembelajaran-kooperatif.html diakses 28 Maret 2009)
mempelajari ketrampilan untuk memperlancar hubungan pada saat kerja
kelompok
30
.
Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud
kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus
agar dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
yang baik, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik,
siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam belajar
31
. Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

30
Ichad Carry Wijayanti, Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar
dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan
Dinamika Gerak Lurus di SMUN % Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10.
31
Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan
kspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir
(http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatif http://one.indoskripsi.com/judul-
skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/upaya-peningkatan-aktivitas-siswa-dalam-pembelajaran-pkn-
dengan-menggunakan-model-pe diakses 28 Maret 2009)
untuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota
mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim adalah sebagai
berikut:
a. siswa belajar bekerja pada kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Apabila mungkin anggota kelompok belajar berasal dari ras, budaya,
agama, jenis kelamin yang berbeda.
d. Pembelajaran lebih berorentasi pada kelompok bukan individu
32
.
3. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif
Slavin dalam Sanjaya mengemukakan dua alasan mengapa strategi
pembelajaran kooperatif dianjurkan, pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa pengguna pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengitegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran

32
Ibrahim dan Muslimin, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: UNESA, 2000) hal.6
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki
sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan
33

Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah,
berfikir kritis, berfikir konseptual, meningkatkan secara nyata pada saat
digunakan pembelajaran kooperatif. Demikian juga berpikir tinggi lebih
dapat ditingkatkan selama berlangsungnya diskusi dalam kelompok
kooperatif dari pada apabila siswa bekerja kompetitif atau secara
individual. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak
belajar dari satu teman ke teman yang lainnya dari pada bersama gurunya.
Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak
yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.

Tabel 2.1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Tradisional.
No Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
1.
2.
3.
4.

5.
Kepemimpinan bersama
Saling ketergantungan positif
Keanggotaan yang heterogen
Mempelajari keterampilan-
keterampilan kooperatif
Tanggung jawab terhadap hasil belajar
Suatu pemimpin
Tidak ada saling ketergantungan
Keanggotaan homogen
Asumsi adanya ketrampilan sosial

Tanggung jawab terhadap hasil

33
Nur Afifuddin, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep Jamur Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-biologi.html perbedaan
smpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/cooperativ-l.ppt Ibrahim diakses 29 Maret 2009)

6.

7.
8.
9.
seluruh anggota kelompok
Menekankan pada tugas dan hubungan
kooperatif
Ditunjang oleh guru
Suatu hasil kelompok
Evaluasi kelompok
belajar sendiri
Hanya menekankan tugas

Diarahkan oleh guru
Suatu hasil individual
Evaluasi individual

4. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur yang harus
dipenuhi agar kerja kelompok dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Saling ketergantungan positif antara anggota kelompok
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggota kelompok untuk dapat mempelajari anggota teman-temannya
sehingga teman sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam model
ini mampu memacu siswa yang berkemampuan rendah untuk belajar
tanpa ada rasa minder karena bagaimanapun mereka bisa
menyumbangkan nilai pada kelompoknya, dan sebaliknya siswa yang
mempunyai kemapuan tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang
berkemampuan rendah. Dengan kata lain bahwa keberhasilan individu
tergantung pada keberhasilan kelompoknya, disini siswa harus yakin
bahwa hubungan antar siswa yang satu dengan yang lain akan membuat
siswa yang kurang sukses menjadi lebih sukses.
2. Tanggung jawab individu
Untuk dapat memperoleh nilai yang tinggi agar dia mampu
menyumbangkan poin kepada kelompoknya, maka masing-masing
siswa harus saling mendukung dan membantu satu sama lain untuk
menguasai materi pembelajaran.
3. Tatap muka antar anggota
Siswa dapat bertatap muka antar satu dengan yang lainnya dan
bediskusi agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan
fikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta
rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar belakang yang
berbeda, sehingga memperluas wawasan untuk lebih memahami materi.
Inti dari kerja sama ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. Jadi
masing-masing angota perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal
dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi
pribadi.
4. Komunikasi antar anggota
Dalam kelompok ini setiap anggota akan berusaha untuk saling
berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk
menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota
berasal dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kemampuan
dan emosional yang berbeda pula.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilaksanakan saat
proses pembelajaran kelompok
34
.
5. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Kooperatif
Peran guru selama proses belajar kooperatif:
1. Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas
Guru berkeliling ketiap-tiap kelompok dengan mengarahkan siswa
untuk mencari alternatif jawaban lain, mencari sumber-sumber belajar
lain atau memberikan umpan balik yang positif terhadap usaha-usaha
siswa dalam menyelesaikan tugas.
2. Membantu siswa bekerja secara kooperatif
Karena kecenderungan siswa untuk belajar individu, maka tugas guru
untuk meningkatkan usaha kooperatif antara lain memacu siswa untuk
memusatkan pada tugas-tugas belajar, saling memberi semangat satu
sama lainnya, merefleksikan dan mengecek pertanyaan anggota
kelompok
3. Evaluasi
Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan guru, antara lain
evaluasi hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.




34
Srie N' Oedhien, Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
(http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-cooperative-learning.html diakses 29
Maret 2009)
a. Evaluasi hasil belajar
Digunakan untuk menilai pencapaian tujuan belajar kelompok dan
memfokuskan pada penilaian akademik. Hasil belajar yang dinilai
antara lain hasil turnamen pada saat TGT dan tes hasil belajar
b. Evaluasi berketerampilan berkolaborasi
Evaluasi ini bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa
bekerja dalam kelompok, untuk melaksanakan evaluasi ini guru
harus mengelilingi masing-masing kelompok. Evaluasi yang
berkolaborasi yang harus dinilai antara lain hasil pengerjaan LKS
dan soal-soal latihan pada saat belajar kelompok.
6. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Sedangkan keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Johnson
dan Johnson adalah sebagai berikut:
1. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dan
memiliki usaha yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, baik bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
2. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran kooperatif, memiliki
konsentrasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
senang mendengarkan ceramah. Hal ini disebabkan karena waktu
mereka lebih banyak digunakan untuk mengintegrasikan berbagai
konsep yang terdapat dalam materi.
3. Menimbulkan motivasi belajar siswa karena adanya tuntutan untuk
menyelesaikan tugas
4. Hubungan lebih positif, hal ini mencakup hubungan akademik secara
perseorangan atau kelompok, menghormati perbedaan dan pandangan
antar siswa. Dengan saling mendengarkan pendapat, maka akan dapat
meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi serta
kemampuan mengatasi kesulitan
35
.
Menurut Arend ada enam fase atau langkah utama dalam
pembelajaran kooperatif. Secara lengkap dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:

Tabel 2.2
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Fase 2
Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa baik dengan peragaan
(demonstrasi) atau teks

35
Sri rahayu, Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa
Dan Pengajarannya,(1998) hal. 153
Fase 3
Mengorganisasikan siswa terhadap
kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar
melakukan perubahan yang efisien
Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam
belajar
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
Fase 5
Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau
kelompok menyajikan hasil-hasil
pekerjaan mereka
Fase 6
Guru memberikan cara-cara untuk
untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok
36


7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Sebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif
juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli dalam
Depdiknas menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1. Lebih meningkatkann pencerahan waktu untuk tugas;


2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa (Student
Center);

36
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. Hal. 15 Diakses 29 Maret 2009
3. Mendidik siswa untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain;


4. Memperbaiki kehadiran;
5. Motivasi belajar tinggi;
6. Hasil belajar lebih tinggi;
37

Sedangkan menurut Suarjana beberapa kelemahan dalam
pembelajaran kooperatif adalah:
1. Bagi guru
a. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi prestasi akademik
b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga
siswa melewati waktu yang sudah ditetapkan bahkan dapat
menyebabkan materi tidak dapat terealisasikan sesuai dengan
kurikulum apabila ada guru yang belum berpengalaman
2. Bagi Siswa
Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi belum terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada temannya yang membutuhkan
bantuan
38
.
Selain itu semua, pembelajaran kooperatif juga membutuhkan
perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuh perabot
yang bisa dipindahkan. Pengaturan model Cluser dan Swing dua contoh

37
Siti Nurlailah Azizah, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa
Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan
Pembelajaran Konvensional Pada Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang
Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2004, Hal.10
38
Ibid,. hal. 20
pengaturan ruang kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran
kooperatif.
39

Pada pengaturan tempat duduk model cluser, 4 atau 6 tempat
duduk diatur seperti ditunjukkan gambar 2.2. jika digunakan model Cluser,
guru dapat meminta siswa untuk memindahkan kursi-kursi siswa agar
mereka bisa saling berhadapan sehingga mudah untuk berkomunikasi.
Sedangkan untuk pengaturan model Swing ditunjukkan gambar 2.3. Model
Swing menggunakan susunan tempat duduk yang memungkinkan siswa
dapat dengan mudah mengubahnya sehingga proses belajar mengajar
langsung dalam satu format seperti huruf U. Dengan formasi ini
memungkinkan guru menjaga kontak mata langsung dengan seluruh
siswa.
40



39
Ibid,. hal. 20
40
Ibid,. hal. 21
Gambar 2.2
Pola pengaturan tempat duduk model Cluser








Keterangan:
: guru






: siswa yang berkemampuan tinggi


: siswa yang berkemampuan sedang


: siswa yang berkemampuan rendah
Gambar 2.3
Pola pengaturan tempat duduk model Swing














Keterangan:
: guru



: siswa yang berkemampuan tinggi


: siswa yang berkemampuan sedang


: siswa yang berkemampuan rendah
Menurut Noornia terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil
dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada beragam
pembelajaran diantaranya adalah:
1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada kerja sama kelompok dan tanggung
jawab kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar dengan melibatkan
peran tutor sebaya.
2. JIGSAW merupakan pembelajaran kooperatif yang anggota kelompoknya
diberi tugas berbeda satu dengan yang lainnya dari sebuah tema yang
dibahas, kemudian tes diberikan secara menyeluruh agar semua
kelompok mengetahui semua pokok bahasan.
3. Teams Games Turnament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran
kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individual, untuk
selanjutnya dalam kelompok masing-masing anggota kelompok
mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya
sesuai dengan tingkat kemampuannya.
4. Investigation Group (IG) merupakan suatu pembelajaran kooperatif
dimana semua anggotanya dituntut untuk merencanakan apa yang diteliti
dan bersama-sama kelompok membuat rencana pemecahannya.
41

Berdasarkan uraian diatas diketahui terdapat bermacam-macam model
pembelajaran kooperatif. Slavin (Noornia), menyatakan walaupun metode

41
Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di
Kelas IV SD Islam Maarif 02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana.
Hal. 14
pembelajaran kooperatif berbeda-beda, akan tetapi semua mendasarkan
pelaksanaannya pada enam karakteristik berikut:
1. Tujuan kelompok
2. Tanggung jawab individual
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
4. Spesialisasi tugas
5. Adaptasi terhadap kebutuhan individual.
42


D. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian pembelajaran matematika
Belajar tidak hanya sekedar mengingat, menghafal, tetapi perlu
dituntut adanya pemahaman, dan mampu menerapkan pengetahuan yang
dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Sadjana
belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan
kemampuan dan ketrampilan matematikanya, dimana sebelumnya ia tidak
dapat melakukannya. Ausubel menyatakan bahwa belajar dikatakan
bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai
dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar bermakna ini
tidak lepas dari peran serta dari pendidik atau guru. Guru dapat membantu
proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat

42
Ibid,. hal. 17
bermakna bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide yang mengajak siswa
menyadari serta secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis. Teori konstruktivis
menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran
mereka sendiri sehingga siswa menjadi aktif. Jadi pada intinya
pembelajaran ini berpusat pada siswa. Peranan pendidik dalam hal ini
adalah membantu siswa menemukan fakta dan konsep bagi siswa sendiri.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
43
.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Anwar menyatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya
adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur, yang diatur menurut aturan
yang logis
44
. Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol tertentu dan tersusun secara hierarkis serta penalarannya
deduktif. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami lebih dahulu

43
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi
Belajar Matematika di SMU. Hal. 4 (http://diakses tanggal 28 Maret 2009)
44
Usnida Junaeka Verawati,Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas 1 SMP
Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori
Pada Sub Pokok Bahasan Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang, 2005 hal.12
sebelum memanipulasi symbol-simbol itu. Proses belajar matematika akan
lancar apabila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu
45
.
Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang tersusun menurut
struktur, disajikan kepada siswa dengan cara yang dapat membawa ke
belajar bermakna Ausebel. Belajar yang bermakna menurut Ausebel
adalah mengutamakan konsep-konsep yang pada hakikatnya dapat
diaplikasikan dalam situasi yang lain. Belajar bermakna ini bertentangan
dengan belajar dengan menghafal, yaitu cara belajar yang hanya sekedar
mengingat tanpa suatu pemahaman. Sehingga cara belajar seperti ini
kurang cocok jika diterapkan dalam matematika. Matematika sekolah
tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi
siswa serta berpandu kepada perkembangan IPTEK.
Di bawah ini disajikan beberapa definisi lain tentang matematika:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

45
Ibid.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
46

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Dari definisi matematika diatas dapat terlihat adanya ciri-ciri
khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika
secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah:
a. Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering
juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran.
Objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun
relasi dan (4) prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola
dan struktur matematika.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat
penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan
konsep primitive. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan
berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive
diperlukan diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam
pendefinisian.
c. Berpola pikir deduktif

46
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 1999/2000) hal. 13
Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif.
Pola pikir deduktif secara ssederhana dapat dikatakan pemikiran
yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Dalam matematika jelas terlibat banyak sekali simbol yang
digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian
simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model
matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,
pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dan sebagainya. Makna
huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf dan
tanda dalam model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada
yang akan memanfaatkan model itu.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-
tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa
dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup
apa model itu dipakai. Semesta pembicaraan bermakna sama dengan
universal set. Semesta pembicaraan dapat sempit dapat juga luas
sesuai dengan keperluan.
f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat
dipandang terlepas satu sama lain.
47


3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika
yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa:
Tujuan Umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan umum adalah:
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efektif, dan efesien.
Mempersiapkan siswa agar dapat menggunkan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan dalam GBPP matematika yang khusus untuk Pendidikan Dasar
yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran
matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

47
Ibid,. Hal. 17-21
Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Membentuk sikap logis, kritis, cermat kreatif dan disiplin.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan
Pertama adalah:
Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika.
Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan
ke pendidikan menengah
Mempunyai ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan
matematika.
Selain itu dalam GBPP matematika yang khusus untuk Sekolah Menengah
Umum yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus
pengajaran matematikanya adalah:
Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan kependidikan tinggi
Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan
matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan kehidupan yang
lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari
Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka,
kreatif, serta inovatif
Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable)
melalui kegiatan matematika
48


E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Model ini dikembangkan oleh De Vries dan Slavn pada tahun 1978 di
John Hopkins University
49
. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih
semangat di samping dapat menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama,
persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam
memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai materi pembelajaran. Johnson 1999
(Teams Games Tournament) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif
dimana setelah siswa belajar secara individu untuk selanjutnya dalam

48
Ibid,. Hal. 23-24
49
Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan
Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada
Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005,
Hal. 15.
kelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan turnamen atau
lomba dengan kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya
50
.
Menurut Sasmito pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah
diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas
pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah
diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh
siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor
sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-
masing anggota kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling
mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama
51
.
Siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda
akan dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Dari masing-masing anggota kelompok tersebut diperbandingkan dengan
anggota kelompok lainnya yang berkemampuan homogen dalam meja
turnamen. Materi yang dilombakan adalah masalah yang berkaitan dengan
konsep atau prinsip yang dipelajari.
1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Kahfi
disusun dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail
kegiatan pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal-hal

50
Anton Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams
Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari,
Skripsi,FMIPA UM Malang 2005 Hal. 4
51
Heri Sasmito, Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan
Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB
UM, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 22.
yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TGT secara rinci akan diuraikan di bawah
ini:
A. Pra kegiatan pembelajaran TGT:
1. Persiapan
a. Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok, oleh karena
itu, guru harus mempersiapkan work sheet yaitu materi yang
akan dipelajari pada saat belajar kelompok, dan lembar
jawaban dari work sheet tersebut. Selain itu guru juga harus
mempersiapkan soal-soal turnamen.
b. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok
Guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi
4-5 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara
pembentukan kelompok dilakukan dengan mengurutkan siswa
dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan
kemampuan akademiknya, dan daftar siswa yang telah
diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok
tinggi, sedang 1, sedang 2, dan rendah. Kelompok-kelompok
yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal
kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada
kerja kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu
berkeliling bila ada kelompok yang ingin bertanya tentang
work sheet. Pada kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40
menit, kemudian diadakan validasi kelas artinya hasil kerja
kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.


2. Membagi siswa kedalam meja turnamen
Dalam pembelajaran kooperatif model TGT tiap meja turnamen terdiri
dari 4-5 siswa yang mempunyai homogen dan berasal dari kelompok
yang berlainan.
Gambaran dari pembagian siswa dalam meja turnamen dapat dilihat
dalam gambar diagram dibawah ini:



Gambar 2.4
Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Secara
Umum
Tim A
A-1
Tinggi
A-2
Sedang
A-3
Sedang
A-4
Rendah


Turnamen
Meja 1
Turnamen
Meja 2
Turnamen
Meja 3
Turnamen
Meja 4


Tim B Tim C
B-1
Tinggi
B-2
Sedang
B-3
Sedang
B-4
Tinggi
C-1
Tinggi
C-2
Sedang
C-3
Sedang
C-4
Tinggi


Keteranagan:
A-1 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan tinggi
A-2 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 1
A-3 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 2
A-4 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan rendah
B-1 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan tinggi
B-2 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 1
B-3 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 2
B-4 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan rendah
C-1 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan tinggi
C-2 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 1
C-3 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 2
C-4 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan rendah

Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut:
1. Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu A-1, A-2, A-3, dan A-4,
kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B-1, B-2, B-3, dan B-4, dan
kelompok C terdiri dari C-1, C-2, C-3, dan C-4. Kelompok A, B,
dan C merupakan kelompok belajar.
2. A-1, B-1, dan C-1 saling dipertandingkan dimeja 1 karena
ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan
tinggi semua.
3. A-2, B-2, dan C-2 saling dipertandingkan di meja 2 karena
ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan
sedang 1 semua.
4. A-3, B-3, dan C-3 saling dipertandingkan di meja 3 karena
ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan
sedang 2 semua.
5. A-4, B-4, dan C-4 saling dipertandingkan di meja 4 karena
ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan
rendah semua.
B. Detail kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT
a. Penyajian kelas
1) Pembukaan
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi
(prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini guru harus sudah
mempersiapkan work sheet dan soal turnamen.
2) Pengembangan
Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar
b. Belajar kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa
untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya
heterogen. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras
atau etnis. Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam
kelompok (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini mendiskusikan
masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki
pemahaman yang salah tentang suatu materi.
Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT.
Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok
agar melakukan yang terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok
melakukan yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada
satu anggota yang tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki
pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman
sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan soal
atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak
ada yang bisa mengerjakan maka siswa bisa meminta bimbingan
guru. Setelah belajar kelompok selesai guru meminta kepada
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai
fasilitator berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang
mengalami kesulitan.
c. Validasi kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab
soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru
menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk
didiskusikan bersama.
d. Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam
meja-meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam
meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru
membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set
seperangkat turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar
jawaban, poin gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua
seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama.
Bentuk turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut:


1. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat
pembelajaran yang sama untuk semua meja turnamen.
2. Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja
turnamen. Kartu tersebut dikocok dan kemudian dibagikan
kepada anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang
mendapatkan kartu dengan angka yang paling tinggi maka dia
bertindak sebagai lider, sedangkan kartu dari siswa lain
dikembalikan lagi. Lider adalah orang yang membaca soal
sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan oleh lider
merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa dalam
meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum
jam maka celing-1, celing-2, celing-3, celing-4 juga menjawab
soal. Celing-4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua
siswa menjawab.


Gambar 2.5
Urutan Celling Dalam Meja Turnamen
C3







Misalnya lider mendapatkan kartu dengan angka 12 maka lider
membaca soal 12. dari soal 12 tersebut lider menjawab A, celing
1 menjawab C, celing 2 menjawab C, celing 3 menjawab E, dan
celing 4 menjawab E, ternyata setelah celing 4 membuka
jawaban maka yang benar adalah C, sehingga kartu yang
angkanya paling besar tadi berpindah ke C1, celing 2 dan celing
4 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah
dengan putaran jarum jam, dan C1 yang menjawab pertanyaan
benar pertama tadi. Sehingga C1 bertindak sebagai lider.
Selanjutnya C1 mengambil kartu diatas meja, misalnya
mendapatkan kartu no. 9 maka C1 membuka soal no. 9 dan lider
C4 C2
Lider C1
yang tadi bertugas membuka kunci jawaban. Begitu selanjutnya,
jika soal yang tidak dapat dijawab oleh semua anggota
turnamen, maka nomor kartu tersebut dikembalikan di atas meja
sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab dibacakan oleh
celing dan kemudian dikocok kembali. Lider berikutnya
disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. Setelah waktu
yang ditentukan pada turnamen selesai, selanjutnya menentukan
poin berdasarkan benar salahnya jawaban, apabila menjawab
dengan benar maka akan mendapatkan 1 poin yang berupa
gambar smile. Semua anggota turnamen berhak mengambil
sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal dijawab dengan
benar.
Setelah usai turnamen, maka masing-masing anggota turnamen
mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin
dan selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal
sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian
masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin tersebut.
Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang
akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan
III.
e. Penghargaan kelompok
Setelah turnamen selesai, siswa kembali kekelompok asal
kemudian menjumlahkan poin yang mereka dapat. Guru
mengumumkan tiga kelompok yang mempunyai poin tertinggi
diantara kelompok yang lain yang akan mendapatkan piagam
penghargaan.
52


2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan, kelebihan TGT antara lain:
a. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar
b. Siswa menjadi semangat dalam belajar
c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi
juga melalui konstruksi oleh siswa itu sendiri
d. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti:
kerjasama, toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain.
Sedangkan kekurangan TGT diantaranya adalah:
a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang
banyak
b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan
soal turnamen
c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah
53
.


52
Shohibul Kahfi, Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran
Matematika (Malang: FMIPA UM, 2003), hal. 4
53
Ibid, hal. 8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan
upaya meningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar trapesium melalui
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil dari penelitian tersebut dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas secara umum.
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah
yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c)
pengumpulan data (observing), d) penganalisis data/informasi untuk
memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut
(reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan
peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif mengingat data
yang diambil bukan berupa angka-angka statistik tetapi berupa aktivitas siswa
dalam pembelajaran ditambah dengan hasil tes formatif. Penelitian ini
dilakukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau peristiwa yang tampak
melalui observasi dan pengumpulan data.


B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak hadir selama
kegiatan penelitian berlangsung. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik
penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat/instrument.
54

Pada penelitian ini guru mata pelajaran dan peneliti berkolaborasi,
guru mata pelajaran bertindak sebagai guru yang akan mengajar dan
mempraktekkan pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas, sedangkan
peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan pemberi tindakan. Sebagai
instrument kunci, peneliti sebagai pengamat dan pewawancara. Sebagai
pengamat, peneliti bertindak sebagai perencana, observer, pelaksana,
pengumpulan data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Peneliti dan
guru mata pelajaran kelas yang bersangkutan bekerja sama sesuai dengan
kebutuhan. Dalam hal ini peneliti mengamati semua aktivitas yang dilakukan
guru mata pelajaran dan siswa.

C. Setting Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI. Ar-Rahmah, MI.
ini merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di dusun
Bendo desa Sukolilo kecamatan Jabung kabupaten Malang.


54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002),hal. 9
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa kelas V, di MI.
Ar-Rahmah Malang tahun pelajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa
sebanyak 37 siswa. Penentuan kelas ini dilaksanakan peneliti berdasarkan
hasil pengamatan terhadap kelas yang diajar oleh peneliti ketika praktek
kerja lapangan (PKLI). peneliti memprediksi bahwa kelas ini akan terjadi
peningkatan prestasi belajar jika dilakukan dengan pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament).
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang peneliti ajarkan adalah mata pelajaran yang
mungkin kebanyakan siswa MI Ar-Rahmah menganggap bahwa mata
pelajaran yang sulit dan telah dianggap sebagai momok (hantu) bagi
mereka, maka dari itu peneliti ingin mengubah hal tersebut. Adapun mata
pelajaran yang peneliti angkat adalah pembelajaran Matematika, yang
mengulas tentang sifat-sifat bangun datar trapesium.
4. Karakteristik Sekolah
Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari madrasah
yang bertempat di dusun Bendo-Sukolilo-Jabung kabupaten Malang yang
berdiri sejak tahun 1988 dengan memulai membangun dan melengkapi
sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai
sumber kegiatan belajar mengajar
Pembangunan fisik secara bertahap itu memang mengalami
perkembangan yang sangat baik sekali. Madrasah ini tidak mengambil
keuntungan dari siswa karena tidak ada istilah SPP di sekolah ini, tetapi
Madrasah ini menggunakan istilah Infak yang dibayar peserta didik
seikhlasnya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh wali
murid masing-masing peserta didik.
5. Karakteristik Siswa
Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti waktu PKLI, kondisi kelas V
MI. Ar-Rahmah Bendo selama kegiatan belajar mengajar dalam kelas, belum
bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran
khususnya mata pelajaran Bahasa Arab. Siswa dikelas V ini cenderung ramai,
tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi jika
diajar guru yang mereka harapkan, maka proses pembelajaran berjalan dengan
tenang dan efektif.

D. Data dan Sumber Data
Data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil tes
2. Hasil observasi
3. Hasil angket
4. Hasil wawancara
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ar-Rahmah
Bendo Jabung Malang yang berjumlah 37 siswa. Pengambilan data secara
klasikal dilakukan dengan metode tes dan angket. Sedangkan metode
observasi digunakan untuk mengambil data dari aktivitas guru mata pelajaran
dan peneliti dan 4 siswa yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian
terdiri dari: 1 siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 siswa berkemampuan
akademik sedang, dan 1 siswa berkemampuan akademik rendah, ditinjau dari
kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas berupa nilai ulangan
harian terakhir. Tujuan pengambilan 5 siswa tersebut supaya dapat
mengungkapkan aktivitas dan motivasi siswa secara mendalam. Wawancara
yang hanya dilakukan terhadap subyek penelitian analisis terhadap data yang
diperoleh dari metode tes, angket, wawancara dan observasi dilakukan untuk
melihat ketuntasan indikator keberhasilan tindakan.

E. Siklus Penelitian
Pada penelitian ini pelaksanaan siklus II, III dan seterusnya akan
dilanjutkan jika tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
yaitu 85% siswa harus tuntas belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak
dua siklus selama 3 kali pertemuan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai
acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi
siklus II digunakan sebagai acuan tindak lanjut pembelajaran selanjutnya.
Dalam siklus penelitian ini terdapat beberapa tahap, antara lain: Tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap
observasi, dan tahap refleksi.



F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Data tentang skor awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian
pada materi sebelumnya. Skor awal siswa didapatkan peneliti sebelum
melakukan penelitian. Skor awal ini digunakan untuk membentuk
kelompok belajar siswa dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa pada siklus I yaitu dengan membandingkan persentase siswa yang
tuntas belajar pada tes akhir siklus I.
Pada saat penelitian, terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes
akhir siklus. Turnamen digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi yang telah dipelajari pada pembelajaran tersebut. Selain
itu, juga untuk memotivasi siswa dalam belajar. Turnamen dilaksanakan
setiap akhir pembelajaran. Pada saat turnamen, siswa diberi beberapa soal
untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari lembar jawaban itu siswa akan
mendapatkan skor turnamen. Skor kelompok diperoleh dengan
menjumlahkan skor turnamen setiap anggota kelompok. Skor setiap
kelompok akan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dan
tiga kelompok dengan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan
kelompok.
Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini,
dilakukan dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes
skhir siklus digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan persentase siswa
yang tuntas belajar pada masing-masing siklus. Cara melaksanakan tes
akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa menjawab soal yang diberikan
oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban. Soal yang diberikan
berupa soal uraian dengan tujuan tidak ada unsure untung-
untungan/tebakan dalam menjawabnya.
2. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan/pernyataan yang perlu
dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)
55
. Responden dalam
penelitian ini adalah siswa di kelas V semester II MI Ar-Rahmah Bendo
Sukolilo Jabung Malang tahun ajaran 2008/2009 yang menjadi sumber
data dalam penelitian.
Format angket yang digunakan mengikuti model Likert.
Responden diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan itu.
Derajat penelitian siswa secara bertingkat, mulai dari Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala
kualitatif ini akan ditransfer ke dalam skala kuantitatif pada saat
menganalisa hasil angket. Angket ini diberikan sekali yaitu setelah akhir
siklus II.
3. Observasi
Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Observasi
ke siswa dilakukan secara menyeluruh akan tetapi observasi lebih
diintensifkan terhadap 4 siswa yang menjadi subyek penelitian.

55
Erman, S. Ar. Evaluasi Pembelajaran Matematika (Bandung: IMSTECJKA, 2003),
hal. 56
Observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat dan data observasi
dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subyek penelitian
sebagai fokus pengamatan (4 siswa) selama berlangsungnya pembelajaran
kooperatif. Tiga orang pengamat bertugas mengamati dan mencatat
aktivitas guru dan siswa ke dalam lembar observasi tersebut. Lembar
observasi merupakan hasil adaptasi
56
.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti secara langsung setiap selesai
melakukan penelitian dengan mengingat dan membayangkan apa yang
telah terjadi di kelas baik peristiwa maupun percakapan.
5. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
57
.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan
terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka karena subyek
penellitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan juga
mengetahui apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti
membuat dan menetapkan sendiri masalah dan menyusun dengan rapi
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan pada

56
Rusyidah, Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman Siswa pada
Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4 Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005)
57
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hal. 132
akhir tindakan I dan dilakukan terhadap 4 siswa yang menjadi subjek
pengamatan. Pemilihan 4 siswa ini selain didasarkan kemampuan
akademik juga berdasarkan pertimbangan keterampilan mereka dalam
berbicara.

G. Analisis Data
Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis data penelitian ini
mengacu pada model analisis miles dan huberman yang meliputi kegiatan
mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Ketiga kegiatan
ini dilakukan secara berurutan. Proses mereduksi data dilakukan dengan
menyeleksi dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari berbagai
sumber dilapangan
58
. Data yang dimaksud adalah meliputi hasil tes, hasil
wawancara, hasil angket, hasi observasi dan catatan lapangan. Penyajian data
dilakukan untuk memaparkan hasil reduksi dengan cara menyusun secara
naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan. Informasi yang dimaksud
adalah uraian kegiatan pembelajaran, hasil tes, hasil pengamatan, catatan
lapangan, dan wawancara. Penarikan kesimpulan merupakan intisari dari
analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari PTK yang
dilakukan maupun efektivitas pembelajaran yang dilakukan.

58
Op Cit, Hal. 38
Adapun analisis data dari hasil tes, lembar observasi, dan angket
respon siswa sebagai berikut :
1. tes
Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat
adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase
siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas
pada data awal, dan persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari
persentase siswa yang tuntas pada siklus I. siswa dikatakan tuntas belajar
jika mendapatkan skor 42.5
Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :

Keteranagan :
P = persentase siswa yang tuntas belajar
n = banyak siswa yang tuntas belajar
N = banyak siswa keseluruhan
Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar,
juga harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu
85% siswa harus tuntas belajar.
2. lembar observasi
Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan
lembar observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing
indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya
dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor
dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu :

Persentase terendah adalah 0%
Persentase tertinggi adalah 100%
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran
yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik.

Sehingga kriteria aktivitas guru mata pelajaran dan siswa ditentukan
sebagai berikut :
75% < NR 100% = sangat baik
50% < NR 75% = baik
25% < NR 50% = cukup baik
0% < NR 25% = kurang baik
Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika
berdasarkan lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal
berkriteria baik sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa,
mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik.
3. Angket
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
59

Angket ini digunakan untuk melengkapi data mengenai motivasi siswa
dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket atau
kuesioner berstruktur. Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang
disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah
kemungkinan yang sudah disediakan.
Data yang dikumpulkan dengan angket adalah respon siswa
terhadap pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Angket yang
digunakan adalah angket tertutup, dimana dalam mengisi jawaban yang
tersedia sesuai dengan pendapatnya masing-masing.

H. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk menjamin keabsahan
data. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
60
. Triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber dengan
jalan membandingkan data hasil observasi, catatan lapangan dan wawancara.

59
Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 67.
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), hal.330
Disamping itu, dilakukan juga diskusi antara peneliti dengan guru bidang
studi dan teman sejawat.

I. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah
(1) tahap pra-tindakan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian
ini direncanakan dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahap-
tahap pada setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Kegiatan pra-tindakan
1) Menetapkan subjek penelitian
Penetapan subjek penelitian dilakukan pada kelas V MI Ar-
Rahmah, di dalamnya terdapat sejumlah kelompok yang telah
ditetapkan berdasarkan nilai ulangan harian dan bedasarkan
pertimbangan dari guru bidang studi matematika pada kelas yang
diteliti. Pada tiap kelompok tersebut ditetapkan sebanyak 5 siswa
yaitu seorang siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 orang
siswa berkemampuan akademik sedang, dan seorang siswa
berkemampuan akademik rendah.
2) Pembentukan kelompok belajar
Pembentukan kelompok belajar disusun sedemikian rupa
sehingga terbentuk kelompok yang heterogen dari segi
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
b. Kegiatan tindakan
1) Perencanaan
Adapun perencanaan ini berdasarkan pada observasi pendahuluan
yang menjadi acuan dalam perencanaan tindakan. Langkah-
langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a) melakukan pertemuan awal dengan guru bidang studi untuk
membicarakan persiapan tindakan dan waktu tindakan.
b) Mempersiapkan sumber pelajaran dan bahan yang akan
dipakai dalam pembelajaran.
c) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi
yang ditetapkan.
d) Mempersiapkan lembar kegiatan.
e) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan.
f) Mempersiapkan angket.
2) Pelaksanaan tindakan
Tahap pemberian tindakan dimaksudkan yaitu melaksanakan
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dijelaskan
dibagian depan, yaitu penyajiaan materi, belajar kelompok,
perlombaan/turnamen, dan penghargaan kelompok.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang
lebih mendalam komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal
sampai akhir tindakan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu
oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran. Hasil observasi akan
dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan.
d. Refleksi
Refeksi digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu siklus dan
dilakukan pada setiap akhir siklus. Kegiatan ini untuk melihat
keberhasilan dan kelemahan dari suatu perencanaan yang
dilaksanakan pada siklus tersebut. Refleksi juga merupakan acuan
dalam menentukan perbaikan atas kelemahan pelaksanaan siklus
sebelumnya untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa harus tuntas belajar.
Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan alur pada siklus I
dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Sub
bahasan yang dibahas pada siklus II adalah sama dengan siklus II yaitu
tentang materi sifat-sifat bangun datar trapesium.
Pelaksanaan masing-masing siklus digambarkan dengan sebuah
spiral penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 fase seperti gambar 3.1.
keempat fase meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengematan (observation), dan refleksi (reflection).



Gambar 3.1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini mendeskripsikan tentang keberadaan obyek penelitian dan
hasil paparan ketika proses belajar mengajar berlangsung, yaitu ketika
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah peneliti
terapkan di kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang. Supaya situasi
pembelajaran dapat diikuti secara utuh, maka peneliti memaparkan semua proses
yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran, mulai dari kegiatan awal
hingga peneliti menutup pembelajaran dari masing-masing pertemuan. Penelitian
dimulai pada tanggal 02 Maret 2009 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan tiga kali pertemuan.

A. Latar Belakang Obyek Penelitian
a. Sejarah Berdirinya MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
Pada tahun 1980 masyarakat dusun Bendo Sukolilo mempunyai
keinginan untuk mendirikan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) karena di
dusun Bendo ini masih jauh dari tempat pendidikan + 1 km dari tempat
pendidikan. Dan jalannyapun kurang aman untuk anak kecil. Namun
keinginan ini pada waktu itu belum bisa terwujudkan karena sarana dan
prasarana.
Pada tahun 1985 di desa ini ada pembangunan masjid Al-Ikhlas
yang sekaligus mendirikan sekolah Taman Kanak-Kanak yang diberi nama
TK Al-Khoirot yang diprakarsai oleh Bapak KH. Sirodj dan Bapak KH.
Nur Salim Sukolilo juga di bantu oleh para ulama, tokoh dan masyarakat
yang lain.
Pada tahun 1988 sebagai kelanjutan dari Taman kanak-kanak
tersebut, pengurus dan masyarakat bersepakat mendirikan sekolah di
tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah). Akan tetapi Madrasah Ibtidaiyah ini
belum berdiri sendiri, Madrasah ini bergabung dengan Madrasah
Ibtidaiyah Miftahul Huda Sukolilo. Akhirnya Madrasah inipun menjadi
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II.
Pada tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah di dusun Bendo ini
mendapat waqof tanah lagi dan membangun gedung lagi 4 lokal, dan
madrasah inipun dapat menampung siswa dari kelas 1 sampai kelas 6, dan
jumlah siswanya tidak kurang dari 170 anak.
Pada tahun 1997 Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II ini dapat
diresmikan dan namanya diganti dan diresmikan dengan nama: Madrasah
Ibtidaiyah Ar-Rahmah Sukolilo Jabung Kabupateen Malang. Adapun
kepala Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah adalah bapak Sulthoni Latif,
M.Pd. sampai sekarang Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Bendo Jabung
Malang ini masih berstatus akreditasi B.
61





61
Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
b. Visi dan Misi MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
Visi : Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia, Berprestasi
Misi : Menciptakan siswa-siswi yang handal di bidang IPTEk dan
IMTAK
62


c. Tujuan MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
Membina siswa-siswi agar memiliki ilmu pengetahuan, teknologi,
ketrampilan, keimanan, ketakwaan serta akhlak terpuji yang berguna bagi
Agama Nusa dan Bangsa.
63


d. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah
sebagaimana terlampir pada lampiran.

e. Denah Lokasi
Adapun denah lokasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah
sebagaimana terlampir pada lampiran.

f. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu system
pendidikan yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses
pendidikan. Keberadaan yang dimiliki suatu sekolah mencerminkan
kemajuan sekolah tersebut.

62
Ibid.
63
Ibid.
MI. Ar-Rahmah berdiri diatas tanah waqaf seluas 2434 M
2
dan
luas bangunan 909 M
2
, secara keseluruhan banyaknya ruang dan fasilitas
penunjang lain yang dimiliki Madrasah dalam tabel berikut:

Tabel 4.1
Ruang dan Inventaris MI. Ar-Rahmah Sukolilo
Tahun Ajaran 2008-2009

N
o
Jenis
Juml
ah
Kondi
si
Keteranga
n
1. R. Belajar 6 Baik -
2. R.
Perpustakaan
1 Baik -
3. R. UKS 1 Baik -
4. R. Kepala
Madrasah
1 Baik -
5. R. Guru 1 Baik -
6. Kamar
Mandi/WC
4 Baik -
7. Meja Belajar
a. Meja/Kursi
siswa
99 Baik -
b. Meja/Kursi
Guru
13 Baik -
c. Lemari 5 Baik -
d. Rak 7 Baik -
8. Peralatan
Kantor

a. Mesin Ketik 2 Baik -
b. Filling
Cabinet

9. R. Lab.
Komputer
1 Baik -

Pemeliharan fasilitas sekolah dilakukan setiap hari jumat dengan
nama Jumat Bersih dan setiap tahun ajaran dilakukan pengecatan
dinding dan perbaikan fasilitas lain yang dianggap sudah aus.
64



64
Ibid.
g. Data Kelas
Dalam penelitian ini kelas V dijadikan sebagai obyek penelitian
dengan jumlah siswa sebagai berikut.
Tabel 4.2
Data Kelas V
No. Jenis Kelamin Banyak siswa
1. Laki-Laki 19
2. Perempuan 18
Jumlah 37

Adapun tata tertib yang berlaku didalam kelas V antara lain:
a) Tugas dan Kewajiban Siswa
1. Siswa harus datang 15 menit sebelum pelajaran dimulai, khusus
siswa yang piket harus dating 25 menit sebelum pelajaran dimulai
2. Pada akan memasuki kelas harus berbaris didepan kelas, dan masuk
dengan tertib
3. sebelum pelajaran dimulai siswa harus siap menerima pelajaran
dengan segala peralatan yang sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
4. selama pelajaran berlangsung siswa harus mengikuti dengan
sungguh-sungguh dan penuh perhatian
5. wajib memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan
sekolah
6. wajib berseragam lengkap serta BEDGE yang sesuai dengan
ketentuan sekolah
7. bila berhalangan mengikuti pelajaran siswa harus memberikan
keterangan yang sah
8. siswa wajib menjaga dan menjunjung tinggi nama baik sekolah
9. siswa harus melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru baik yang
bersifat kurikuler, non kurikuler maupun ekstra kurikuler
b) Larangan-Larangan Siswa
1. meninggalkan sekolah/ pelajaran selama kegiatan berlangsung
2. memasuki kelas lain tanpa seizin guru yang bersangkutan
3. mmmembaca bacaan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran,
seperti: komik, majalah, dan lain sebagainya.
4. berpakaian yang tidak sopan dan memakai perhiasan dan bersolek
yang berlebihan
5. membawa senjata yang membahayakan
6. melakukan kegiatan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran
c) Sanksi-Sanksi Bagi Siswa
1. peringatan secara lisan kepada siswa yang bersangkutan
2. peringatan secara tertulis kepada siswa dan tembusan kepada orang
tua/wali siswa yang bersangkutan
3. dikeluarkan sementara (diskorsing)
4. bila dengan sanksi-sanksi diatas belum menunjukkan perubahan
sikap, maka siswa dikembalikan kepada orang tua/wali siswa
(dikeluarkan)
65


65
Dokumentasi siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
h. Program Ekstrakurikuler dan Muatan Lokal
Program ekstrakurikuler dan muatan lokal
1. Bidang Keagamaan
a. Praktek sholat berjamaah
b. Sholat dhuha
c. Sholat gerhana
d. Sholat rawatib
e. Sholat jenazah
f. Mengkafani mayit
g. Manasik haji
h. Sholat jama dan qosor
i. Tartil Al-Quran
2. Pembinaan Pramuka
a. Latihan siaga/ penggalang
b. Perkemahan
3. Bidang Kesenian
a. Seni membaca
b. Seni kaligrafi
c. Seni dekorasi
d. Seni musik/drum band
4. Bidang Kemasyarakatan
a. Bakti sosial
b. Peringatan hari besar islam
c. Pemberian santunan
5. Rekreasi
6. Lain-Lain
a. Kursus MAPEL
b. Studi banding
66


B. Paparan Data
1. Pra tindakan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pertemuan
dengan kepala sekolah untuk mengantarkan surat penelitian serta
menentukan waktu penelitian yang akan berlangsung. Kemudian bertemu
dengan guru bidang studi Matematika kelas V, tujuan pertemuan ini
adalah peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di kelas V.
Setelah mendapat izin dari pihak sekolah, peneliti menemui pengurus
bidang Tata Usaha (TU) untuk meminta data-data profil sekolah
kemudian peneliti mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam penelitian. Hal penting yang dilakukan peneliti pada tahap ini
adalah membentuk kelompok belajar dan menentukan subyek penelitian.
Untuk membentuk kelompok belajar siswa, peneliti
mengurutkan data awal siswa berupa nilai ulangan harian siswa mulai
dari yang tertinggi sampai terendah. Daftar nama siswa yang sudah
diurutkan tersebut dibagi menjadi lima kelompok akademik yaitu

66
Ibid.
kelompok siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang I, sedang II,
sedang III, dan rendah. Agar kelompok belajar siswa yang diperoleh
heterogen maka peneliti memilih seorang siswa dari setiap kelompok
tersebut untuk dikelompokkan lagi menjadi kelompok belajar. Jadi setiap
kelompok belajar siswa terdiri dari seorang siswa berkemampuan
akademik tinggi, seorang siswa berkemampuan akademik sedang I,
seorang siswa berkemampuan akademik II, seorang siswa
berkemampuan akademik sedang III, dan seorang siswa berkemampuan
akademik rendah. Selain berdasarkan kemampuan akademik,
pembentukan kelompok juga berdasarkan jenis kelamin. Karena kelas V
terdiri dari 37 siswa maka terbentuk 7 kelompok belajar masing-masing
terdiri dari 5 siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik
maupun jenis kelamin. Pembentukan kelompok dapat dilihat pada tabel
4.3

Tabel 4.3
Pembentukan Kelompok Belajar
Kriteria siswa No. Absen
Jenis
Kelamin
Nilai UH
Nama
Kelompok
Siswa
berkemampuan
akademik tinggi
11
32
29
20
19
30
12
L
P
P
P
P
P
L
70
70
70
77
70
75
75
1
2
3
4
5
6
7
Siswa
berkemampuan
akademik sedang I
8
31
22
36
23
30
18
P
P
L
P
L
P
P
50
60
50
45
40
65
55
1
2
3
4
5
6
7
Siswa
berkemampuan
akademik sedang II
9
35
13
16
4
34
17
L
L
P
P
L
L
P
40
40
35
30
35
30
30
1
2
3
4
5
6
7
Siswa
berkemampuan
akademik sedang III
27
28
25
33
24
6
7
P
P
L
P
L
L
L
30
35
30
35
30
35
25
1
2
3
4
5
6
7
Siswa
berkemampuan
akademik rendah
1
2
10
26
21
37
14
L
L
L
L
L
P
L
25
30
25
30
30
25
25
1
2
3
4
5
6
7
Ket:* = subyek penelitian

Berdasarkan data awal siswa tersebut, peneliti juga menentukan
4 siswa untuk menjadi subyek pengamatan yaitu: siswa yang berinisial A
berjenis kelamin perempuan yang mewakili kelompok siswa
berkemampuan akademik tinggi, siswa yang berinisial B berjenis
kelamin perempuan yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan
akademik sedang I, siswa yang berinisial C berjenis kelamin laki-laki
yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan akademik sedang
II, dan siswa yang berinisial D berjenis kelamin laiki-laki yang mewakili
kelompok siswa yang berkemampuan akademik rendah. Pengambilan 4
siswa tersebut bertujuan untuk mengetahui secara mendalam aktivitas
siswa dan prestasi siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
Tabel 4.4
Distribusi skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian Mata
Pelajaran Matematika kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 -
2. 91-95 -
3. 86-90 -
4. 81-85 -
5. 76-80 1 Lulus
5. 71-75 1 Lulus
6. 66-70 4 Lulus
7. 61-65 2 Lulus
8. 56-60 1 Lulus
9. 51-55 1 Lulus
10. 46-50 2 Lulus
11. 41-45 -
12. 36-40 3 Tidak lulus
13. 31-35 5 Tidak lulus
14. 0-30 16 Tidak lulus
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa ulangan harian
sebelum diadakannya metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dari 37
orang siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 12 orang atau sebesar
32.43% dan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 25 atau sebesar
67.57%. Dari pernyataan tersebut yang dinyatakan tidak lulus lebih dari
50%.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini sebagai
berikut:
1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan
lapangan, pedoman wawancara, soal turnamen, dan soal tes I, dapat
dilihat pada lampiran
2. Menyiapkan daftar nama anggota kelompok belajar, dapat dilihat
pada lampiran
3. Menyiapkan soal-soal yang akan dikerjakan siswa, dapat dilihat
pada lampiran

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran
matematika yang bertindak sebagai guru dan dibantu peneliti serta teman
sejawat dari program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN
Malang yang bertindak sebagai observer.
Tindakan I dilaksanakan dalam 175 menit, berlangsung selama
2 kali pertemuan dengan rincian 1 kali pertemuan berlangsung selama 2
jam pelajaran dan 1 kali pertemuan berlangsung selama 3 jam pelajaran,
yang 1 jam pelajaran mengambil waktu pelajaran bahasa inggris yang
kebetulan guru mata pelajaran bahasa inggris adalah guru mata pelajaran
matematika juga.
Sebelum dilaksanakan penelitian pada pertemuan pertama,
peneliti menemui guru mata pelajaran terlebih dahulu dengan tujuan
untuk mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
I, Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut.
Pertemuan I (Selasa,24 Maret 2009 )
Tahap pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
dilanjutkan dengan sedikit menyampaikan tujuan pembelajaran.
Disamping itu guru juga menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Setelah itu guru membentuk kelompok belajar siswa yang telah
disusun peneliti sebelumnya dan meminta siswa supaya setiap jam
pelajaran matematika posisi duduk harus berkelompok. Lebih lanjut guru
memberikan motivasi kepada siswa berupa hadiah, yaitu tiga kelompok
yang memperoleh skor turnamen tertinggi akan mendapatkan hadiah dan
piagam penghargaan. Guru juga menjelaskan gambaran bahwa
keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu. Sehingga
untuk menjadi kelompok yang terbaik, setiap anggota kelompok harus
menyumbangkan skor turnamen yang terbaik pula. Untuk itu, pada saat
diskusi kelompok harus terjadi tutor sebaya yaitu siswa yang
berkemampuan akademik tinggi harus membantu siswa yang
berkemampuan akadenik sedang dan rendah, sehingga merekapun bisa
memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
Selanjutnya guru memulai tahap penyajian materi secara
klasikal. Pada awalnya guru mengingatkan siswa tentang beberapa materi
prasyarat yang telah dipelajari siswa sebelumnya, diantaranya adalah
bangun datar persegi dan bangun datar persegi panjang.
Setelah siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan tentang
materi pada pertemuan tersebut, materinya yaitu tentang bangun datar
trapesium. Setelah usai menjelaskan materi, guru memberikan soal-soal
untuk dikerjakan pada setiap masing-masing kelompok. Setelah waktu
yang disediakan untuk diskusi berakhir, guru meminta laporan dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
bersama-sama. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
diskusi yang telah dilakukan bersama-sama tersebut.
Dan pada tahap terakhir yaitu guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Pada
tahap ini ada 3 siswa yang bertanya tentang cara menghitung sudut
bangun datar trapesium. Setelah semua pertanyaan siswa dijawab guru
dan semua siswa faham materi ini, maka guru memberikan pekerjaan
rumah untuk dikerjakan bersama masing-masing kelompoknya.
Pertemuan II (Rabu, 25 maret 2009)
Pada pertemuan ini dilaksanakan turnamen. Pertemuan dimulai
pukul 08.10-09.20 dan 09.40-10-15 WIB. Sebelum dilaksanakan
turnamen, Guru menjelaskan beberapa aturan turnamen yaitu dimulai
dengan siswa duduk di meja turnamen masing-masing sesuai dengan
kemampuan akedemiknya. Pada turnamen I ini terdapat lima meja
turnamen, masing-masing meja terdiri dari 7 siswa yang homogen dari
kemampuan akademik. Kemudian siwa mengambil satu kartu soal dan
satu lembar jawaban untuk dikerjakan pada turnamen. Satu kartu soal
terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakan satu soal pada satu lembar
jawaban. Sehingga setelah mengerjakan satu soal siswa harus
mengembalikan kartu tersebut pada tempatnya. Pada saat turnamen
berlangsung siswa terlihat antusias sekali dalam mengerjakan soal karena
selain dituntut benar juga harus cepat. Kemudian guru dan semua
masing-masing perwakilan turnamen mencocokan hasil jawaban yang
telah dijawab oleh perwakilan turnamen. Apabila jawaban dapat dijawab
siswa dengan benar, maka siswa akan mendapat satu poin yang berupa
gambar smile. Siswa yang menjawab dengan benar dan banyak akan
mendapat poin yang lebih banyak pula. Gambar smile dapat dilihat pada
lampiran.
Setelah itu salah satu perwakilan meja turnamen mengambil
kartu soal selanjutnya untuk dikerjakan kembali. Demikian seterusnya
sampai bel istirahat berbunyi, siswa diistirahatkan dan turnamen akan
dilanjutkan setelah bel masuk berbunyi. Setelah waktu turnamen yang
disediakan berahir dan sampai kartu soal telah dikerjakan semua, maka
akan dilakukan penghitungan jumlah poin keseluruhan pada masing-
masing kelompok. Kemudian guru mengumumkan tiga kelompok terbaik
pertama yang menjadi juara I, II, dan III yang akan mendapat hadiah dan
piagam penghargaan. Soal untuk turnamen dapat dilihat pada lampiran.
Pada saat turnamen berlangsung guru mata pelajaran, peneliti
dan teman sejawat masing-masing menjadi fasilatator di tiap meja
turnamen. Tugas fasilitator adalah mengawasi jalannya turnamen. Hasil
poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I
Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin
A1 : Dzurotun Nasichin 21 B1 : Sufi Asfiyani 21
A2 : Dewi Mariyam 19 B2 : Siti Rahmawati 18
A3 : Agung Prasetyo 10 B3 : Zakaria Adi Saputra 12
A4 : Nurul Azizah 10 B4 : Rina Baayu Fauziyah 11
A5 : Darmaji - B5 : Muh. Mundzir 10
A6 : Muh. Nur Aini 13 B6 : Dewi Asmaul Husna -
Jumlah 73 Jumlah 72

Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin
C1 : Siti Aisyah 24 D1 : Malichatur Rizqiyah 23
C2 : Muh. Ainun Najib 20 D2 : Hasbiyah 18
C3 : Indah Ayu Harnanik 11 D3 : Lailatul Husna 11
C4 : Syaiful Muminin 6 D4 : Umul Khasanah 11
C5 : Ariadus Sholihin 11 D5 : Muh. Teguh Firmansyah 8
Jumlah 72 Jumlah 71

Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin
E1 : Luluk Sufiyah 17 F1 : Siti Maimunah 20
E2 : Muh. Ali Hanani 18 F2 : Khuriyati 21
E3 : Arif Syaifuddin K. 12 F3 : Zuriyanto 12
E4 : Muh. Fauzan 10 F4 : Zainal Abidin 13
E5 : Misbahul Mubien 12 F5 : Erni kumala Dewi 10
Jumlah 69 Jumlah 76

Kelompok 7 Poin
G1 : Fathur Rizqi Dwi Putro 17
G2 : Lilik Nur Aini 19
G3 : Lilik Farida 16
G4 : Rofi Wahyu Romadhon 19
G5 : Khoirul Islam 13
Jumlah 79

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok yang menjadi
juara yaitu: kelompok 7, 6 dan 1
Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap
ini siswa bukan lagi berkelompok dan berdiskusi, melainkan tugas
masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa dalam 2 pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal tes
I dengan jumlah soal sebanyak 3 soal.
Sebelum tes I dimulai guru menugaskan kepada siswa supaya
duduk kembali pada tempatnya masing-masing. Selanjutnya guru
meminta supaya siswa tenang karena sebentar lagi akan diadakan tes.
Guru memberikan 5 menit kepada kepada siswa untuk belajar kembali.
Setelah itu peneliti mulai membagikan soal kesetiap siswa. Soal tes I dan
perolehan skor dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes individu
siklus I sebagaimana disajikan dalam table berikut:
Tabel 4.6
Distribusi skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran Matematika
kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 10 Lulus
2. 91-95 4 Lulus
3. 86-90 -
4. 81-85 2 Lulus
5. 76-80 1 Lulus
5. 71-75 -
6. 66-70 3 Lulus
7. 61-65 -
8. 56-60 4 Lulus
9. 51-55 3 Lulus
10. 46-50 1 Lulus
11. 41-45 -
12. 36-40 7 Tidak lulus
13. 31-35 -
14. 0-30 -
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil ulangan
sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini adalah 80%, yakni
dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus sebanyak 28 orang. Sedangkan
yang gagal sebanyak 7 orang siswa atau sebesar 20%, dan dua orang
siswa yang tidak mengikuti tes. Siklus ke-2 akan dilanjutkan, karena
tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini tidak mencapai 85%.
Dilihat dari beberapa jawaban tes siswa yang diberikan,
kebanyakan siswa salah pada mencari sudut dari bangun datar trapesium.
c. Hasil observasi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan
pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang belajar dalam
kelompok yang diturnamenkan. Mereka aktif berdiskusi dalam
menyelesaikan masalah. Mereka sudah ada rasa tanggung jawab terhadap
keberhasilan kelompok. Hasil observasi dua orang pengamat terhadap
kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 dan table 4.8. Format
observasi tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4.7
Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus I
Tahap Indikator
PGMT
I
PGMT
II
A
W
A
L
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 14 9
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 14 14
3. Menentukan materi dan pentingnya materi 8 7
4. Memotivasi siswa 18 13
5. Membangkitkan pengetahuan prasyarat
termasuk materi tes awal yang belum
dipahami
18 13
6. Membentuk kelompok 15 15
7. Menjelaskan cara kerjasama dan
tanggungjawab kelompok
15 13
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan 4 4
I
N
T
I
1. Meminta siswa memahami lembar kerja 6 8
2. Meminta masing-masing kelompok
bekerja sesuai tugas kelompok
12 12
3. Membimbing dan mengarahkan kelompok
sehingga dapat terjadi belajar kooperatif
16 16
4. Meminta kelompok menyiapkan laporan
hasil kerja
15 14
5. Meminta kelompok melaporkan hasil
kerjanya
20 9
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi 14 14
A
K
H
I
R
1. Merespon kegiatan diskusi 14 13
2. Membimbing turnamen 25 23
3. Mengakhiri pembelajaran
20 18
Jumlah 248 216

Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang
dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktivitas guru mata pelajaran,
diperoleh persentase nilai rata-rata 88,6%. Sedangkan berdasarkan
observasi yang dilakukan oleh teman sejawat (PGMT II), diperoleh
persentase nilai rata-rata adalah 77.1%. Berarti taraf keberhasilan
aktivitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam
kategori Sangat Baik.
Tabel 4.8
Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus I
Tahap Indikator T SI SII R
A
W
A
L
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-
hari
10 10 10 9
2. Memperhatikan tujuan pembelajaran 11 7 10 10
3. Menanggapi materi prasyarat yang
disampaikan guru
12 3 6 11
4. Memahami tugas 11 10 10 15
5. Memahami tugas kelompok 6 6 6 8
6. Menerima sarana yang dibutuhkan

5 5 5 5
I
N
T
I
1. Memahami tugas kelompok 20 18 18 20
2. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk
memecahkan masalah
20 18 20 19
3. Melakukan penemuan 20 20 18 20
4. Menyiapkan laporan hasil kerja 15 15 15 11
5. Melaporkan hasil kerja kelompok 15 3 4 5
6. Menanggapi presentasi 12 9 12 3
A
K
H
I
R
1. Melakukan turnamen 20 15 16 12
2. Mengakhiri pembelajaran
15 15 15 13
Jumlah 192 154 165 161

Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang
dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase:
siswa berkemampuan akademik tinggi (T) 89.3%, siswa berkemampuan
akademik sedang I (SI) adalah 71.6%, siswa berkemampuan akademik
sedang II (SII) adalah 76.7%, dan siswa berkemampuan akademik rendah
(R) adalah 74.9%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan
observasi pengamat termasuk dalam kategori Baik dan Sangat Baik.
Untuk mencatat informasi yang terjadi di lapangan dalam hal ini
adalah informasi yang tidak dicatat pada lembar observasi maka peneliti
membuat catatan lapangan. Hasil catatan lapangan selama pelaksanaan
siklus I dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil catatan lapangan pada siklus I
Guru
Terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan sesuatu (materi)
Siswa
Siswa yang berkemampuan akademik tinggi cenderung mengerjakan
soal kelompok secara individu
Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran walaupun masih ada
beberapa siswa yang kurang peduli terhadap pembelajaran tersebut
Pelaksanaan turnamen kurang efektif
Pada saat turnamen, ada satu kelompok yang saling bekerjasama
selayaknya diskusi dalam kelompok

Hasil catatan lapangan ini akan dijadikan bahan pertimbangan
dalam melakukan refleksi untuk menentukan langkah selanjutnya.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus I dilakukan untuk menentukan apakah
siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan atau belum. Jika
belum maka akan dicari kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I
yang selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, guru bidang studi, dan teman sejawat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
Demikian juga berdasarkan hasil wawancara sudah baik, motivasi siswa
terhadap pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi
juga sudah baik. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa,
diketahui bahwa kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat
baik dan baik.
Dari segi hasil belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu
meskipun terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu
dari 32.43% menjadi 80% tetapi masih belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus I belum berhasil. Dengan demikian perlu dicari
kelemahan yang ada pada tindakan I untuk kemudian dapat ditentukan
perbaikan-perbaikannya. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan
guru mata pelajaran dan teman sejawat, perbaikan yang akan dilakukan
pada siklus II sebagai berikut:
1. Mekanisme turnamen yaitu setiap lima siswa membentuk kelompok
dalam meja turnamen yang sudah tersedia satu set kartu soal. Setelah
siswa siap dimeja turnamen masing-masing, peneliti memberi tanda
supaya siswa mulai mengerjakan dengan mengambil kartu soal
secara bergantian hingga waktu turnamen berakhir.
2. Membahas soal turnamen di kelas sehingga siswa lebih faham dan
mengetahui cara menjawab yang benar.
3. Mengikutsertakan siswa pada saat mengoreksi jawaban turnamen
siswa untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab pada diri siswa.
4. Guru mata pelajaran berusaha tidak terlalu cepat ketika memberikan
penjelasan didepan kelas sehingga siswa mampu mencerna dengan
baik setiap apa yang dikatakan oleh guru.
5. Peneliti harus benar-benar memperhatikan waktu sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan RPP
yang telah dibuat sebelumnya.
Materi yang dibahas pada siklus II sama dengan materi siklus I
yaitu tentang bangun datar trapesium.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah:
1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan
lapangan, angket respon siswa, soal turnamen II, soal tes II, dan
kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran.
2. Menyiapkan soal-soal untuk latihan sebelum turnamen. Dapat
dilihat pada lampiran.
b. Pelaksanaan
Tindakan II berlangsung selama 105 menit yang
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Untuk rincian pelaksanaannya
sebagai berikut.
Guru mata pelajaran memulai tahap pendahuluan dengan
mengucapkan salam, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengingatkan siswa tentang model pembelajaran TGT yang akan
dilaksanakan. Guru mata pelajaran juga memberikan motivasi pada
kelompok untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik,
terutama kelompok yang pada turnamen I belum menjadi 3
kelompok terbaik. Untuk memotivasi siswa juga guru memberikan
hadiah untuk juara I, II, dan III pada siklus I. Kemudian guru
memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan sudut trapesium,
sebelumnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut,
tetapi setelah beberapa saat tidak ada yang maju kedepan, guru mulai
mengarahkan siswa untuk dapat mengerjakan soal tersebut.
Setelah guru merasa bahwa siswa sudah bisa menggunakan
konsep bangun datar trapesium, guru memberikan soal-soal pada
setiap kelompok. Sebelum diskusi dimulai guru mengingatkan
bahwa diakhir pembelajaran setiap kelompok harus menyerahkan
laporan hasil diskusi.
Setelah waktu yang disediakan untuk berdiskusi habis,
maka setiap kelompok harus menyerahkan hasil diskusi yang telah
didiskusikan. Kemudian akan dilanjutkan dengan turnamen, sebelum
turnamen dimulai, guru meminta siswa duduk dimeja turnamen.
Kemudian peneliti memberikan perlengkapan turnamen pada setiap
meja yaitu berupa satu set kartu soal dan lembar jawaban.
Selanjutnya guru menjelaskan aturan turnamen yaitu setiap siswa
mengambil satu kartu soal untuk dikerjakan dilembar jawaban.
Setelah selesai dijawab, masing-masing perwakilan turnamen
menaruh alat tulis diatas meja supaya tidak ada yang curang dalam
hasil jawaban siswa kemudian memperhatikan jawaban yang akan
dibacakan peneliti dan membahasnya bersama-sama. Kartu soal
yang telah diambil tersebut dikembalikan ketempat semula dan
mengambil kartu soal yang lain untuk dikerjakan di lembar jawaban
yang sama. Begitu seterusnya sampai waktu yang disediakan
berakhir atau kartu soal sudah dikerjakan semua.
Setelah selesai memberikan penjelasan, peneliti
mempersilahkan siswa untuk mengambil satu kartu soal. Pada saat
turnamen terlihat sekali antusias mereka dalam mengerjakan soal
karena selain dituntut benar juga dituntut cepat. Siapa yang cepat dan
benar dalam mengerjakan soal akan mendapat poin lebih banyak.
Setelah waktu turnamen berakhir guru memberikan
kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum difahami.
Kemudian peneliti meminta siswa untuk menghitung poinnya
masing-masing individu dilanjutkan dengan penghitungan poin
kelompok. Setelah penghitungan poin selesai dilakukan, peneliti
meminta lembar jawaban dikumpulkan dimeja paling depan.
Kemudian peneliti mengumumkan kelompok yang menang juara I,
II, dan III. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok 3, 4 dan 7.
Jumlah poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.10
Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II
Kelompok 1 Poin Kelompok 2 Poin
A1 : Dzurotun Nasichin 9 B1 : Sufi Asfiyani 8
A2 : Dewi Mariyam 8 B2 : Siti Rahmawati 9
A3 : Agung Prasetyo 6 B3 : Zakaria Adi Saputra 6
A4 : Nurul Azizah 7 B4 : Rina Baayu Fauziyah 6
A5 : Darmaji - B5 : Muh. Mundzir 5
A6 : Muh. Nur Aini 5 B6 : Dewi Asmaul Husna -
Jumlah 35 Jumlah 34

Kelompok 3 Poin Kelompok 4 Poin
C1 : Siti Aisyah 10 D1 : Malichatur Rizqiyah 8
C2 : Muh. Ainun Najib 10 D2 : Hasbiyah 8
C3 : Indah Ayu Harnanik 6 D3 : Lailatul Husna 8
C4 : Syaiful Muminin 8 D4 : Umul Khasanah 7
C5 : Ariadus Sholihin 6 D5 : Muh. Teguh Firmansyah 9
Jumlah 40 Jumlah 40

Kelompok 5 Poin Kelompok 6 Poin
E1 : Luluk Sufiyah 10 F1 : Siti Maimunah 10
E2 : Muh. Ali Hanani 5 F2 : Khuriyati 10
E3 : Arif Syaifuddin K. 5 F3 : Zuriyanto 7
E4 : Muh. Fauzan 8 F4 : Zainal Abidin 5
E5 : Misbahul Mubien 5 F5 : Erni kumala Dewi 5
Jumlah 33 Jumlah 37

Kelompok 7 Poin
G1 : Fathur Rizqi Dwi Putro 9
G2 : Lilik Nur Aini 8
G3 : Lilik Farida 8
G4 : Rofi Wahyu Romadhon 6
G5 : Khoirul Islam 8
Jumlah 39

Dan yang terakhir adalah tes evaluasi II dengan banyaknya
soal 4 butir. Soal tes II dapat dilihat pada lampiran dan perolehan
skor tes siswa dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes
individu siklus I sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.11
Distribusi skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran Matematika
kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang
No Interval Skor Frekuensi Status*
1. 96-100 8 Lulus
2. 91-95 8 Lulus
3. 86-90 -
4. 81-85 5 Lulus
5. 76-80 5 Lulus
5. 71-75 -
6. 66-70 2 Lulus
7. 61-65 1 Lulus
8. 56-60 -
9. 51-55 -
10. 46-50 1 Lulus
11. 41-45 3 Lulus
12. 36-40 1 Tidak lulus
13. 31-35 -
14. 0-30 -
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 2008-
2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil tes
pada siklus I sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini
adalah 97.14%, yakni dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus
sebanyak 34 orang siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 1 orang
siswa atau sebesar 2.86%, karena skor tesnya kurang dari 42,5. Jadi
pada siklus II ini seluruh siswa dinyatakan telah mencapai kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal.
c. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan
pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang dalam belajar
kelompok. Mereka aktif berdiskusi dalam menyelesaikan masalah dan
mereka sudah mempunyai rasa tanggungjawab terhadap keberhasilan
kelompok.
Hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dan
siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13. Format observasi
tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.12
Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II
Tahap INDIKATOR
PGMT
I
PGMT
II
A
W
A
L
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 14 9
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 15 13
3. Menentukan materi dan pentingnya materi 11 13
4. Memotivasi siswa 18 14
5. Membangkitkan pengetahuan prasyarat
termasuk materi tes awal yang belum dipahami
12 17
6. Membentuk kelompok 15 15
7. Menjelaskan cara kerjasama dan
tanggungjawab kelompok
11 8
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan 5 5
I
N
T
I
1. Meminta siswa memahami lembar kerja 10 6
2. Meminta masing-masing kelompok bekerja
sesuai tugas kelompok
13 9
3. Membimbing dan mengarahkan kelompok
sehingga dapat terjadi belajar kooperatif
18 15
4. Meminta kelompok menyiapkan laporan hasil
kerja
15 12
5. Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya 20 17
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi 15 12
A 1. Merespon kegiatan diskusi 19 10
K
H
I
R
2. Membimbing turnamen 25 25
3. Mengakhiri pembelajaran
20 17
Jumlah 256 217

Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang
dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktifitas guru, diperoleh persentase
nilai rata-rata 91.4%. sedangkan observasi yang dilakukan oleh teman
sejawat (PGMT II), diperoleh persentase nilai rata-rata 77.5%. Berarti
taraf keberhasilan aktifitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat
termasuk dalam kategori Sangat Baik.
Tabel 4.13
Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus II
Tahap INDIKATOR T SI SII R
A
W
A
L
7. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari 10 9 6 8
8. Memperhatikan tujuan pembelajaran 20 18 7 15
9. Menanggapi materi prasyarat yang
disampaikan guru
15 11 6 9
10. Memahami tugas 15 15 10 14
11. Memahami tugas kelompok 8 8 5 9
12. Menerima sarana yang dibutuhkan

5 5 5 5
I
N
T
I
7. Memahami tugas kelompok 19 20 14 18
8. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk
memecahkan masalah
20 20 15 20
9. Melakukan penemuan 18 20 19 16
10. Menyiapkan laporan hasil kerja 15 15 13 11
11. Melaporkan hasil kerja kelompok 15 3 3 3
12. Menanggapi presentasi 13 3 9 9
A
K
H
I
R
1. Melakukan turnamen 16 16 16 16
2. Mengakhiri pembelajaran
15 15 14 15
Jumlah 204 178 142 168

Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang
dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase:
siswa berkemampuan akademik tinggi (T) adalah 94.9%, siswa
berkemampuan akademik sedang I (SI) adalah 82,8%, siswa
berkemampuan akademik sedang II (SII) adalah 66.0%, dan siswa
berkemampuan akademik rendah (R) adalah 78.1%. Berarti taraf
keberhasilan aktifitas siswa berdasarkan observasi pengamat termasuk
dalam kategori Baik an Sangat Baik
Untuk mencatat informasi yang tidak dapat dicatat dalam lembar
observasi maka peneliti membuat catatan lapangan. Hasil catatan
lapangan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14
Hasil catatan lapangan pada siklus II
Guru
Masih agak terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan
sesuatu kepada anak-anak
Siswa
Waktu diskusi tidak sesuai dengan yang direncanakan
Ada siswa yang berdiskusi dengan kelompok lain
Pada saat turnamen, ada siswa yang berusaha mencontoh jawaban
siswa lain

Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai pertimbangan pada saat
melakukan refleksi.
d. Hasil wawancara
Setelah pelaksanaan turnamen pada siklus I, peneliti melakukan
wawancara dengan subyek penelitian untuk mengetahui kerjasama dalam
kelompok, motivasi siswa terhadap pembelajaran, dan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian pertanyaan dalam
pedoman wawancara terdiri dari tiga bagian, yaitu kerjasama, motivasi,
dan pemahaman. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran.
Untuk kriteria kerjasama, hasil wawancara menunjukkan bahwa
semua subyek merasa senang bekerjasama dalam kelompok. Keempat
subyek yaitu berinisial A, B, C, dan D menyatakan bahwa belajar
kelompok lebih mereka sukai dari pada belajar secara individual. Berikut
ini petikan alasan masing-masing subyek penelitian mengapa mereka
lebih menyukai belajar secara kooperatif.
A : Saya senang belajar dengan cara kerja kelompok, karena saya dapat
membantu teman-teman sekelompok saya yang kurang faham
dengan materi pelajaran yang dijelaskan oleh bu Vita.
B : Kalau belajar kelompok, saya bisa kerja sama dengan teman-teman.
C : Saya senang belajar kelompok, karena saya memperoleh nilai yang
bagus.
D : Suka bu, karena keadaan kelas jadi ramai, dan nilainya bagus-
bagus.
Dalam bekerjasama, siswa tidak membedakan masalah
kemampuan dan jenis kelamin. Hal ini dilakukan agar dapat memupuk
keakraban, saling menghargai dan pekerjaan kelompok dapat
diselesaikan dengan cepat. Sehubungan dengan motivasi terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TGT, semua subyek mengatakan bahwa
mereka senang belajar kelompok karena dapat saling menghargai ketika
bekerjasama dan dapat saling membantu antar teman dalam kelompok.
Keempat subyek mengatakan setuju jika pembelajaran materi lain juga
diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Alasannya dengan
bekerjasama mereka dapat menjalin persaudaraan yang erat, saling
menghormati dan menghargai satu sama lain.
Selanjutnya sehubungan dengan pemahaman siswa setelah
mengikuti pembelajaran trapesium dengan belajar kooperatif tipe TGT,
keempat subyek menyatakan bahwa mereka lebih mudah memahami
materi. Alasannya karena jika ada yang kurang mengerti atau kurang
jelas biasa langsung bertanya pada teman sekelompok yang sudah faham.
Berdasarkan wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa siswa sangat
suka belajar secara kooperatif tipe TGT karena dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas dan dapat saling membantu. Selain itu, mereka juga
lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.
e. Hasil angket respon siswa
Untuk melengkapi data mengenai respon siswa terhadap
pembelajaran, peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas V MI.
Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang setelah pemberian tindakan. Angket
siswa dapat dilihat pada lampiran. Hasil respon siswa setelah siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15
Hasil angket respon siswa setelah siklus II
NO
PERTANYAAN
JAWABAN FREKUENSI PERSEN
1 Sangat Sesuai 26 83.87%
Sesuai 5 16.12%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
2 Sangat Sesuai 7 22.58%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 9 28.03%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
3 Sangat Sesuai 10 32.25%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 4 12.90%
Sangat Tidak Sesuai 2 6.45%
Jumlah 100%
4 Sangat Sesuai 12 38.71%
Sesuai 9 22.58%
Tidak Sesuai 10 32.25%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
5 Sangat Sesuai 16 51.61%
Sesuai 10 32.25%
Tidak Sesuai 4 12.90%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
6 Sangat Sesuai 18 58.06%
Sesuai 11 35.48%
Tidak Sesuai 1 3.22%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
7 Sangat Sesuai 15 48.38%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
8 Sangat Sesuai 13 41.93%
Sesuai 15 48.38%
Tidak Sesuai 3 9.68%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
9 Sangat Sesuai 14 45.16%
Sesuai 14 45.16%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
10 Sangat Sesuai 12 38.71%
Sesuai 17 54.84%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
11 Sangat Sesuai 25 80.64%
Sesuai 6 19.35%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
12 Sangat Sesuai 11 35.48%
Sesuai 12 38.71%
Tidak Sesuai 6 19.35%
Sangat Tidak Sesuai 2 6.45%
Jumlah 100%
13 Sangat Sesuai 10 32.25%
Sesuai 14 45.16%
Tidak Sesuai 7 22.58%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
14 Sangat Sesuai 8 25.81%
Sesuai 21 67.74%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
15 Sangat Sesuai 24 77.42%
Sesuai 7 22.58%
Tidak Sesuai - 0%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
16 Sangat Sesuai 20 64.52%
Sesuai 9 29.03%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai - 0%
Jumlah 100%
17 Sangat Sesuai 9 29.03%
Sesuai 11 35.48%
Tidak Sesuai 7 22.58%
Sangat Tidak Sesuai 4 12.90%
Jumlah 100%
18 Sangat Sesuai 15 48.38%
Sesuai 13 41.93%
Tidak Sesuai 2 6.45%
Sangat Tidak Sesuai 1 3.22%
Jumlah 100%
Sumber: data diolah
Berdasarkan persentase rata-rata masing-masing item
pernyataan yang sudah diperoleh pada tabel diatas dan kriteria respon
belajar siswa. Berikut ini penjelasan masing-masing item pernyataan
pada angket respon siswa.
1. Dari pernyataan 1 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang
mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan teman-teman
sekelas.
2. Dari pernyataan 2 dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memahami
setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pelajaran.
3. Dari pernyataan 3 dapat disimpulkan bahwa siswa bersedia saling
membantu dengan teman-teman dalam mempelajari matematika.
4. Dari pernyataan 4 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak
merasa malu untuk bertanya pada guru setiap ada kesempatan
bertanya.
5. Dari pernyataan 5 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak
merasa malu untuk bertanya pada anggota kelompok setiap ada
kesempatan bertanya.
6. Dari pernyataan 6 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat yakin akan
berhasil dalam belajar.
7. Dari pernyataan 7 dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki
kemampuan untuk terus mempelajari matematika karena banyak
yang belum diketahui.
8. Dari pernyataan 8 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat
mempelajari setiap materi pelajaran dengan baik.
9. Dari pernyataan 9 dapat disimpulkan bahwa siswa dapat bersedia
mengerjakan tugas dengan baik.
10. Dari pernyataan 10 dapat disimpulkan bahwa siswa berdiskusi
dengan teman-teman untuk menyelesaikan tugas yang dianggap
sulit.
11. Dari pernyataan 11 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang
jika keberhasilannya mendapat pengakuan dan pujian dari guru dan
teman-teman.
12. Dari pernyataan 12 dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif
sesuai dengan keinginan siswa.
13. Dari pernyataan 13 dapat disimpulkan bahwa siswa peduli dengan
temannya yang belum berhasil.
14. Dari pernyataan 14 dapat disimpulkan bahwa dengan belajar
kooperatif, siswa terdorong untuk mempelajari matematika secara
detail.
15. Dari pernyataan 15 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat berusaha
untuk mendapatkan nilai matematika terbaik dikelas.
16. Dari pernyataan 16 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat
menyenangi metode belajar kelompok.
17. Dari pernyataan 17 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat
menjawab soal-soal tes pelajaran dengan kemampuan sendiri.
18. Dari pernyataan 18 dapat disimpulkan bahwa siswa merasa sangat
puas dengan hasil tes matematikanya.
Berdasarkan analisis hasil angket dapat disimpulkan bahwa
siswa sangat senang belajar dalam kelompok dan sangat menyukai
pembelajaran yang diturnamenkan.
f. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk menentukan apakah
siklus II sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti, guru mata pelajaran, dan teman sejawat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Demikian
juga berdasarkan hasil angket terhadap seluruh siswa, diperoleh bahwa
kerjasama dalam kelompok lebih mereka sukai daripada belajar sendiri.
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa diketahui bahwa
kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat baik dan baik.
Dari segi hasil juga sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu
selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu dari
80% menjadi 97.14% juga telah mencapai kriteria ketuntasan belajar
secara klasikal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus II sudah berhasil. Dan berdasarkan rencana semula
bahwa pemberian tindakan hanya dilaksanakan pada dua siklus jadi
penelitian berakhir pada siklus II.
4. Refleksi Masing-Masing Siklus
1. Siklus I
Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut:
1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk
menyelesaikan soal-soal.
2. Subyek penelitian merasa senang dengan pembelajaran kooperatif
tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih
berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling
menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
3. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus belum
menunjukkan hasil yang diinginkan karena belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar secara klasikal

2. Siklus II
Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut:
1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk
menyelesaikan soal-soal
2. Siswa senang belajar matematika secara kelompok sehingga
termotivasi untuk menguasai materi pelajaran matematika secara
detail
3. Pemberian soal yang tidak terlalu menuntun siswa menjadikan
mereka lebih aktif berdiskusi dalam kelompok dan bertanya kepada
guru
4. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus sudah
menunjukkan hasil yang diinginkan yaitu telah mencapai kriteria
ketuntasan belajar secara klasikal walaupun ada beberapa anak
yang lulus dengan nilai minim.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran
matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang ada 2 tahap yaitu
pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran.
1. Pra kegiatan pembelajaran TGT
a. Persiapan, dilakukan untuk mempersiapkan materi yaitu sifat-sifat
bangun datar trapesium. Peneliti mempersiapkan soal-soal kelompok
dengan kunci jawabannya dan juga mempersiapkan soal-soal/kartu
turnamen dengan kunci jawabannya. Selain mempersiapkan
pembuatan soal-soal, peneliti juga membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, peneliti mengelompokkan siswa mejadi 7 kelompok yang
berkemampuan akademik heterogen. Pembentukan kelompok tersebut
dilakukan dengan mengurutkan hasil tes siswa sebelum dilakukannya
penelitian, kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang
baik dalam hal kemampuan akedemik maupun jenis kelamin dan
rasnya. (Pembentukan kelompok dapat diihat pada tebel 4.3)
b. Membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen
terdiri dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen dan
berasal dari kelompok berlainan. Cara pembentukannya secara detail
dapat dilihat pada gambar 2.4.
2. Detail kegiatan pembelajaran
f. Penyajian kelas, pada tahap pembukaan guru mata pelajaran
menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan
memberikan motivasi (prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini
peneliti sudah mempersiapkan soal-soal yang harus dikerjakan dalam
kelompok dan soal-soal/kartu turnamen. Dan pada tahap
pengembangan guru mata pelajaran memberikan penjelasan materi
sifat-sifat bangun datar trapesium secara detail sampai siswa tidak ada
yang bertanya lagi.
g. Belajar kelompok, guru mata pelajaran membacakan anggota
kelompok dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan
kelompoknya masing-masing. Kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang
anggotanya mempunyai kemampuan akademik heterogen. Guru mata
pelajaran memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok
(kelompok asal) yang bertujuan untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen. Pada saat
belajar kelompok, tiap kelompok mendiskusikan masalah bersama-
sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang
salah tentang suatu materi, tiap anggota kelompok melakukan yang
terbaik untuk kelompoknya dan dalam kelompok melakukan yang
terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang
tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait
dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai
tanggungjawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut. Jika
dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan maka
siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai
guru mata pelajaran meminta kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
h. Validasi kelas, guru mata pelajaran meminta tiap-tiap kelompok untuk
menjawab soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya
dan guru menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk
didiskusikan bersama.
i. Turnamen, sebelum turnamen dilakukan, guru mata pelajaran dibantu
dengan peneliti membagi siswa kedalam meja-meja turnamen. Setelah
masing-masing siswa berada dalam meja turnamen berdasarkan
unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set
seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari
kartu soal turnamen, lembar jawaban, dan poin gambar smile. Semua
seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama. Pada tahap
awal turnamen, tiap perwakilan meja turnamen mengambil soal no. 1
dan dikerjakan secara individu. Setelah selesai menjawabnya, semua
siswa harus menaruh alat tulisnya di atas meja dan mendengarkan
kunci jawaban yang akan dibacakan oleh peneliti, kemudian bagi
jawaban yang benar akan mendapatkan 1 poin smile yang akan
dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan pada tahap terakhir akan
dijumlahkan dengan anggota kelompok asalnya. Semua anggota
turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan
asalkan soal dijawab dengan benar. Kemudian dilanjutkan kesoal yang
ke-2 dan begitu seterusnya. Setelah usai turnamen, masing-masing
anggota turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak
mendapatkan poin dan selanjutnya kelompok turnamen kembali
kekelompok asal sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat,
kemudian masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin
tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang
akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan III.
j. Penghargaan kelompok, peneliti mengumumkan tiga kelompok yang
mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan
mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan dari peneliti. Kelompok
yang mendapat poin terbanyak pada siklus I adalah kelompok 7, 6 dan
1 sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7.
Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I
dan siklus II, siswa aktif dalam bekerjasama dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah dan juga mereka merasa senang dengan pembelajaran
kooperatif tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih
berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan
menghargai pendapat orang lain sehingga dapat termotivasi untuk menguasai
materi pelajaran matematika secara detail
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan
dalam angket, dan hasil tes atas penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada mata pelajaran matematika, sebagaimana dijabarkan pada Bab IV telah
menunjukkan bahwa hipotesis yang dirumuskan di bab pendahuluan yang
berbunyi, Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses
pembelajaran Matematika, maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang Teruji.
Data-data secara kuantitatif menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes
individual pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan
yang signifikan.

B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah
Jabung Malang dengan Diterapkannya Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT.
Hasil tes akhir siklus menunjukkan prestasi belajar matematika siswa
meningkat setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dilihat
dari banyaknya siswa yang tuntas belajar. Dari data awal diketahui 32.43%
siswa yang tuntas belajar dan setelah pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas
belajar naik menjadi 80%. Pada siklus II semua siswa naik menjadi 97.14%,
meskipun masih ada beberapa siswa yang mendapatkan hasil yang minim.
Sedangkan jika dilihat dari kriteria ketuntasan belajar secara klasikal maka
pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Karena hanya
80% siswa yang tuntas belajar tetapi pada siklus II sudah mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal karena terdapat 85% siswa yang tuntas belajar. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat Rahardi yang menyatakan bahwa hasil
belajar siswa yang menggunakan model belajar kooperatif tipe TGT lebih baik
dari siswa yang menggunakan model konvensional.
Peningkatan prestasi yang terjadi di kelas V tersebut sangat
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Karena faktor eksternal yang datang dari sekolah yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran yang
digunakan. Hal-hal yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa diantarannya adalah pembentukan
kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok secara heterogen dari segi
kemampuan akademik bertujuan agar siswa tidak hanya belajar dari guru
tetapi bisa belajar dari anggota kelompoknya yang berkemampuan
akademiknya lebih tinggi. Dan diharapkan siswa dapat lebih memahami
materi dengan penjelasan dari temannya sendiri. Berkaitan dengan hal
tersebut, Lie dalam bukunya menyatakan Banyak penelitian menunjukkan
bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif
daripada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang
pengalaman dan pengetahuan (skema dalam dunia pendidikan) para siswa
yang lebih mirip satu dengan yang lainnya dibandingkan dengan skema guru.
Selain yang telah disebutkan, keuntungan kelompok heterogen adalah:
1. Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa, dan
2. Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu siswa
berkemampuan tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap
empat siswa.
Presentasi dan diskusi kelas juga berperan dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Dengan diskusi, mereka dapat saling mengetahui hasil
kelompok, mungkin hasilnya sama tetapi cara penyelesaiannya berbeda. Ini
berarti pengalaman belajar siswa bertambah, demikian juga pada saat diskusi
kelas, guru dapat mengetahui apakah konsep-konsep yang telah dipelajari
dapat dipahami oleh siswa. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu
konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahan tersebut.
Adapun ketidak berhasilan siklus I mencapai kriteria ketuntasan belajar
secara klasikal diduga karena soal turnamen tidak dibahas, dikoreksi, dan
dinilai sendiri oleh siswa sehingga motivasi belajar siswa berkurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Prayitno mulanya menyala-nyala dapat berkurang
bahkan hilang sama sekali karena guru kurang memberikan informasi tentang
angka penilaian yang mereka berikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Prayitno
bahwa evaluasi secara transparan (dikoreksi dan dinilai sendiri oleh siswa
dengan bimbingan guru) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini
disebabkan karena mereka menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka
lakukan dan cara-cara yang seharusnya mereka lakukan. Berdasarkan hal ini
maka penskoran turnamen pada siklus II dilakukan sendiri oleh siswa dengan
bimbingan guru dan hasilnya ternyata sesuai dengan yang diharapkan, siswa
termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar meningkat.
Meskipun penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah tetapi masih
terdapat beberapa siswa yang hasilnya hampir mendekati nilai minimal. Hal
ini disebabkan karena mereka cenderung pasif ketika berlangsung diskusi
kelompok. Hal ini diketahui peneliti dari hasil wawancara di kelas siswa yang
berkemampuan akademik tinggi. Siswa tersebut mengatakan bahwa anggota
kelompoknya yang tidak tuntas belajar diakibatkan karena dia tidak mau
bertanya jika ada materi yang belum dipahaminya padahal anggota kelompok
yang lain selalu mengajaknya untuk ikut berdiskusi, bertanya dan
menyampaikan pendapat. Pendapat lainnya adalah karena mereka diduga tidak
mau memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Ada diantara mereka yang
sering membuat ramai kelas karena senang mengganggu teman-temannya
yang lain. Sehingga pada saat tes banyak soal yang dijawab dengan salah.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ada 2 tahap dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu (1)
Pra kegiatan pembelajaran TGT; Persiapan membuat soal kelompok dan
soal turnamen beserta kunci jawabannya kemudian mengelompokkan
siswa mejadi 7 kelompok yang berkemampuan heterogen, setelah itu
membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen terdiri
dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen. (2) Detail kegiatan
pembelajaran; guru memberikan penjelasan materi sifat-sifat bangun datar
trapesium secara detail, kemudian belajar kelompok dilanjutkan dengan
mempresentasikan hasil diskusi kemudian guru menyimpulkan jawaban
dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. Turnamen,
masing-masing siswa yang berkemampuan homogen berada dalam meja
turnamen kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen
dan dikerjakan secara individu. Kemudian mencocokkan jawabannya dan
jawaban yang benar mendapatkan poin smile. Setelah selesai turnamen,
masing-masing kelompok menjumlahkan poin-poin tersebut, yang
mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan yaitu dari kelompok 7, 6,
dan 1 pada siklus I sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika pada siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang
pada sub pokok bangun datar trapesium. Berdasarkan hasil tes individual
pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yang
signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan sebelum diadakannya penelitian
sebesar 32.43%, setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT tingkat keberhasilan yang dicapai siswa
pada siklus I meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat
lagi menjadi 97.14%. Hal ini menunjukkan 97.14% siswa berhasil
mempelajari bangun datar trapesium pada mata pelajaran matematika dan
terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu
disampaikan sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran matematika di MI Ar-Rahmah disarankan untuk lebih
perhatian dan telaten dalam mengajarkan suatu materi kepada siswa yang
kemampuan akademiknya rendah.
2. Guru mata pelajaran matematika disarankan menggunakan hasil penelitian
ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembelajaran
matematika terutama pada siswa yang berkemampuan akademiknya hampir
sama dengan siswa MI. Ar-Rahmah.
3. Untuk semua guru khususnya guru SD disarankan apabila mengajar
gunakanlah bahasa anak dan jangan terlalu cepat dalam menerangkan
materi khususnya materi pada pelajaran matematika, supaya siswa dapat
paham dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, Nur. 29 Maret 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep
Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-
Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-
biologi.htmlperbedaansmpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/coop
erativ-l.pptIbrahim)
Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arifin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Jurusan Pendidikan
Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azizah, Siti Nurlailah. 2004. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa
Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT
Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada
Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun
Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Djamarah, Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Erman, S. Ar. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:
IMSTECJKA.
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi
Belajar Matematika di SMU. (http://diakses tanggal 28 Maret 2009)
Hidayah, Khusnul. 2005. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar
menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang
Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema
Phytagoras di MTSN II Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Is, Siti Rosmawar. 28 Maret 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Dan Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa
(|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com/2008/02/model-pembelajaran-
kooperatif.html).
Kahfi, Shohibul. 2003. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam
Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UM.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muslimin, & Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Mujiono, & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nasution, Wahyudin Nur. 28 Maret 2009. Efektivitas Strategi Pembelajaran
Koperatif dan ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari
Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri
kooperatif).
Noornia, Anton. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD
(Student Teams Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas
VI SD Islam Maarif 02 Singosari, Skripsi,FMIPA UM Malang.
Qohar, Masud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang
Pelajar.
Rahayu, Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal
Matematika Ipa Dan Pengajarannya.Selvia. 2008. Belajar. 28 Maret
2009 (http://tpers.net/?p=935)
Rusyidah. 2005. Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman
Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4
Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang.
R. Soedjadi. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arief. S., dkk. 2003. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Manfaatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sasmito, Heri. 2005. Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang
Menggunakan Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang
Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM, Skripsi, FMIPA
UM Malang.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek. Malang:
Elang Mas.
Silberman, Melvin L.. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Penerbit Nusamedia.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Srie N' Oedhien. 29 Maret 2009. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik
Jigsaw (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-
cooperative-learning.html)
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Verawati, Usnida Junaeka. 2005. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa
kelas 1 SMP Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori Pada Sub Pokok Bahasan
Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang.
Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.
Wijayanti, Ichad Carry. 2002. Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang
diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran
Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN 5
Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang.
W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
--------------------http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 29 Maret 2009

También podría gustarte